BHS Indonesia
BHS Indonesia
PENDAHULUAN
dan perlu mendapat perhatian dalam sistem produksinya. Waktu kerja berperan
dalam penentuan produktivitas kerja serta dapat menjadi tolak ukur untuk
Untuk dapat membandingkan waktu kerja yang paling baik dari metode kerja
yang ada dibutuhkan suatu waktu baku atau waktu standar sebagai acuan untuk
penentuan metode kerja yang terbaik. Waktu baku didapatkan dari pengukuran
waktu kerja. Pengukuran waktu kerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
mengukur atau mencatat langsung waktu yang diperlukan oleh seorang operator
yang dimaksud dengan cara tidak langsung ialah pengamat tidak harus selalu
pengukuran kerja secara tidak langsung yang dapat digunakan dalam penentuan
Akan tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja dalam MTM perlu
1
dilakukan simplifikasi karena proses identifikasi tersebut kurang efektif dan
efisien untuk dilakukan secara manual dan sulit dilakukan oleh orang yang
1. Bagaimana proses penerapan kinerja peta tangan kanan dan kiri pada
proses packing ?
2. Bagaimana merancang metode kerja baru yang lebih sistematis dan
efisien ?
2
mengenai urutan-urutan proses dan pemeriksaan. Sejak dari awal proses
sampai menjadi produk utuh maupun sebagai komponen,dan juga memuat
informasi-informasi yang dibutuhkan. Informasi-informasi yang bisa
didapatkan dalam peta proses operasi adalah sebagai berikut:
Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan (dipresentasikan dengan
garis panah horizontal)
Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian dari
bahan baku (direpresentasikan dalam lingkaran)
Waktu yang dibutuhkan dalam proses
Mesin atau alat yang digunakan dalam operasi
Scrap (geram) yang dihasilkan (dibuang) dalam proses
Dalam setiap peta proses operasi kegiatan dalam bentuk lambang atau
simbol yang telah dibakukan adalah sebagai berikut:
1. Operasi
Yaitu suatu kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawinya. Operasi merupakan kegiatan
yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang biasanya terjadi di suatu
mesin atau stasiun kerja. Contoh: membuat benda dengan mesin bubut,
mengecat benda kerja dan merakit benda kerja.
2. Pemeriksaan (Inspeksi)
Yaitu suatu kegiatan pemeriksaan terhadap benda kerja atau peralatan, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Lambing ini digunakan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap suatu objek tertentu agar sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Contoh: mengukur dimensi benda kerja sesuai spec, memeriksa
warna benda dan merakit benda kerja.
3. Aktifitas gabungan
Yaitu suatu kegiatan yang terjadi apabila aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan secara bersamaanatau pada satu tempat benda. Contoh: memeriksa
benda kerja kemudian dimasukkan kedalam box karton.
4. Penyimpanan
Yaitu suatu kegiatan menyimpan benda kerja untuk waktu yang cukup lama. Jika
benda kerja tersebut akan diambil kembali biasanya melakukan prosedur
3
perizinan tertentu. Contoh : bahan baku yang disimpan dalam gudang dan
menyimpan benda kerja hasil produksi.
C. Uji Kecukupan Dan Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas data
atau untuk mengetahui tingkat keyakinan tertentu data yang diperoleh
seluruhnya berada dalam batas kontrol. Data yang terlalu ekstrim sewajarnya
dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Ada dua batas
kontrol, yakni :
a. Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL)
b. Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL).
Dalam hal ini, harga K (tingkat kepercayaan) berkisar antara untuk tingkat
kepercayaan 99 %, harga K = 3 . Batas Kontrol Atas (BKA) = X + 3(SD) Batas
Kontrol Bawah (BKB) = X - 3(SD).
Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil
pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu
jumlahnya telah memenuhi atau tidak. Untuk menetapkan berapa jumlah
observasi yang seharusnya dibuat (N1) , maka terlebih dahulu harus ditetapkan
tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of
accuracy) untuk pengukuran rancangan.
2
𝑘⁄ √𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 −(∑ 𝑥𝑖)2
𝑠
N’ = [ ∑ 𝑥𝑖
]
4
Dalam pengukuran kerja, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung,menggunakan performance rating yang dapat dijadikan sebagai dasar
nilai terhadapkemampuan kerja yang dapat dilakukan oleh operator. Sebagai
dasar acuannya, penulismenggunakan Westing House System Rating untuk
menetapkan performansi kerja yangdapat diberikan oleh pekerja
selama melakukan kerja.
Westig House menetapkan 4 faktor yang dapat dijadikan bahan penilaian
pekerja (duadiantaranya ditambahakan dari faktor yang dinyatakan oleh
Beudeux), yaitu kecakapan(skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition), dan
kekonsistensian pekerja (consistency)dari operator dalam melakukan kerja.
Untuk ini, westing house telah membuat suatu tabel performance rating yang
berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-
masing faktor tersebut sesuai dengan yang tertera pada table.
5
dilihat pada rumus : Performance Rating (p) = 1+(skill + effort + condition
+ consestency )
Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
factor penyesuaian,yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan factor
prnyesuaian. Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan rating
performance kerja operator adalah didasarkan pada satu factor tunggal yaitu
operator speed,space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai “performance
Rating)”. Rating Faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase persentase
(%) atau angka decimal ,Dimana Performance kerja normal akan sama dengan
100% atau 1,00.
Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja
yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau pkecepatan kerja
operator yang berubah-ubah.Untuk maksud ini , maka waktu normal dapat
diperoleh dari rumus berikut:
Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan sebagai waktu
baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja,karena disini factor-faktor yang
berkaitan dengan waktu kelonggaran (Allowance Time) agar operator bekerja
sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.
6
Rumus (1) Merupakan Rumus secara umum yang paling banyak dipakai
menghitung waktu baku, Meskipun sebenarnya rumus tersebut kurang teliti
bilamana dibandingkan dengan rumus (2)