Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri adalah salah satu sektor yang sangat berpeluang dan

memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Kenyataan memperlihatkan bahwa berkat adanya industri baik manufaktur

maupun jasa, taraf kehidupan masyarakat meningkat menjadi baik. Tetapi tidak

dapat dipungkiri, tingkat persaingan antar industri juga semakin tajam. Dalam

era globalisasi perdagangan saat ini, kunci untuk meningkatkan daya saing

suatu perusahaan adalah mutu atau kualitas. Hanya perusahaan yang mampu

menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang dapat memenangkan

persaingan global. Produk yang dibuat oleh suatu perusahaan industri harus

mempunyai hal-hal berikut : kualitas yang baik, harga pantas, di produksi dan

diserahkan kepada konsumen dalam jangka waktu yang cepat. Hal tersebut

yang mendorong setiap perusahaan harus berpikir dengan baik agar system

produksinya berjalan dengan baik.

Dengan begitu pesatnya persaingan dan majunya teknologi menuntut

perlunya perusahaan senantiasa berusaha untuk menjaga reputasinya dengan

cara meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan atau meminimalkan

kerusakan-kerusakan dari produk atau jasa yang dihasilkan. Sebab kualitas

produk atau jasa merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh

perusahaan jika ingin produk atau jasa yang dihasilkan dapat bersaing di pasar

1
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsumen akan sangat

merasa puas dan senang apabila produk yang mereka beli sesuai dengan

harapan mereka.

PT. TriTeguh Manunggal Sejati merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang Minuman ringan yang terletak di kawasan indonesia Timur, tepatnya pada

jalan poros Malino KM. 25, kabupaten Gowa. Produk yang dihasil kan oleh PT.

Triteguh Manunggal Sejati adalah mountea blackcurant, mountea guava, mountea

apple, dan okky jelly drink Dalam pembuatan produk perusahaan sangat

mengutamakan dan memperhatikan kualitas dari produk yang diproduksi, mulai dari

bahan baku hingga proses pengemasan, sehingga menghasilkan produk yang

berkualitas.

Pada PT. Triteguh Manunggal Sejati kemasan produk yang cacat masih sering

dijumpai pada saat proses pengisian kemasan, pada saat pengisian kemasan perlu

mendapat perhatian dan semakin penting peranannya dalam perusahaan. Kemasan

produk cacat yang terjadi pada PT. Triteguh Manungaal Sejati yaitu seal miring, kurang

press, seal bergerigi. Dengan adanya pengendalian kualitas diharapkan proses produksi

akan selalu dapat diperbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Namun kemasan produk cacat yang sering terlihat pada minuman ringan dari

hasil observasi penulis pada saat berada di ruang produksi selama 3 bulan yaitu kurang

press,seal bergerigi, dan seal miring dimana penyebab terjadinya produk cacat berasal

dari kurang maksimalnya kerja mesin filling.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih permasalahan dalam

Tugas Akhir ini dengan Judul “IDENTIFIKASI KERUSAKAN KEMASAN

2
CUP MOUNTEA PADA PT. TRITEGUH MANUNGGALSEJATI

KABUPATEN GOWA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

yaitu :

Apakah dengan mengidentifikasi kemasan cup mountea sehingga

tingkat kerusakan kemasan cup mountea dapat di kurangi pada line 2 PT.Tri Teguh

Manunggal Sejati ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi tingkat

kerusakan kemasan cup mountea pada produk minuman line 2 PT. Tri Teguh

Manunggal Sejati.

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu berfokus pada faktor

penyebab terjadinya kerusakan kemasan cup mountea pada minuman line 2.

E. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi PT.

Sariguna Primatirta guna mengambil keputusan dalam memperhatikan pengendalian

kualitas terutama kualitas produk yang dihasilkan.

2. Bagi penulis

3
Untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh selama dibangku

kuliah dan melatih kemampuan menganalisis dalam dunia kerja terutama dalam

bidang produksi.

3. Bagi pembaca

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemasan

Kemasan atau packaging merupakan salah satu unsur pendukung

yang kuat dalam proses pemasaran suatu produk, karena dalam sebuah

kemasan akan membawa unsur bentuk, struktur, warna, material, citra,

tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk. Inilah yang

akhirya membuat produk tersebut tidak hanya dilirik karena fungsi dasar

produknya tetapi juga dari segi kemasan. Kemasan sendiri mempunyai fugsi

dasar untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan,

mengidentifikasi dan membedakan dengan produk lain. Dasar inilah yang

harus diutamakan dalam pembutan kemasan selain dari sisi estetikanya.

Menurut Rangkuti (2010) Pengemasan adalah “aktivitas merancang

dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi

utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk”. Namun, sekarang kemasan

menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran.

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek

dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi

pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu

produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen

terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada

kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan

produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

5
B. Fungsi Kemasan

Fungsi dan tujuan kemasan menurut para ahli yaitu :

Menurut Simamora ( 2007 ), kemasan mempunya 2 fungsi:

1. Fungsi protektif

Fungsi ini lebih condong untuk melindungi produk yang dikemas

dari perbedaan iklim, prasarana tranportasi, dan saluran distribusi. Jadi

produk yang dikemas dijamin aman hingga sampai ke tangan konsumen.

2. Fungsi Promosional

Fungsi ini lebih menitikberatkan pada sarana promosi. Sebuah

perusahaan akan lebih mempertimbangkan dari sisi ketertarikan konsumen

menyangkut warna, ukuran dan penampilan.

Sedangkan menurut Titik Wijayanti (2012), kemasan mempunyai

tujuan dan fungsi yaitu :

1. memperindah produk dengan kemasan yang sesuai dengan kategori produk.

2. memberikan kemasan agar tidak rusak saat dipajang ditoko.

3. memberikan keamanan pada produk pada saat pendistribusian produk.

4. memberikan informasi pada konsumen tentang produk itu sendiri dalam bentuk

pelabelan.

5. merupakan hasil desain produk yang menunjukkan produk tersebut.

Sedangkan menurut Kotler dan keller (2012), kemasan yang baik

dapat membangun ekuitas merek dan penjualan. Beberapa faktor yang

memiliki konstibusi penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran :

6
1. swalayan, kemasan yang efektif melaksanakan tugas dalam penjualan :

menarik perhatian, memgambarkan fitur produk, menciptakan keyakinan

konsumen, dan membuat kesan menyenangkan.

2. kekayaan konsumen, peningkatkan kekayaan konsumen membuat mereka

bersedia membayar lebih besar untuk kenyamanan, penampilan, keandalan,

dan gengsi kemasan yang lebih baik.

3. perusahaan dan citra merek, kemasan mempunyai peran terhadap

pengakuan terhadap perusahaan atau merek.

4. peluang inovasi, kemasan yang inovativ dapat membawa manfaat besar bagi

konsumen dan laba bagi para produsen.

C. Jenis Kemasan

Jenis-jenis kemasan atau pengemasan menurut Kotler dan Keller

(2009:27) dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Berdasarkan Struktur Isi

Jenis kemasan berdasarkan struktur isi adalah wadah yang dibuat

sesuai dengan isi dari kemasan tersebut. Jenis kemasan ini dapat dibedakan

menjadi tiga, diantaranya:

a. Kemasan Primer; pengertian kemasan primer adalah bahan kemas yang

menjadi wadah langsung bahan makanan. Misalnya kaleng susu, botol

minuman, dan lain-lain.

7
b. Kemasan Sekunder; pengertian kemasan sekunder adalah wadah yang

berfungsi memberikan perlindungan terhadap kelompok kemasan lainnya.

Misalnya, kotak kardus untuk menyimpan kaleng susu, atau kotak kayu

untuk menyimpan buah, dan lain-lain.

c. Kemasan Tersier; pengertian kemasan tersier adalah kemasan yang

digunakan untuk menyimpan atau melindungi produk selama proses

pengiriman.

2. Berdasarkan Frekuensi Pemakaian

Menurut Titik Wijayanti (2012) jenis kemasan juga dapat

dikelompokkan berdasarkan frekuensi pemakaiannya. Beberapa jenis

kemasan ini diantaranya:

a. Kemasan Disposable; yaitu kemasan sekali pakai yang hanya digunakan

sekali saja lalu dibuang. Misalnya wadah plastic, bungkus daun pisang, dan

lain-lain.

b. Kemasan Multi Trip; yaitu kemasan yang dapat digunakan berkali-kali oleh

konsumen dan dapat dikembalikan kepada agen penjual agar digunakan

kembali. Misalnya, botol minuman.

c. Kemasan Semi Disposable; yaitu kemasan yang tidak dibuang karena dapat

digunakan untuk hal lain oleh konsumen. Misalnya, kaleng plastic.

3. Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pakai

Kemasan dapat juga dikelompokkan berdasarkan tingkat kesiapan

pakainya menurut Louw dan Kimber (2007), diantaranya:

a. Kemasan Siap Pakai; yaitu jenis kemasan yang siap untuk diisi dan

8
bentuknya telah sempurna sejak diproduksi. Misalnya botol, kaleng,

dan lain-lain.

b. Kemasan Siap Dirakit; yaitu kemasan yang membutuhkan tahap

perakitan sebelum diisi produk/ barang. Misalnya, plastic, aluminium

foil, kertas kemas.

D. Kualitas

Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan

untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas

didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau

ditetapkan.

Adapun beberapa defenisi kualitas menurut para ahli diantaranya

adalah :

1. Sunyoto (2012) menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu ukuran

untuk menilai bahwa suatu barang atau jasa telah mempunyai nilai guna

seperti yang dikehendaki atau dengan kata lain suatu barang atau jasa

dianggap telah memiliki kualitas apabila berfungsi atau mempunyai nilai

guna seperti yang diinginkan.

2. Menurut Lupiyoadi (2014) bahwa Kualitas adalah perpaduan antara sifat

dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi

persyaratan kebutuhan pelanggan, jadi pelanggan yang menentukan dan

menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik tersebut memenuhi.

9
E. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu

dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat proses

produksi, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir.

Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa

barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan,

serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan dan sebisa mungkin mempertahankan kualitas yang sesuai.

Adapun beberapa defenisi pengendalian kualitas menurut para ahli

diantaranya adalah :

1. Menurut Bakhtiar dkk (2013) pengendalian kualitas dapat diartikan

sebagai “kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan

memastikan kinerja sebenarnya”.

2. Menurut Vincent Gasperz (2005) pengendalian kualitas adalah teknik dan

aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi standar kualitas

yang diharapkan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang

terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan, dan

meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

F. Tujuan Pengendalian Kualitas


Menurut Heizer & Render (2013) ada beberapa tujuan pengendalian

10
kualitas, yaitu :
1. Peningkatan kepuasan pelanggan.

2. Penggunaan biaya yang serendah-rendahnya.

3. Selesai tepat pada waktunya.

Tujuan pokok pengendalian kualitas adalah, untuk mengetahui sampai

sejauh mana proses dan hasi produk atau jasa yang dibuat sesuai dengan

standar yang ditetapkan perusahaan. Adapun tujuan pengendalian kualitas

secara umum menurut Heizer & Render (2013), sebagai berikut :

1. Produk akhir mempunyai spesifikasi sesuai dengan standar mutu atau

kualitas yang telah ditetapkan.

2. Agar biaya desain produk, biaya inspeksi, dan biaya proses produksi

dapat berjalan secara efisien.

3. Prinsip pengendalian kualitas merupakan upaya untuk mencapai dan

meningkatkan proses dilakukan secara terus-menerus untuk dianalisis

agar menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk

mengendalikan dan meningkatkan proses, sehingga proses tersebut

memiliki kemampuan untuk memenuhi spesifikasi produk yang

diinginkan oleh pelanggan.

G. Pendekatan pengendalian kualitas

Untuk melakukan pengendalian kualitas dapat ditempuh tiga

pendekatan:

1. Pendekatan bahan baku perusahaan

11
Merupakan upaya pengendalian kualitas produk perusahaan melalui

seleksi bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi.

2. Pendekatan proses produksi

Pengendalian kualitas produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan

akan dihasilkan melalui pengawasan proses produksi sehingga proses

produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan tersebut dapat berjalan

dengan sebaik-baiknya.

3. Pendekatan produk akhir

Merupakan upaya perusahaan untuk dapat mempertahankan kualitas

produk jasa yang akan dihasilkan dengan melihat produk akhir yang

menjadi hasil dari perusahaan tersebut.

Pemilihan masing-masing pendekatan ini akan tergantung dari masing

perusahaan sehubungan dengan titik berat proses produksinya. Suatu

perusahaan dimana proses produksinya sangat ditentukan oleh kualitas bahan

baku, maka akan memilih pendekatan proses produksinya. Dalam hal ini

perusahaan tidak harus memilih salah satu pendekatan saja, melainkan dapat

memilih dua dari tiga pendekatan tersebut dapat dilakukan bersama-sama atau

bahkan ketiga-tiganya.

4. Langkah-langkah Pengendalian Kualitas

Standarisasi sangat diperlukan sebagai tindakan pencegahan untuk

memunculkan kembali masalah kualitas yang pernah ada dan telah diselesaikan.

Hal ini sesuai dengan konsep pengendalian kualitas berdasarkan sistem

12
manajemen mutu yang berorientasi pada strategi pencegahan, bukan pada

strategi pendeteksian saja. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sering

digunakan dalam analisis dan solusi masalah kualitas Menurut Kauro Ishikawa

(1988)

1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas.

Langkah awal dalam peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus

secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas. Manajemen

harus secara sadar memiliki alasan-alasan untuk peningkatan kualitas dan

peningkatan kualitas merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar.

Tanpa memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas, peningkatan

kualitas tidak akan pernah efektif dan berhasil. Peningkatan kualitas dapat

dimulai dengan mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau

kesempatan peningkatan apa yang mungkin dapat dilakukan. Identifikasi

masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan

menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan kualitas seperti

brainstromming, check Sheet, atau diagram Pareto.

2. Menyatakan masalah kualitas yang ada

Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu

dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan dengan

masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk informasi-

informasi spesifik jelas tegas dan dapat diukur dan diharapkan dapat dihindari

pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diukur.

3. Mengevaluasi penyebab utama

13
Penyebab utama dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram sebabakibat

dan menggunakan teknik brainstromming. Dari berbagai faktor penyebab

yang ada, kita dapat mengurutkan penyebab-penyebab dengan menggunakan

diagram pareto berdasarkan dampak dari penyebab terhadap kinerja produk,

proses, atau sistem manajemen mutu secara keseluruhan.

4. Merencanakan solusi atas masalah

Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakantindakan

untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada. Rencana

peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi

dalam suatu formulir daftar rencana tindakan.

5. Melaksanakan perbaikan

Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana

tindakan peningkatan kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat

dibutuhkan komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total untuk

secara bersama-sama menghilangkan akar penyebab dari masalah kualitas

yang telah teridentifikasi.

6. Meneliti hasil perbaikan

Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan

evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan untuk

mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang. Analisis

terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan memberikan

tambahan informasi bagi pembuatan keputusan dan perencanaan peningkatan

berikutnya.

14
7. Menstandarisasikan solusi terhadap masalah

Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan pengendalian kualitas harus

distandarisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terusmenerus

pada jenis masalah yang lain. Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah

masalah yang sama terulang kembali.

8. Memecahkan masalah selanjutnya

Setelah selesai masalah pertama, selanjutnya beralih membahas masalah

selanjutnya yang belum terpecahkan (jika ada).

5. Statistical Process Control (SPC)

Menurut Heizer & Render (2013) yang dimaksud dengan Statistical

Process Control (SPC) adalah : “proses yang digunakan untuk memantau

berbagai standar dengan melakukan pengukuran dan tindakan korektif selagi

produk atau jasa sedang berada dalam proses produksi”. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat dipahami bahwa SPC merupakan suatu teknik yang

digunakan untuk memantau atau mengontrol suatu produk apakah sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahan dengan melakukan

pengukuran, apabila terjadi ketidaksesuaian produk dengan standar maka

tindakan selanjutnya yaitu menemukan dan menyingkirkan penyebab

ketidaksesuaian produk selama proses produksi.

6. Alat Bantu Dalam Pengendalian Kualitas

Korou ishikawa adalah orang yang pertama kali mengembangkan

metode/teknik/alat ini, yang digunakan untuk melakukan perbaikan dan

pengendalian kualitas suatu produk atau jasa. Ketiga alat dasar kualitas

15
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Diagram Pareto (Pareto chart)

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto

dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik

balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing

jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram pareto, dapat

terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas

penyelesaian masalah. Fungsi Diagram pareto adalah untuk

mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan

kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil. Dalam diagram pareto

berlaku aturan 80/20, artinya yaitu 20% jenis kesalahan/kecacatan dapat

menyebabkan 80% kegagalan proses. Contoh Diagram pareto adalah

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto

2. Diagram sebab akibat (Fishbone Diagram)

Sebab akibat adalah alat yang memungkinkan meletakan secara

16
sistematis representative garis jalan setapak yang pada akhirnya mengarah ke

akar penyebab suatu masalah kualitas. Diagram ini pertama kali dikembangkan

pada tahun 1943 oleh Mr.Ishikawa di University of Tokyo. Diagram sebab

akibat terdiri dari dua sisi. Pada sisi kanan, efek samping, daftar masalah, atau

ke khawatiran akan kualitas dipertanyakan. Sementara pada sisi kiri adalah

daftar penyebab utama masalah itu. Sisi kanan juga dapat mencakup efek yang

diinginkan pengguna untuk dicapai. Yang penting dilakukan adalah penyebab

terus-menerus mendefinisikan dan berhubungan satu sama lain.

Gambar 2.2 Contoh Diagram Sebab Akibat

K. Kerangka Berfikir

PT. Triteguh Manunggalsejati

17
Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan Data
Menggunakan :
A. Check Sheet
B. Diagram Pareto
C. Diagram Sebab -
Akibat

Analisis Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

BAB III

METODE PENELITIAN

18
A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Triteguh Manunggalsejati di

Kabupaten Gowa yang terletak di Jalan Poros Malino KM. 21, Kecamatan

Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini

dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung mulai dari tanggal 15 April sampai

dengan 18 Juli 2019.

B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian PT. Tri Teguh Manunggal

Sejati adalah sebagai berikut :

1. Alat Tulis

2. Laptop

3. Microsoft Excel

4. Microsoft Word

5. Alat penyimpanan data berupa Hardisk

6. Handphone

7. Data hasil produksi perusahaan PT. Triteguh Mnaunggal Sejati

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu

menggambarkan mengenai objek yang diteliti dengan menggunakan data hasil

produksi dari perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan yang

19
didapatkan dalam penelitian sebagai landasan penulisan tugas akhir.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapatkan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui observasi di

lapangan dangan tujuan untuk memahami kondisi lapangan yang

sebenarnya dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan pada saat

poses penelitian.

2. Data Sekunder.

Yaitu data yang diperoleh dari pustaka,dokumen perusahaan yang

berkaitan dengan penelitian, literatur yang dianggap sesuai dengan

penelitian dan hasil penelitian terdahulu.

E. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan

dianalisa dengan :

1. Analisa Diagram Pareto

Diagram pareto merupakan metode untuk mengelola

kesalahan,masalah, atau cacat yang membantu untuk memusatkan perhatian

pada usaha penyelesaian masalah. Setelah diagram pareto dibuat maka

langkah selanjutnya adalah mencari penyebab kerusakan serta mencari cara-

cara untuk mengurangi kerusakan produk tersebut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 1


% 𝐾𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

20
2. Analisa Diagram Sebab-Akibat ( Fishbone )

Langkah-langkah dalam analisis Diagram Sebab-Akibat adalah

a) Definisikan permasalahannya, langkah ini dapat menggunakan bagan

kendali, diagram pareto dan sebagainya.

b) Seleksi metode analisis. Sering kali metode analisis itu berupa sumbang

saran bersama satu tim yang mewakili bagian produksi.

c) Gambarkan kotak masalah dan panah utama.

d) Spesifikasikan kategori utama sumber-sumber yang mungkin

menyumbang terhadap masalah.

e) Identifikasikan kemungkinan masalah-masalah ini.

f) Analisis sebab-sebabnya dan tindakan korektif.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

21
A. Pengolahan Data

1. Check Sheet

Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan sebelumnya pada BAB

III, langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisa pengendalian kualitas

secara statistik adalah membuat tabel (check sheet) jumlah cup yang di transfer

ke produksi dan cup yang rusak / tidak sesuai dengan standar mutu. Tabel

(check sheet) ini berguna untuk mempermudah proses pengumpulan data serta

analisa. Berikut ini data cup mountea pada bulan april 2019:

Tabel 4.1 Jumlah Kerusakan kemasan cup mountea Bulan April


TOTAL TOTAL
Tanggal prodak Line
PRODUKSI (CUP) CUP RUSAK
15-Apr-19 MTB1 2 11913 588
16-Apr-19 MTB1 2 18412 1088
18-Apr-19 MTA1 2 8313 1352
18-Apr-19 MTB1 2 4542 432
19-Apr-19 MTB1 2 17562 864
20-Apr-19 MTB1 2 17982 752
22-Apr-19 MTB1 2 12026 816
23-Apr-19 MTB1 2 5253 288
23-Apr-19 MTB1 2 11875 652
24-Apr-19 MTB1 2 18175 1672
25-Apr-19 MTB1 2 18654 1404
26-Apr-19 MTB1 2 18113 1624
27-Apr-19 MTB1 2 2954 700
27-Apr-19 MTG1 2 12094 2756
29-Apr-19 JDO7 2 5752 1152
30-Apr-19 JDO7 2 14822 4024
1-May-19 MTA1 2 14865 1480
2-May-19 MTB1 2 19492 1028
3-May-19 MTB1 2 10847 667
6-May-19 JDO7 2 11420 3500
7-May-19 JDO7 2 16564 2504
8-May-19 MTG1 2 16169 824
9-May-19 MTG1 2 8700 736
9-May-19 MTB1 2 8160 1140
10-May-19 MTB1 2 14954 1472
11-May-19 MTB1 2 8004 1780
327617 35295

Sumber : Diolah dengan Microsoft Excel 2010

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka dapat diketahui bahwa dari total

produksi pada bulan maret untuk line 2 dengan total produksi 327.617 CUP

mountea terdapat tiga jenis kerusakan cup mountea , antara lain kurang press

22
sebanyak 14.824 cup mountea dan seal miring sebanyak 13.059 cup dan cup

mountea bergerigi sebanyak 7.412 cup mountea dengan total keseluruhan

kardus rusak sebanyak 35.295 cup mountea selama bulan april 2019.

2. Analisis Diagram Pareto

Dari hasil pengamatan, menunjukkan data cup rusak pada proses

pengemasan produk selama bulan april 2019 dibuatkan diagram pareto untuk

mengidentifikasi dan menunjukkan jumlah kerusakan yang terjadi selama satu

bulan dan dipresentasikan yang terjadi dalam hari poduksi, yaitu sebagai

berikut dengan mencari :


Presentase (p) = n

Keterangan :

np : Jumlah gagal dalam subgrup

n : Jumlah yang diperiksa dalam subgrup/produksi

Subgrup : Hari ke-

23
Tabel 4.2 Rata-rata Persentase Kerusakan cup mountea
TOTAL TOTAL
Tanggal prodak Line RATA-RATA CUP RUSAK
PRODUKSI (CUP) CUP RUSAK
15-Apr-19 MTB1 2 11913 588 0,049
16-Apr-19 MTB1 2 18412 1088 0,059
18-Apr-19 MTA1 2 8313 1352 0,163
18-Apr-19 MTB1 2 4542 432 0,095
19-Apr-19 MTB1 2 17562 864 0,049
20-Apr-19 MTB1 2 17982 752 0,042
22-Apr-19 MTB1 2 12026 816 0,068
23-Apr-19 MTB1 2 5253 288 0,055
23-Apr-19 MTB1 2 11875 652 0,055
24-Apr-19 MTB1 2 18175 1672 0,092
25-Apr-19 MTB1 2 18654 1404 0,075
26-Apr-19 MTB1 2 18113 1624 0,090
27-Apr-19 MTB1 2 2954 700 0,237
27-Apr-19 MTG1 2 12094 2756 0,228
29-Apr-19 JDO7 2 5752 1152 0,200
30-Apr-19 JDO7 2 14822 4024 0,271
1-May-19 MTA1 2 14865 1480 0,100
2-May-19 MTB1 2 19492 1028 0,053
3-May-19 MTB1 2 10847 667 0,061
6-May-19 JDO7 2 11420 3500 0,306
7-May-19 JDO7 2 16564 2504 0,151
8-May-19 MTG1 2 16169 824 0,051
9-May-19 MTG1 2 8700 736 0,085
9-May-19 MTB1 2 8160 1140 0,140
10-May-19 MTB1 2 14954 1472 0,098
11-May-19 MTB1 2 8004 1780 0,222
327617 35295 0,108

Sumber : Diolah dengan Microsoft Excel 2010

Dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas, bahwa rata-rata kerusakan

kemasan yang terjadi pada PT. Triteguh Manunggal sejati berada pada angka

yang cukup tinggi dengan total rata-rata kerusakan sebesar 0,108%

24
Tabel 4.3 Jumlah Kumulatif dan Persentase Komulatif Kerusakan Cup mountea
Jenis kerusakan Jumlah kerusakan Jumlah Kumulatif Persentase (%) Persentase Kumulatif (%)
kurang press 14824 14824 42% 42%
seal miring 13059 27883 37% 79%
cup bergerigi 7412 35295 21% 100%
TOTAL 35295
(Sumber Data diolah menggunakan excel 2013)

Berdasarkan dari tabel 4.3 di atas, maka dapat diketahui bahwa dari

jenis kerusakan kurang press sebanyak 14.824 cup mountea memiliki

persentase sebesar 42% sedangkan untuk seal miring yang jumlah

kerusakannya13.059 cup mountea memiliki persentase kerusakan seal miring

sebesar 37% dan cup mountea bergerigi sebanyak 7.412 memiliki presentase

kerusakan sebesar 21%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari dua

jenis kerusakan yang timbul pada proses pengisian yang memiliki persentase

kerusakan paling tinggi adalah kurang press.

4.4 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti mengolah dan

menganalisa data sebagai berikut :

1. Diagram pareto (april – Mei 2019). Adapun langka-langkah untuk

menghitung diagram pareto pada bulan April– Mei adalah

a. Perhitungan data kerusakan kemasan cup mountea untuk kurang press

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 14824


%kerusakan=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 × 100 % =327617 × 100 %

= 42 %

b. Perhitungan data kerusakan kemasan cup untuk seal miring


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 13059
%kerusakan=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 × 100 % =327617 × 100 %

25
= 37 %

c. Perhitungan data kerusakan untuk seal bergerigi

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 7412


%kerusakan=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 × 100 % =327617 × 100 %

= 21 %

16000 120%

14000
100%
12000
80%
10000

8000 60%

6000
40%
4000
20%
2000

0 0%
kurang press seal miring cup bergerigi

jenis kerusakan cup jumlah produksi cup

Gambar 4.1 Diagram Pareto Jenis Kerusakan Cup mountea

Berdasarkan hasil Analisa diagram pareto diatas mengenai masalah

kerusakan kemasan pada produk minuman cup mountea adalah sebagai berikut

a. Jenis kerusakan kemasan tertinggi pada minuman cup line 2 dalam bulan

april- mei adalah kurang pres, dengan jumlah kerusakan sebanyak 14824

pcs atau 42 %.Kurang pres yang dimaksud adalah seal yang tidak melekat

sempurna pada cup mountea.

26
b. Jenis kerusakan yang kedua pada minuman cup mountea dalam bulan april

– mei adalah seal miring, dengan jumlah kerusakan sebanyak 13059 pcs atau

37 %. Seal miring yang dimaksud adalah seal cup mountea tidak presisi

ditengah cup mountea.

c. Jenis kerusakan yang ketiga pada minuman cup mountea dalam bulan april

– mei adalah seal bergerigi, dengan jumlah kerusakan 7412 atau 21 %. Seal

bergerigi yang dimaksud adalah kondisi dimana terdapat seal.

Berdasarkan hasil Analisa kerusakan kemasan produk diatas, maka

yang menjadi prioritas dalam perbaikan adalah kerusakan kemasan yang

tertinggi yaitu kurang pres.

3. Diagram Sebab-akibat

Pengolahan dengan menggunakan diagram sebab – akibat bertujuan untuk

mencari tahu penyebab terjadinya kerusakan kemasan minuman cup

mountea. Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap permasalahan

kerusakan kemasan yang perlu ditinjau adalah sebagai berikut :

a. Manusia

b. Metodekerja

c. Mesin

d. Bahanbanku

27
Berikut ini adalah hasil pengamatan yang diperoleh diperusahaan yaitu :

Kerusakan kemasan
cup (kurang pres)

Bahan kemasan cup nya


mudah lunak

Gambar 4.2 Diagram fishbone kerusakan kemasan cup mountea

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa empat elemen tersebut

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap masalah – masalah pada

kerusakan kemasan kurang pres. Keempat elemen tersebut adalah :

a) Material

1. Material bahan kemasan cup mountea nya mudah lunak sehingga pada saat

pengepresan tidak kuat .

2. komposisi bahan cup mountea tidak produktif menimbulkan efek yang

besar terhadap kualitas press

b) Mesin

kesalahan settingan mesin yang tidak bisa di hindari di karenakan

kurangnya pemeliharaan pada mesin sehingga produktivitas mesin tidak

bejalan dengan baik dan akan cepat tua akan menyebabkan terjadinya

28
output cup mountea kurang press,bergerigi dan seal miring hingga IJP

kosong.

c) Metode

Untuk methode tidak memperhatikan SOP biasanya terjadi pada karyawan

produksi karena pada saat melakukan pengepresan dan pengisian minuman

, cup akan mudah kurang press karena biasanya pengisian yang tidak sesuai

SOP akan kepenuhan sehingga pada saat pengepresan tidak kuat karena

basah dan tumpah-tumpah.

d) Manusia (Tenagakerja)

Untuk Man operator kurang skill biasa terjadi pada operator yang kurang

terampil dalam mensetting dan mengoperasikan mesin serta tidak mengikuti

langkah kerja untuk menjalankan suatu proses pengemasan minuman ke

dalam cup yang berakibat kurang press, cup bergerigi, dan seal miring.

Dari uraian fish bone diatas dapat di identifikasi bahwa penyebab

terjadinya kerusakan kemasan ialah sebagai berikut :

a. Faktor Manusia

Faktor manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan

kemasan cup mountea . Oleh karena itu di perlukan beberapa oerbaikan

terhadap kinerja dari pekerja, sehingga potensi yang menyebabkan kerusakan

dapat di cegah dengan memasang dokumen khusus yang menggambarkan

tingkat perubahan jumlah kerusakan kemasan perharinya. Khususnya pada

operator baru sebaiknya diberikann pengawasan supaya melakukan pekerjaan

29
dengan baik sesuai dengan peratutan , dan pengawasan lebih ditingkatkan

agar karyawan melakukan pekerjaan baik.

Dari uraian fish bone diatas dapat di identifikasi bahwa penyebab

terjadinya kerusakan kemasan kurang press disebabkan oleh faktor man dan

mesin. Dimana untuk faktor Man terjadi karena kurang telitinya operator pada

saat bekerja padahal Peran dari karyawan/operator yang bekerja pada ruang

mesin filling sangat penting bukan hanya karena menyalakan dan menjalankan

mesin saja tetapi juga harus melakukan pengecekan terhadap mesin baik

sesudah maupun sebelum mesin beroperasi, sedangkan untuk faktor mesin

terjadi karena block heating yang miring pada saat proses produksi.Cara

kerjadari block heating sendiri yaitu naik turun secara terus – menerus selama

proses produksi hal tersebut dapat memicu vibrasi yang mengakibatkan baut

kendor/longgar sehingga block heating menjadi miring.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pada faktor man sebaiknya operator selalu

berkonsentrasi pada saat bekerja selain itu operator harus menjaga kondisi

kesehatan, dan istirahat yang cukup sebelum bekerja terutama

karywan/operator yang bertugas pada shift malam sehingga tidak mengantuk

pada saat bekerja.Kemudian pada faktor mesin sebaiknya dilakukan

pengecekan mesin oleh bagian teknisi pada saat pergantian shift. Namun selain

bagian teknisi yang melakukan pengecekan sebaiknya karyawan/operator yang

bertugas dalam ruangan mesin filling juga selalu melakukan pengecekan pada

mesin filling baik sebelum dan sesudah mesin beroperasi.

30
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan

dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Berdasarkan hasil dan Analisa data selama tiga bulan menggunakan diagram

pareto dapat diketahui kerusakan cup moutea yang sangat dominan ditunjukkan

pada kurang press sebanyak 14824 pcs dengan presentase kerusakan sebanyak

42%,

2. Berdasarkan hasil dan analisa diagram sebab-akibatdapat diketahui faktor

penyebab terjadinya kerusakan kemasan cup kurang press yang dapat dianalisis

dengan menggunakan diagram fisbhone ada lima faktor yaitu faktormesin,

manusia, metode dan material yang digunakan. Namun faktor yang

menyebabkan kerusakan cup mountea kurang press yaitu faktor manusia dan

faktor mesin, dimana untuk faktor manusia terjadi karena kurang

konsentrasinya operator, dan untuk faktor mesin terjadi karenablock heating

yang miring sehingga seal tidak melekat sempurna terhadap cup.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Pihak perusahaan sebaiknya menggunakan metode statistik untuk dapat

mengetahui jenis kerusakan yang sering terjadi dan faktor-faktor yang

menjadi penyebabnya.

31
2. Dalam menerapkan metode statistik, sebaiknya memperhatikan metode-

metode yang tepat untuk digunakan dalam mengelolah data sehingga hasil

yang diperoleh lebih akurat.

3. Sebaiknya perusahaan meningkatkan pengendalian kualitas produk

sehingga dapat meminimalisir kerusakan – kerusakan kemasan produk,

sebab kerusakan kemasan produk sangat berdampak buruk bagi perusahaan

dan jika hal ini terus terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian

yang besar.

4. Diharapakan teknisi maupun karyawan yang bekerja di ruangan mesin

filling selalu melakukan pengawasan mesin saat memproduksi sehingga

dapat meminimalisir kerusakan produk yang terjadi. Serta selalu melakukan

maintenance terhadap mesin filling sehingga masalah yang dapat

menyebabkan kerusakan kemasan produk pada mesin dapat teratasi.

32
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar . (2013). Analisa Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode
Statistical Quality Control (SQC).

Crosby .(1979). The Marketing Management : Gramedia Jakarta


Diagram Pareto;Pengertian,Prinsip,implementasi,Langkah Penyusunannya

Feigenbaum, A.V. (1991), Kendali Mutu Terpadu.: Erlangga Jakarta

Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. PT Gramedia Pustaka


Utama Jakarta

Gravin David A. 1988.Managing Quality:The Strategic and Competitive Edge,


The Free Press, New York.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13

Kurniawan, adi. 2015.Laporan SGA Mesin Filling.Gowa : PT. DharanaIntiBoga.

Montgomery, Douglas C. 2001. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik


Gajah Mada University Press. Jogjakarta

Louw,A. & Kimber,M. (2007). The Power of Packing, The Customer Equity
Company. Gramedia : Jakarta

Lupiyoadi, Rambat. 2014. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 3. Jakarta: Salemba


Empat

Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Anggota IKPI.: Ghalia Indonesia


Jakarta

Rangkuti, Freddy. 2010. AnalisisSWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.: PT


Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Simamora, Bilson. 2007. Panduan Riset dan Perilaku Konsumen.: Gramedia


Jakarta

Wijayanti, Titik. 2012. Marketing Plan DalamBisnis. Edisi 1.: PT Elex Media
Komputindo Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai