TINJAUAN PUSTAKA
4
5
15
Jika L 30 m ; q = 9,0 0,5 Kpa ......................................... (4.2)
L
Dimana : 1 Kpa = 100 kg/m2
Beban garis (BGT) dengan intensitas p KN/m harus ditempatkan
tegak lurus dari arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p = 49,0
KN/m. Beban “D” harus disusun pada arah melintang sedemikian rupa
sehingga menimbulkan momen maksimum. Penyusunan komponen-
komponen BTR dan BGT dari beban “D” secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut:
8
Gambar 2.7 Faktor Beban Dinamis untuk BGT Pada Beban Lajur “D”
Sumber : SNI 1725:2016
d. Gaya Rem
Penempatan gaya rem diletakkan disemua lajur rencana yang dimuati dan
yang berisi lalu lintas dengan arah yang sama. Gaya rem harus diambil yang
terbesar dari:
25% dari berat gandar truk desain atau,
5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya ini harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak
1800 mm diatas permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan
dipilih yang paling menentukan. Perhitungan gaya rem tergantung dari faktor
kepadatan lajur yang ditentukan, jika jembatan menggunakan jalur satu arah
10
maka semua lajur rencana harus dibebani secara simultan pada saat
menghitung besarnya gaya rem.
Keterangan
VDZ = kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 = kecepatan angin pada elevasi 1000 mm di atas permukaan tanah
atau permukaan air rencana (km/jam)
VB = kecepatan angin rencana (km/jam)
Z = elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan
air diaman beban angin dihitung (Z>10000 mm)
V0 = kecepatan gesekan angin (km/jam)
Z0 = panjang gesekan di hulu jembatan (mm)
11
Z0 mm 70 1000 2500
Sumber : SNI 1725:2016
2. Beban Angin Pada Struktur (EWS)
Jika dibenarkan oleh kondisi setempat, perencana dapat menggunakan
kecepatan angin rencana dasar yeng berbeda untuk kombinasi pembebanan
yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang bekerja pada kendaraan.
Arah angin rencana harus diasumsikan horizontal, kecuali ditentukan lain
dalam pasal 9.6.3. dengan tidak adanya data yang lebih tepat, tekanan angin
rencana dalam MPa dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
= .......................................................................... (4.4)
Keterangan
PB = Tekanan angin dasar
Tabel 2.6 Tekanan Angin Dasar
Angin Terkan Angin Hisap
Komponen Bangunan Atas
MPa MPa
Rangka, kolom, dan
0,0024 0,0012
pelengkung
Balok 0,0024 N/A
Permukaan dasar 0,0019 N/A
Sumber : SNI 1725:2016
12
Dimana:
ϕt = 0,75 terhadap keruntuhan leleh
An = Luas penampang bersih (netto), dikurangi lubang
Ae = Luas penampang efektif
U = Faktor shear lag
Nilai Fy dan Fu tergantung dari mutu material, yaitu kuat leleh dan kuat
tarik minimum (kuat batas) dari bahannya. Keruntuhan leleh (yield) tingkat
daktalitasnya lebih tinggi dari keruntuhan fraktur, oleh sebab itu maka faktor
ketahanan tarik (ϕt) antara keduanya berbeda. Faktor keamanan untuk fraktur
tentunya lebih tinggi.
c. Konsep luas penampang
1. Pengaruh lubang dan cara penyambungan
Parameter An dan Ae tergantung dari sistem sambungan. Untuk itu
sebaiknya perencanaan batang tarik dan sambungannya harus bersamaan,
karena saling berkaitan. Maksud saling berkaitannya dapat diungkapkan
sebagai berikut:
Reduksi luas penampang batang tarik akibat lubang untuk alat sambung,
sehingga ada istilah luas penampang utuh (Ag) dan luas penampang netto
(An), yaitu luasan setelah memperhitungkan pengaruh lubang. Oleh
karena itu sambungan tidak memerlukan lubang, maka secara teoritis
sambungan las akan lebih baik disbanding sambungan baut, sebab
An=Ag atau tidak ada reduksi luasan.
Efektivitas sambungan secara umum difungsikan agar kontinuitas elemen
tidak terganggu maka keseluruhan permukaan penampang harus
tersambung secara menerus kebagian elemen yang lain. Namun dalam
praktiknya, akibat keperluan untuk kemudahan pelaksanaan atau
keterbatasan alat sambungnya, maka bidang permukaan penampang
batang tarik tersebut tidak semuanya tersambung secara sempurna.
Kondisi itu tentu akan menimbulkan aliran tegangan tidak merata yang
disebut efek shear-lag dan harus diperhitungkan karena mempengaruhi
kinerja batang tarik. Untuk perhitungan shear-lag sangatlah komplek,
15
l ≥ 2w…. U = 1,0
Pelat sambung las arah
4 2w > l ≥ 1,5w…. U = 0,87
memanjang saja
1,5w > l ≥ w…. U = 0,75
Profil berongga
persegi HSS dengan l ≥ H…. U = 1-x/l
pelat sambung tunggal x = (B2-BH)/((4(B+H))
konsentris
6 Profil berongga
persegi HSS dengan
l ≥ H…. U = 1-x/l
pelat sambung ganda
x = B2/4(B+H)
pada sisi luar
penampang
Sambungan di pelat sayap
bf ≥ 2/3d….. U = 0,90 (flange) dengan minimal 3 baut
bf ≥ 2/3d….. U = 0,85 atau lebih, ditempatkan segaris
7 Profil I atau T arah gaya
Sambungan di pelat badan (web)
U = 0,7 dengan minimal 4 baut atau lebih,
ditempatkan segaris arah gaya
Pakai 4 baut atau lebih yang
Profil siku tunggal atau U = 0,8
8 ditempatkan segaris arah gaya
ganda
U = 0,6 Pakai 3 baut segaris arah gaya
Sumber: Struktur Baja Perilaku, Analisis dan Desain AISC 2010, Wiryanto Dewobroto
16
Cover-plate / pelat
7 diaphragm antar lat 1,40
sambung
9 Pipa 0,11
= ⁄ )
..................................................................................... (4.13)
(
Sayap profil
gilas IWF,
1 0,38 1,00
UNP dan
Tee
Sayap profil
tersusun
2 IWF simetri 0,38 0,95
ganda dan
tunggal
Lengan
3 profil siku 0,54 0,91
tunggal
Sayap profil
IWF, UNP
4 0,38 1,00
momen sb.
Lemah
Lengan
5 0,84 1,03
profil Tee
Badan profil
I simetris ℎ
6 3,74 5,70
ganda dan
UNP
ℎ
Badan profil ℎ ℎ
7 I simetri 5,70
≤
tunggal
0,54 − 0,09
Sayap profil
kotak
8 1,12 1,40
ketebalan
sama
Sayap pelat
penutup/
9 diaphragm 1,12 1,40
antar alat
sambung
Badan profil
kotak ℎ
10 2,42 5,70
ketebalan
sama
Sumber: Struktur Baja Perilaku, Analisis dan Desain AISC 2010, Wiryanto Dewobroto
22