Anda di halaman 1dari 3

GERHANA MATAHARI CINCIN

Selama 2019, akan ada tiga fenomena gerhana matahari yang terjadi. Pertama gerhana matahari
sebagian terjadi pada 6 Januari 2019 dan pada 2 Juli 2019 terjadi gerhana matahari total. Sayangnya,
dua fenomena tersebut tidak bisa diamati di Indonesia.
Menariknya, gerhana matahari cincin yang terjadi pada 26 Desemmber dapat diamati di Indonesia. Ini
juga menjadi gerhana matahari terakhir pada tahun ini.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Anatariksa Nasional (LAPAN), gerhana matahari terjadi pada
saat posisi Bulan terletak antara Bumi dan Matahari. Saat gerhana, piringan Matahari akan tertutup
oleh piringan bulan sehingga nantinya cahaya Matahari akan terhalang oleh Bulan. Gerhana Matahari
Total terjadi saat piringan Bulan menutup seluruh piringan matahari.
Hal tersebut mengakibatkan Bulan tampak lebih besar dari matahari sehingga menghalangi sinar
matahari yang masuk ke permukaan bumi. Sementara itu yang membedakan proses Gerhana Matahari
Cincin yakni posisi Bulan sedang berada jauh dari Bumi. Sehingga tidak seluruh piringan Bulan
menutupi Matahari. Adapun, jarak terdekat Bumi dengan Bulan adalah ±363.104 km (perige),
sedangkan jarak terjauhnya ±405.696 km (apoge). Dengan perbedaan jarak ini, ada waktunya Bulan
tampak besar di langit, ada kalanya tampak lebih kecil.
Gerhana matahari cincin diprediksi akan dimulai di Indonesia pada pukul 12.15 WIB dan memasuki
fase puncak pada 12.17 WIB. Gerhana Matahari Cincin di Indonesia diprediksi berakhir pada 12.19
WIB.
Gerhana Matahari Cincin terjadi saat bulan berada segaris dengan Bumi dan Matahari, serta bulan
berada pada titik terjauh dengan Bumi. Hal ini membuat piringan bulan menjadi lebih kecil daripada
Matahari dan tidak menutupan piringan Matahari sepenuhnya. LAPAN menyebut, masyarakat
Indonesia bisa mengamati momen Gerhana Matahari Cincin yang berbentuk lingkaran menyerupai
cincin di berbagai wilayah tertentu. Misalnya, Gerhana Matahari Cincin bisa diamati di Padang
Sidempuan, Sibolga, Kabupaten Siak, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat.
Di Indonesia sendiri, Gerhana Matahari sebagian bisa terlihat dari seluruh wilayah, namun tergantung
dari lokasi pengamatannya.
Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga terlihat
menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari di langit bumi. Berdasarkan cara tertutupnya
matahari, terdapat empat jenis gerhana matahari: gerhana matahari total, gerhana matahari cincin,
gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari hibrida/campuran. Walaupun bulan berukuran
sekitar 400 kali lebih kecil daripada matahari, bulan terletak sekitar 400 kali lebih dekat ke bumi
sehingga kedua benda langit ini tampak hampir sama besar di langit bumi. Karena orbit bulan
berbentuk elips, jaraknya dari bumi sedikit berubah-ubah sehingga kadang tampak lebih besar dan
mampu menutupi matahari (menyebabkan gerhana total) atau kadang lebih kecil dan hanya dapat
menyebabkan gerhana matahari cincin.
Gerhana matahari tidak terjadi di setiap fase bulan baru, karena orbit bulan memiliki kemiringan 5°
terhadap bidang ekliptika (bidang orbit bumi mengelilingi matahari) sehingga posisi bulan sering kali
tidak satu bidang dengan bumi dan matahari. Gerhana hanya terjadi jika bulan cukup dekat dengan
bidang ekliptika pada saat yang bersamaan dengan bulan baru. Kedua peristiwa ini terjadi dengan
jadwal berbeda: bulan baru terjadi sekali setiap 29,53 hari (bulan iqtirani atau sinodis) sedangkan
bulan melintasi ekliptika dua kali setiap 27,21 hari (bulan drakonis). Karena itu, gerhana matahari
maupun bulan hanya terjadi pada saat kedua peristiwa ini terjadi berdekatan, yaitu pada "musim
gerhana". Secara matematis, setiap tahunnya terjadi minimal dua musim gerhana, dengan total dua
hingga lima gerhana matahari, dan gerhana matahari total terjadi maksimal dua kali. Gerhana
matahari total lebih langka karena posisi bulan harus lebih tepat berada di tengah-tengah garis antara
matahari dan pengamat di bumi, dan posisi bulan harus cukup dekat sehingga tampak cukup besar dan
tidak terjadi gerhana cincin. Selain itu, peristiwa gerhana matahari total biasanya hanya terlihat di
sebuah jalur kecil di permukaan bumi; di luar jalur tersebut pada saat yang sama hanya terlihat
gerhana sebagian (di dalam penumbra).
Gerhana adalah fenomena alam, tetapi dalam sejarahnya sering dianggap sebagai pertanda atau
firasat, dan dapat memicu rasa takut karena matahari tampak hilang dan langit menjadi gelap secara
tiba-tiba. Karena tempat dan waktu gerhana matahari masa lalu dapat diketahui melalui perhitungan
astronomi, catatan sejarah mengenai gerhana (misal Gerhana Matahari Asyur) memungkinkan
sejarawan mengetahui dengan pasti tanggal sebagian peristiwa masa lalu dan memperkirakan tanggal
atau tahun peristiwa-peristiwa terkait. Perubahan posisi rasi bintang saat terjadi saat gerhana matahari
Mei 1919 digunakan sebagai salah satu bukti teori relativitas umum Albert Einstein.
Mengamati gerhana matahari secara langsung dapat membahayakan mata, karena di luar fase gerhana
total radiasi dari matahari akan langsung memancar ke retina dan mengakibatkan kerusakan
permanen. Untuk mengamati gerhana matahari dengan aman, digunakan filter tertentu untuk
melindungi mata, atau mengamatinya secara tidak langsung, misalnya dengan memproyeksikannya ke
sebuah layar kertas menggunakan kamera lubang jarum, teropong, atau teleskop kecil.
Matahari (147 hingga 152 juta km dari bumi) terletak sekitar 400 kali lebih jauh dari bumi
dibandingkan dengan bulan (362 hingga 405 juta km dari bumi), dan jari-jari matahari juga sekitar
400 kali lebih besar dibanding bulan. Karena perbandingan ini hampir sama, bulan dan matahari
tampak hampir sama besar di langit bumi, yaitu sebagai bundaran dengan diameter sudut sekitar
0,5 derajat busur. Namun, karena orbit bulan mengelingi bumi serta orbit bumi mengelilingi matahari
berbentuk elips dan bukan lingkaran sempurna, jarak ini berubah-ubah sehingga ukuran tampak
matahari dan bulan pun berubah-ubah. Jika posisinya cukup jauh dari bumi, bulan akan terlihat sedikit
lebih kecil sehingga tidak dapat menutupi seluruh matahari. Alhasil, terjadi gerhana matahari cincin.
Sebaliknya, jika bulan cukup dekat dengan bumi, maka besarnya akan cukup menutupi seluruh
matahari sehingga terjadi gerhana matahari total. Gerhana matahari campuran atau hibrida terjadi
karena kondisi ini berubah saat gerhana sedang berlangsung. Bumi berbentuk bulat, sehingga
permukaannya melengkung dan jarak antara bulan dan permukaan bumi sedikit berbeda di titik-titik
yang mengalami gerhana. Jika perbedaan jarak ini mengubah kondisi gerhana dari total menjadi
cincin atau sebaliknya, maka terjadilah gerhana campuran.
Jarak antara bumi dan matahari juga berubah-ubah karena orbit bumi yang elips, sehingga besar
matahari yang tampak di langit juga berubah-ubah seperti halnya bulan. Namun, karena variasi
jaraknya tidak sebesar variasi jarak antara bulan dan bumi, pengaruhnya terhadap kondisi gerhana pun
lebih kecil. Ketika bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion, yang terjadi setiap bulan
Juli), peluang terjadinya gerhana matahari total sedikit membesar, sedangkan peluang gerhana cincin
sedikit membesar di sekitar perihelion atau titik terdekat bumi dengan matahari (terjadi setiap
Januari).

Anda mungkin juga menyukai