Anda di halaman 1dari 8

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


__________________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Kusumas Dani Ananta Utami NIM: 14711003
Stase : Ilmu Kedokteran Jiwa

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. T No RM : 514***
Umur : 66 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

Pengambilan kasus pada minggu ke : 3


Jenis Refleksi:
1. Ke-Islaman
2. Medikolegal
3. Sosial ekonomi

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil)
Anamnesis
Seorang pasien perempuan, usia 66 tahun datang ke IGD RSUD Wonogiri diantar
oleh keluarganya dengan keluhan pasien hanya diam, tidak mau bicara dan tidak mau
bergerak. Pasien sering murung dan menyendiri di dalam kamar. Keluhan seperti ini
dirasakan sejak sekitar 2 bulan yang lalu, dan memberat 3 hari terakhir sehingga pasien
dibawa ke IGD. Keluarga pasien becerita bahwa pasien menjadi lebih sensitif dan mudah
marah. Selain itu, pasien sering menangis dan mengurung diri di kamarnya. Pasien menjadi
tidak mau makan dan sulit tidur. Beberapa kali, cucu pasien melihat pasien berbicara sendiri,
namun tidak jelas apa yang dikatakan pasien. Menurut cerita cucu pasien, pasien juga
beberapa kali bicara bahwa ada seseorang yang akan menjemputnya. Perubahan perilaku ini
dirasakan keluarga terjadi sejak suami pasien meninggal sekitar setelah lebaran (kurang
lebih 6 bulan yang lalu). Sejak saat itu, pasien menjadi sering menangis dan merasa sedih.
Tidak lama kemudian, anak-anak pasien merantau ke Jakarta, sehingga pasien hanya tinggal
dengan seorang cucunya. Awalnya pasien masih seperti biasa dan bisa melakukan beberapa
aktivitas seperti bekerja di sawah, namun, lama-kelamaan pasien menjadi lebih pendiam dan

Page 1
sejak 2 bulan terakhir pasien tidak mau keluar rumah dan lebih sering menyendiri di
kamarnya. Pasien menjadi lebih pendiam dan murung, serta sulit diajak berbicara. Pasien
sudah tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya, seperti mandi, makan, dan bekerja di
sawah. Pasien juga menjadi sering gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien peranh mencoba
bunuh diri dengan meminum racun serangga tetapi berhasil diketahui oleh cucunya. Sampai
saat tiba di IGD, pasien tampak gelisah, murung, memjaamkan mata, dan sulit diajak
komunikasi.
Riwayat keluhan serupa sebelum 1 tahun terakhir disangkal, riwayat penggunaan zat
psikoaktif dan alkohol disangkal. Riwayat penyakit lain seperti diabetes, hiperteni, penyakit
jantung, dan stroke disangkal.

Pemeriksaan Fisik didapatkan status generalis dan neurologis dalam batas normal.

Pemeriksaan Status Mentalis


Seorang perempuan, penampilan cukup rapi, roman muka sesuai dengan umur,
selama wawancara pasien tidak mau berbicara sambil menutup matanya. Kesadaran pasien
composmentis, Mood hipotimia dengan afek menyempit, konsentrasi menurun, halusinasi
auditorik positif, bentuk pikir non-realistik, arus pikir inkoheren, orientasi waktu, tempat,
dan personal baik. Pemahaman pasien dengan penyakitnya tilikan 1.
Diagnosis multiaksial :
Aksis I = Episode depresi berat dengan gejala psikotik
Aksis II = tidak ada diagnosis
Aksis III = tidak ada diagnosis
Aksis IV = Primary support group
Aksis V = GAF 50-41
Penatalaksanaan :
Psikoterapi
R/ Infus RL 20 tpm
R/ Neurobion drip
R/ Injeksi Lodomer 1 ampul  Pagi
R/ Injeksi Delladryl 1 ampul  Pagi
R/ Injeksi Zyprexa 1/2 Fl  Malam

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Depresi merupakan terganggunya fungsi manusia yan dikaitkan dengan alam

Page 2
perasaan sedih disertai gejala perubahan pola tidur, pola makan, konsentrasi, psikomotor,
putus asa, rasa tidak berdaya, dan bunuh diri (Kaplan, 2010). Angka kejadian gangguan
depresi meningkat sekitar 2-3 kali dari populasi umum pada individu yang memiliki riwayat
depresi di keluarganya. Beberapa faktor berperan misalnya perpisahan, kesepian,
perpisahan, dan penyakit fisik. Gejala yang dialami masing-maing orang berbeda,
tergantung derajat yang dialami. Diagnosis depresi dapat tigekkan menggunakan pedoman
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang mengacu pada
DSM-IV (Maslim, 2001). Depresi dapat terjadi pada semua rentang usia mulai dari anak-
anak, remaja, dewasa maupun orang tua, dimana usia dengan risiko paling tinggi adalah
antara 15-24 tahun (Dancey & Kenney, 1997). Gejala utama depresi meliputi tiga hal, yaitu
afek depresif, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang berakibat
meningkatnya keadaan mudah lelah. Gejala lainnya yaitu kurangnya konsentrasi dan
perhatian, memiliki rasa bersalah dan tidak berguna, hilangnya kepercayaan dan harga diri,
pesimistis, adanya perbuatan membahayakan diri sendiri atau ide bunuh diri, pola makan
dan tidur yang berkurang. Depresi berat ditegakkan apabila memenuhi tiga gejala utama
ditambah minimal empat gejala lainnya, serta berlangsung minimal dua minggu atau kurang
dapat dibenarkan jika terjadi gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat dan sangat
tidak mungkin akan bisa meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 2013).
Pada kasus ini, pasien memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kesepian setelah
ditinggal suaminya yang meninggal serta anak-anaknya yang merantau. Dari berbagai hal
yang suah dijelaskan sebelumnya, penulis tertarik untuk merefleksikan kasus ini dari aspek
social ekonomi, medikolegal dan keislaman.

3. Refleksi dari aspek Sosial ekonomi dan medikolegal beserta penjelasan evidence /
referensi yang sesuai

Pada umumnya, para lansia ingin menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga,
bersama anak dan cucunya. Namun, banyak lansia yang tinggal terpisah dari keluarganya,
misalnya karena semua anak dan cucunya pergi merantau. Kondisi seperti ini dapat
menimbulkan masalah psikologis bagi lansia. Perpisahan ini menimbulkan perasaan
kesepian pada lansia, dan rasa kesepian akan semakin meningkat apabila pasangan dari
lansia meninggal dunia (Marini dan Haryati, 2010). Dari rasa kesepian ini akan muncul
depresi pada lansia. Depresi yang tidak tertangani dengan baik meningkatkan risiko dan
muncul ide bunuh diri (Mardiyanti dan Prasetyo, 2012). Hal ini sama seperti yang dialami
oleh pasien dimana setelah ditinggal suaminya meninggal, anak-anaknya kembali merantau
Page 3
di Jakarta sehingga pasien hanya tinggal bersama seorang cucunya, sehingga pasien sering
merasa sendiri dan kesepian, terutama saat cucunya pergi sekolah atau bermain. Pasien
merasa tidak berdaya dan depresi sehingga pasien memiliki pikiran untuk bunuh diri dengan
meminum racun serangga.
Dari aspek sosial ekonomi, penulis merefleksikan kasus pada pasien tersebut.
Tingkat ekonomi dan sosial seseorang memiliki pengaruh dalam pengetahuan, dukungan,
dan motivasi seseorang dalam menjaga kesehatan dan kesadaran seseorang untuk mencari
bantuan tenaga kesehatan. Apabila semua hal ini dimiliki oleh seseorang, maka proses
terapi untuk penyakitnya dapat dilakukan sejak awal dan akan mempengaruhi prognosis dan
kesembuhan penyakitnya (Adam, 2015).
Berkaitan dengan aspek medikolegal pada kasus ini, terdapat 4 kaidah dasar moral
(moral principle) dalam segala tindakan yang dilakukan oleh dokter (Risky, 2013),
meliputi:
a. Beneficience
Prinsip beneficience merupakan tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan yg merugikan atau
membahayakan pasien. Kewajiban seorang dokter adalah mengutamakan
kepentingan pasiennya.
b. Non-Maleficience
Dalam hal ini dokter tidak berbuat hal-hal yang memperburuk keadaan pasien.
Terutama saat emergensi atau gawat darurat. Bermaksud tidak menimbulkan bahaya
atau kecederaan kepada pasien dari segi fisik maupun psikologis.
c. Justice
Inti dari prinsip ini adalah keadilan, berlaku adil pada setiap pasien, setiap pasien
berhak mendapatkan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik,
maksudnya setiap pasien diberikan kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupannya.
d. Autonomy
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
Dalam hal medikolegal ini, dokter dan rumah sakit telah melakukan perawatan dan
penanganan pada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Melihat dari aspek sosial
ekonomi pasien dengan keempat prinsip medikolegal tersebut dokter memberikan
pelayanan terbaik untuk pasien. Dalam prinsip beneficience dokter memberikan tatalaksana
yang adekuat dan tepat berupa anti-depressan untuk mengatasi rasa depresi dan

Page 4
meningkatkan kualitas hidup pasien, dalam prinsip non maleficience dokter memberikan
edukasi kepada pasien. Dokter juga tidak membeda-bedakan pasien baik pasien umum
maupun pemegang BPJS sesuai dnegan aspek justice. Aspek autonomy pasien dalam hal ini
juga sangat diperhatikan berkaitan dengan pemilihan keputusan terbaik bagi pasien dengan
mengutamakan hak-hak pasien untuk menentukan persetujuan atas setiap tindakan yang
diberikan.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Bunuh diri dapat terjadi akibat seseorang merasa putus asa dalam menghadapi
hidupnya yang dianggap menjadi sebuah penderitaan. Dalam Islam, kehidupan dan kematian
merupakan rahasia Allah dan merupakan karuniaNya. Islam melarang perilaku
pembunuhan, baik kepada orang lain, maupun kepada dirinya sendiri, dengan alasan apapun.
Berikut ayat-ayat terkait mengenai bunuh diri :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29)

"Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah
mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS.
Al-Kahfi ; 6)

(Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang

Page 5
bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan
tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan
racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-
lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan
menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”

Allah telah memberikan solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Orang-orang yang
mencoba bunuh diri, berarti hatinya telah jauh dari prtunjuk Allah. Setiap hamba Allah pasti
diberikan masalah, hanya cara menghadapi masalah tersebut berbeda-beda, apakah seorang
hamba dapat bersabar menjalani masalah tersebut atau tidak.

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Q.S: al-Baqarah: 153)

Hudzaifah bin al-Yaman berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ditimpa suatu masalah, maka segera
mengerjakan SHALAT.” (HR. Ahmad)

Sangat dekatnya jarak antara masalah dan solusi, seharusnya membuat manusia yakin
dan bertawakal untuk mencari solusinya, bukan menyelesaikannya dengan cara bunuh diri
yang jelas-jelas ALLAH SWT membencinya. Wallahu’alam bish-showwab.

Page 6
Umpan balik dari pembimbing

Wonogiri, 27 Desember 2019

Dokter Muda Dokter Pembimbing

Kusumas Dani Ananta Utami Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, PhD, Sp.KJ(K)

Page 7
Daftar Pustaka

Page 8

Anda mungkin juga menyukai