Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

BLOK 18
MAKALAH ILMIAH

Dosen Pembimbing:
Siti Bahirrah,drg.,Sp.Ort(K)
Penyusun:
Kelompok 6
Kelas B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6

1. Graciella Candra (170600151)


2. Muhammad Jodi S (170600152)
3. Yesica Elisabeth (170600153)
4. Septania Hutagalung (170600154)
5. Nadya Amelia Sitohang (170600155)
6. Vania Sitorus (170600156)
7. Nur Fadhilah (170600157)
8. Matias Christian (170600158)
9. Eko Wijaya (170600159)
10. Monica Madiyan Sitepu (170600160)
11. Teguh Abram Banurea (170600227)
12. Ida Romayana S (170600228)
13. Novalina Limbong (170600229)
14. Liky Wati (170600230)
15. Rabiatul Na Fatin (170600232)
16. Yammuna A/P Vasu (170600233)
17. Thavasri A/P Alagaiah (170600234)
18. Arulnangaai Krishnan (170600236)
19. Kritisvarman Rajendran (170600237)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah kelompok B6 mengenai “Analisis gigi
geligi” ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang sudah
membantu kami dalam menyelesaikan masalah dan membantu mencari titik
tengah terhadap persoalan makalah tersebut. Rasa terimakasih juga diucapkan
pada seluruh pihak terkait dalam proses penyelesaian makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberi manfaat
bagi penyusun maupun pembacanya.

Medan,12
Desember 2019

Tim
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diagnosis dalam bidang Ortodonti merupakan langkah awal yang


digunakan sebelum perawatan dan merupakan data klinis untuk menetapkan
ada atau tidaknya maloklusi. Secara garis besar, data atau informasi didapatkan
secarang langsung dengan anamnesa dengan pasien atau orangtua serta
pemeriksaan penunjang lainnya. Dalam menentukan diagnosa dibutuhkan
beberapa analisis, salah satunya adalah model studi.1 Model studi
merupakan salah satu informasi penting disamping ninformasi lain yang
terkumpul untuk menentukan daftar dari permasalahan pasien. Analisis model
adalah peniaian tiga dimensia terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun
rahang bawah serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi
pada rahang maupun hubunganyadengan geliginrada rahang antagonisnya
dinilai dari arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital
meliputi hubungan molar pertama dan gigi kaninus yaitu maloklusi Angle
kelas I, II dan III; ukuran overjet, protrusif, crossbite anterior, prognati, dan
retrognati maksila dan mandibula. Penilaian dalam arah transversal meliputi
pergeseran garis median, crossbite posterior dan asimetris lengkung gigi.
Penilaian dalam arah vertikal meliputi overbite, open bite dan deepbite.1
Perawatan ortodonti dalam penatalaksanaannya sering dihadapkan
dengan permasalahan kebutuhan ruang pada rahang agar gigi-gigi dapat diatur
dalam lengkung pada posisi yang stabil. Untuk mengetahui kebutuhan ruang
tersebut tentu membutuhkan analisis ruang agar dapat menemukan jenis
perawatan apa yang akan dilakukan. Ada beberapa jenis analisis yang dapat
digunakan untuk mengetahui kebutuhan ruang seperti yang akan dibahas
dimakalah ini meliputi analisis pengukuran ruang menurut analisis nance;
analisis segmental lundstrom; kesling set-up.1
BAB II
ISI

2.1 Analisis pengukuran ruang menurut analisis nance


Tujuan pengukuran ruang sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara kebutuhan ruang dengan ruang yang tersedia dalam lengkung rahang.
Tujuan dari analysis pengurukuran ruang menurut nance adalah untuk mengetahui
perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga dapat
diketahui selisihnya dan dapat menentukan rencana perawatan.2
Prinsip dasar dari analisis ruang menurut nance adalah menetapkan
diskrepansi antara lengkung gigi yang direncanakan dengan besar gigi yang akan
ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat melakukan perbaikan terhadap
maloklusi.2
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesiodistal
terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau kaliper. Menurut Nance
mengukur lebar mesiodistal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar pertama
permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan mengukur
jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan
interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan
dengan titik kontak gigi tetangganya. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan
yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi
molar pertama kiri sampai molar kedua kanan pada setiap rahang. 2

Gambar 1. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan


menggunakan kaliper menurut Nance
Langkah kedua adalah mengukur panjang lengkung rahang menggunakan
kawat lunak atau brass wire. Kawat dibentuk melalui setiap gigi, pada gigi
posterior kawat diletakkan di daerah oklusal sedangkan pada gigi anterior
diletakkan pada tepi insisal. Kemudian diukur jarak mulai dari mesial molar
pertama permanen kiri hingga kanan. Dilakukan penilaian berdasarkan
perbandingan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung
rahang. Dari perbandingan tersebut apabila didapatkan hasil negatif, maka
disimpulkan bahwa kekurangan ruangan dan sebaliknya apabila hasilnya positi
menunjukkan ruang yang berlebih.2

Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance menggunakan brass wire. A.


Rahang atas, B. Rahang bawah

Nance (1947) menggunakan radiografi dalam menganilisis perbedaan


ukuran mesiodistal gigi antara gigi kaninus, molar pertama dan molar kedua
desidui dan gigi penggantinya. Metode Nance membandingkan pengukuran
langsung radiografi periapikal dari gigi yang tidak erupsi ke ruang yang
tersedia. Ruang yang tersedia dihitung dengan mengukur panjang lengkung
dengan kawat kuningan dari permukaan mesial molar pertama permanen ke
permukaan mesial molar pertama di sisi bersebrangan. Sebuah alat pembagi yang
tajam atau sepotong kawat kuningan 0,010 inci digunakan untuk mengukur lebar
mesiodistal gigi yang tidak erupsi pada completed- mouth radiografi periapikal
(tabung diarahkan langsung ke titik kontak). Untuk akurasi dan untuk menilai
distorsi dalam film, lebar yang diukur pada radiografi dibandingkan dengan lebar
cetakan aktual. 2
Selain leeway space, ada dua dimensi lainnya yang diukur, yakni : a.
pengukuran bagian luar (outside measurement), yang merupakan keliling
lengkung dari permukaan mesiobukal molar pertama permanen mandibular ke
permukaan mesiobukal molar pertama dari sisi yang berlawanan, diambil dengan
kawat kuningan; b. pengukuran bagian dalam (inside measurement), yang diambil
dengan pembagian dari permukaan mesiolingual dari molar pertama permanen
mandibular pada satu sisi, pada titik di mana jaringan lingual menyentuh mahkota
gigi, ke jaringan gingiva antara gigi seri sentral mandibular pada aspek
lingualnya. Nance menunjukkan bahwa pengukuran luar tidak meningkat dari
waktu gigi campuran ke waktu ketika semua gigi permanen ada. Pengukuran
berkurang selama transisi, demikian juga, pengukuran bagian dalam juga
berkurang. 2

2.2 Analisis segmental lundstrom


Teknik lain yang digunakan untuk mengukur panjang lengkung rahang
diperkenalkan oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi
enam segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar
pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam
segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial
distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya
menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.1
Prosedur analisis segmental ludstrom adalah (a) Membagi lengkung gigi
menjadi enam segmen, dengan dua gigi persegmen, termasuk gigi molar pertama
permanen, (b) Mengukur panjang lengkung gigi dengan menjumlahkan ukuran
mesio distal gigi untuk rahang atas : 16, 26. Rahang bawah : 36-46. Diukur satu
persatu mengunakan jangka yang kedua ujungnya runcing atau kaliper ke arah
lebar gigi yang paling besar (aproksimal/mesiodistal). Posisi jangka/kaliper dari
arah atas tegak lurus kepada daerah tersebut. Pada garis lurus yang telah
disediakan pada status atau dapat dibuat sendiri, masing-masing pengukuran gigi
dipindahkan dan dijumlahkan, (c) Menjumlahkan lebar masing-masing gigi setiap
segmen, (d) Kemudian dilakukan pengukuran lebar gigi secara individual pada
setiap segmen dan melakukan perhitungan pada ruang mesiodistal secara terpisah
pada setiap segmen, (e) Jumlah perbedaan antara ruang yang dibutuhkan (panjang
ideal) dan ruang yang tersedia (panjang sebenarnya) di setiap segmen menyatakan
hubungan ruang (crowding atau tidak).10
Gambar 3. Pengukuran lebar gigi mesiodistal dengan menggunakan jangka

Gambar 3. Metode Pengukuran menurut Lundstorm

2.3 Analisis kesling set-up


Metode kesling adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan atau menyusun suatu lengkung gigi dari model aslinya dengan
membelah atau memisahkan gigi-giginya, kemudian disusun kembali pada basal
archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki
sesuai posisi aksisnya.3
Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai
untuk menentukan diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan
suatu kasus secara individual.3 Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis maka
disebut dengan diagnostic set up model dan karena model yang telah disusun
kembali dalam lengkung gigi tersebut merupakan gambaran suatu hasil perawatan
makan disebut juga prognosis set up model.8
HD Kesling (1956) memperkenalkan diagnostic set-up yang terbuat dari
ekstra set model studi yang telah dipotong. Diagnostic set-up merupakan bentuk
komunikasi visual antara dokter dengan pasien untuk menentukan rencana
perawatan, dan dapat memberitahukan kepada pasien perawatan apa yang dapat
diberikan sekaligus keberhasilan perawatannya,4 serta bertujuan untuk membantu
dokter gigi dalam memperkirakan besar lengkung yang tidak sesuai. Terdapat dua
variable yang digunakan dalam metode ini yaitu panjang lengkung gigi dan
panjang lengkung rahang.5 Perhitungan metode ini dapat menunjukkan adanya
crowding atau diastema pada lengkung gigi.6
Manfaat penggunaan diagnostic set-up: (1) Membantu memvisualisasikan
perbedaan ukuran gigi dengan panjang lengkung rahang, (2) Sebagai panduan
apabila dalam rencana perawatan diperlukan ekstraksi, (3) Membantu dalam
memvisualisasikan pergerakan gigi yang diperlukan. (4) Metode ini juga dapat
bertindak sebagai alat motivasi, karena perbaikan posisi gigi dapat diperlihatkan
kepada pasien.5
Prosedur metode Kesling adalah sebagai berikut : (1) Dilakukan pencetakkan
dari rahang atas dan rahang bawah pasien, (2) Bagian gigi dari hasil pencetakkan
yang diisi sampai ke margin gingiva dan aplikasikan Vaseline untuk memudahkan
saat memisahkan bagian gigi dari daerah tulang alveolar, (3) Model dipasangkan
pada okludator, (4) Tandai masing-masing gigi menggunakan pensil dan gigi
dipotong menggunakan tang potong atau gergaji, lalu gigi disusun dengan
menggunakan malam merah dimulai dari I1 bawah, (5) Kemudian letakkan wax
pada model (6) Perhatikan angulasi, overjet, dan overbite. Kekurangan ruang
dihitung apabila kekurangannya lebih dari ½ lebar P1 maka dilakukan pencabutan,
namun apabila kekurangan ruang kurang dari ½ lebar P1 maka dilakukan
ekspansi.11
BAB III
PENUTUP
BAB III
KESIMPULAN

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi
pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Analisis
model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah: (a)
Sagital, meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu
maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau
retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior. (b)
Transversal, meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri lengkung
gigi, dan crossbite posterior, (c) Vertikal, meliputi: ukuran overbite, deepbite,
openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.8
Analisis model masih tetap merupakan alat diagnosis yang penting dalam
perawatan ortodonti. Analisis kesimetrisan dapat memperlihatkan bahwa asimetris
lengkung dapat terjadi pada wajah yang simetris. Ada berbagai analisis model
studi yang kita kenal, baik untuk geligi tetap maupun geligi campuran. Analisis
tersebut dapat dilakukan secara manual maupun komputerisasi, dan masing-
masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ketepatan hasil analisis
bergantung pada keakuratan model studi, validitas alat ukur, keakuratan
pengukuran, penguasaan teknik analisis, pemilihan teknik analisis yang sesuai,
dan penggunaan tabel sesuai dengan kelompok sampel. Dalam menentukan
diagnosis dan rencana perawatan, beberapa analisis harus dipertimbangkan secara
bersamaan, dengan tentu saja mempertimbangkan pula hasil pemeriksaan lain
serta kondisi khusus pada setiap pasien. Bentuk dan ukuran lengkung gigi
berperan penting dalam menentukan ruang yang tersedia untuk gigi geligi. Gigi
berdesakan merupakan konsekuensi dari ketidakseimbangan antara ukuran gigi
dan dimensi lengkung gigi. Agar tidak terjadi gigi berdesakan maka diperlukan
tempat yang tersedia yang cukup untuk tumbuh gigi permanen.9
DAFTAR PUSTAKA

1. Latif DS., Elih. Analysis Model for Orthodontics Treatment . Penggunaan


Analisis Model Pada Perawatan Ortodonti. Proceding of Bandung
Dentistry Scientific Seminar. Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Padjajaran.
Bandung: 20-21 Mei 2016. 338.
2. Bahreman, A. (2013). Early-age orthodontic treatment. Hanover Park, IL:
Quintessence Pub.
3. Heryumani Sulandjari. Buku ajar ortodonsia I KGO I. FKG Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 2008
4. Sandler J, Sira S, Murray A. Photographic Kesling set-up. J of Orthod.
2005; 32: 85-8
5. Prekumar Sridhar. Prep Manual for Undergraduates Orthodontics.
Elsevier. 2008: 199-200
6. Abid AM et al. The Correlation between lower incisor crowding and arch
length discrepancy (ALD). POJ. 2012; 4:56-52
7. Abraham B, Mhatre K, Patni V. Median Diastema in a College Students
Sample in The Baghdad City. Med J of Babylon. 2013; 10(2): 400-6
8. Purwono B, Susilowati. Kesesuaian antara Metode Analisis Ruang Kesling
dan Arch Length Discrepancy. Makassar Dent J. 2018; 7(2): 83-87.
9. Laviana A. Analisis model studi sumber informasi penting bagi diagnosis
orthodonti. Bagian Orthodonti Fakultas Kedokteran gigi Universitas
Padjajaran. Bandung. 2018. Hal. 5-6.
10. Elih, D.S Latief. 2016. Analysis Model For Orthodontics Treatment.
Proceding of Bandung Dentistry Scientific Seminar, short lecture and
Hands On Conventional Vs Digitalized Dentistry, Bandung: 20-21 Mei
2016. 329-339.
11. Roychoudhury S, Amit K. Diagnostic setup procedure simplified : a case
report. Contem Ort J. 2017;1(2) : 58-60.

Anda mungkin juga menyukai