Anda di halaman 1dari 8

doi: mkts.v25i1.

20575

Pemodelan Perilaku Tegangan dan Regangan Beton


pada Suhu Tinggi dengan Software LUSAS
*
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
*)
reni.suryanita@eng.unri.ac.id

Received: 6 Oktober 2018 Revised:4 Juli 2019 Accepted: 5 Juli 2019

Abstract

The concrete structure exposed to high temperatures can affect the strength of the structure. Limitations in the
experimental method can be solved by mathematical modeling. This study aims to identify the stress and strain
behavior that occurs at high-temperatures. The model is a cylindrical concrete with a diameter of 150 mm and
a height of 300 mm. The concrete strength design is 25 MPa. The temperatures of the model are 100 °C, 200
°C, 300 °C, 400 °C, 500 °C, 600 °C, and 700 °C. The model analysis using LUSAS v. 16 Software to observe
the properties of the concrete material due to exposure to high temperatures. The results of the study get the
higher the temperature received by concrete, the strength of the concrete decreases. Concrete that burned to a
temperature of 300 °C still had 82% available power, and at a temperature of 700 °C, the remaining concrete
strength was 30%. The strain increases to 423% from normal conditions at a temperature of 700 ° C. Therefore,
the results of the study can be used as a reference for structural engineers to know the behavior of the concrete
that exposure to high temperatures.

Keywords: Mathematical-modelling, high-temperature, LUSAS, stress, strain

Abstrak

Struktur beton yang terpapar suhu tinggi dapat mempengaruhi kekuatan struktur tersebut. Keterbatasan dalam
pengujian experimental dapat diatasi dengan pemodelan matematis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perilaku tegangan dan regangan beton yang terjadi pada suhu tinggi. Benda uji yang
dimodelkan dalam penelitian ini adalah beton berbentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Mutu beton yang dimodelkan adalah 25 MPa. Model disimulasikan terpapar suhu secara konstan yang
bervariasi dari 100°C, 200°C, 300°C, 400°C, 500°C, 600°C dan 700°C. Analisis model disimulasikan
menggunakan Software LUSAS v.16 untuk mengamati sifat material beton akibat terpapar suhu tinggi. Hasil
penelitian mendapatkan semakin tinggi suhu yang diterima beton maka kekuatan beton semakin menurun.
Beton yang terbakar hingga temperatur 300°C masih mempunyai kekuatan yang tersedia 82% dan pada
temperatur 700°C kekuatan beton yang tersisa adalah 30%. Pada suhu 700°C regangan beton pada tegangan
maksimum meningkat menjadi 423% dari regangan pada kondisi normal. Dengan demikian hasil penelitian
ini dapat dijadikan acuan bagi perencana struktur bagaimana perilaku beton ketika terpapar suhu tinggi.

Kata kunci: Pemodelan matematis, suhu tinggi, LUSAS, tegangan, regangan

Pendahuluan regangan yang dihasilkan oleh beton. Secara


eksperimental, modulus ini dapat ditentukan dari
Beton merupakan bahan material yang memiliki pengukuran kemiringan dari kurva tegangan-
sifat non-linear atau elasto-plastik. Namun beton regangan (stress-strain) yang dihasilkan dalam
mempunyai kemampuan elastis yang dapat pengujian kuat tekan beton. Berdasarkan kurva
terdeformasi secara permanen akibat pembebanan tegangan-regangan beton dapat diprediksi perilaku
yang terjadi. Ukuran dari kemampuan elastis beton beton ketika diberikan beban (Sidik, 2010).
biasa disebut sebagai modulus elastisitas (modulus
young). Modulus ini dapat didefinisikan sebagai Beton merupakan material struktur bangunan yang
perbandingan tegangan yang bekerja dengan relatif tahan terhadap api dibandingkan dengan

115
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

material konstruksi lain seperti kayu ataupun baja. (specific heat). Konduktifitas panas (thermal
Akan tetapi untuk mencapai durabilitas sebagai conductivity) merupakan rasio dari perubahan
beton pasca bakar yang memadai tentu diperlukan energi panas. Konduktifitas dari beton terggantung
beberapa persyaratan lain. Salah satu hal penting dari komposisi beton dan kadar air yang ada pada
untuk mencapai durabilitas yang memadai sebagai beton tersebut. Secara umum konduktifitas beton
beton pasca bakar adalah komposisi bahan berkisar antara 1,4–3,6 J/m2s°C. Menurut Lie
penyusun beton karena pasta semen dan agregat (1992) konduktifitas dari beton bervariasi
mengandung komponen yang dapat berdekomposisi tergantung dari aliran panas yang diterima beton.
setelah pemanasan. Pada beton normal konduktifitas cenderung
menurun ketika suhu meningkat, sedangkan pada
Proses pembakaran merupakan reaksi kimia dari beton ringan konduktifitas meningkat seiring
combustible material dengan oksigen, biasa dikenal dengan peningkatan suhu. Kalor jenis (specific
dengan reaksi pembakaran yang menghasilkan heat) dinyatakan sebagai kapasitas panas beton.
panas. Terdapat dua mekanisme pembakaran yang Kapasitas panas beton ini akan bertambah sejalan
dapat diterima oleh beton yaitu secara pancaran dengan bertambahnya kandungan air pada beton.
panas atau radiasi dan secara konveksi. Pembakaran
beton secara radiasi akan diterima permukaan beton Perilaku beton yang terpapar suhu tinggi juga
sehingga temperatur pada permukaan beton dapat diketahui dari tegangan-regangan yang
meningkat. Pembakaran melalui radiasi ini akan dihasilkan dari pengujian kuat tekan beton. Peneliti
sangat berpengaruh apabila temperatur sumber terdahulu sudah berhasil mengkaji perilaku beton
panas nya relatif tinggi. Kedua secara konveksi bertulang pasca kebakaran seperti yang dilakukan
yaitu hawa panas yang berhembus ataupun oleh, Nyoman (2015), Rizal (2017), Cornelis at al
bersinggungan langsung dengan permukaan beton (2014), dan Herlambang & Sudiarta (2015). Beton
yang mengakibatkan temperatur pada permukaan yang terpapar suhu tinggi hingga 200 derajat celsius
beton meningkat. Sifat termal beton ditemukan dapat memberikan peningkatan pada kekuatan
sangat bervariasi dengan jenis dan jumlah agregat tekan beton hingga 20% dibandingkan pada suhu
dalam beton. normal tanpa kenaikan derjat celsius (0°C). Hal
tersebut disebabkan oleh penguapan air (dehidrasi)
Konduktivitas termal (thermal conductivity) dan penetrasi ke dalam rongga-rongga beton terjadi
merupakan fenomena transport dimana perbedaan lebih dalam, sehingga memperbaiki sifat lekatan
temperatur mengakibatkan adanya transfer energi antar partikel Calcium Silicate Hydrate (C-S-H).
thermal dari satu benda panas ke daerah yang sama Namun jika dipanaskan terus hingga lebih dari
pada suhu yang lebih rendah. Konduktivitas termal 500°C, degradasi kekuatan yang signifikan terjadi
juga menyatakan kemampuan dari suatu bahan hingga 50% seperti terlihat pada Gambar 1.
untuk mengantarkan kalor. Thermal conductivity
beton biasanya bervariasi sesuai aliran panasnya. 140
Pada beton normal, nilai thermal conductivity 120
Kuat tekan (%)

cenderung menurun sedangkan suhu mengalami


peningkatan. Nilai dan perubahan pada thermal 100
conductivity dengan suhu, bagaimanapun 80
bergantung pada kristanilitas (tingkat kristalisasi
pada suatu material) agregat. Semakin tinggi tingkat 60
kristanilitas, maka semakin tinggi thermal 40
conductivity bersamaan dengan penurunan suhu.
Pada beton ringan, thermal conductivity cenderung 20
meningkat diikuti dengan kenaikan suhu, namun 0
nilai tersebut hampir mendekati konstan. 0 500 1000
Peningkatan temperatur (°C)
Sifat material yang mempengaruhi kenaikan suhu
dan distribusi baja struktur adalah thermal Gambar 1. Grafik peningkatan temperatur
conductivity dan specific heat. Suhu meningkat dengan persentase penurunan nilai kuat tekan
pada baja sebagai hasil dari aliran panas adalah beton (Faizin et al., 2017)
fungsi dari thermal conductivity material. Nilai dari
properties ini bervariasi terhadap komposisi kimia Degradasi tersebut terjadi karena proses
pada suhu ruangan. Namun, pada suhu tinggi dapat dekomposisi C-S-H yang terurai menjadi Calcium
dianggap identik pada kebanyakan struktur baja. Oxide (CaO) dan Silicon Dioksida (SiO2) atau yang
Selain itu, sifat yang sangat mempengaruhi perilaku dikenal dengan Silika. Hal ini juga dapat terjadi
beton dalam jangka panjang yaitu konduktifitas karena perbedaan nilai kembang susut antara
panas (thermal conductivity) dan kalor jenis agregat dan pasta semen (Faizin et al., 2017).

116
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

Beton termasuk material struktur bangunan yang regangan plastik terhadap waktu pada model.
relatif tahan terhadap api dibandingkan dengan Sebelum dilakukannya pemodelan pada software
material konstruksi lain seperti kayu ataupun baja. LUSAS, perlu dilakukan analisis regresi pada
Akibat panas yang berlebih, beton dapat mengalami persamaan penelitian terdahulu untuk mengambil
retak, terkelupas (spalling), dan kehilangan nilai input sifat mekanik beton pada LUSAS. Nilai
kekuatan. Secara visual pengaruh dari kebakaran yang menjadi variabel input sifat mekanik beton
terhadap beton dapat dilihat berubahnya warna pada pada LUSAS adalah nilai modulus elastisitas, kuat
beton (Anggraini & Wahjuni, 2011). tekan, kuat tarik dan regangan puncak. Parameter
input di dalam LUSAS juga dapat menggunakan
Secara fisik dapat dilihat langsung (secara visual) model persamaan yang telah dihasilkan oleh
pengaruh dari kebakaran terhadap beton yaitu peneliti terdahulu Lie (1992), Terro (1998), Li &
berubahnya warna pada beton. Apabila temperatur Purkiss (2005), Chang et al (2006). Namun dalam
pada beton melebihi 300°C warna pada beton akan penelitian ini model persamaan menggunakan
berubah menjadi merah muda. Jika temperatur model persamaan Li & Purkiss (2005), serta Chang
beton melebihi 600°C warna pada beton akan et al (2006).
berubah menjadi abu-abu agak hijau, jika
temperatur beton melebihi 900°C berubah warna Li & Purkiss (2005) membuat sebuah penelitian
menjadi abu-abu dan jika temperatur beton diatas tentang hubungan tegangan dan regangan pada
1200°C akan berubah warna menjadi kuning. material beton ketika adanya peningkatan
temperatur. Pada penelitiannya Li dan Purkiss
Salah satu metode pemodelan struktur untuk membandingkan model dan data pengujian
menganalisis beton yang terpapar suhu adalah eksperimental yang sudah ada sebelumnya tentang
dengan metode elemen hingga. Metode elemen sifat mekanik beton saat terjadinya peningkatan
hingga merupakan proses perhitungan secara temperatur. Li dan Purkiss juga membentuk model
numerik dengan mengkombinasikan beberapa yang dapat dikombinasikan dengan program
konsep matematika untuk menghasilkan persamaan elemen hingga komersial dengan cara
sistem linier atau nonlinier. Pada metode elemen membandingkan beberapa data tersebut. Pada
hingga, suatu konstruksi yang dikenai gaya seperti penelitian tersebut Li dan Purkiss memberikan
beban, tekanan dan temperatur dapat menimbulkan contoh perhitungan pada elemen dinding yang
dampak perubahan bentuk (deformasi) yang dipanaskan.
dinyatakan dengan perpindahan (displacement).
Berdasarkan penelitian Li dan Purkiss didapatkan
Metode elemen hingga ini menggunakan kesimpulan bahwa kurva yang terbentuk dengan
pendekatan diskretisasi elemen untuk menemukan menggunakan persamaan Eurocode 2: EN 1992-1-2
perpindahan titik simpul/join dan gaya-gaya yang tidak cocok digunakan untuk menganalisis beton
terjadi pada struktur. Diskretisasi elemen ini dengan regangan puncak yang tinggi sedangkan
mengacu pada metode matriks untuk menganalisis tegangannya besar. Penelitian ini juga
struktur. Diskretisasi yang dilakukan dapat berupa menghasilkan persamaan tentang pengaruh
elemen satu dimensi (elemen garis), dua dimensi temperatur terhadap sifat beton yaitu modulus
(elemen bidang) atau tiga dimensi (elemen solid). elastisitas, kuat tekan, dan regangan puncak.

Penelitian ini menggunakan metode elemen hingga Chang et al (2006) melakukan penelitian tentang
dalam program analisis struktur LUSAS (London hubungan tegangan dan regangan pada beton
University Stress Analysis Sistem) versi 16. Ada setelah terpapar temperatur tinggi. Chang dan yang
dua komponen utama pada sistem LUSAS yaitu lainnya melakukan pengujian eksperimental dengan
LUSAS Modeller merupakan user interface untuk memanaskan beton dari temperatur 100°C hingga
pembuatan model dan menampilkan hasil dari 800°C. Benda yang diuji merupakan beton
analisis dan LUSAS Solver merupakan program berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan
analisis yang menggunakan metode elemen hingga tinggi 30 cm. Proses pendinginan dilakukan setelah
untuk menganalisis persoalan yang ada pada pemanasan beton tersebut pada suhu ruangan
LUSAS Modeller. selama satu bulan sebelum dilakukan pengujian.

Sistem yang ada pada LUSAS dapat memodelkan Spesimen yang diuji tersebut berjumlah 108 buah
struktur elasto-plastik. Dalam sistem tersebut dan dua buah adalah beton kondisi normal tanpa
terdapat dua konsep yang digunakan sebagai dasar dilakukan pemanasan. Penelitian ini memberikan
perhitungan yaitu continuum formulation dan kesimpulan bahwa semakin tinggi temperatur kurva
consistent formulation. Dengan menggabungkan tegangan regangan yang terbentuk semakin datar.
dua metode tersebut dapat meningkatkan kestabilan Penelitian ini menghasilkan persamaan pengaruh
dalam setiap tingkatan pembebanan dan juga temperatur terhadap sifat mekanik beton yaitu

117
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

modulus elastisitas, kuat tekan, kuat tarik dan elastisitas ini dapat dihitung dengan model numerik
regangan puncak. yang dirumuskan di dalam British Standard
Institution (BSI) : BS 8110, Li & Purkiss (2005) dan
Dalam hal memulihkan struktur yang telah terbakar Chang et al (2006) dengan persamaan berikut:
perlu diketahui bagaimana perilaku beton ketika BSI:
terpapar suhu yang tinggi. Untuk itu penelitian ini 700−𝑇
bertujuan menganalisis perilaku tegangan dan 𝐸𝑇 = ( ) 𝐸0 ≤ 𝐸0 (1)
550
regangan beton saat terbakar dengan pemodelan
numerik sehingga dapat dimanfaatkan dalam Li dan Purkiss :
mengevaluasi bangunan yang telah terbakar. Untuk 800−𝑇
𝐸𝑇 = ( ) 𝐸0 ≤ 𝐸0 (2)
mengidentifikasi kekuatan beton selain dengan 740
melakukan pengujian secara eksperimental, dapat Chang :
juga dilakukan dengan pemodelan. Pemodelan ini (−0.00165𝑇 + 1.033)𝐸0 20℃ < 𝑇 ≤ 125℃
dilakukan sebagai alternatif pengujian 𝐸𝑇 = {
(1/(1.2 + 18(0.0015𝑇)4.5 ) 125℃ < 𝑇 < 800℃
} (3)
eksperimental karena dapat mensimulasikan
pengujian dalam berbagai kondisi dengan peralatan,
waktu dan biaya yang sedikit. Pemodelan ini ET merupakan modulus elastisitas pada kondisi
merupakan proses simulasi secara matematis yang peningkatan temperatur, E0 merupakan modulus
didasari pengujian eksperimental sebelumnya. elastisitas pada kondisi normal, dan T merupakan
Untuk itu dalam mencapai tujuan penelitian, temperatur. Persyaratan untuk nilai modulus
pemodelan struktur yang terpapar suhu tinggi elastisitas yang diinput di dalam LUSAS yaitu
dimodelkan dengan Program LUSAS Versi 16. 1,1f’cT/ET lebih besar dan sama dengan 0.005,
dengan begitu persamaan hasil regresi adalah
Metode sebagai berikut.

Pada penelitian ini digunakan beberapa model 20℃ < 𝑇 ≤ 600℃ :


persamaan untuk menghitung pengaruh dari ET =E0 (1.24x10-6 T 2 -2.45x10-3 T+1.12) (4)
temperatur terhadap parameter kemampuan
mekanik dari beton. Model persamaan tersebut 600℃ < 𝑇 ≤ 700℃ :
diambil dari penelitian yang sudah ada sebelumnya, 𝑓′
𝑐𝑇
ET = 0,005 (5)
antara lain model persamaan Li & Purkiss (2005),
serta Chang et al (2006).
dengan f’cT adalah kuat tekan beton pada
Nilai perhitungan pengaruh suhu berdasarkan temperatur tertentu
parameter model. Parameter yang dihitung adalah
modulus elastisitas, kuat tekan, kuat tarik dan Kuat tekan beton dapat berkurang seiring dengan
regangan puncak. Setelah parameter didapatkan peningkatan temperatur. Reduksi kekuatan yang
dari perhitungan maka dilakukan pemodelan terjadi akibat dari peningkatan temperatur dapat
dengan program LUSAS. Pada program LUSAS, diperkirakan dengan beberapa persamaan model.
model yang digunakan yaitu beton berbentuk Pada penelitian ini reduksi dihitung dengan
silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi persamaan model dari Eurocode 2 : 1992-1-2, Li &
300 mm. Untuk pembebanan digunakan beban yang Purkiss (2005) dan Chang et al (2004).
terbagi secara merata di permukaan atas beton EN 1992-1-2 :
silinder. Pembebanan dilakukan secara bertahap
setiap 1 MPa. Kondisi awal beton sebelum f'cT =
disimulasikan pada temperatur tinggi dapat dilihat f'c T<100℃
pada Tabel 1. {f′c(1,067-0,00067T) 100℃≤T≤400℃} (6)
f′c(1,44-0,0016T) T>400℃
Tabel 1. Parameter awal beton kondisi normal Li dan Purkiss:
Parameter Nilai Satuan
3 2
Mutu beton (f’c) 25 MPa T
f'cT = f'c (0,00165 (100) -0,03 (100)
T

Modulus Elastisitas (E0) 23500 MPa


T
Poisson ratio 0,2 +0,025 (100) +1,002) (7)
Berat volume beton 2400 Kg/m3
Temperatur awal (T0) 20 ℃
Chang:
Sifat elastis dari beton dapat berkurang ketika f' (1,01-0,00055T) 20℃<T≤200℃
f'cT = { c } (8)
terjadi peningkatan temperatur. Penurunan modulus f'c (1,15-0,00125T) 200℃<T≤800℃

118
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

dengan f’cT adalah kuat tekan pada kondisi f'crT =f'cr (-1,8𝑥10−7 𝑇 2 − 1,1𝑥10−3 𝑇 + 1,04) (16)
peningkatan temperatur. Sedangkan f’c adalah kuat
Peningkatan temperatur yang terjadi pada beton
tekan pada kondisi normal.
memperbesar nilai regangan pada tegangan
maksimum. Persamaan yang digunakan pada
Pada perhitungan reduksi kuat tekan, temperatur
penelitian ini berdasarkan persamaan Lie (1992), Li
merupakan nilai variabel. Temperatur yang
& Purkiss (2005) dan Chang et al (2006).
divariasikan mulai dari temperatur kondisi normal
Lie :
20°C hingga 700°C. Nilai temperatur dinaikan
setiap 100°C. Pada temperatur 700°C kuat tekan εuT = 0,0025+(6,0T+0,04T 2)x10-6 (17)
beton menjadi 18%, maka persamaan regresi dari
penurunan kuat tekan beton adalah sebagai berikut Li dan Purkiss :
2f'c
20℃ < 𝑇 ≤ 100℃ εuT = +0,21 x 10-4 (T-20)-0,9 x
E0
𝑇 10-8 (T-20)2 (18)
f'cT = f'c (1 − 0,04 100) (9)
Chang :
100℃ < 𝑇 ≤ 800℃
20℃<T≤200℃
f'cT = f'c (−9, −𝑥10−7 𝑇 2 − 3,9𝑥10−3 𝑇 +
1,015) (10) εuT = εuT (19)

Persamaan empiris yang dapat menghubungkan 200℃<T≤800℃


kuat tekan dan kuat tarik beton adalah sebagai εuT = εu (-0,1f ' c +7,7)
berikut.
exp(-5,8+0,01T)
f'cr =0,3 (f'c )2⁄3 (11) [ -0,0219] +1,0 (20)
1+ exp(-5,8+0,001T)

dengan f’cr merupakan kuat tarik beton pada


kondisi normal, dan f’crT merupakan kuat tarik dengan εuT merupakan regangan puncak pada
beton pada peningkatan temperatur. Reduksi kondisi peningkatan temperatur dan εu merupakan
kekuatan yang terjadi akibat dari peningkatan regangan puncak pada kondisi normal.
temperatur dapat diperkirakan dengan model
numerik. Pada penelitian ini reduksi dihitung Pada perhitungan regangan puncak, temperatur
dengan persamaan model dari Eurocode 2 (EN merupakan nilai variabel. Temperatur yang
1992-1-2, 2002) , Terro (1998) dan Chang et al divariasikan mulai dari temperatur kondisi normal
(2006). 20°C hingga 700°C. Temperatur akan dinaikan
setiap 100°C.
EN 1992-1-2 :
f'crT = k crT f'cr (12) Dengan demikian persamaan regresi yang dapat
terbentuk adalah sebagai berikut.
1 20℃≤T≤100℃
k crT = { } (13)
1-(T- 100⁄500) 100℃<T≤600℃ εuT =
f'c
(0,0084T+1,6) (21)
E0
Terro :
Setelah perumusan persamaan tegangan-regangan
f'crT =f'cr ( f'cT ⁄f'c ) (14) menggunakan persamaan Lie (1992), (Li & Purkiss,
Chang : 2005) dan Chang et al (2006). Langkah pemodelan
selanjutnya dilakukan menggunakan software
f ' cr(1,05-0,0025T) 20℃≤T≤100℃ LUSAS dengan membuat geometri dari model
f'crT = { f ' cr(0,8) 100℃<T≤200℃} (15) benda uji. Spesimen yang dimodelkan adalah beton
'
f cr(1,02-0,0011T) 200℃<T≤800℃ dengan mutu 25 MPa berbentuk silinder dengan
diameter 150mm dan tinggi 300mm. Selanjutnya
yaitu memberikan mesh atau jaringan dengan tipe
dengan f’crT merupakan kuat tarik pada kondisi tetrahedral dan ukuran maksimum 100 mm. Pada
peningkatan temperatur dan f’cr merupakan kuat LUSAS ada dua tipe sifat material yang diinputkan
tarik pada kondisi normal. Pada perhitungan reduksi yaitu sifat elastis dan sifat plastis. Parameter sifat
kuat tarik, temperatur merupakan nilai variabel. material elastis yang menjadi input yaitu modulus
Temperatur yang divariasikan mulai dari elastisitas, poisson rasio dan berat volume beton.
temperatur kondisi normal 20°C hingga 700°C. Modulus elastisitas yang digunakan adalah hasil
Kenaikan temperatur dilakukan setiap 100°C. Pada perhitungan yang sudah direduksi akibat adanya
temperatur 700°C kuat tarik yang tersedia tinggal peningkatan temperatur. Secara umum nilai poisson
16%, dengan begitu persamaan regresi yang rasio bervariasi antara 0,15 untuk beton mutu tinggi
terbentuk adalah sebagai berikut: dan 0,22 untuk beton mutu rendah, sedangkan yang

119
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

digunakan pada penelitian ini yaitu 0,2. Berat angka faktor. Hasil perhitungan persamaan regresi
volume untuk beton normal berkisar antara model benda uji ditampilkan dalam grafik dengan
2.200kg/m3 hingga 2.600 kg/m3 dan yang trendline. Trendline tersebut dibuat dengan bantuan
digunakan pada penelitian ini yaitu 2.400 kg/m3. MS Excel seperti pada Gambar 4. Berdasarkan
Selanjutnya yaitu sifat plastis material, yang trendline tersebut, maka nilai kuat tarik ditentukan
menjadi input yaitu kuat tekan, kuat tarik dan nilai berdasarkan temperatur yang menjadi input pada
regangan puncak. program LUSAS. Gambar 4 menggambarkan
temperatur 200°C beton masih memiliki kuat tarik
Hasil dan Pembahasan sebesar 82% dari kekuatan awalnya.

Penurunan modulus elastisitas ini telah dihitung 40,0


menggunakan model numerik yaitu oleh British

Kekuatan sisa, f'ct


Standard Institution (BSI) : BS 8110, Li & Purkiss
(2005) dan Chang et al (2006). Pada perhitungan
reduksi modulus elastisitas, temperatur merupakan 20,0
variabel pada perhitungan tersebut. Temperatur
yang divariasikan mulai dari temperatur kondisi
normal 20°C hingga 700°C dan mengalami
kenaikan setiap 100°C. Setiap model yang telah 0,0
dilakukan perhitungan dapat dihubungkan menjadi 0 200 400 600 800 1000
sebuah grafik. Grafik yang terbentuk dibuat dalam Temperatur, T
bentuk trendline dengan bantuan software Excel EN1992-1-2 Li dan Purkiss
seperti terlihat pada Gambar 2. Nilai modulus Analisis Regresi Chang
elastisitas berdasarkan temperatur yang diinputkan Gambar 3. Grafik kuat tekan terhadap
pada LUSAS. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat peningkatan temperatur
bahwa modulus elastisitas terus berkurang seiring
dengan peningkatan temperatur. Pada temperatur 1,200
Degradasi Kuat Tarik (%)

100°C modulus elastisitas yang tersedia adalah 88%


dari modulus awalnya. 1,000

1,20 0,800
Reduksi Modulus Elastisitas, ET/Eo

1,00 0,600
0,80 0,400
0,60
0,200
0,40
0,20
0,000
0 100200300400500600700800900
0,00
0 200 400 600 800 Temperatur (°C)
Temperatur, T
EN1992-1-2 Terro
BSI Li & Purkiss
Chang Analisis Regresi Chang Analisis Regresi
Gambar 2. Grafik modulus elastisitas terhadap Gambar 4. Grafik kuat tarik terhadap
peningkatan temperatur peningkatan temperatur

Pada temperatur 600°C modulus elastisitas yang Perhitungan regangan puncak beton pada kenaikan
tersisa adalah 11%. Kuat tekan beton saat temperatur menggunakan model persamaan Li &
temperatur 300°C masih tersedia 81% dari kekuatan Purkiss (2005) telah menghasilkan regangan
awal. Pada temperatur 700°C kuat tekan beton puncak beton seperti terlihat pada Tabel 2.
menjadi 18%, maka persamaan regresi dari Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
penurunan kuat tekan beton dapat digambarkan peningkatan temperatur dapat mempengaruhi
seperti terlihat pada Gambar 3. Kuat tarik pada regangan puncak yang terjadi saat tegangan
beton merupakan kemampuan beton untuk maksimum diterima beton. Hasil perhitungan
menerima beban tarik. Kuat tarik ini juga berfungsi berdasarkan model Li & Purkiss pada temperatur
sebagai penahan retak pada beton ketika beton 20°C sampai dengan temperatur 700°C regangan
menerima beban. Ketika kuat tekan beton puncak terus meningkat. Saat temperatur 20°C
meningkat, maka kuat tarik beton juga akan regangan puncak adalah 0,0019 dan ketika
meningkat. Kuat tarik beton dapat diketahui dari temperatur 300°C regangan puncak meningkat
seberapa besar kuat tekan dari beton dengan sebuah menjadi 343,3%. Regangan tersebut terus

120
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

meningkat hingga pada temperatur 700°C regangan regangan puncak meningkat menjadi 259% hingga
menjadi 612,5% seperti pada Gambar 5. pada temperatur 700°C regangan puncak menjadi
565,9% dari ragangan awal.
Tabel 2. Perhitungan regangan puncak beton
berdasarkan persamaan Li & Purkiss (2005) Simulasi hasil kedua model persamaan di atas
Temperatur Regangan Peningkatan divalidasi menggunakan program LUSAS. Setelah
menginputkan nilai propertis material, tahap
(°C) puncak (%)
selanjutnya yaitu memberikan perletakan dan pola
20 0,0021 100,0 pembebanan. Perletakan yang digunakan pada
100 0,0038 176,3 model adalah perletakan tipe jepit. Perletakan ini
200 0,0056 264,0 diletakkan pada alas model yang dimaksudkan
300 0,0073 343,2 untuk mencegah deformasi pada daerah tersebut.
400 0,0088 414,0 Pola pembebanan untuk pemodelan ini yaitu
500 0,0101 476,3 pembebanan terdistribusi merata yang diletakkan di
600 0,0113 530,2 atas model. Selanjutnya yaitu menjalankan
700 0,0122 575,6 perhitungan pada program LUSAS dan hasil dari
800 0,0130 612,5 perhitungan LUSAS dapat dilihat pada Gambar 6.

0,0140
0,0120
Regangan Puncak

0,0100
0,0080
0,0060
0,0040
0,0020
0,0000
0 100200300400500600700800900
Temperatur (°C)
Lie Li dan Purkiss
Chang Analisis Regresi
Gambar 6. Tampilan hasil perhitungan LUSAS
Gambar 5. Grafik regangan puncak beton pada
untuk parameter regangan
peningkatan temperatur

Gambar 6 merupakan tampilan hasil perhitungan


Tabel 3. Perhitungan regangan puncak beton dari program LUSAS untuk parameter regangan.
berdasarkan persamaan Chang et al (2006) Pada gambar dapat terlihat bahwa regangan terbesar
Temperatur Regangan Peningkatan terjadi pada tengah model yang ditandai dengan
(°C) puncak (%) warna merah. Pada alas model terdapat warna biru
20 0,0011 100,0 yang berarti tidak terjadi regangan, hal ini
100 0,0011 100,0 dikarenakan perletakan yang digunakan mencegah
200 0,0011 100,0 regangan yang terjadi. Grafik tegangan regangan
300 0,0014 127,6 beton yang terjadi pada setiap peningkatan
400 0,0018 171,6 temperatur dapat dilihat pada Gambar 7.
500 0,0028 259,0
600 0,0041 383,7 Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa setiap
700 0,0053 497,4 adanya peningkatan temperatur beton akan menjadi
800 0,0060 565,9 lemah. Hal tersebut dapat dilihat pada tegangan
maksimum yang turun terjadi di setiap adanya
Perhitungan regangan puncak beton pada kenaikan peningkatan temperatur. Pada temperatur 300°C
temperatur menggunakan model persamaan Chang tegangan maksimum yang dapat diterima model
menghasilkan regangan puncak beton seperti adalah 20,2 MPa. Pada temperatur 700°C tegangan
terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 menampilkan maksimum turun sebesar 80% dari kekuatan awal
peningkatan temperatur mempengaruhi regangan menjadi 4,4 MPa. Selain dari kekuatan yang
puncak yang terjadi saat tegangan maksimum menurun, beton juga mudah terdeformasi. Hal
diterima beton. Berdasarkan model Chang pada tersebut dapat dilihat pada respon regangan model
temperatur 20°C sampai dengan temperatur 200°C yang terus meningkat seiring peningkatan
regangan puncak sama dengan regangan pada temperatur. Pada kondisi normal yaitu temperatur
kondisi normal. Selanjutnya saat temperatur 500°C 20°C regangan puncak beton adalah Temperatur

121
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122
Reni Suryanita, Wahyu Rahmadhan, Alfian Kamaldi
Pemodelan Perilaku Tegangan …

dan Proses Pendinginan 0,0019. Regangan puncak presentasikan pada Seminar Nasional BMPTTSSI -
terus meningkat hingga pada temperatur 700°C KoNTekS 5, 69–76.
menjadi sebesar 0,0080.
30 BS8110. (1997). Structural use of concrete. Code of
practice for design and construction. British
25
Tegangan, σ (MPa)

Standards Institution.
20
Chang, Y.-F., Chen, Y.-H., Sheu, M.-S., & Yao, G.
15 C. (2006). Residual Stress–Strain Relationship for
10 Concrete after Exposure to High Temperatures.
Cement and Concrete Research, 36(10), 1999–
5 2005.
0
0 0,005 0,01 Cornelis, R., Hunggurami, E., & Tokang, N. Y.
(2014). Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar
Regangan, ε
dengan dan tanpa Perendaman berdasarkan Variasi
T = 20°C T = 100°C Mutu Beton. Jurnal Teknik Sipil, III(2), 161–172.
T = 200°C T = 300°C
T = 400°C T = 500°C EN 1992-1-2. (2002). EN 1992-1-2: Eurocode 2:
T = 600°C T = 700°C Design of Concrete Structures. Part 1.2: General
Gambar 7. Grafik tegangan regangan beton Rules-Structural Fire Design, Brussels.
pada setiap peningkatan temperatur
Faizin, Setyowati, E. W., & Wisnumurti. (2017).
Pengaruh Suhu Tinggi terhadap Lendutan dan
Kesimpulan
Kekakuan Balok Beton Bertulang. Rekayasa Sipil,
11(1), 24–30.
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada simulasi
pengaruh peningkatan temperatur terhadap perilaku
Herlambang, F. S., & Sudiarta, I. K. (2015). Kuat
tegangan regangan beton, secara umum dapat
Tekan Beton Pasca Kebakaran pada Struktur Beton
disimpulkan beberapa hal diantaranya (1) modulus
Bertulang di Pasar Seririt, Buleleng, Bali. Logic:
elastisitas beton menurun dari kondisi awal pada
Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi, 15(1), 23.
temperatur 20°C hingga temperatur 700°C sebesar
97%. (2) Kuat tekan beton juga menurun dari
Li, L., & Purkiss, J. (2005). Stress–Strain
kondisi normal hingga temperatur 700°C sebesar
Constitutive Equations of Concrete Material at
80%. (3) Kuat tarik beton menurun sebesar 84%
Elevated Temperatures. Fire Safety Journal, 40(7),
dari kondisi normal hingga temperatur 700°C.
669–686.
(4) Regangan puncak beton meningkat seiring
peningkatan temperatur, dari kondisi awal hingga
Lie, T. T. (1992). Structural fire protection.
temperatur 700°C regangan meningkat sebesar
American Society of Civil Engineers.
423%. (5) berdasarkan beberapa parameter yang
sudah dibahas dapat disimpulkan bahwa beton akan
LUSAS. (2017). LUSAS Ver.16. Surrey: United
menjadi lemah dan mudah terdeformasi ketika
Kingdom.
terjadinya peningkatan temperatur.
Nyoman, K. N. (2015). Deteksi Penurunan Kadar
Ucapan Terima Kasih Kebasaan Beton Pasca Bakar sebagai Estimasi
Awal Terjadinya Korosi pada Baja Tulangan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Spektrum Sipil, 2(1), 22–27.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia atas pendanaan Rizal, F. (2017). Evaluasi Kekuatan dan Metode
penelitian ini melalui skema Penelitian Dasar 2018 Perbaikan Struktur Beton pada Gedung Pasca
dengan Nomor Kontrak Penelitian Universitas Kebakaran. PORTAL: Jurnal Teknik Sipil, 2(1).
Riau: 289/UN.19.5.1.3/PP/2018. Semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi Sidik, M. (2010). Kajian kuat tekan dan modulus
riset dan teknologi di Indonesia. elastisitas beton ringan pasca bakar. Indonesia:
Universitas Sebelas Maret.
Daftar Pustaka
Terro, M. J. (1998). Numerical Modeling of The
Anggraini, R., & Wahjuni, D. E. (2011). Kuat Behavior of Concrete Structures in Fire. ACI
Lentur Balok yang Mengalami Perbedaan. Di Structural Journal, 95, 183–193.

122
Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 25, No. 1, 2019, 115-122

Anda mungkin juga menyukai