Sap Hiv
Sap Hiv
1. Tujuan
Setelah mengikuti penyuluhan tentang HIV/AIDS dalam Kehamilan selama kurang lebih 30 menit
diharapkan ibu dapat mengerti dan waspada terhadap HIV/AIDS dan dapat mengaplikasikan materi
penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Materi
1. Pengertian HIV
2. Penyebab HIV
3. Tanda dan Gejala HIV
4. Cara penularan HIV dari ibu ke anak
5. Penatalaksanaan HIV
6. Pencegahan HIV
3. Metode
4. Media
5. Jadwal Penyuluhan
6. Pengorganisasian
Tugas :
Tugas :
Tugas :
- memberikan dan menjelaskan materi yang disampaikan
- menjawab pertanyaan dari peserta
Tugas :
7. KEGIATAN EVALUASI
1. Struktural
4. Antisipasi masalah
- Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat
menstimulasi dengan cara berulang dengan pemberi materi dalam membahas materi
yang diberikan
- Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya
dilakukan konfirmasi pada anggota organisasi lainnya
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
HIV atau Human Immunedeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak kekebalan tubuh manusia.
HIV adalah adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang
datang.
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Deficiency: kekurangan
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV) (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang
pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai
kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat
intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari
. Etiologi
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO,
2003)
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin
5. Orang yang melakukan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HfV, berarti setiap
orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang
terkontaminasi.
MANIFESTASI KLINIS
d. TBC
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi
pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau
pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya
hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%
sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan
bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika gejala AIDS sudah tampak jelas
maka kemungkinannya akan meningkat mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan ini
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen,
makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh
HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta
selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal alau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu,
lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Factor yang mempengaruhi tingginya resiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah :
lama robeknya membran
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu
misalnya, episiotomi.
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data
penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai resiko menularkan HIV sebesar rc-15% dibandingkan ibu yang tidak
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi
payudara lainnya
Strategi pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dikenal dengan nama
4. Konseling tentang HIV dan makanan bayi serta pemberian susu formula sebagai
pengganti ASI
5. Persalinan aman dengan section cesaria, sebelum ketuban pecah dan sebelum
kontraksi
5. Penatalaksanaan
menganjurkan konseling, edukasi dan Uji saring HIV sebagai bagian perawatan antepartum
yang dilakukan secara rutin dan sukarela oleh ibu hamil dengan risiko tinggi infeksi HIV
dan ibu hamil dengan HIVIAIDS (IHDHA). Dalam konseling dan edukasi, perlu dukungan
psikososial ibu supaya tidak takut dan percaya diri mengenai status HIV dan kehamilannya,
tentang perjalanan alami HIV, cara penularan dan pencegahan perinatal serta keuntungan
Antiretrovirus (ARV)
memandang status kehamilan, sama seperti pemberian ARV pada ODHA karena telah dipertimbangkan
farmakokinetiknya dan tidak terbukti membberikan efek teratogenik pada janin dan bayi jika diberikan
setelah umur kehamilan 14 minggu. Pada pencegahan penularan HIV perinatal (PHP), baik ACOG
maupun WHO menganjurkan kombinasi ARV untuk menekan replikasi virus secara cepat sampai batas
yang tidak dapat dideteksi; sehingga diharapkan PHP, tidak terjadi, mengurangi kejadian resistensi dan
Pemberian kombinasi ARV mulai diberikan pada IHDHA yang memiliki CD4 <
500/mm atau kepadatan virus > 10.000/ml dengan atau tanpa gejala klinis; sedangkan
pemberian ZDV tunggal dapat dilakukan jika CD4> 500/mm dan kepadatan virus 4 000 -
l0.000/ml dengan dosis 100 mg 5 kali sehari yang dimulai setelah trimester I sampai masa
persalinan. Pada saat mulai persalinan (kala I), ZDV diberikan secara intravena 2 mg/kg BB
dalam I jam, dan diteruskan I ml/kg BB/jam sampai pengikatan tali pusat bayi; kemudian
diikuti dengan pemberian ZDV oral pada bayi setelah berumur 12 jam dengan dosis 2
ml/kg BB/6 jam selama 6 minggu. Semua ARV diberikan setelah trimester I (14 minggu
umur kehamilan) untuk menghindari beberapa efek teratogenik. Namun, jika ibu sedang
menjalani pengobatan ARV dan kemudian hamil, pengobatan tersebut dilanjutkan sebab
penghentian, ARV akan mengakibatkan rebound pheno-menon jumlah virus. Pada beberapa
penelitian berskala besar, ZDV terbukti menurunkan PHP dari 22,6% menjadi 7,6% jlka
yang bermakna pada efek samping dan toksisitas ZDV dibandingkan plasebo, kecuali
anemia pada bayi yang hilang setelah ZDV dihentikan; sedangkan kelainan kongenital tidak
lebih tinggi dari populasi umum. Oleh sebab itu, ADV sebaiknya ada pada setiap regimen
penggunaan ZDV oral jangka pendek untuk mencegah PHP. Jika berhasil dan dapat
dijadikan protokol, diharapkan akan menurunkan kejadian PHP lebih banyak lagi;
mengingat biaya lebih murah, kepatuhan lebih tinggi dan jangkauan lebih luas
Penelitian di Afrika oleh Wiktor dkk dan Dabis dkk serta di Thailand oleh Shafter
dkk, pemberian ZDV jangka pendek memperlihatkan penurunan PHP 38-50% walaupun air
susu ibu masih tetap diberikan. Di sini, ZDV oral baru diberikan pada umur kehamilan 36
minggu dengan dosis 300 mg 2 kali sehari sampai masa persalinan (kala I), kemudian 300
mg 3 jam sekali dari kala I sampai kala IV dan diteruskan dengan 300 mg 2 kali sehari
selama 7 hari postpartum; sedangkan bayi diberikan ZDV oral setelah berumur 12 jam
6. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut
yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan untuk bayi yang baru
dilahirkan
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan
HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai.
Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara
yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu
persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada
bayi 2-3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil.
Hal ini mengurangi keberhasilan ARV yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini
juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka
metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%.
Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko
dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai
resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan
luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi
dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa
berisiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun
7. Daftar Pustaka
Nursalam dan NInuk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba
Medika
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Ed. 3 Cetakan 7. Iakarta: Yayasan Bina
Anonimous. 2008. Pencegahan Penularan HIV/AIDS Pada lbu HamiL Diakses dari
http://www.odhaindonesia.org/index.php?option:com_content&task:view&id:4 pada
Anonimous. 2008. Penularan HIV/AIDS kepada Bayi Bisa Dicegah. Di akses dari
Anonimous. 2010. PMTCT Mencegah Penularan HIY dari Ibu ke Bayi. Di akses dari
JURUSAN KEBIDANAN
Nama Observer :