BAB II - Copy Edit
BAB II - Copy Edit
PENDAHAULUAN
A. KONSEP TEORITIS
1. Defenisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2011). Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007). Fraktur adalah
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari kekuatan tersebut, keadaan tulang itu sendiri
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Hennderson, 2010).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia
sebelah kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang
bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan
wanita lanjut usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak
mampu menahan energi akibat jatuh atau benturan benda keras
(Henderson,2010).
2. Klasifikasi
Mansjoer, (2010) Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.
Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur. Empat yang utama adalah :
a. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
b. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari
posisi normal).
c. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
d. Terbuka (compound)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit
yang terbagi menjadi 3 derajad :
1) Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak
sedikit, tidak ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif
ringan dan kontaminasi minimal.
2) Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak,
tidak luas, fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi
3) Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas(struktur
kulit, otot, dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajad tinggi
3. Etiologi
Penyebab fraktur secara umum disebabkan karena pukulan secara
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan
kontraksi otot eksterm (Suddart, 2002).
Henderson, (2010) fraktur yang paling sering adalah pergerseran
condilius lateralis tibia yang disebabkan oleh pukulan yang
membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum medialis sendi
tersebut.
Muttaqin (2008).Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui
adalah sebagai berikut :
a. Trauma langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada
jaringan tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, dan benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
b. Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih
disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan
tulang atau otot , contohnya seperti pada olahragawan atau
pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu
beban badannya
c. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti
osteomielitis, osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome,
komplikasi kortison / ACTH, osteogenesis imperfecta (gangguan
congenital yang mempengaruhi pembentukan osteoblast). Terjadi
karena struktur tulang yang lemah dan mudah patah.
d. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang
menjadi keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
e. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal
dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
f. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan
sendi dan tulang rawan
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi
deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal,
dan berubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk
bidai alami yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
frekmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alami (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya. (uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
Smeltzer, ( 2011) Tidak semua tanda dan gejala terdapat pada
setiap fraktur, pada fraktur linear atau frakturimpaksi (perrmukaan
patahan saling berdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung
pada gejala, tanda fisik, pemeriksaan sinar-x pasien.
6. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan
fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung
tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
odem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit
(Henderson, 2010).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh
(Henderson, 2010).
Muttaqin, (2008) Proses pemulihan fraktur meliputi:
a. Fase inflamasi
Fase inflamasi terjadi segera setalah luka dan berakhir 3-4
hari, dua proses utama yang terjadi pada fase ini yaitu
hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan)
terjadi akibat fase kontriksi pembuluh darah besar didaerah luka.
Bekuan darah dibentuk oleh trombosit yang menyiapkan
matriksfibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel.
Fagositosis merupakan perpindahan sel, leokosit ke daerah
interestisial. Tempat ini di tempati oleh makrofag yang keluar dari
monosit selama kurang lebih 24 jam setelah cedera. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang pembentukan
ujung epitel diakhir pembuluh darah akan mempercepat proses
penyembuhan. Fase inflamasi juga memerlukan pembuluh darah
dan respons seluler yang digunakan untuk mengangkat benda- benda
asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke
jaringan membawa bahan nutrisi yang diperlukan pada proses
penyembuhan hingga pada akhirnya daerah luka tampak merah
dan sedikit bengkak.
b. Fase polifrasi sel
Fase polifrasi yaitu sel-sel berpolifrasi dari lapisan dalam
periosteum sekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi osteoblast,
sel ini aktif tumbuh kearah frakmen tulang dan juga terjadi di
jaringan sumsum tulang. Fase ini terjadi setelah hari ke-2 paska
fraktur.
c. Fase pembentukan kallus
Pada fase ini osteoblas membentuk tulang lunak (kallus),
Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium pembentuk suatu
tulang yang imatur. Jika terlihat massa kallus pada X-ray maka
fraktur telah menyatu. Pada fase ini terjadi setelah 6-10 hari setelah
fraktur.
d. Fase konsolidasi
Pada fase ini kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi,
fraktur teraba telah menyatu secara bertahap menjadi tulang mature.
Fase ini terjadi pada minggu ke-3-10 setelah fraktur.
e. Fase remodeling
Pada fase remodeling ini perlahan-lahan terjadi resorpsi secara
osteoklastik dan osteoblastik pada tulang serta kallus eksterna secara
perlahan-lanan menghilang. Kallus inter mediet berubah
menjadi tulang yang kompak dan kallus bagian bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk sumsum. Pada fase
remodeling ini dimulai dari minggu ke 8-12 dan berahir sampai
beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
7. Phatway
Kondisi patologis
osteoparosis,neoplasm Trauma langsung/tidak
a langsung
Rentan fraktur
Pada tulang
fraktur
Gangguan
muskulskoletal
Krepitasi pemicu
kemoreseptor nyeri Terputusnya Efek Luka
Ancaman
kontinuitas jaringan anastesi insisi
fisik
Pergerakan /mobilitas
terganggu Koping Perubahan patogen
Kemoreseptor nyeri tidak metabolisme
efektif
Respon nyeri:saraf Perubahan Resiko
eferen Hormone BPH ansietas
meningkat status infeksi
pernafasan
Keenganan melakukan Awitan < 3
aktivitas/mobilitas bulan Frekuensi Fraktur luka
meningkat terbuka/ tertutup
Hambatan mobilitas Nyeri akut
Kerusakan
Sesak nafas pembuluh darah
Ketidak Perdarahan
efektifan lokal
pola nafas
Sianosis
9. Penatalaksanaan medis
Smeltzer, (2011) penetalaksanaan medis meliputi :
a. Penatalaksanaan kedaruratan
Segera setelah cedera, klien berada dalam keadaan bingung,
tidak menyadari adanya fraktur dan berjalan dengan tulang kering
yang mengalami fraktur, maka langkah yang penting untuk
memobilisasi bagian yang cidera segera sebelum pasien
dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera akan
dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian,
ekstermitas harus disangga di bawah dan diatas tempat patah untuk
mencegah gerakan rotasi atau memutar. Gerakan fragmen tulang
dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan pendarahan
lebih lanjut. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan
dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan
sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
b. Penatalaksanaan fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan ketentuan normal dengan rehabilitasi.
Reduksi fraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen
tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi,
atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur.
Reduksi fraktur harus segera mungkin diberikan untuk mencegah
jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrari akibat
edema dan perdarahan. Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk
itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan
nafas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi
(circulation), untuk mengetahui apakah terjadi syok atau tidak.
Bila dinyatakan tidak ada masalah, lakukan pemeriksaan fisik
secara terperinci. Waktu terjadi kecelakaan penting ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama sampai di rumah sakit untuk
mengetahui berapa lama perjalanan kerumah sakit, jika lebih dari 6
jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian
lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih berat pada jaringan lunak.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat
mungkin. Penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi.
Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam (golden
period). Berikan toksoid, Antitetanus Serum (ATS) atau tetanus
human globulin. Berikan anti biotik untuk kuman gram positif dengan
dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari
dasar luka fraktur.
10. Komplikasi
Mutaqin (2008) Komplikasi yang terjadi akibat fraktur, yaitu :
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat di
tandai dengan tidak adanya nadi, sianosis pada bagian distal,
hematoma melebar dan rasa dingin pada ekstermitas yang
disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan
posisi pada daerah yang sakit, tindakan reduksi dan
pembedahan.
2) Sindrom kompartemen. Merupakan komplikasi yang serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut.
3) Fat emboli sindrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel- sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk kealiran pembuluh darah dan menyebabkan kadar
oksigen dalam darah menurun. Hal tersebut ditandai dengan
gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipenia, dan
demam.
4) Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma
pada jaringan. Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada
kulit dan masuk kedalam.
5) Nekrosis faskuler. Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang
b. Komplikasi lanjut
Noc : Nic :
Nyeri Akut Kontrol Nyeri Manajemen nyeri
Ds : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik,
Keluhan utama yang dirasakan …x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor
klien (Mis :Klien menyatakan hasil pencetus
nyeri) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyaman terutama pada
Do : Kriteria Hasil A T merak yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
Bukti nyeri dengan Mengenali kapan nyeri Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang
menggunakan standar terjadi ketat
peroksa nyeri untuk pasien Menggambarkan factor Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri
yang dapat mengungkapkan penyebab dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
(Pain Assessment checklist Menggunakan jurnal Gali pengetahuan dan keperrcayaan pasien mengenai nyeri
for senior with limited harian untuk memonitor Pertimbangkan pengaru budaya terhadap respon nyeri
ability to communicate) gejala dari waktu ke Terntukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualiatas hidup pasien (
Diaforesis waktu misalnya : tidur, nafsu makan , pengertian, perasaan,hubungan,peforma kerja
Dilatasi pupil Menggunakan tindakan dan tanggung jawab peran
Ekpresi wajah nyeri pencegahan Gali bersama pasien factor factor yang dapat menurunkan atau mempercepat
Fokus pada diri sendiri Menggunakan tindakan nyeri
Keluhan tentang intensitas pengurangan (nyeri) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik
nyeri menggunakan standar tanpa analgesic individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
skala nyeri (VAS) Menggunakan analgesic disability/ketidakmampuan/kecatatan dengan tepat
Keluhan tentang yang direkomendasikan Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya mengenai efektifitas
karakteristik nyeri Melaporkan perubahan tindakan pengontrolan nyeri yang pernah digunakan sebelumnya
Laporan tentang perilaku terhadap gejala nyeri Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
nyeri
Perilaku distraksi pada professional Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahpaan perkembangan yang
Perubahan TTV kesehatan memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat membantu
Perubahan posisi untuk Melaporkan gejala yang mengidentifikasi factor pencetud actual dan potensial (misalnya catatan
menghindari nyeri tidak terkontrol pada perkembangan, catatan harian)
Perubahan selera makan professional kesehatan Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidaknyamanan
Putus asa Menggunnakan sumber pasien dan mengimplementasi kan rencana monitor
Sikap melindungi area nyeri daya yang tersedia Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri , berapa lama nyeri
Sikap tubuh melindungi Mengenali apa yang akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
terkait dengan gejala Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
nyeri terhadap ketidakyamanan (misalnya suhu,pencahayaan suara bising)
Melaporkan nyeri yang Kurangi atau eliminasi factor factor yang dapat mencetuskan atau
terkontrol meninggkatkan nyeri (misalnya ketakutan,kelelahan,keadaan monoton dan
kurang pengetahuan)
Skala Indokator Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi ,kemampuan
1. Tidak pernah menunjukkan berpartisipasi keendrungan dukungan dari orang dekat terhadap metode dan
2. Jarang menunjukkan kontra indikasi ketika memlilih strategi penurunan nyeri
3. Kadang kadang menunjukkan Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam untuk memfasilitasi
4. Sering menunjukkan penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
5. Secara konsisten menunjukkan Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurunan nyeri
Tingkat Nyeri Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat
Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (seperti biofeed back , TENS ,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama hypnosis , relaksasi , bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi
…x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria aktivitas , akpressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan seblum dan sesudah dan
hasil jika memungkinkan , ketika melakukan aktivitas yang menimbulkan
nyeri,sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersamaan dengan tindaan
Kriteria Hasil A T penurunan rasa nyeri lainnya)
Nyeri yang dilaporkan Gali penggunaan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
Panjangnya episode nyeri Dorong pasien untuk menggunkan obat obatan penurun nyeri yang adekuat
Menggosok area yang Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
terkena dampak Dorong pasien untuk menggunakan obat obatan penurun nyeri yg adekuat
Mengerang dan menangis Kolaborasi dengan pasien , orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untk
Ekspresi nyeri wajah memlih dan mengimplemntasikan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologi
Tidak bisa beristirahat sesuai kebutuhan
Agitasi Berikan individu penurunan nyeri yang optimal dengan peresepan analgesic
Iritabilitas Implementasikan penggunaan pasien terkontrol analgesic (PCA) jika sesuai
Mengerinyit Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelm nyeri bertambah berat
Mengeluarkan keringat Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk meningkatkan partisipasi
Berkeringat berlebihan bamu lakukan evaluasi mengenal bahya dari sedasi
Mondar mandir Pastikan pemberian analgesic dan atau strategi nonfarmakologi sebelum
Focus menyempit dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
Ketegangan otot Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien , catat perubahan dalam
Kehilangan nafsu makan catatan medis pasien , informasikan petugas kesehatan lainnya yang merawat
Mual pasien
Intoleransi makanan Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
Skala Indikator Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya
1. Berat Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini
2. Cukup berat berubah signifikan dari pengalaman sebelumnya
3. Sedang Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi
4. Ringan nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan preventif
5. Tidak ada terkait dengan manajemen nyeri
Gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri
Kriteria Hasil A T Pertimbangkan unuk merujuk pasien keluarga dan orang terdekat pada
Frekuensi nafas kelompok pendukung dan sumber sumber lainnya sesuai kebutuhan
Denyut jantung apical Berikan informasi yang akurat untuk meningatkan pengetahuan dan respon
Denyut nadi radial keluarga terhadap pengalaman nyeri
Tekanan darah Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri jika memungkinkan
Berkeringat Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang
spesifik
Skala Indokator
1. Deviasi berat dari kisaran normal Pemberian analgesic
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal Tentukan lokasi, karakteristik kualitas dan keparahan nyeri
4. Deviasi ringan dari kisaran normal Sebelum mengobati pasien
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal Cek perintah pengobatan meliputi obat , dosis , dan frekuensi obat analgesic
yang diresepkan
Cek riwayat adanya alergi obat
Tingkat Kecemasan Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan serta dalam pemilihan algetik rute
dan dosis dan keterlibatan pasien sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pilih analgesic atau rute dan dosis dan keterilibatan pasien sesuaii kebutuhan
…x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai ketika lebih dari satu
hasil diberikan
Tentukann pilihan obat analgesic (narkotik, non narkotik atau NSAID)
Kriteria Hasil A T berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
Tidak dapat beristirahat Tentukan analgesic sebelumnya ,rute pemberian dan dosis untuk mencapai hasil
Berjalan mondar mandir pengurangan nyeri yang optimal
Meremas remas tangan Pilih rute intravena daripada rute intramuscular untuk injeksi pengobatan nyeri
Distress yang serring jika memungkinkan
Perasaan gelisah Tinggalkan narkotik dan obat obat lain yang dibatasi sesuai dengan aturan
Otot tegang rumah sakit
Wajah tegang Monitor tanda vital sebelum dan setelah oemberian analgesic narkotik pada
Iritabilitas pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda tanda yang biasanya
Tidak bisa mengambil Berikan kebuutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu
keputusan memfasilitasi penurunan nyeri
Mengeluarkan rasa Berikan analgeik sesuai waktu paruhnya terutama pada nyeri yang berat
marah secara berlebihan Susun harapan yang positif mengenai keefektifan nalgesik untuk
Masalah perilaku mengoptimalkan respon pasien
Kesulitan konsentrasi Berikan analgesic tambahan dan atau pengobatan jika diperlukan untuk
Kesulitan dalam meningkatkan penurunan nyeri
belajar/memahami Petimbangkan penggunaan infuse terus menerus , baik sendiri atau
sesuatu digabungkan dengan opioid bolus untuk mempertahankan level serum
Kesulitan dalam Jalankan tindakan keselamatan pada pasien yang menerima analgesic narkotika
penyelesaian masalah sesuai kebutuhan
Serangan panic Mintakan pengobatan nyeri PRN sebelum nyeri menjadi parah
Rasa takut yang Infromasikan pasien yang mendapatkan narkotika bahwa rasa mengantuk
disampaiakan secara kadang terjadi selama 2-3 hari pertama pemberian dan selanjutnya akan
lisan menghilang
Rasa cemas yang Perbaiki kesalahan pengertian/mitos yang di miliki pasien dengan anggota
disampaikan secara lisan keluarga yang mungkin keliru tentang analgesic
Perhatian yang Evaluasi keefektifan analgesic dengan interval yang teratur pada setiap setelah
berlebihan terhadap pemberian khususnya seelah pemberian pertama kali, juga observasi adanya
kejadian kejadian dalam tanda dan gejala efek samping (misalnya depresi pernafasan, mual dan
kehhidupan muntah,mulut kering dan konstipasi)
Peningkatan tekanan Dokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya efek samping
darah Evaluasi dan dokumentasikan tingkat sedasi dari pasien yang menerima opioid
Lakukan tindakan tindkan untuk menurunkan efek samping analgesic
Skala Indikator Kolaborasikan dengan dokter apakah obat dosis rute pemberian atau perubahan
1. Berat interval dibuthkan buat rekomendasi khusu berdasarkan prinsip analgesic
2. Cukup berat Ajarkan tentang penggunaan analgesic strategi untk menurunkan efek samping
3. Sedang dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
4. Ringan
5. Tidak ada Manajemen sedasi
Kriteria Hasil A T Review riwayat kesehatan klien dan hasil pemeriksaan diagnostic untuk
Peningkatan frekuensi mempertimbangkan apakah klien memenuhi criteria untuk dilakukan
nadi pembiusan parsial oleh perawat yang telah terintegrasi
Peningkatan frekuensi Tanyakan klien atau keluarga mengenai pengalaman pembiusan parsial
pernafasan sebelumnya
Dilatasi pupil Periksa alergi terhadap obat
Berkeringat dingin Pertimbangkan intake cairan dan intake terakhir makan
Pusing Review obat obatan lain di konsumsi klien dan verifikasi ada tidaknya
Fatigue kontraindikasi terhadap pembiusan
Penurunan produktifitas Instruksikan klien atau keluarga mengenai efek pembiusan
Penenurunan prestasi Dapatkan persetujuan tertulis
sekolah Evaluasi tingkat kesadaran klien dan reflex protektif sebelum pembiusan
Menarik diri Dapatkan data TTV saturasi oksigen EKG tinggi dan berat badan
Gangguan tidur Pastikan peralatan resusitasi gawat darurat tersedia ditempat khususnya sumber
Perubahan pada pola pemberian oksigen 100% obat obatan kegawatdaruratan dan defibrillator
buang air besar Inisiasi pemasangan infuse
Perubahan pada pola Berikan obat obatan sesuai protocol yang diresepkan dokter titrasi dengan hati
makan hati sesuai dengan respon klien
Monitor tingkat kesadaran dan tanda tanda vital klien , saturasi oksigen dan ekg
Skala Indikator sesuai panduan protocol
1. Berat Monitor klien mengenai efek lanjut obat termasuk agitasi depresi pernafasan ,
2. Cukup berat hipotensi , mengantuk berlebihan hipoksemia , aritia , apnea atau eksaserbasi
3. Sedang dari kondisi sebelumnya
4. Ringan Pastikan ketersediaan dan pemberian antagonis sesuai dengan prosedur protocol
5. Tidak ada dan diresepan dokter dengan benar
Pertimbangkan jika pasien memenuhi persyaratan untuk dipulangkan atau di
pindahkan sesuai dengan prosedur protocol
Dokumentasikan tindakan dan respon klien sesuai prosedur
Pulangkan atau di pindahkan pasien sesuai prosedur
Berikan instruksi kepulangan secara tertulis sesuai prosedur
Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :
Perawatan tirah baring
DS : Ambulasi Peningkatan mekanika tubuh
Keluhan yang dirasakan klien Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen energy
(mis: klien menyatakan selama …x… jam kalien dapat ….. dengan Menejemen lingkungan
tidak bisa melakukan kriteria hasil Penigkata latihan
mobilitas seperti biasa) Skala dipertahankan pada …… Peningkatan latihan : latihan kekuatan
Ditingkatkan ke….. Peningkatan latihan : peregangan
DO: Kriteria Hasil A T Bantuan perawatan diri
- Dispneu Menopang berat badan Bantuan perawatan diri : IADL
- Gerkan lambat Berjalan dengan langkah Perawatan diri : transfer
- Gerakan spastik yang efektif Pengajaran : peresapan latihan
- Gerakan tidak terkoordinasi Berjalan dengan pelan Perawatan traksi / imobilisasi
- Instabilitas postur Berjelan dengan
- Kesulitan membolak balik Pilihan intervensi tambahan
kecepatan sedang Terapi aktifitas
posisi\ Berjalan dengan cepat
- Keterbatasan rentang gerak Latihan aoutgenik
Berjalan menaiki tangga Perawatan gips: pemeliharaan
- Ketidak nyamanan
Berjalan menuruni Perawatan gips : basah
- Melakukan aktifitas lain
tangga
sebagai pengganti Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri
Berjalan menanjak
pergerakan (mis:
Berjalan menurun
meningkatkan perhatian Berjalan dengan jarak Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena
pada aktifitas orang lain, yang dekat (< 1 blok/ 20 Perawatan sirkumsisi
mengendalikan perilaku, meter)
fokus pada aktifitas sebelum Berjalan dalam jarak Terapi latihan : ambulasi
sakit) yang sedang (>1 blok Terapi latihan : keseimbangan
- Penurunan kemampuan atau < 5 blok) Terapi latihan pergerakan sendi
melakukan keterampilan Berjalan dalam jarak Terapi latihan control otot
motorik halus atau kasar yang jauh (5 blok atau Menejemen alam perasaan
- Penuruan waktu reaksi lebih) Menejemen nyeri
- Tremor akibat bergerak Berjalan mengelilingi Pengaturan posisi
kamar Pengaturan posisi : neurologi
Faktor yang berhubungan : Berjalan mengeliligi
- Agens farmaseutikal Pengaturan posisi : kursi roda
rumah Pencegahan jatuh
- Ansietas Menyesuaikan dengan
- Depresi Perawatan kaki
perbedaan tekstur Pemijatan
- Disuse permukaan atau lantai
- Fisik tidak bugar Menejemen pengobatan
Berjalan mengelilingi
- Gangguan fungsi kognitif Monitor neurologi
rintangan
- Gangguan metabolisme Terapi nutrisi
Skala indicator
- Gangguan muskuloskeletal Menejemen sensasi perifer
1. Sangat terganggu
- Gangguan neuro muskular
2. Banyak terganggu Pengekangan fisik
- Gangguan sensori
3. Cukup terganggu Menejemen tekanan
perseptual
4. Sedikit terganggu Relaksasi otot progresiff
- Gaya hidup kurang gerak Pengecekan kulit
5. Tidak terganggu
- Indeks masa tubuh diatas Pembidaian
persentil ke 75 tahun sesuai Menejemne berat badan
Pergerakan
usia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Intoleran aktifitas
selama …x… jam kalien dapat ….. dengan
- Kaku sendi
kriteria hasil
- Keengganan memulai
Skala dipertahankan pada ……
pergerakan
Ditingkatkan ke…..
- Kepercayaan budaya
tentang aktifitas yang tepat
- Kerusakan intgritas struktur
tulang Kriteria Hasil A T
- Keterlambatan Keseimbangan
perkembangan Koordinasi
- Kontraktur Cara berjalan
- Kurang dukungan Gerakan otot
lingkungan (mis: fisik atau Gerakan sendi
sosial)
Kinerja pengaturan tubuh
- Kurang pengetahuan tentang
Kinerja transfer
nilai aktifitas fisik
- Malnutrisi Berlari
- Nyeri Melompat
- Penurunan kekuatan otot Merangkak
- Penuruan kendali otot Berjalan
- Penurunan ketahanan tubuh Bergerak dengan mudah
- Penuruan massa otot
- Program pembatasan gerak Skala indicator
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Skala Indikator
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Status pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x… jam kalien dapat ….. dengan
kriteria hasil
Skala dipertahankan pada ……
Ditingkatkan ke…..
Kriteria Hasil A T
Frekuensi pernafasan
Irama pernafasan
Kedalaman inspirasi
Suara auskultasi nafas
Kepatenan jalan nafas
Volume tidal
Pencapaian tingkat
insetif spirometri
Kapasitas vital
Saturasi oksigen
Tes faal paru
Skala indicator
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada Deviasi dari kisaran normal
Skala Indikator
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Status Penafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x… jam kalien dapat ….. dengan
kriteria hasil
Kriteria Hasil A T
Frekuensi pernafasan
Irama pernafasan
Kedalaman Inspirasi
Suara auskultasi nafas
Kepatenan jalan nafas
Volume tidal
Pencapaian tingkat
insentif spirometri
Kapasitas vital
Saturasi oksigen
Tes Faal Paru
1. Skala Indokator
2. Deviasi berat dari kisaran normal
3. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
4. Deviasi sedang dari kisaran normal
5. Deviasi ringan dari kisaran normal
6. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Kriteria Hasil A T
Penggunaan otot bantu
pernafasan
Suara nafas tambahan
Restraksi dinding dada
Pernafasan dengan bibir
mengerucut
Sianosis
Dispnea saat istirahat
Dispnea saat latihan
Perasaan kurang istirahat
Mengantuk
Diaforesis
Gangguan kesadaran
Mendesah
Respirasi agonal
Mendengkur
Jari tabu
Pernafasan cuping hidung
Demam
Batuk
Orthopnea
Taktil fremitus
Pengembangan dinding
data tidak simetris
Gangguan vokalisasi
Akumulasi sputum
Gangguan ekspirasi
Gangguan suara saat
auskultasi
Atelektasi
Skala Indikator
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Kriteria Hasil A T
Edema laring
Sesak nafas saat istirahat
Suara nafas mengi
(wheezing)
Stridor
Suara nafas tambahan
Takikardi
Penurunan tekanan darah
Distritmia
Edema pulmonal
Penurunan tingkat
kesadaran
Sekresi mucus
Edema fasial
Rasa gatal seluruh tubuh
Edema kulit yang disertai
gatal (hives)
Pengelupasan kulit
Petekie
Eritema
Peningkatan temperature
kulit
Demam
Mengigil
Skala Indikator
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Kriteria Hasil A T
Nause / mual
Muntah
Diare
Kram abdomen
Hemolisis sel darah
merah
Peningkatan bilirubin
Pembesaran limfa
Pembesaran nodus limfe
Nyeri sendi
Nyeri otot
Syok anafilatik
Skala Indikator
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Kriteria Hasil A T
Frekuensi pernafasan
Irama pernafasan
Kedalaman inspirasi
Kemampuan untuk
mengeluarkan sekret
Skala Indokator
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Kriteria Hasil A T
Ansietas
Ketakutan
Tersedak
Suara Nafas tambahan
Penafasan cuping hidung
Mendesah
Dispnea saat istirahat
Dispnea saat aktivitas
ringan
Penggunaan otot bantu
nafas
Batuk
Akumulasi sputum
Respirasi agonal
Skala Indikator
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Status pernafasan : Pertukaran Gas
Kriteria Hasil A T
Tekanan parsial oksigen
didarah arteri (pao2)
Tekanan parsial
karbondioksida didarah
arteri (paco3)
PH arteri
Saturasi oksigen
Tidal kardondioksida
akhir
Hasil rontgen dada
Keseimbangan ventilasi
dan perfusi
Skala Indokator
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Kriteria Hasil A T
Dispnea saat istirahat
Dispnea dengan aktivitas
ringan
Perasaan kurang istirahat
Sianosis
Mengantuk
Gangguan kesadaran
Skala Indikator
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Noc : Nic :
Kekurangan volume cairan Keseimbangan Cairan Manajemen cairan
DS
DO Setelah dilakukan tindakan keperawatan Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
- Haus selama …x… jam kalien dapat ….. dengan Hitung atau timbang popok dengan baik
- Kelemahan kriteria hasil Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output (pasien)
- Kulit kering
Masukkkan kateter urin
- Membrane mukosa kering Kriteria Hasil A T Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab , denyut nadi
- Peningkatan frekuensi nadi Tekanan darah adekuat dan tekanan darah ortostatik)
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan kosentrasi
Denyut nadi radial Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya ,
Tekanan arteri rata rata peningkatan berat jenis, peningkatan BUN , penurunan hematokrit, dan
urine
Tekanan vena sentral peningkatan kadar osmolatitas urin)
- Penurunan berat badan tiba-
tiba Tekanan baji paru paru Monitor status hemodinamik termasuk termasuk CVP , MAP , PAP , dan
- Penurunan haluaran urine Denyut perifer PCWP jika ada
- Penurunan pengisian vena Keseimbangan intake Monitor tanda tanda vital psien
- Penurunan tekanan darah dan output dalam 24 Monitor indikasi kelebihan caira/retensi (misalnya crackles elevasi CVP atau
- Penuruanan tekanan nadi jam tekanan kapiler paru yang terganjal , edema , distensi vena leher, dan asietes)
- Penurunan turgor kulit Berat badan stabil Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan setelah dialysis
- Penurunan turgor lidah Tugor kulit Kaji lokasi dan luasnya edema jika ada
- Penurunan volume nandi Kelembaban membrane Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian
- Perubahan status mental mukosa Berikan terapi iv seperti yang ditentukan
Serum elektrolit Monitor status gizi
Faktor yang berhubungan Hematokrik Berikan cairan dengan tepat
- Kegagalan mekanisme Berat jenis urin Berikan dieureti yang diresepkan
regulasi Berikan cairaan iv sesuai suhu kamar
- Kehilangan cairan aktif Tingkatkan asupan oral (misalnya memberikan sedotan menawarkan cairan
diantara waktu makan , menganti air es secara rutin , menggunakan es untuk
jus favorit anak , potongan gelatin kedalam kotak yang menyenangkan ,
menggunakan obat kecil yang sesuai
Skala Indokator Arakan pasien mengenai status NPO
1. Sangat terganggu Berikan penggantian nasogastrik yang diresepkan berdasarakan output pasien
2. Banyak terganggu Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
3. Cukup terganggu Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pembeerian makan
4. Sedikit terganggu dengan baik
5. Tidak terganggu Tawari makanan ingan (minuman ringan dan buah buahan segar/jus buah)
Batasi asupan air pada kondisi pengenceran hiponatremiia dengan serum Na
Kriteria Hasil A T dibawah 130 mEq per liter
Hipotensi ortostatik Monitor rekasi pasien terhadap terapi elektroli yang diresepkan
Suara nafas adventif Konsultasikan dengan dokter jika tanda tanda dan gejala kelebihan volume
Asites cairan menetap atau memburuk
Distensi vena leher Atur ketesediaan produk darah untuk transfuse jika diperlukan
Edema perifer Persipakan pemberian produk produk darah misalnya (cek darah dan
Bola mata cekung dan mempersiapkan pemasangan infuse)
lembek Berikan produk produk darah (trombosit dan plasma yang baru)
Konfusi
Kehausan
Kram otot Manajemen hipovolemi
Pusing
Timbang berat badan diwaktu yang sama (misalnya setelah BAK/BAB,
Skala Indikator sebelum sarapan) dan monitor kecenderungan (arah gejala))
1. Berat Monitor status hemodinamik meliputi tekanan nadi, tekanan darah,
2. Cukup berat MAP,CVP,PAP,PCWP,CO dan CI jika tersedia
3. Sedang Monitor adanya tanda tanda dehidrasi (misalya tugor kulit buruk, CRT
4. Ringan
5. Tidak ada terlambat, nadi lemah/thread pulse, sangat haus , membrane mukosa kering
Hidrasi dan penurunan urin output)
Monitor adanya hipotensi ortostatik dan pusing saat berdiri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor adanya sumber sumber kehilangan cairan misalnya (perdarahan,
selama …x… jam kalien dapat ….. dengan muntah, diare, keringat yang berlebihan dan takipnea)
kriteria hasil Monitor asupan dan pengeluaran
Monitor area akses memasukkan alat terhadap adanya infiltrasi,phlebitis dan
Kriteria Hasil A T infeksi dengan tepat
Tugor kulit Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah (misalnya
Membran mukosa hemoglobin , hematokrit tes fekal adanya gumpalan darah ) jika tersedia
lembek Monitor bukti laboratorium dari adanya hemokonsentrasi (misalnya sodium,
Intake cairan BUN,berat jenis urin) jika tersedia
Output urin Monitor bukti laboratorium dan bukti klinis adanya cidera ginjal akut (mialnya
Serum sodium peningkatan BUN, peningkatan kreatinin , penurunan GFR , myoglobinemia,
Perfusi jaringan dan penurunan urin output)
Fungsi kognisi Dukung asupan cairan oral (misalny berikan cairan lebih dari 24 jam dan
berikan cairan dengan makanan) jika tidak ada kontraindikasi
Skala Indikator Tawarkan pilihan minum setiap 1 sampai 2 jam saat terjaga , jika tidak ada
1. Sangat terganggu kontra indikasi
2. Banyak terganggu Jaga kepatenan akses IV
3. Cukup terganggu Hitung kebutuhan cairan didasarkan pada area permukaan tuuh dan ukuran
4. Sedikit terganggu (tubuh) terbakar dengan tepat
5. Tidak terganggu Berikan cairan hipotonik IV yang diresepkan pada aliran tetesan aliran yang
tepat , dengan tepat
Monitor adanya tanda reaksi transfuse darah , dengan tepat
Kriteria Hasil A T Lakukan auto transfuse untuk kehilangan darah jika tepat
Haus Monitor adanya bukti2 hipervolimia, edema paru selama rehidrasi IV
Warna urin keruh Berikan cairan Iv pada suhu kamar
Bola mata cekung dan Gunakan pompa IV untuk menjaga tetesan aliran infuse intravena tetap stabil
lunak Monitor integritas kulit pasien yang tidak dapat bergerat dan memiliki kulit
Fontanel cekung kering
Penurunan tekanan Tingkatkan integritas kulit (misalnya , mencegah pencukuran, hindari
darah kelembaban yang berlebiihan , dan sediakan nutrisi yang cukup) pada pasien
Nadi cepat dan lemah yang tidak dapat bergerak dan memiliki kulit kering , dengan tepat
Peningkatan hematokrit Bantu pasien dengan ambulasi pada kasus hipotensi postura !
Peningkatan nitrogen Instruksikan pada pasien untuk menghindari posisi yang berubah cepat
ureum darah/blood urea khususnya dari posisi telentang pada posisi duduk/ berdiri
nitrogen (BUN) Implementasikan posisi trandelenburg yang di modifikasi (misalnya kaki
Kehilangan berat badan ditinggikan diatas posisi jantung dengan tubuh terlentang) saat hipotensi untuk
Otot tegang mengoptimalkan perfusi otak dalam meminimalkan kebutuhan oksigen
Otot berkedut jantung
Diare Monitor rongga mulut dari kekeringan dan atau membrane mukosa yang
Peningkatan suhu tubuh pecah
Sediakan cairan oral (moistenet mouth swabs) sesering mungkin untuk
Skala Indikator memelihara integritas membrane mukosa mulut , jika tidak ada kontraindikasi
1. Berat Fasilitasi kebersihan mulut (misalnya menggosok gigi dengan pasta gigi,
2. Cukup berat menggunakan obat kumur tanpa alcohol) 2x sehari
3. Sedang Posisikan untuk perfusi perifer
4. Ringan Berikan vasodilator yang diresepkan dengan hati hati (misalnya Nitrogliserin,
5. Tidak ada nitropruside, dan calcium cannel blokers) saat menghangatkan kembali pasien
setelah operasi , dengan tepat
Berikan atrial natriuretic peptide (ANP) yang diresepkan untuk mencegah
ciedera ginjal akut , dengan tepat
Instruksikan pada paasien atau keluuarga untuk mencatat intake dan output
dengan tepat
Instruksikan pada pasien / keluarga tindakan tindakan yang di lakukan untuk
mengataasi hipovolemia
Skala Indikator
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada