Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek
dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap
penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting tidak
hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Kejadian balita
pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh
balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting
pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir,
pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang,
kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5%
menjadi 29,6% pada tahun 2017. Anak merupakan aset bangsa di masa depan. Bisa dibayangkan,
bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang jika saat ini banyak
anak Indonesia yang menderita stunting. Dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing
dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global. Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir
tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak
terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan
proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas,
kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan, oleh karena itu sangatlah penting untuk melakukan
suveilans gizi pada anak. Hasil surveilans digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang status kesehatan populasi guna menetapkan kebijakan program, merencanakan
intervensi dan pelaksanaan kegiatan. Pemantauan pertumbuhan balita merupakan bagian dari
standar pelayanan minimal yang harus dilakukan di daerah. Status gizi masyarakat pada umumnya,
menjadi kebutuhan data di daerah untuk mengetahui seberapa besar masalah gizi yang ada
diwilayahnya sebagai dasar perencanaan kegiatan. Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat atau yang disebut ePPGBM merupakan bagian dari Sigizi Terpadu yang dapat digunakan
untuk mencatat data sasaran individu dan penimbangan atau pengukurannya yang dapat
memberikan feedback secara langsung status gizi sasaran tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Dengan melakukan suveilans gizi pada anak dan melakukan pencatatan dengan ePPGBM, dapat
memperoleh informasi status gizi individu baik balita maupun ibu hamil secara cepat, akurat, teratur
dan berkelanjutan untuk penyusunan perencanaan dan perumusan kebijakan gizi. Pemantauan
pertumbuhan balita merupakan bagian dari standar pelayanan minimal yang harus dilakukan di
daerah. Status gizi masyarakat pada umumnya, menjadi kebutuhan data di daerah untuk
mengetahui seberapa besar masalah gizi yang ada diwilayahnya sebagai dasar perencanaan kegiatan

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui fungsi surveilans gizi pada anak stunting


2. Peran aplikasi e-PPGBM pada pengambilan data

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Memperoleh data sasaran individu
2. Mengetahui status gizi individu secara cepat dan akurat
3. Mengetahui pertumbuhan balita

Anda mungkin juga menyukai