Anda di halaman 1dari 12

Laporan Hasil Wawancara

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akademik

Mata Kuliah: Fikih Siyasah

Dosen Pengampu: Sulhani Hermawan, M.Ag.

Disusun Oleh :

Isti Nurafifah (182121033)

Mukjizat Bahrul P (182121035)

Mochammad Arif S H (1821210

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan observasi atau diskusi penting dilakukan agar kita mengetahui sebuah
informasi yang jelas akurat serta terpercaya dari narasumber. Dalam mata kuliah Fikih
Siyasah salah satu metode pembelajarannya adalah observasi dan diskusi langsung
dengan para tokoh-tokoh penting di suatu daerah seperti ketua partai politik atau
pimpinan ormas ataupun jajaran-jajarannya. Dalam tugas ini kami berharap bisa
mengambil ilmu serta manfaat dari narasumber.
Dalam diskusi ini kelompok kami mendapatkan tema Nadatul Ulama di wilayah
kota Surakarta. Disini kita mengajak beberapa pejabat penting untuk berdiskusi
bersama sekaligus silaturahmi, yaitu dengan Rois Suriyah NU, ketua PCNU, ketua
Muslimat NU, dan ketua GP Anshor.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kenegaraan menurut pandangan Rois Suriyah NU?
2. Bagaimana konsep kenegaraan menurut pandangan dari ketua Muslimat NU?
3. Bagaimana konsep kenegaraan menurut pandangan dari ketua GP Anshor?
C. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih Siyasah
untuk mempererat rasa kerja sama dan kekompakan antar anggota kelompok dan agar
bisa mengetahui konsep kenegaraan menurut masing-masing narasumber dengan sudut
pandang yang berbeda-beda.
D. Laporan Hasil Wawancara
Narasumber :
1. Rois Suriyah PCNU Kota Surakarta (KH. Sofwan fauzi)
Wawancara dilaksanakan pada tanggal :
Hari/tanggal : Rabu, 22 Oktober 2019
Waktu : 17.30-selesai
Tempat : Masjid/Ponpes Darul Karomah Gandekan Surakarta
2. Ketua Muslimat NU Kota Surakarta (Ibu Nyai Idris)
Wawancara dilaksanakan pada tanggal :
Hari/tanggal : jumat, 25 Oktober 2019
Waktu : 14.00-selesai
Tempat : jl. Dr wahidin 45 Laweyan Surakarta
3. Ketua GP Anshor Kota Surakarta (Bapak Arif)
Wawancara dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Jumat, 25 Oktober 2019
Waktu : 20.30-selesai
Tempat : studio gesma fm
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kenegaraan Menurut Rois Suriyah
Narasumber wawancara yang kami pilih adalah KH. Sofwan Fauzi selaku Rois
Syuriah PCNU Surakarta. Kami sudah membuat janji akan bertemu baliau untuk
mewawancarainya Pada hari Rabu, 22 Oktober 2019, pukul 19.00 kami tiba di Masjid
/ Ponpes Darul Karomah, Gandekan, Surakarta. Dari penjelasan narasumber, kami
mendapatkan beberapa informasi.
Pertama, adalah mengenai polemik pemilu yang ketika dalam pemilu muncul
orang-orang yang menginginkan sistem khilafah dijadikan bentuk negara, beliau
menjawab bahwasanya hal itu telah menyalahi konsensus para pendiri negri dimana
bentuk negara ini sudah final berbentuk demokrasi, dan tidak bisa diubah lagi.
Mengingat negara Indonesia tidak didirikan oleh umat islam saja, maka satu-satunya
bentuk negara yang cocok adalah negara berdemokrasi.
Kedua, adalah tentang syarat yang harus ada pada setiap pemimpin negara
Indonesia, beliau menyatakan bahwa syarat utama adalah mengetahui latar belakang
negara. Banyaknya suku, budaya, dan bahasa menyebabkan timbulnya banyak
perbedaan di dalam berkehidupan dan berbangsa di Negara Indonesia, namun karena
perbedaan itulah Indonesia bisa merdeka, jadi sebagai pemimpin negara harus
menguasaihal tersebut agar dapat menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Selain
itu pemimpin juga harus memiliki kapabilitas keilmuan mengenai sosial masyarakat
indonesia. Setelah itu pemimpin haru dapat bersikap bijaksana dan bijaksini maksudnya
yaitu dapat bertindak sesuai letak, posisi, dan kebutuhannya. Terakhir dan paling utama
pemimpin indonesia harus muslim dikarenakan 80% penduduk Indonesia beragama
islam.
Ketiga, mengenai model pemilihan kepala negara, beliau berpendapat sesuai
dengan bentuk negara yang paling tepat untuk model pemiliha kepala negara adalah
melalui pemilihan umum. Dalam pemilu terdapat asas LUBER JURDIL itulah yang
sesungguhnya menjadi ruh demokrasi.
Keempat, pertanyaan ke empat mengenai lembagai negara, beliau mengatakan
semua lembaga negara saat ini sudah mencukupi apa yang dibutuhkan negara dan
masyarakat. Terutama mengenai lembaga keuangan yang dimana uang merupakan hal
penting dalam menjalankan roda pemerintahan. Lembaga ini hars berjalan sesuai
ketentuan yang ada dan harus diawasi kinerjanya agar lembaga ini tidak merugikan
negara.
Kelima, menyambung dari jawaban beliau diatas, kami menanyakan bagaimana
hubungan yang harus dilakukan agar dapat menjalankan kinerja setiap lembaga negara
tidak bertentangan satu sama lain, pertanyaan ini juga mengacu pada apa yang terjadi
akhir-akhir ini mengenai UU KPK. Beliau menjawab sebaiknya antar lembaga negara
harus bekerja sama demi tercapainya tujuan negara, komunikasi yang baik perlu di
perbaiki lagi agar hal demikian tidak terjadi lagi.
Keenam, berbicara mengenai undang-undang kami menanyakan, apakah
hukum yang sekarang ada di Indonesia sudah relwvan dengan kondisi negara saat ini?
Beliau menjawab sebenarnya uandang-undang saat ini juga buatan manusia
bagaimanapun pasti ada koreksi di salah satu pasal, dan tentunya undang-undang juga
tak lepas dari kepentingan golongan polotik. Jika dilihat dari sumber dan penetapan
UUD1945 sudah cukup baik, karena didalamnya terdapat hukum islam yang telah
dikonsuskan oleh para pendiri negara, namun entah mengapa hukum di Indonesia
tumpul keatas dan tajam kebawah. Itu yang perlu kita koreksi dan perbaiki.
Ketujuh, masih berbicara mengenai hukum, kami menanyakan apakah
menyuarakan ide-ide khilafah bisa disebut dengan makar? Menurut beliau sesuatu bisa
disebut makar apabila tidak setuju dengan apa yang telah ditetapkan oleh para pendiri
bangsa, tidak setuju pancasila sebagai dasar idiolagi bangsa dan tidak setuju dengan
UUD45 sebagai dasar hukum negara, tidak setuju NKRI sebagai bentuk negara, dan
tidak setuju Indonesia sebagai negara demokrasi.
Kedelapan, lalu bagaimana hukuman yang tepat bagi orang yang makar
terhadap negara? Beliau menjawab, tentunya hukumlah sebagaimana yang tercantum
dalam UUD45, dan kita serahkan semuanya pada penegak hukum.

B. Konsep Kenegaraan Menurut Ketua Muslimat NU Surakarta


Narasumber yang kedua adalah Ketua Muslimat NU cabang Kota Surakarta yaitu
ibu Nyai Idris.
Pertama, Dari penjelasan tentang kenegaraan, menurut beliau pada zaman
Rasululla saw itu bukan khilafah tetapi kholifah, yaitu nepotisme dalam arti yang maju
menjadi kepala negara (pengganti kepemimpinan Rasulullah) adalah orang-orang
disekitarnya seperti Abu Bakar , Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib dan lain-lain
namun itu semata-mata bukan karena dari keturunan-keturunan namun itu juga dipilih
oleh masyarakat dan tidak semata-mata berdiri sendiri dan memang ternyata yang bisa
dipercayai adalah beliau-beliau pada zaman itu. Kholifah dan khilafah itu berbeda kalau
khilafah adalah seperti model kerajaan ,seperti contohnya kyai. Tetapi kyai kan berbeda
karena kyai mendirikan pondok dan mengurus segala sesuatunya sendiri, dalam konsep
kenegaraan itu tidak seperti itu. Yang diperjuangkan K.H Hasyim Asyari tidak seperti
itu, kenapa dulu pancasila dalam pasal satu diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa” itu karena merangkul segala lapisan masyarakat bukan hanya dari warga negara
yang beragama islam saja. Oleh karena itu, konsep negara khilafah tidak cocok
diterapkan di Indonesia. Kembali lagi atas apa yang telah disepakati dalam piagam
jakarta dan dalam perumusan dasar negara, syariat islam tidak sepenuhnya cocok
dengan negara ini karena tidak semua warga negara Indonesia beragama islam.
Kedua, Dalam setiap negara pasti memiliki kepala negara/pemimpin, syarat-syarat
pemimpin menurut Bu Nyai Idris adalah :
a. Yang pasti Islam
b. Harus pintar dan adil
c. Mengerti sejarah Indonesia
d. Mampu mengayomi masyarakat
e. Yang pasti Sholeh dan tegas

Ketiga, mengenai kelembagaan negara, dalam menjalankan roda pemerintahan


pemimpin tak dapat bekerja sendiri maka pemimpin negara harus membuat beberapa
lembaga yang sekiranya sangat penting dalam menjalankan pemerintahan. Lembaga
negara yang bisa untuk memajukan negara Indonesia tetap harus ada misalnya saja
KPK atau BUMN itu harus tetap ada akan tetapi itu harus dipegang oleh orang yang
benar bukan oleh orang-orang yang beraliran keras. Sebab jika orang yang memegang
atau memimpin lembaga tersebut itu beraliran keras maka dia akan berlaku semena-
mena. Seperti BUMN sendiri itu harus dipegang oleh orang yang benar dan amanah
dan mengikuti aturan pimpinan (Presiden). Dan lembaga yang harus diperbaiki
kinerjanya atau lembaga yang harus ada adalah KPK

Keempat, dalam melaksanakan kinerjanya lembaga negara harus terkoneksi dan


saling berkordinsi agar tidak terjadi miss komunikasi antar lembaga. Hal tersebut bakal
menjadi penghalang lembaga negara untuk berusaha memajukan Indonesia.
Kelima, masalah hukum juga ini harus diperlihatkan kepada masyarakat
banyak tidak hanya masyarakat kecil tetapi yang besar juga harus tetap
diperlihatkan ,contoh kasus Setio Novanto yang kesalahannya sudah banyak
seharusnya diperlihatkan saja apa saja kesalahannya agar masyarakat tahu, bahwa
seperti inilah hukuum di indonesia yang berpihak pada yang berkuasa.

Keenam, dalam sebuah negara pun terjadi kasus makar, bagi yang melakukan
makar maka hukumlah seberat-beratnya karena itu membuat resah warga masyarakat
dan membuat negara tidak kondusif dan memancing negara lain untuk mengina
Indonesia yang dianggap/dipandang mudah dibohongi. Dan sebenarnya yang
melakukan makar hanya orang-orang itu saja (orang yang sama).
C. Konsep Kenegaraan Menurut Ketua GP Anshor
Narasumber yang terakhir adalah ketua GP Anshor cabang Kota Surakarta yaitu
bapak Arif. Dari pembahasan tentang kenegaraan berikut adalah uraian dari beliau
yaitu :
Pertama, dengan adanya bentuk kepulauan yang terdiri dari banyak suku, agama
dan ras, dan sebenarnya negara Indonesia telah menerapkan syariat Islam yang
mengedepankan pandangan-pandangan para pendiri bangsa. Apabila dahulu para
pendiri bangsa ini mengesahkan sila pertama yang mewajibkan seluruh warga untuk
menjalankan syariat islam, maka jika ada yang mengetahui orang sholat akan kena
pidana. Maka kemudian diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dalam
priambol UUD 1945 sudah jelas bahwa “atas berkat rahmat” itu berarti sudah meyakini
kemerdekaan yang kita rasakan itu berkahnya dari yang diatas. Jadi menurut beliau
bentuk negara yang paling cocok adalah tetap demokrasi.
Kedua, mengenai kriteria pemimpin yang pasti menurut beliau harus mencintai
rakyatnya, dan rakyatpun mencintai pemimpinnya, kemudian harus memiliki wawasan
kebangsaan dari sabang sampai merauke. Mengatahui seluk beluk watak, geologi, dan
historis daerah di negara ini.
Ketiga, mengenai lembaga negara menurut beliau sudah cukup dengan apa yang
dibutuhkan negara, Cuma yang perlu ditambahi pengawasan dalam pelaksanaan
kinerja setiap lembaga negara.
Keempat, hukum yang ada di Indonesia merupakan produk dari manusia yang
pasti memiliki kelebihan dan kekurangan yang prosesnya sudah jelas yaitu dari DPR
dan Presiden yang membentuk RUU itu dirasa sudah tepat, tinggal bagaimana parlemen
itu mengawal UU ini agar bisa diterapkan dimasyarakat. Jangan sampai UU yang sudah
disahkan malah merepotkan masyarakat. Artinya ada suatu pengawasan selaku
pembuat kebijakan harus balance antara pengawas, pembuat, dan pelaksana. Pembuat
kebijakan harus sesuai dengan kondisi rakyat, si pengawas juga harus begitu yaitu
saling mengawasi, dan pelaksana juga saling memberikan masukan. Sehingga undang-
undang bisa benar-benar diberlakukan di negara kita.
Kelima mengenai Sumber hukum yang diterapkan di Indonesia yaitu dengan
mengkomposisikan antara sumber hukum dari barat, dari dasar negara, dan beberapa
diambilkan dari sumber-sumber hukum Islam yang dimana sumber-sumber tersebut
diharapkan bisa memberi kemaslahatan yang tidak hanya berat sebelah.
Keenam, mengenai perbuatan makar, organisasi-organisasi yang merongrong
NKRI adalah termasuk makar, apalagi sampai berkelompok/bermufakat untuk
menyampaikan pendapatnya dimuka umum itu termasuk makar yang terorganisir. Hal
lain yang disebut makar itu adalah organisasi yang didalamnya bukan berideologi
pancasila. Dan hukuman untuk para pelaku makar adalah dicabut kewarganegaraannya
dan dipindahkan ke negara lain yang sesuai dengan pemahamannya (idiologinya),
karena dia (pelaku makar) sudah memberontak terhadap kesepakatan hukum atau
aturan yang ada di Indonesia.
Ketujuh untuk hukuman yang sekiranya tepat bagi beliau yaitu mencabut
kewarganegaraan orang-orang yang makar, karena jika hidup di suatu temoat maka kita
harus menaati apa yang telah dijadikan peraturan bersama.
Kesimpulan

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwasanya negra ini adalah
negara demokrasi. Apapun yang telah disepakati tidak bisa di langgar oleh sekelompok
atau perorangan. Bagaimanapun hasil dari kesepakatan tersebuat adalah yang terbaik
untuk negara ini. Kita wajib menaati dan melaksanakan setiap apa yang tercantum
didalamnya, agar kita dapat mewujudkan tujuan negara sebagai mana yang tercantum
dalam UUD45 dan Pancasila
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai