Anda di halaman 1dari 29

METODELOGI KERJA

Dalam pengerjaan fisik selanjutnya, Konsultan Perencana menyarankan untuk menerapkan


metodelogi pekerjaaan yang terdiri dari beberapa pekerjaan utama sebagaimana berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi
1.2 Shop drawing
1.3 Pemasangan Bowplank
1.4 Pembersihan Lahan dan Pembuangannya
1.5 Pembersihan Sisa Material dan Fasilitas Sementara
1.6 Penerangan dan Keselamatan Kerja
2. Uitzet/Pengukuran
3. Pekerjaan Tanah
3.1 Pekerjaan Galian
3.2 Timbunan dan Pemadatan
4. Pekerjaan Pasangan
5. Pekerjaan Pondasi
5.1 Urugan Pasir
5.2 Pembuatan Lantai Kerja (Lern Concrete)
6. Pekerjaan Struktur Baja
7. Pekerjaan Railing Jembatan
8. Manajemen Proyek
9. Metode Pelaksanaan Manajemen
10. Koordinasi Antar Disiplin
11. Quality Control
12. Penutup

Adapun urutan pekerjaan-pekerjaan secara lebih detail sebagaimana ditunjukkan pada Bagan
Alir pada halaman berikut. Detail penjelasan masing-masing pekerjaan sebagaimana diuraikan di
bawah.

1
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi peralatan dan minimal sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
prakualifikasi, jadwal mobilisasi masing-masing peralatan tergantung pada kebutuhan di
lapangan. Mobilisasi sebaiknya didatangkan dari wilyah tersebut yaitu di Bali untuk
mempersingkat waktu pelaksanaan. Peralatan ini akan dijaga oleh staff keamanan dari pihak
pelaksana selaku pemenang tender.
Demobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Demobilisasi
meliputi pemindahan semua instalasi, peralatan serta perlengkapan yang ada selama
pekerjaan berlangsung termasuk pembersihan semua fasilitas sementara, pohon, material sisa
dan lain-lain yang terdapat di lokasi pekerjaan. Demobilisasi peralatan harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Pemilik Pekerjaan.
Program Mobilisasi
a. Di dalam Pre Construction Meeting, pembahasan meliputi : Metode Kerja Pelaksanaan,
Rencana Program Kerja Proyek dan Penerapan Prosedur dan Standar di proyek seperti
Quality Control, Safety Program (K3), dan sebagainya.
b. Kontraktor menyerahkan program mobilisasi dan jadwal kemajuan pelaksanaan
berdasarkan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
c. Program mobilisasi menetapkan waktu dan semua kegiatan mobilisasi yang diisyaratkan
serta harus mencakup informasi tambahan berikut:
 Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukan lokasi asal semua peralatan termasuk
daftar peralatan yang diusulkan, cara pengangkutan dan jadwal kedatangan ke
lapangan.
 Setiap perubahan peralatan maupun personil yang diusulkan harus mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan.

1.2. Shop Drawing


Shop Drawing dibuat berdasarkan gambar desain (Tender Drawing) yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan (sesuai hasil pengukuran lapangan).

1.2. Pemasangan Bowplank


Pekerjaan Pemasangan Bowplank dimaksudkan untuk memberi referensi terhadap struktur
yang akan dilaksanakan. Agar pemasangan bowplank sesuai dengan rencana dan gambar
maka pemasangan bowplank harus mendapatkan persetujuan dari pihak direksi atau
konsultan.

2
Sedangkan peralatan yang akan dipergunakan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Peralatan Yang Dipergunakan Untuk Pekerjaan Pemasangan Bowplank
1. Total Station : 1 unit
2. Waterpas : 1 unit
3. Alat Bantu : 1 set

1.3. Pembersihan Lahan dan Pembuangannya


Sebelum dilaksanakannya kegiatan konstruksi, pembersihan lahan dilakukan terlebih dahulu.
Pembersihan lahan dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Dilakukan pematokan batas lahan yang akan dibersihkan/dikupas. Pembersihan dilakukan
berupa penumbangan pohon dengan dengan alat maupun manual jika dirasa perlu dan atas
persetujuan direksi pekerjaan, pengupasan humus sampai kedalaman 50 cm di bawah
permukaan tanah asli dengan bulldozer kemudian dikumpulkan dan dibuang menggunakan
dump truck ke disposal area yang telah disetujui. Pekerjaan pembersihan terdiri dari
pekerjaan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, semak, sampah serta bahan lain
yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
a. Perjaan Pembersihan (Clearing & Stripping)
Pekerjaan clearing dilakukan pada awal pekerjaan dimaksudkan untuk membersihkan
lokasi pekerjaan dari kotoran - kotoran, rerumputan, semak belukar, pepohonan tonggak
– tonggak. Pekerjaan ini dilakukan dengan tenaga orang dengan bantuan alat-alat potong.
Setelah clearing pada lokasi timbunan, pekerjaan pengupasan stripping kurang lebih
setebal 15 cm sebelum dilakukan penimbunan. Pohon - pohon harus dibongkar sampai
keakar - akarnya, kemudian lobang - lobang bekas akar harus diisi dengan tanah dan
kemudian dipadatkan.
Kebutuhan alat dan sumberdaya yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
a. Truck : 1 Unit
b. Bulldozer : 1 Unit
c. Operator : 2 orang
d. Gergaji : 2 buah
e. Pekerja : 6 orang
f. Cangkul : 3 Set
g. Skop : 3 Set

1.4. Pembersihan Sisa Material dan Fasilitas Sementara

3
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, ada pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan
bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan. Pada saat
selesainya pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan bahan-bahan tak terpakai, sampah,
perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan, seluruh permukaan terekspos
yang nampak harus dibersihkan, termasuk juga semua fasilitas sementara seperti gudang,
kantor lapangan dan jembatan sementara, sehingga proyek ditinggal dalam kondisi siap pakai
dan diterima oleh direksi pekerjaan.
Sedangkan peralatan dan sumberdaya yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Peralatan Yang Dipergunakan Untuk Pekerjaan Pembersihan
1. Alat Bantu : 1 unit
2. Pekerja : 1 unit

1.5. Penerangan dan Keselamatan Kerja


Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik dari PLN melalui unit kerja di
lingkungan atau dengan menggunakan genset terutama untuk pekerjaan lapangan yang jauh
dari akses penerangan PLN. Untuk Lampu yang dipasang harus dapat menerangi area kerja
dan jalan akses.
Untuk menjaga keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan proyek,
sebaiknya dibentuk unit K3 yang akan membuat program seperti tersebut diatas dan akan
diawasi oleh tenaga inspector K-3 disamping tenaga satpam. Dalam menanggulangi hal-hal
yang mungkin akan terjadi, maka unit K3 akan bekerjasama dengan Puskesmas, Klinik, Rumah
Sakit, maupun instansi-instansi terkait.

2. PENGUKURAN / UITZET
Sebelum kontraktor memulai pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu kontraktor melakukan
pengukuran kembali dengan teliti sesuai dengan gambar dan atas petunjuk direksi. Mengetahui
kondisi awal lapangan, membuat titik-titik referensi berdasarkan ukuran yang ada.
Adapun pengukuran detail yang akan dilakukan adalah pengukuran situasi dan elevasi.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui elevasi existing, elevasi rencana penempatan
patok, Alinyemen rencana penempatan material precast, penempatan bangunan eksisting dan
sebagainya, yang pada akhirnya diplotkan dalam gambar rencana.
Tahapan dan teknis pelaksanaan pekerjaan survei Uitzet / Pengukuran meliputi :

2.1. Pengecekan patok BM dan Pemasangan Patok CP

4
Patok BM dan patok-patok lainnya adalah merupakan titik tetap yang berfungsi sebagai acuan
di dalam pekerjaan pengukuran tofografi yang akan digunakan sebagai kerangka dasar
dari pemetaan yang terdiri dari patok kayu, CP (Control Point) dan BM.

2.2. Pengukuran Poligon


Pengukuran Poligon dilakukan untuk menentukan koordinat-koordinat titik tetap (Patok Kayu,
CP dan BM) yang merupakan kerangka utama dalam pemetaan, oleh karena itu pengukuran
poligon harus diikatkan kepada titik tetap (BM) atau trianggulasi yang sudah ada yang memiliki
nilai koordinat bumi dan elevasi, dan disetujui oleh Direksi. Pengukuran Poligon dilaksanakan
dengan Poligon Tertutup dimana daerah pengukuran berada didalamnya. Untuk mendapakan
Azimut awal dilakukan dengan pengamatan matahari.

2.3. Pengukuran Water Pass


Pengukuran waterpass dilakukan untuk mendapatkan nilai elevasi pada daerah pengukuran
topografi, dimana elevasi-elevasi tersebut sudah dihitung dari titik nol permukaan air laut.
Elevasi awal diambil dari titik BM yang ada atau trianggulasi yang terdekat yang disetujui
Direksi.

2.4. Pengukuran Situasi, Potongan Memanjang dan Melintang


Pengukuran situasi potongan melintang dan memanjang dimaksudkan guna mendapatkan data
yang lengkap pada daerah pengukuran topografi, meliputi potongan tanah, kontur tanah dan
situasi yang ada (jalan, bangunan, sawah, kebun dll) yang dianggap penting untuk di petakkan.

2.5. Kontrol kualitas


Untuk memastikan bahwa pekerjaan pengukuran telah sesuai dengan yang diharapkan maka
pemeriksaan hasil pengukuran oleh pihak direksi dan konsultan dilakukan dengan melibatkan
tenaga ahli masing-masing (ahli geodesi).

Gambar 1.
Sketsa Rencana Pengukuran

Kebutuhan Sumber Daya :


a. Total Station / Theodolit : 3 Unit

5
b. Water Pass : 2 Unit
c. Surveyor : 3 Unit
d. Asisten : 3 Unit
e. Pekerja : 6 Unit
f. Alat Ukur : 1 Set

3. PEKERJAAN TANAH
3.1. Pekerjaan Galian
Pelaksanaan pekerjaan galian (Excavation) adalah terbagi menjadi 3 katagori, yaitu untuk
pekerjaan galian kemudian ditimbunkan pada bidang kerja tersebut, bila pekerjaan galian
menghasilkan volume galian berlebih untuk kebutuhan bidang kerja tersebut maka volume
tanah kemudian di stock di depan atau di belakang bidang kerja tersebut atau bila tidak
dibutuhkan dapat dibuang keluar bidang kerja tersebut. Untuk galian bangunan bangunan
dalam pelaksanaanya dimungkinkan ada bagian yang harus dikerjakan dengan manual
(pekerja).

a. Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Manual)


Yang dimaksud dengan galian tanah manual adalah galian tanah yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat sederhana (alat-lat pertukangan biasa).
Galian tanah ini dilakukan untuk dasar pondasi, dalam hal ini tanah dasar tidak begitu
keras, finishing galian dan jumlah penggalian per meter lari pada saluran drainase yang
tidak besar jumlahnya. Jika galian yang harus dibuat ternyata cukup dalam, maka
kontraktor harus membuat pengaman galian sedemikian rupa hingga tidak terjadi
kelongsoran pada tepi galian. Galian terbuka hanya diijinkan jika diperolehkemiringan lebih
besar 1:2 (Vertikal : Horisontal). Sisi galian yang curam harus dilindungi dengan sheet pile.
Pelaksanaan Pekerjaan :
 Langkah kerja galian manual adalah sebagai berikut:
- Pembuatan gambar kerja (shop drawing).
Gambar kerja dibuat secara detail yang menguraikan dengan jelas tentang lokasi,
dimensi dan penjelasanan lain yang diperlukan, sesuai dengan standar dan format
gambar kerja yang telah ditentukan/disetujui bersama.
- Perhitungan prakiraan volume galian.
Volume galian dihitung dengan seksama dengan format perhitungan yang telah
disetujui oleh direksi. Perhitungan volume ini dilampirkan dalam request.
- Request for work

6
Permohonan mulai kerja diajukan kepada direksi dan disetujui oleh konsultan
pengawas.
- Pengukuran Elevasi
Elevasi penggalian diukur dengan cermat menggunakan alat-alat ukur standar.
- Pemasangan patok, termasuk patok-patok referensi.
Patok-patok batas penggalian atau patok-patok refrensi sebagai panduan dipasang
sesuai dengan keadaan lapangan dan disetujui oleh direksi.
- Penggalian dengan alat-alat sederhana.
Tanah digemburkan menggunakan pacul atau panyong. Tanah yang telah
digemburkan atau tanah gembur digali menggunakan sekop. Hasil galian
dikumpulkan ditempat yang telah disetujui dan dipilih/dipilah tanah yang berasal dari
tanah padat (baik) dipisahkan dengan tanah lumpur atau yang banyak mengandung
bahan organik/sampah.

Gambar 2.
Alat Angkut Hasil Galian Secara Manual

- Penampungan sementara hasil galian.


Hasil galian tanah dipisahkan yaitu tanah yang berkualitas baik dibedakan dengan
tanah yang berkualitas jelek (mengandung lumpur dan bahan - bahan organik).
Tujuan pemisahan ini adalah agar tanah yang berkualitas baik dapat digunakan
kembali sebagai bahan timbunan.
- Pembuangan atau pemilahan hasil galian.
Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan selanjutnya
dibuang ke tempat yang telah ditentukan menggunakan Dump Truck.

Gambar 3.
Flow Chart Pekerjaan Galian

7
b. Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Alat)
Pekerjaan galian tanah biasa menggunakan alat adalah pekerjaan penggalian dengan
menggunakan alat-alat berat seperti excavator. Lokasi dari pekerjaan ini adalah pada
pekerjaan drainase dimana volume penggalian yang cukup besar, banyak terdapat akan
atau material lain yang keras sehingga tidak dapat dilakukan dengan cara penggalian
biasa.
Pelaksanaan Pekerjaan
 Langkah Kerja Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Alat) adalah sebagai berikut :
- Pembuatan gambar kerja (shop drawing).
Gambar kerja dibuat secara detail yang menguraikan dengan jelas tentang lokasi,
dimensi dan penjelasanan lain yang diperlukan, sesuai dengan standar dan format
gambar keja yang telah ditentukan/disetujui bersama.
- Perhitungan perkiraan volume galian.
Quantity suveyor dari kontraktor akan membuat perhitungan voulme galian,
kemudian perhitungan volume ini akan di konsultasikan dan dimintakan persetujuan
dari konsultan dan direksi.
- Request for work
Setelah gambar kerja dan perhitungan volume galian disetujui maka pihak (projeck
manager) akan mengajukan permohonan untuk memulai pekerjaan sesuai dengan
format yang telah disetujui.
- Pengukuran elevasi
Untuk memastikan bahwa elevasi pekerjaan telah sesuai dengan gambar
rencana/perubahannya maka tenaga ukur kami berserta tenaga ahli konsultan dan
direksi secara bersama-sama melakukan pengecekan /pengukuran.
- Pemasangan patok, termasuk patok - patok referensi

8
Patok-patok refrensi dipasang dan diperiksa oleh tenaga ahli masing- masing
(kontraktor dan konsultan).
- Penggalian dengan alat
- Penampungan sementara hasil galian perapian.
Hasil galian ditampung sementara di tempat yang telah disetujui oleh direksi serta
pemilik tanah tempat penampungan yang sesuai.

Gambar 4.
Penampungan dan pemilahan hasil galian

Gambar 5.
Pemilahan/Pengangkutan Hasil Galian Dengan Dump Truck

Gambar 6.
Bagan Alir Pekerjaan Galian

9
Pekerjaan galian dilakukan dalam dua jenis yaitu:
a. Galian dengan alat untuk volume pekerjan galian besar
b. Galian manual untuk volume pekerjan yang kecil
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan tanah:
a. Excavator (sovel)
b. Bulldozer
c. Dump truk d. Cangkul
e. Skop
f. Gerobak Tanah

Gambar 7.
Ilustrasi Urutan Pekerjaan Tanah

Excavator Menggali &


Memuat Tanah ke Truk

10
Tanah Dibawa Ke
Lokasi Pemindahan

Tanah Dituangkan di Tanah Diratakan dengan


Lokasi Pemindahan Bulldozer

3.2 Timbunan dan Pemadatan


Urugan tanah dengan dipadatkan merupakan menimbun tanah dengan tanah hasil galian yang
memenuhi syarat kualitas untuk tanah timbunan. Urugan ini berlaku untuk urugan tanah
kembali baik disaluran ataupun bangunan serta penimbunan tanggul atau timbunan untuk
pembentukan saluran. Item pekerjaan ini apabila dilaksanakan atas persetujuan Direksi
Pekerjaan dengan pertimbangan apabila tanah hasil volumenya tidak mencukupi atau
memenuhi kriteria sebagai tanah urugan.
Pengurukan tanah ada dua macam yaitu dengan alat katagori ringan, dan dengan alat berat,
dalam hal ini kita gunakan alat berat dan alat bantu katagori ringan.

Gambar 8.
Ilustrasi Proses Pemadatan Tanah Dengan Alat Bantu Ringan

11
Gambar 9.
Ilustrasi Proses Pemadatan Tanah Dengan Alat Berat

Dalam hal ini alat alat yang dibutuhkn yaitu:


a. Excavator
b. Bulldozer
c. Dump truk
d. Cangkul
e. Skop
f. Gerobak Tanah

4. PEKERJAAN PASANGAN
4.1. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Ps.
Melihat kondisi medan dan permasalahan yang ingin diatasi maka pasangan batu ini
dimaksudkan untuk memperlancar aliran air pada saluran, mencegah terjadinya longsoran
samping dan perkuatan tebing. Dengan demikian maka pasangan batu harus dibuat sebagai
berikut:
a. Menonjolkan kerapian karena terletak pada kawasan pariwisata.
b. Tidak boleh patah-patah dan adanya penyempitan (bottle neck) agar tidak terjadi
konsentrasi aliran dan scouring.
c. Menghidari permukaan yang kasar untuk memperlancar aliran di dalam saluran.
Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Lokasi pasangan batu
Sesuai gambar atau sesuai perintah direksi (pada galian yang telah jadi/diterima).
b. Bahan yang digunakan :
 Batu Kali

12
 Pasir
 Semen
 Pipa Drainase
 Ijuk
c. Alat-alat yang diperlukan :
 Patok
 Benang
 Cetok
 Molen
 Ember
 Ompreng
 Meteran Roll
 Bak Penampung Luluh
Langkah Kerja :
a. Buat gambar kerja dengan acuan gambar rencana
Setelah galian dinyatakan dapat diterima maka selanjutnya dibuat gambar kerja untuk
pasangan batu oleh Manajer Proyek dan dimintakan persetujuan kepada konsultan dan
direksi.
b. Hitung perkiraan volume
Kuantity menyiapkan perhitungan volume pekerjaan sesuai dengan gambar kerja yang
telah disetujui dan Manajer Proyek memintakan persetujuan kepada direksi dan konsultan.
c. Periksa kesiapan galian
Sebelum pasangan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap
kesiapan galian.
d. Periksa Kist Dam dan pompa berfungsi dengan baik
Sebelum pasangan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap
Kist Dam.

e. Request for work


Setelah semuanya dinyatakan oke maka Manajer Proyek akan mengajukan
permohnan mulai kerja kepada direksi dan pimpinan konsultan.
f. Pembuatan profil

13
Untuk mengarahkan pekerjaan pasangan agar diperoleh pasangan yang sesuai dengan
gambar di lapangan akan dibuat profil penuntun. Setelah profil terpasang dengan baik akan
disampaikan kepada konsultan dan direksi untuk mendapatkan persetujuan.
g. Penyiapan Material
Material pasangan batu sudah siap di lokasi seperti batu kali dengan ukuran dan kualitas
yang telah disetujui
h. Buat campuran
Selanjutnya disiapkan capuran yang ditakar dengan semen ditakar sesuai ketentuan.

4.2. Pasangan Siaran 1 Pc : 2 Ps.


Pekerjaan siaran dilakukan dengan tujuan merapikan, memperhalus permukaan
pasangan batu.
a. Bahan & Alat :
 Pasir
 Semen
 Cetok
 Ember
 Molen
 Ompreng
 Bak Penampung Luluh
b. Pelaksanaan :
 Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada bidang muka
pasangan. Sebelum melaksanakan pekerjaan siaran, bidang muka pasangan disiram
dengan air dan dibersihkan dari kotoran yang melekat pada pasangan.
 Semen, pasir dan air dicampur menjadi spesi, kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan
siaran.
 Siaran dilaksanakan dengan spesi 1PC : 2 Pasir dan merupakan siaran tenggelam.
 Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada bidang muka
pasangan.
 Sebelum disiar 1 PC : 2 Ps, bidang muka pasangan harus dibasahi dulu dan dibersihkan
dari kotoran yang melekat pada pasangan.
 Pencampuran spesi dikerjakan sebagaimana halnya pada pencampuran spesi pada
pekerjaan pasangan.
 Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan dan air mengalir.

14
Gambar 10.
Diagram Alir Pekerjaan Siaran 1 PC : 2 Ps

4.3 Pekerjaan Plesteran 1 Pc : 3 Ps


Pekerjaan plesteran dilakukan dengan tujuan merapikan pasangan batu, sehingga enak
dipandang. Disamping itu juga dapat memperkuat puncak (top) pasangan sehingga dapat
dilalui dengan baik.
a. Bahan & Alat :
 Pasir
 Semen
 Cetok
 Ember
 Molen
 Ompreng
 Bak Penampung Campuran
b. Langkah Kerja :
 Plesteran dilakukan pada bagian atas sebagai penguat, perapi dan pembentuk tepi.
 Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan apabila pasangan batu kali dan beton
cukup kering. Permukaan yang akan diplester dibersihkan dari kotoran - kotoran yang
melekat pada pasangan. Agar hasil plesteran bisa lurus dan rata kita gunakan alat bantu
berupa kayu kasut.
 Plesteran yang dikerjakan dengan campuran 1 PC : 3 Ps dengan ketebalan minim 1,5
cm.
 Permukaan plesteran harus padat, rata dan pada sudut-sudut harus lurus dan

15
memberikan hasil yang rapi.
 Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan dan air mengalir.

Gambar 11.
Diagram Alir Pekerjaan Plesteran 1 PC : 3 Ps

5. PEKERJAAN PONDASI
5.1. Urugan Pasir
Pengurugan pasir untuk dasar pondasi, dibawah box culvert dengan ketebalan pengurugan
sesuai dengan gambar kerja. Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung
potongan-potongan bahan keras yang berukuran lebih besar dari 1,5 cm.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Urugan pasir digunakan pada dasar galian pondasi dan konstruksi bagian bawah Precast
Gutter dan Leg Gutter.
b. Bahan urugan adalah pasir urug yang bebas dari kotoran dan biji-bijian sesuai dengan
keperluan.
c. Pemadatan urugan pasir dilakukan tiap lapisan dengan menggunakan alat pemadat dan
dilakukan penyiraman seperlunya.
d. Pengukuran ketebalan urugan pasir dilakukan setelah urugan pasir benar-benar padat dan
sesuai dengan gambar kerja.
5.2. Lantai Kerja (Lern Concrete)
1. Persiapan
a. Siapkan peralatan bantu pengaduk : molen, roskam, jidar, dll
b. Siapkan material-material yang akan digunakan sesuai kebutuhan.
c. Pastikan kondisi permukaan tanah sudah dalam keadaan siap untuk lantai kerja (tidak

16
ada lagi pekerjaan ME atau bila kondisi tanah masih perlu perbaikan).
d. Siapkan alat ukur untuk memonitor elevasi dari top lantai kerja.
2. Pelaksanaan
a. Siapkan gambar kerja untuk memastikan lokasi dan ketebalan lantai kerja yang akan
dilaksanakan.
b. Permukaan tanah yang telah rata diurug terlebih dahulu dengan pasir urug, sesuai
dengan spesifikasi. Pembuatan acuan lantai kerja (kepalaan) secara memanjang
dengan ukuran 5-10 cm (sesuai dengan gambar kerja) beberapa jalur dengan jarak
sesuai dengan panjang jidar antara jalur satu dengan yang lainnya. Pada pembuatan
kepalaan tersebut, elevasi harus dimonitor dengan alat ukur dan ketinggian elevasi
sesuai yang telah ditentukan.
c. Setelah kepalaan selesai, maka di antara kepalaan satu dengan yang lain dituangkan
beton segar dengan mutu rencana K-125 dan dibantu dengan jidar untuk
meratakannya. Agar mortar tersebut hasilnya lebih rata lagi maka elevasi harus di-cek
kembali.
6. PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
a. Pola Pengukuran :
Pola (maal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan di pada saat Pabrikasi. Semua pengukuran harus
dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui. Ukuran-ukuran dari
pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada 25°C.
b. Pelurusan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa
kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran
dan bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat
keseluruhannya.
c. Pemotongan
Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunakan gunting, menggergaji atau dengan
las pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus siku terhadap
bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.
d. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Geirinda
Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka pada
pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3 mm pada pelat
setebal 6 mm dan pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.

17
e. Pekerjaan Las
Pekerjaan las dikerjakan oleh Tukang Las dibawah Pengawasan Langsung pelaksana
struktur dengan pekerjaan Las. Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan
penyambungan, cara pengelasan, jenis dan ukuran serta kekuatan arus Iistrik. Ukuran
elektroda, arus tegangan listrik dan kecepatan busur listrik yang digunakan, harus seperti
yang dinyatakan oleh pabrik Las listrik dengan kawat baja jenis RD. Pelat-pelat baja yang
akan di Las harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karet atau lapisan lain
yang dapat mempengaruhi mutu Las.
f. Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan, maka
semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk
membuat lubang dan dibor menembus seluruh tebal sekaligus.
g. Memberi code pada jenis-jenis potongan
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan, maka
semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk
membuat lubang dan dibor menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut
pada salah satu lubang maka lubang ini dibor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar
untuk mencapai ukuran sebenarnya.
Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan menggunakan
mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan pelat-pelat dan
sebagainya dapat dilepas bila perlu.
Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas adalah 1,50 mm lebih besar dari pada
diameter yang tertera pada gambar rencana. Diameter lubang-lubang untuk baut pas
harus dalam toleransi yang diberikan.
Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor menembus sekaligus seluruh
tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat di bor dengan ukuran yang lebih kecil
dahulu dan kemudian pada saat montase percobaan

k. Kerangka Baja.
Satu batang kerangka baja dipasang atas tumpuan-tumpuan sedemikian rupa, sehingga
kerangka baja itu dapat membentuk lawan lendut seperti tertera pada gambar kerja.
Tumpuan-tumpuan itu tidak boleh disingkirkan sebelum seluruh sambungan (kecuali
sambungan pendek pada puncaknya), telah dibuat permanent.

18
Setelah kerangka baja terpasang, baru sambungan batang atas dibuat permanent
l. Penggunaan Baja Keras, Baut-baut untuk Pemasangan Akhir.
Setiap pemasangan dibuat bersama-sama dengan baut stel sehingga berbagai bagian
serta pelat berhubungan rapat satu sama lain secara menyeluruh.
Sebanyak 50% dari lubang harus diisi dengan baut stel minimal 10%, atau pada setiap
potongan dan pelat minimal dua lubang diisi dengan drif paralel.
Baut baja keras harus dipasang dengan cincin baut yang diperlukan, sebuah dibawah
kepala baut dan sebuah dibawah mur, harus diperhatikan bahwa cincin baut itu
terpasang dengan cekungnya menghadap keluar.
Memasukkan dan mengencangkan baut baja diatur sedemikian rupa sehingga selalu
rapat dan tidak dapat dimulai sebelum sambungan teIah diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
Mur harus dikencangkan hanya terhadap bidang yang tegak lurus terhadap as lubang.
Bidang bawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus terhadap as
baut lebih dari 3.50 derajat dan bila dirasa perlu dapat menggunakan cincin baut yang
miring(taperd).
Baut menonjol melalui mur tidak kurang dari 1.5 mm tidak lebih dari 4.5 mm.
Baut stel yang digunakan untuk membut permukaan dapat seterusnya digunakan pada
sambungan.
Pengecekan hubungan tegangan/torque dilakukan oleh Pemborong Montase
Setiap baut yang kendor harus disesuaikan dengan kebutuhan, perhatian khusus perIu
diberikan pada kelompok baut yang mungkin kendor dan dikencangkan sehingga
mencapai tegangan yang diperlukan.
m. Pengecatan Baja
Pembersihan permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan dikupas
dengan sand blasting atau cara lain yang disetujui, agar menjadi logam yang bersih,
dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur, atau lain-lain yang melekat
padanya.
Luas bidang permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup dengan cat
dasar dan dicat dengan segera setelah pembersihan, sebelum terjadi oksidasi.
Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembar atau berdebu atau pada
cuaca lain yang jelek.
Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan berikutnya tidak
diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah mengering.

19
Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar Dalam tempo kurang lebih enam bulan tetapi
tidak boleh lebih cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar
Bila terjadi demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar
lagi seperti diuraikan diatas.
Cat disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut-baut pada setiap sudut-sudut,
sambungan pelat, lekuk-Iekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.
Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, diisi dengan cat
yang tebal dengan menggunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui
sebelum penyelesaian cat dasar.
Setiap Lapisan yang telah selesai harus tampak sarna dan rata, pemakaian cat yang rata
ialah 12.5 mm2 per-liter untuk lapisan berikutnya.

7. PEKERJAAN RAILING JEMBATAN


1. Pekerjaan railing menggunakan papan kayu sesuai dengan ukuran rencana.
2. Papan dipasang vertical sepanjang bentang jembatan dan dipasang pada kedua sisi
jembatan.
3. Papan diikat pada pelat baja yang telah dipasang sebelumnya.
4. Material/bahan harus material yang bagus dan tidak cacat.
5. Setelah papan seluruhnya dipasang, ditambahkan bamboo sebagai finishing dari railing
jembatan.

8. MANAJEMEN PROYEK
Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di proyek ini harus ditangani oleh tenaga- tenaga ahli
dan terampil dari perusahaan yang berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek yang
sejenis, sehingga pengelolaan serta pelaksanaan akan sesuai dengan tuntutan pemilik
pekerjaan.
Kantor lapangan akan dibuat di satu lokasi yang berfungsi sebagai kantor proyek.
Kantor proyek dibuat agak besar agar bisa menampung aktifitas teknik, aktifitas administrasi
dan aktifitas laboratorium yang akan memudahkan koordinasi dan pelaksanaan selama
kegiatan pekerjaan berlangsung.
8.1. Struktur Organisasi
Pelaksanaan proyek dikelola oleh tim manajemen yang dipimpin manajer proyek, dibantu
oleh beberapa tenaga kepala seksi yang memiliki staff, dan beberapa tenaga pelaksana
utama lapangan beserta stafnya. Manajer proyek bertanggung jawab kepada pimpinan

20
perusahaan. Manajer Proyek berkuasa penuh atas manajemen proyek, dan berkewajiban
memimpin seluruh kegiatan pekerjaan di proyek, baik di bidang administrasi, perencanaan
dan evaluasi (komersial), teknik, keuangan, pengadaan maupun kegiatan pelaksanaan di
lapangan.
1. Bidang Teknik, engineering dan quality qontrol serta administrasi teknis, dilakukan oleh
kepala seksi teknik beserta staffnya.
2. Bidang Keuangan, administrasi umum dan personalia, dilakukan oleh kepala seksi
personalia dan keuangan beserta staffnya.
3. Bidang Perencanaan dan Evaluasi (Komersial) serta quantity surveying, dilakukan oleh
kepala seksi Komersial beserta staffnya.
4. Bidang Pengadaan material dan peralatan dilakukan oleh bagian logistik dan peralatan.
5. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dilakukan oleh Pelaksana Utama dan staff
pelaksana.
6. SHE atau Safety, Health and Environment yang bertugas untuk Keselamatan dan
Kesehatan pekerja serta lingkungan dan sosial masyarakat.
Satu Staf pelaksana akan menangani satu pekerjaan tertentu berdasarkan satu unit
pekerjaan (tanah, pasangan, aspal dll.), jika volume pekerjaan terlalu sedikit maka staf
pelaksana akan merangkap beberapa pekerjaan dengan batasan bahwa pekerjaan yang
dirangkap tersebut berada dalam lokasi yang sama atau berdekatan.
Dengan pengelolaan manajemen proyek seperti diuraikan di atas maka pelaksanaan
pekerjaan diharapkan dapat berjalan dengan baik sesuai persyaratan dan rencana yang
diberikan oleh pemilik pekerjaan.

8.2. Sub-Kontraktor dan Suplier


Sesuai dengan surat keppres, dalam pelaksanaan proyek ini, kontraktor utama harus
bekerjasama dengan subkontraktor/suplier yang akan ditentukan kemudian berdasarkan
prosedur standar. Khusus untuk pekerjaan spesial kontraktor juga hendaknya bekerjasama
dengan subkontraktor spesial yang mengkhususkan diri pada pekerjaan spesial tersebut.
Dalam pengadaan material wajib melibatkan supplier setempat khususnya untuk material
lokal, untuk material pabrikan kontraktor sebaiknya bekerjasama dengan agen utama atau
supplier yang berpengalaman pada bidangnya yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta.

8.3. Komunikasi

21
Diciptakan komunikasi yang aktif antar semua pihak yang terlibat antara lain kontraktor,
Pengawas suplier dan subkontraktor dan pihak terkait lainnya sehingga jika terjadi
permasalahan dapat segera ditemukan jalan keluarnya sehingga keputusannya tidak
menggantung dan proyek dapat berjalan dengan lancar.
Antara Kantor dan petugas lapangan harus dilengkapi dengan radio komunikasi yang
memungkinkan satu dengan yang lain setiap saat berkomunikasi. Kantor dengan semua
petugas dilapangan dapat berhubungan langsung. Kantor pengawas lapangan juga
memperlengkapi diri dengan alat komunikasi sejenis sehingga memudahkan komunikasi
antar unsur proyek yang terlibat.
Komunikasi untuk manajemen perusahaan sebagai kontraktor menggunakan e-mail dan
perkembangan produksi lapangan dilaporkan dengan program tertentu yang disebut Sistem
Informasi Hasil Usaha. Setiap proyek akan selalu di evaluasi dan di kordinasikan terkait
dengan permasalahan permasalahan yang akan timbul selama pelaksanaan. Kontraktor juga
harus menerapkan sistem Manajemen Risiko dimana fungsinya juga untuk pemberi kerja
agar dapat menginformasikan sedini mungkin risiko yang akan terjadi selama masa
pelaksanaan.

9. METODE PELAKSANAAN MANAJEMEN


Untuk menjamin sistem manajemen agar berlangsung dengan baik dan berjalan
sebagaimana mestinya, hendaknya pihak perusahaan (kontraktor) menerapkan kebijakan-
kebijakan terkait sistem manajemen proyek berupa kebijakan sistem manajemen. Kebijakan
Sistem Manajemen tersebut diperuntukkan untuk memastikan komitmen dan penerapan
dimulai dari manajemen tertinggi hingga pelaksana lapangan untuk dapat selalu menerapkan
dan mengembangkan:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Sistem Manajemen Resiko
3. Sistem Manajemen Mutu
4. Sistem Manajemen Pengaman
5. Sistem Manajemen Lingkungan
Dengan didasarkan atas prosedur dan instruksi kerja yang berlaku dan dalam
pelaksanaannya ditunjang dengan sarana-sarana lain, berupa perangkat lunak (Software)
sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras (Hardware) yang berupa peralatan-
peralatan sebagai sarana penunjang pelasanaan pekerjaan disamping kebutuhan kebutuhan
yang diperuntukkan di lapangan.

22
9.1. Tenaga Kerja
Personel yang terpilih yang berpengalaman dalam proyek sejenis hendaknya ditempatkan
sebagai personel inti dalam organisasi proyek. Tenaga kerja terampil sebaiknya dipilih
dan didatangkan dari daerah setempat dan bila kualifikasi maupun jumlah tidak memadai,
dapat didatangkan dari daerah lain.
Tenaga kerja yang nantinya digunakan dalam proyek ini minimal terdiri atas :
 Pimpinan dan staf manajemen proyek termasuk site manager.
 Tenaga operasional lapangan : Pelaksana (Supervisor), mekanik operator alat berat,
pengadaan serta staf gudang.
 Pekerja (Mandor, tukang, kenek, operator alat bantu)
9.2. Pemilihan Alat
Pemilihan peralatan yang tepat baik dari sisi peruntukkan, kapasitas, maupun jumlah akan
dipengaruhi oleh kondisi lapangan dan progress pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk
menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan pekerjaan. Tolok ukur yang dipakai adalah biaya
hemat, mutu akurat, dan waktu tepat. Tidak semua alat yang dimobilisasi ke site pekerjaan,
sebagian dipergunakan di lokasi quarry.
Dengan pertimbangan efisiensi, mobilisasi peralatan akan disesuaikan dengan keperluan di
lapangan dan target prestasi pekerjaan yang harus dicapai. Secara umum jenis alat yang
dipakai untuk pelaksanaan pembangunan proyek ini sebagai berikut :
 Peralatan utama sesuai dengan jenis dan jumlah minimal peralatan yang dicantumkan
dalam dokumen lelang.
 Peralatan umum adalah peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan tetapi tidak
tercantum dalam dokumen lelang, misalnya katrol dll.
 Peralatan operasional adalah peralatan yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan proyek misalnya sepeda motor, pick up dll.

9.3. Bahan/Material
Kebutuhan bahan-bahan akan dikendalikan oleh bagian pengadaan dengan berpedoman
pada jadwal material dan persyaratan yang diatur dalam spesifikasi teknik. Jadwal detail
(Schedule) untuk pendatangan bahan harus dibuat pada saat pelaksanaan pekerjaan yang
dibuat berdasarkan hasil data kebutuhan lapangan.

23
Bahan/material yang akan dipakai terlebih dahulu harus melewati fase pengetesan sesuai
persyaratan dan mendapatkan persetujuan direksi. Semua hasil tes material/bahan harus
didokumentasikan dan dilaporkan ke direksi/pemilik pekerjaan.
9.4. Pengamanan (Security)
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, harus disediakan tenaga keamanan dan
akan berkoordinasi dengan petugas keamanan setempat, petugas keamanan bertugas
untuk :
 Pengamanan proyek pada umumnya
 Pengamanan bahan-bahan dan peralatan milik proyek
 Pengendalian lalu lintas
System pengamanan harus berlaku untuk pengamanan sistem manajemen, menggunakan
prosedur yang telah dimiliki. Ini meliputi semua sistem dan fungsi yang ada di dalam area
pelaksanaan pekerjaan seperti Kontrak, Shop Drawing, Detail Drawing, Notulen Rapat,
Administrasi Kontrak (correspondence) dan Dokumentasi selama pelaksanaan berlangsung.

9.5. Program K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu kebijakan dari suatu perusahaan.
Untuk menerapkan dan mengembangkannya maka struktur organisasi di lingkup proyek pun
di susun sebagai satu kesatuan dalam organisasi manajemen proyek. Unit K3 dibentuk
sesuai dengan Kebijakan, Prosedur dan Instruksi Kerja maka seluruh staf dan pekerja yang
terlibat dalam kegiatan proyek yang akan membuat program K3 serat monitoring dan
evaluasi. Dalam menanggulangi hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K3 harus
bekerja sama dengan puskesmas, klinik, rumah sakit maupun instansi-instansi yang terkait.
Tugas-tugas dalam program K3 adalah sebagai berikut :
 Membuat analisa HIRARC dimana dianalisa setiap kegiatan pekerjaan dan
mengevaluasi terjadinya kecelakaan serta antisipasi kecelakaan.
 Membuat rencana penggunaan APD (alat pelindung diri) untuk setiap kegiatan
pekerjaan.
 Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja, seperti helm
pengaman, sepatu, sarung tangan, dan sebagainya sesuai dengan rencana
penggunaan APD.
 Merencanakan traffic management untuk keluar masuknya kendaraan alat berat.
 Mengadakan Kotak P3K untuk antisipasi penyelamatan kecelakaan pertama (first aid).
 Morning Talk atau penjelasan tentang rencana kerja dan risiko yang berpotensi

24
ditimbulkannya diberikan kepada pekerja secara rutin agar pelaksanaan pekerjaan
selalu memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.
9.6. Metode Pengendalian Proyek
Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam proses produksi
baik SDM, Material, peralatan, Proses, Sarana Kerja, dan Sub Kontraktor.
1. SDM
 Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalaman sejenis
 Dedikasi dan loyalitas
 Pengarahan, Pembinaan
 Monitor dan pelaporan
2. Material
 Pengujian sample beton, job mix formula (JMF)
 Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai
 Pengajuan sampel
 Pengetesan material dan persetujuan
 Pemilihan supplier
 Jadwal kebutuhan material
 Cara penyimpanan
 Cara Handling.
 Monitor dan Pelaporan
3. Peralatan
 Pemilihan jenis alat yang sesuai
 Pemilihan peralatan yang layak pakai dan safety
 Kalibrasi Untuk alat-alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan)
 Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur & kualitas) yang memadai
 Pemilihan supplier alat yang baik
 Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman
 Jadwal kebutuhan alat
 Penyediaan bahan bakar
 Penyediaan suku cadang
 Control service
 Monitor dan pelaporan.
4. Proses
 Pemilihan material

25
 Trial Mix
 Peralatan yang sesuai
 Komposisi yang sesuai
 Standar proses
 Metode pelaksanaan
 Cek hasil
 Monitor pelaporan
5. Sarana Kerja
 Ruang Kerja yang memenuhi standar keselamatan kerja
 Kemudahan akses
 Terpenuhinya alat kerja
 Terpenuhinya fasilitas kerja (air dan listrik kerja)
 Kemudahan mobilitas dan komunikasi
6. Sub Kontraktor
 Seleksi
 Uji kelayakan
 Pengawasan dan Pengarahan.
9.7. Jadwal Pekerjaan
Jadwal pekerjaan dibuat berdasarkan asumsi dan logika yang benar dan berdasarkan data-
data pada gambar dan spesifikasi teknis. Schedule dan urutan kerja dalam bentuk bar-chart,
network planning, dan S-Curve merupakan sarana terpenting dalam manajemen
pelaksanaan suatu proyek.
Untuk mendapatkan Schedule yang mendekati kenyataan di lapangan, perlu dibuatkan detail
Schedule per 2 mingguan (two weekly schedule). Dimana monitoringnya dapat dilakukan
setiap hari (day by day) untuk mengetahui kemajuan pekerjaan, menidentifikasi kendala dan
mencari jalan keluarnya.
Jadwal pekerjaan 2 mingguan sebaiknya disampaikan kepada seluruh unit kerja, baik yang
berada di kantor proyek maupun di lapangan.
9.8. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Proyek pengerjaan drainase yang akan dilakukan nantinya merupakan salah satu kegiatan
pembangunan fisik yang sudah barang tentu dalam pelaksanaan nya nanti akan berdampak
terhadap lingkungan yang ada disekitar lokasi proyek tersebut. Salah satu upaya
meminimalisasi dari dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan proyek itu, tentunya
harus dilakukan sesuatu kegiatan pemantauan terhadap perubahan-perubahan lingkungan

26
tersebut antara lain meliputi perubahan kebersihan lingkungan, polusi udara dan sosial
ekonomi secara berkelanjutan, sehingga dapat diketahui besar pengaruh pekerjaan ini
nantinya, serta dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Tujuan pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk mengetahui tingkat pencemaran
terhadap udara, kebersihan lingkungan serta pengaruh sosial dan ekonomi pada masyarakat
setempat (kesempatan kerja) sebagai akibat pekerjaan tersebut.
Metode dan cara pemantauan serta pengelolaan lingkungan agar tetap memenuhi kuailitas
yang diharapkan akan ditentukan pada waktu pelaksanaan pekerjaan minimal untuk
memenuhi standar yang ditentukan atau seperti bagian bawah ini :

Proses Pendukung :
 Sumber daya, tugas, tanggung jawab & wewenang.
 Kompetensi, pelatihan & pemahaman.
 Komunikasi.
 Dokumentasi.
 Pengendalian dokumen.
 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan & pengesahan.
 Pengendalian catatan.

10. KOORDINASI ANTAR DISIPLIN


Dalam penyelesaian keseluruhan proyek, banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang kegiatannya
akan dapat mempengaruhi kecepatan penyelesaian proyek, misalnya pekerjaan relokasi
utilitas (jika ada) atau adanya aktifitas yang menyangkut budaya lokal dan kondisi kepadatan
lalu lintas, oleh karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi yang baik dan terpadu, untuk

27
menghindari terjadinya konflik dan kesimpangsiuran pelaksanaan, yang dapat
mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan yang tidak diinginkan.
Koordinasi diperlukan untuk mengatur atau menjadwalkan kegiatan pekerjaan disuatu tempat
yang saling terkait yang akan dilaksanakan, sehingga memerlukan adanya :
 Rapat Koordinasi
Rapat koordinasi intern kontraktor, dilaksanakan minimal satu kali seminggu, untuk
menyampaikan informasi adanya aktifitas yang mengganggu kecepatan proyek,
membahas permasalahan yang ada, koordinasi pelaksanaan pekerjaan.
Rapat koordinasi dengan direksi lapangan akan dilakukan minimal satu minggu
sekali, dimaksudkan untuk penyampaian evaluasi dan rencana target, juga untuk
membahas jalan keluar hambatan-hambatan yang ditemui. Rapat koordiansi dapat juga
diadakan secara mendadak jika ditemui hal yang sangat potensial akan menghambat
pekerjaan,
Rapat koordiansi juga diadakan antara kontraktor dengan supplier, sub kontraktor dan
pihak pemerintah daerah yang berkompeten dengan topic permasalahan proyek
misalnya Dinas Pertamanan, PLN, PDAM, Telekom, Kepolisian, dan instansi lainnya.
 Program dan Scheduling
Jadwal Pekerjaan akan dijabarkan lebih detail kedalam program bulanan dan mingguan
dan akan dimonitor secara cermat menggunakan laporan harian dan minguan. Untuk
pengontrolan secara umum akan dituangkan dalam bentuk Flowchart standart agar
mudah dipahami, sedangkan untuk proyek akan dibuat rumusan tersendiri yang
diselesaikan dengan jenis pekerjaan yang ada di proyek yang mengacu pada pola
standart.

11. QUALITY CONTROL


Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang diisyaratkan,
perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
antara lain mengontrol :
 Material yang digunakan, sejak dari pemilihan sumber material, pemilihan supplier,
pengangkutan dan proses produksi.
 Pemilihan tenaga kerja
 Perawatan alat dimulai dari pemilihan alat, mobilisasi, pemeliharaan dan service

28
serta demobilisasi.
 Test material di laboratorium dan lapangan, pengujian material yang akan di proses
dan usaha perbaikan kualitas.
 Test hasil pekerjaan dan tindakan perbaikan.
Melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap pelaksanaan pekerjaan. Meskipun untuk
hal-hal tersebut diatas sudah ada penanggungjawabnya langsung, tetapi akan ditunjuk
petugas quality control yang dikoordinasikan oleh bagian teknik dan melakukan proses
quality control dan prosedurnya yang telah berlaku di proyek.
Manajemen mutu di proyek akan melaksanakan semua kegiatan secara sistematik
dan terencana yang diterapkan sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin
bahwa proses pelaksanaan di proyek secara terkendali dan konsisten dapat mencapai
semua sasaran dan persyaratan mutu yang diminta dalam gambar-gambar pelaksanaan dan
spesifikasi.
Pekerjaan pengendalian mutu di pelaksanaan akan dapat dijalankan dengan baik dengan
adanya :
 Sasaran mutu yang jelas
 Sumber daya manusia yang professional dan tanggung jawab yang jelas
 Organisasi proyek yang handal
 Sisitem dan prosedur mutu yang baku
 Penerapan manajemen mutu yang konsisten

12. PENUTUP
Uraian dan metode pelaksanaan tersebut diatas merupakan penjelasan singkat yang dibuat
berdasarkan informasi yang ada dan telah memperhitungkan waktu pelaksanaan dan
persyaratan kualitas, semoga metode tersebut dapat memberikan gambaran yang cukup
jelas tentang langkah – langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek nantinya.
Dalam pelaksanaannya tentu akan timbul ide-ide baru, yang dipadu dengan dokumen tender
dan gambar-gambar tender terutama hasil survey kondisi lapangan akan dapat dibuat
metode pelaksanaan yang baku.

29

Anda mungkin juga menyukai