SINUSITIS
A. Kons
Konsep
ep Dasa
Dasarr Sinu
Sinusi
siti
tiss
1. Anatomi fisiologi
Ada delapan sinus paranasal,
paranasal, empat buah pada masing-masing
masing-masing sisi hidung.
hidung.
Anatominy
Anatominyaa dapat dijelaskan
dijelaskan sebagai
sebagai berikut:
berikut: sinus frontal kanan dan kiri, sinus
ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri
(antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
Semua
Semua sinus
sinus ini dilapi
dilapisi
si oleh
oleh mukos
mukosaa yang
yang merupa
merupakan
kan lanjuta
lanjutan
n mukos
mukosaa
hidung
hidung,, berisi
berisi udara
udara dan semua
semua bermuar
bermuaraa di rongga
rongga hidung
hidung melalui
melalui ostium
ostium
masing
masing-mas
-masing
ing.. Pada
Pada meatus
meatus medius
medius yang
yang merupa
merupakan
kan ruang
ruang dianta
diantara
ra konka
konka
superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus
semilunaris
semilunaris yakni muara dari sinus maksila,
maksila, sinus frontalis
frontalis dan ethmoid anterior.
anterior.
Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan atau menjelang bulan ! dan
tetap
tetap berkem
berkemban
bang
g selama
selama masa
masa kanak-k
kanak-kana
anak,
k, jadi
jadi tidak
tidak heran
heran jika
jika pada
pada foto
foto
rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus
superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat
muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.
"ungsi sinus paranasal adalah :
#embentuk pertumbuhan $ajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara
sehingga bisa untuk perluasan. %ika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan
tulang akan terdesak.
Sebagai pengatur udara (air conditioning).
Peringan cranium.
&esonansi suara.
a) Sinus
Sinus #aksila
#aksilaris
ris
'erbentuk
'erbentuk pada usia fetus bulan ! yang terbentuk dari proses us maksilaris
arcus .
entuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang
apenya pada pars *ygomaticus maillae.
#erupakan sinus terbesar dengan +olume kurang lebih cc pada orang
de$asa.
erhubungan dengan :
a a+um orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga
jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.
b /igi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P0 #oar.
c 1uctus nasolakrimalis, terdapat di dinding ca+um nasi.
b) Sinus 2thmoidalis
'erbentuk pada usia fetus bulan !.
Saat lahir, berupa 0-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat de$asa terdiri dari
4- cellulae, dindingnya tipis.
entuknya berupa rongga tulang seperti sarang ta$on, terletak antara
erhubungan dengan :
a "ossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.
b 5rbita, dibatasi oleh tulang compacta.
c 1ibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.
d) Sinus Sfenoidalis
'erbentuk pada fetus usia bulan
erhubungan dengan :
a Sinus ca+ernosus pada dasar ca+um cranii.
b /landula pituitari, chiasma n.opticum.
c 'ranctus olfactorius.
d Arteri asillaris rain Stem (atang 5tak)
. Definisi
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi,
infeksi +irus, bakteri dan jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat
sinus yang ada (angjaya, 0990).
Sinusitis merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman
atau +irus.
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang
melapisi sinus. iasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan
berisi cairan, kuman (bakteri, +irus, dan jamur) dapat berkembang dan
menyebabkan infeksi.
Sinusitis adalah peradangan pada sinus karena infeksi kuman, +irus, jamur,
dan bakteri.
!. Klasifi"asi
erdasarkan jenisnya, sinusitis dapat dibagi sebagai berikut:
. Sinusitis akut
Sinusitis bersifat akut jika berlangsung selama 3 minggu atau lebih.
Penyebab sinusitis akut menurut changjaya, 0993 adalah:
nfeksi +irus
Sinusitis akut dapat terjadi setelah terin+eksi suatu infeksi +irus pada
saluran pernafasan bagian atas.
nfeksi bakteri
1idalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus
pneumonia, haemophilus influen*a, dan staphilus aerus). %ika pertahanan
tubuh menurundrainase dari sinus tersumbat akibat pilekinfeksi +irus
lainnya, maka bakteri ysng sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang
biak dan menyusup ke dalam sinus. akteri bertanggung ja$ab terhadap
meningkatnya ;9< kasus sinusitis akut.
nfeksi jamur Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan
sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan. Pada orang-orang
tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.
Peradangan menahun pada saluran hidung Pada penderita renitis alergika
bisa terjadi sinusitias akut, demikian pula halnya pada penderita renitis
+asomotor.
Penyakit tertentu Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita
gangguan system kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir.
Penyebab lain menurut allenger, ==> adalah :
Semua keadaan anatomikfisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan
drainase dari sinus, menyebabkan statis secret dan hal ini menyebabkan
infeksi.
Polip alergi dengan posisi yang tidak menguntungkan, terutama dekat
hiatus semilunaris karena menyebabkan sumbatan relatif terhadap drainase
dari kelompok anterior.
nfeksi apical dari sisi yang menonjol ke dalam dasar sinus maksila dapat
menyebabkan infeksi
0. Sinusitis kronik
Sinusitis kronik jika berlangsung selama 3 ? @ minggu dan dapat
berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Penyebab sinusitis kronik :
Asma
Penyakit alergi
lendir.
Akti+itas silia yang rusak dapat mengganggu pembersihan sinus yang
menyebabkan infeksi sinus berkepanjangan. Sebagai tambahan efek
buruk dari merokok dan polusi udara terhadap akti+itas mukosiliar,
de+iasi septum dapat mengubah arus kon+eksi aliran udara inspirasi
sedemikian rupa, sehingga terdapat daerah kering yang dapat merusak
akti+itas silia.
5bstruksi hidung kronik akibat rabor dan edema membran mukosa
hidung.
#. Etiologi
a. Penjalanan infeksi gigi seperti infeksi periapikal atau abses apikal gigi dari gigi
kaninus sampai gigi molar tiga atas. iasanya infeksi lebih sering terjadi pada
kasus-kasus akar gigi yang hanya terpisah dari sinus oleh tulang yang tipis,
$alaupun kadang-kadang ada juga infeksi mengenai sinus yang dipisahkan
oleh tulang yang tebal (&oss, ===).
b. Prosedur ekstraksi gigi. Pencabutan gigi ini dapat menyebabkan terbukanya
dasar sinus sehingga lebih mudah bagi penjalanan infeksi (Saragih, 0994).
c. Penjalaran penyakit periodontal yaitu dijumpai adanya penjalaran infeksi dari
membran periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus (Prabhu
Pad$a &obsen &ahbar, 099=).
d. 'rauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus al+eolaris dan sinus
maksila (&oss, ===).
e. Adanya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan bahan
tambahan akibat pengisian saluran akar yang berlebihan (Saragih, 0994).
f. 5steomielitis pada maksila yang akut dan kronis (#angunkusomo &ifki,
099).
g. Bista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti kista radikuler
dan folikuler (Prabhu Pad$a &obsen &ahbar, 099=).
h. 1e+iasi septum ka+um nasi, polip, serta neoplasma atau tumor dapat
menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis (#angunkusomo dan
Soetjipto,0994).
$. %anifestasi "linis
. 7yeri
7yeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu :
• Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di ba$ah mata, sakit gigi, sakit kepala.
• Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala
di dahi, nyeri tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman
dan hidung tersumbat.
• Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa
dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang
menyababkan sakit telinga dan leher.
0. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan salah satu tanda yang paling umum dan paling penting
pada sinusitis. Sakit kepala akan meningkat jika membungkukkan badan ke
depan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat
menutup mata, saat istirahat atau saat berada di kamar yang gelap. Sakit kepala
timbul tiap hari mulai pukul 9 - dan berakhir pukul 3 - > sore. Pada
sinusitis kronik nyeri dan sakit kepala mungkin tidak ada kecuali bila terjadi
gangguan drainase dan fentilasi.
3. 7yeri pada pendengaran
7yeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada
penyakit di sinus-sinus yang sehubungan dengan permukaan $ajah seperti
sinus frontalis, sinus etmoro anterior dan sinus maksila.
>. /angguan penghidu
ndra penghidu dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak
tercium oleh hidung normal. Beluhan yang sering adalah hilangnya penghidu
(anosmia), terjadi karena sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah kontra
media. Pada kasus anemia, dapat terjadi karena degenerasi filamen terminal 7.
olfaktorius.
. Pembengkakanedema
%ika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut dapat terjadi
pembengkakan dan udema kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan
jari mendapati sensasi seperti ada penebalan ringanseperti meraba beludru.
;. Secret nasal
Pus dalam rongga hidung dapat berarti empisema dalam sinus, mukosa hidung
jarang merupakan pusat focus peradangan supuratif, sinus-sinus lainlah yang
merupakan pusat fukus peradangan semacam ini. Adanya pus dalam rongga
menandakan adanya suatu peradangan sinus.
/ejala yang lainnya adalah :
. 'idak enak badan.
0. 1emam.
3. Cetih, lesu.
>. atuk, yang mungkin memburuk pada malam hari.
&. Patofisiologi
Besehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks osteo-
meatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Capisan mukosa yang melapisi
sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan +iscous superficial dan lapisan serous
profunda. airan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri maka
bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi *at-*at yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan. airan mukus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika
jumlahnya berlebihan (&amalinggam, ==9 #angunkusomo dan Soetjipto,0994).
Bejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena
infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga
jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak (Prabhu Pad$a &obsen &ahbar, 099=).
Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa
sehingga membentuk gangren pulpa. nfeksi ini meluas dan mengenai selaput
periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama
sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan
mencapai tulang al+eolar menyebabkan abses al+eolar. 'ulang al+eolar
membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa sinus.
Pat'(a)
*. Pemeri"saan +iagnosti,
a. &inoskopi anterior
'ampak mukosa konka hiperemis, ka+um nasi sempit, dan edema.Pada
sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak
mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid
posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
b. &inoskopi posterior : 'ampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
c. 1entogen : aries gigi (P#,P#0,#)
d. 'ransiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.
e. D "oto sinus paranasalis:
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi EaterFs, Posteroanterior dan
Cateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan
udara (air fluid le+el) pada sinus yang sakit.Posisi EaterFs adalah untuk
memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di ba$ah antrum maksila,
yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga
dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya
kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk
menilai sinus frontal dan Posisi Cateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid
dan etmoid
f. Pemeriksaan ' ?Scan
Pemeriksaan '-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. '-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid le+el, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
sklerotik (pada kasus-kasus kronik).6al-hal yang mungkin ditemukan pada
pemeriksaan '-Scan :
a) Bista retensi yang luas, bentuknya kon+eks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan '-Scan tidak mengalami ehans. Badang sukar
membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama
makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid le+el.
b) Polip yang mengisi ruang sinus
c) Polip antrokoanal
d) #assa pada ca+um nasi yang menyumbat sinus
e) #ukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh
massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada '
Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang
pengapuran perifer.
g. Pemeriksaan di setiap sinus
a) Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-
kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung.
#ukosa hidung tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis).
Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.Pada
pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut
dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang
normal gambar bulan sabit di ba$ah mata. Pada kelainan sinus maksila
gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Gntuk diagnosis
diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila,
dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral ).
b) Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema
dan hiperemis. "oto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus
etmoid.
c) Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan
di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam,
akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal,
dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan
radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal berselubung.
d) Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.
-. Penata la"sanaan
. Sinusitis akut
'ujuan pengobatan sinusitis akut adalah mengontrol infeksi, memulihkan
kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Pengobatan untuk sinusitis
akut biasanya diberika:
a 1ekongestan untuk mengurangi penyumbatan
1ekongestan oral yang umum diberikan adalah 1rioral dan 1imetapp
sedangkan dekongestan harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke
belakang untuk meningkatkan drainage maksimal.
b Antibiotik untuk mengendalikan infeksi
Antibiotik pilihan adalah Amoksisilin dan Ampisilin, bagi yang alergi
diganti dengan alternatif 'rimetoprimSulfametoksa*ol (aktrim 5S,
Spektra 1S).
c 5bat pereda nyeri untuk mengurangi nyeri
1ekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya
boleh dipakai selama $aktu yang terbatas (karena pemakaian jangka
panjang bisa menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada
saluran hidung). Gntuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan
peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung
steroid. Babut hangat dan irigasi salin efektif untuk membuka sumbatan
saluran, sehingga memungkinkan drainage rabas pulen.
0. Sinusitis kronis Pengobatan untuk mengurangi sinusitis kronis:
a. 1iberikan antibiotik dan dekongestan.
b. Gntuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung
yang mengandung steroid.
c. %ika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid peroral (melalui mulut).
6al-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman :
a. #enghirup uap dari sebuah +apori*er atau semangkuk air panas.
b. 5bat semprot hidung yang mengandung larutan garam .
c. Bompres hangat di daerah sinus yang terkena.
%ika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan
untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. 'indakan bedah
jarang dilakukan pada terapi sinusitis akut, jika dikerjakan biasanya hanya
setelah gagal dengan bermacam-macam terapi. Pembedahan yang
diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural
yang menyumbat ostio (ostium) sinus dengan tujuan mempermudah
drainage. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau kateterisasi polip,
perbaikan penyimpangan septum, menginsisi serta drainase sinus.
1ianjurkan pindah ke daerah dengan iklim kering. Cuksasi koonka hidung
seringkali memperbaiki drainage melalui hiatus semikularis. Gntuk
mencapai hal ini, analgetik local pertama-tama dilakukan dengan
meletakkan kapas yang dibasahi - 0< tetrakain pada permukaan medical
dan lateral dari ujung anterior konka media. Setelah 9 menit, luksaso konka
dapat dengan mudah silakukan dengan meletakkan alat yang pipih di ba$ah
dinding lateral konka dan mematahkan ke arah medial. Perdarahan minimal.
Pembedahan yang dapat dilakukan secara intranasal antrostomy dan 5perasi
ad$ell Cuch. 1alam pelaksanaannya antrum maksilaris dibuka melalui
hidung. Bemudian dengan cara lebih radikal antrum dibuka melalui mulut.
6anya dengan pembukaan kecil dibuat dengan cara intra nasal. Pembedahan
model ad$ell Cuch dengan memakai drainage permanen ke dalam hidung.
Bedua jenis pembedahan tersebut dilakukan dengan anestesi lokal.
. Kompli"asi
Bomplikasi sinusitis adalah kelainan orbital disebabkan oleh sinus paranasal
yang berdekatan dengan mata. Hang paling sering ialah sinusitis etmoid,
kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui
tromboflebitis dan perkontinuitatum. Belainan yang dapat timbul ialah edema
palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat
terjadi thrombosis sinus ka+ernosus (#angunkusomo dan Soetjipto,0994).
Bomplikasi lain adalah infeksi orbital menyebabkan mata tidak dapat digerakkan
serta kebutaan karena tekanan pada ner+us optikus (6ilger, ==4).
5steomielitis dan abses subperiosteal paling sering timbul akibat sinusitis
frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila
dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi ('ucker dan Scho$, 099@)
nfeksi otak yang paling berbahaya karena penyebaran bakteri ke otak
melalui tulang atau pembuluh darah. ni dapat juga mengakibatkan meningitis,
abses otak dan abses ekstradural atau subdural (6ilger, ==4).
Bomplikasi sinusitis yang lain adalah kelainan paru seperti bronkitis kronis
dan bronkiektasi. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru
ini disebut sinobronkitis. Selain itu, dapat juga menyebabkan kambuhnya asma
bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan (allenger,
099=).
yang mengalami radang → Pucat, 5dema keluar dari hidng atau mukosa
sinus
3. Bemerahan dan 5dema membran mukosa
>. Pemeriksaan penunjung:
a. Bultur organisme hidung dan tenggorokan
b. Pemeriksaan rongent sinus.
e Diagnosa "epera(atan
) 7yeri: kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
0) Betidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi adnya secret
yang mengental
3) /angguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder
peradangan hidung
>) 6ipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
f Inter3ensi
. /angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
'ujuan: 7yeri klien berkurang atau hilang
Briteria hasil:
Blien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
INTER4ENSI RASIONAL
a. Baji tingkat nyeri klien a. #engetahui tingkat nyeri klien
dalam menentukan tindakan
selanjutnya
b. %elaskan sebab dan akibat nyeri pada b. 1engan sebab dan akibat nyeri
klien serta keluarganya diharapkan klien berpartisipasi
dalam pera$atan untuk mengurangi
nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi dan c. Blien mengetahui tehnik distraksi
distraksi dn relaksasi sehinggga dapat
mempraktekkannya bila mengalami
nyeri
d. 5bser+asi tanda tanda +ital dan d. #engetahui keadaan umum dan
keluhan klien perkembangan kondisi klien.
e. Bolaborasi dngan tim medis : e. #enghilangkan mengurangi keluhan
) 'erapi konser+atif : nyeri klien
- obat Acetaminopen
Aspirin, dekongestan hidung
- 1rainase sinus
0) Pembedahan :
- rigasi Antral :
Gntuk sinusitis maksilaris
- 5perasi ad$ell Cuc.
0. %alan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret
hidung) sekunder dari peradangan sinus
'ujuan: %alan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Briteria:
Blien tidak bernafas lagi melalui mulut
INTER4ENSI RASIONAL
a. Baji penumpukan secret yang a. #engetahui tingkat keparahan dan
ada tindakan selanjutnya
b. #engetahui perkembangan klien
b. 5bser+asi tanda-tanda +ital. sebelum dilakukan operasi
c. Berjasama untuk menghilangkan
c. Boaborasi dengan tim medis penumpukan secretmasalah
untuk pembersihan secret
3. /angguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder
dari proses peradangan
'ujuan: klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Briteria:
Blien tidur ;-@ jam sehari
INTER4ENSI RASIONAL
a. Baji kebutuhan tidur klien. a. #engetahui permasalahan klien dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Agar klien dapat tidur dengan tenang
b. iptakan suasana yang nyaman. c. Pernafasan tidak terganggu.
c. Anjurkan klien bernafas le$at d. Pernafasan dapat efektif kembali le$at
mulut hidung
d. Bolaborasi dengan tim medis
pemberian obat
#. Implementasi
mplementasi kepera$atan dilakukan sesuai dengan inter+ensi yang telah dibuat
sebelumnya.
$. E3aluasi
2+aluasi dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap kriteria hasil yang ingin
dicapai.
DA5TAR PUSTAKA
Cab. GP" lmu Penyakit 'elinga, 6idung dan tenggorokan "B Gnair, Pedoman
diagnosis dan 'erapi &umah sakit Gmum 1aerah dr Soetom "B Gnair,
Surabaya