Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan Keluarga dan Sekolah

Diposkan oleh Benny Dwi on Senin, 26 November 2012

Pendidikan Dalam Sekolah Dalam kehidupan modern lembaga pendidikan sekolah mempunyai
peranan penting dalam dalm mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah yang seiring juga
dipandanag sebagai lingkungan pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga,
diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul orang tua dalam keluarga. Hal ini
terjadi karena orang tua sudah kecil kemungkinan untuk dapat mendidik anaknya untuk
menguasai berbagai kemampuan yang diperlukan dalam kehidupannya.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan orang tua tidak sanggup
lagi untuk mendidik anaknya tentang berbagi pengetahuan dan kemampuan tersebut, untuk
kemudian menyerahkan sebagian tugas dan tanggung jawabnya kepada guru yang menjadi
pendidikan di sekolah. Sehubungan hal tersebut lembaga pendidikan sekolah yang bersifat
formal mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

I. Karakteristik pendidikan sekolah


Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal merupakan
tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah dilakukan oleh petugas khusus dengan
menggunakan cara-cara tertentu menurut norma-norma tertentu, untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional sekolah sebagai lembaga pendidikan yang tergolong
pada jalur pendidikan formal memiliki karakteristik jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidkan yang melandasi jenjang pendidkan menengah.
Pendidkan dasar berbentuk sekolah dasar ( SD) dam madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau
bentuk lain yang sederajatnya.pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah juga merupakan tempat terjadinyah proses
sosialisasi yang kedua bagi anak setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan
perkembangan sosialnya, serta mempunyai tanggung jawab yang penting bagi pendidikan anak-
anak dan pemuda dalam kehidupan.

II. Fungsi dan tujuan pendidikan sekolah


Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah
hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam kaitan
ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Soleh Soegiyanto (1994) mengemukakan fungi – fungsi sekolah sebagai lembaga sosial, yaitu:
1. Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak dalam mempelajari cara-
cara hidup di tempat mereka dilahirkan.
2. Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentranspormasikan kebudayaan.
3. Sekolah berfungsi menyeleksi murid untuk melajutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Pada kehidupan modern sekarang ini disamping pendidikan lainnya, kehadiran sekolah sebagai
jalur pendidikan formal mempunyai peranan penting, karena tanpa lembaga sekolah, sumber-
sumber dan kemampuan -kemampuan masyarakat yang sangat kompleks sulit kiranya untuk
ditranspormasikan, atau disampaikan kepada generasi berikutnya secara efektif dan efisien.

III. Pendidikan Dalam Keluarga


Awal kehidupan seseorang dimulai dalam lingkungan keluarga, bahkan dalam keluarga pula
pada umumnya seseoramg mengakhiri kehidupannya. Sejak mulai lahir dari bayi sampai tumbuh
dewasa tidak terlepas dari kehidupannya yang terus menerus berputar sampai terbentuk sebuah
keluarga kembali. Dalam keluarga terjadi apa yang dinamakan interaksi antar anggota keluarga,
interaksi tersebut dapat terjadi antara suami (ayah) dengan anak, istri ( ibu) dengan anak, anak
dengan anak, bahkan terjadi pula antar keluarga satu dengan keluarga lainnya. Dalam interaksi
itu terjadi proses belajar, pembinaan, bimbingan atau proses pendidikan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui
media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang memberikan sumbangan
mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun membentuk konsepsi tentang
pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya
mengidentifikasi dirinya denga kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Orang tua (ibu dan ayah) sebagai pendidik betul – betul merupakan pletak dasar kepribadian
anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh – pengaruh
atau pengalaman – pengalaman selanjutnya, yang datang kemudian,. Anak lahir dalam
pemeliharaan keluarga dan dibesarkan dalam keluarga. Anak akan menyerap norma-norma yang
ada pada anggota keluarga, dari ibu. Ayah, maupun dari saudara-saudara yang lain. Karena itu
orang tua didalam keluarga merupakan kewajiban kodrati untuk memperhatikan dan mendidik
anak-anaknya sejak anak dilahirkan, bahkan sudah ditanamkan rasa kasih sayang sejak anak
masih dalam kandungan ibunya. Jadi tugas orang tua dalam mendidik ana-anaknya terlepas dari
kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang resmi.
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang
mantap, yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya yang baik, melainkan ia juga
diharapkan kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Kedua segi pendidikan tersebut,
kepribadian yang mantap dan anggota mayarakat yang baik, bukan dua hal yang
dipertentangkan, melainkan keduanya harus terjalin dalam kehidupan yang serasi. Karena itulah
maka pendidikan dalam keluarga merupakan salah satu fungsi pokok dalam keluarga.

IV. Peranan anggota keluarga dalam pendidikan anak


Pada umumnya peranan seseorang itu berkaitan dengan harapan-harapan orang lain atau
masyarakat terhadapnya sesuai dengan status dan kedudukannya itu. Pada kebanyakan keluarga,
ibu yang memegang peranan pnting terhadap pendidikan anak-anaknya. Ibu dalam keluarga
merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anak-anak. Pendidikan yang diberikan
seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yag tak dapat diabaikan sama sekali.
Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya tentu akan mempengaaruhi terhadap
pembentukan kepribadian mereka.
Disamping ibu, ayahpun pmempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap
pembentukan kepribadian anak. Dari seorang ayah anak akan mengenal yang namanya wibawa.
Tindakan orang tua diharapkan saling menyeimbangi dan orang tua tampil sebagai penjelas nilai
– nilai yang dianut oleh keluarga yang bersangkutan. Peranan orang tua dalam konteks
pembinaan anak dalam keluarga meliputi:
1. peran sebagai pendidik
2. peran sebagai panutan
3. peran sebagai pendorong
4. peran sebagai pengawas
5. peran sebagai teman
6. peran sebagai inspirasi
7. peraan sabagai konselor

V. Dasar Teoritik Kependidikan Anak


Otoritas orang tua diperkecil oleh otoritas lembaga kemasyarakatan. Peanan orang tua sebagai
pendidik dan sumber informasipun telah berkurang, karena pengaruh sumber lain seperti: radio,
televisi, mass media lainnya. Banyak teori tentang perilaku manusia dalam merumuskan asumsi
dasar sifat manusia. Tetapi pendekata paling dominan adalah psikoanalisis, behaviorisme,
kogitif, dan humanisme.
Konsep psikoanalisis melukiskan: manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginannya
terpendam. Konsep behaviorisme memandang bahwa manusia itu merupakan makhluk yang
digerakkan oleh lingkugannya. Konsep kognitip melihat manusia itu sebagai makhluk yang aktif
mengorganisaikan dan mengolah rangsangan (stimulus) yang diterimanya. Konsep humanisme
menggambarkan bahwa manusia ini merupakan pelaku aktif untuk merumuskan syrategi
transaksional dengan lingkungannya. Ini merupakan teori – eori perilaku yang dipandang relevan
untuk dijadikan pijakan atau menjawab masalah perilaku mengasuh anak balita.
Teori stimulus-Respons (S-R) dari Watson (1913) sbenarnya sudah diketengahkan oleeh Pavlop
(1902) da Thondikke (1908). Pavlop telah menyodorkan hukum penguat (Law of
Reinforvement) dan Thondike telah mengukuhkan Hukum Efek (Law Efect).
Krech dan Crutcfield menyatakan bahwa perilaku setiap orang dibentuk oleh konspsi –
konsepsinya sendiri tentang dunia. Karena itu dunia sosial seseorang arus digambarkan
sebagaimana dipersepsinya. Kemudian ia merumuskan proposisi dinamika perilaku sebagi
berikut:
1. Unit peting memadai untuk menganalisis motivasi adalah perilaku yang melibatkan kebutuhan
dan tujuan
2. Dinamika perilaku merupakan akibat dari ciri lapangan psikologik pada saat itu
3. Ketidak stabilan lapangan psikologik menimbulkan “ktegangan” yang cenderung
mempengauhi pesepsi, kognisi, dan aksi untuk merubah lapangan tersebut ke arah stuktur yang
lebih stabil lagi
4. Frustasi terhadap pencapaian tujuan dan kegagalan dalam mengurangi ketegangan dapat
menimbulkan berbagai perilaku adaptif atau maladatif
5. Cara yang khusus dalam pencapaian tujuan dan penggunaan ketegangan dapat dipelajari dan
dirasakan oleh seseorang.
Van Dijk (dalam soelaeman,1994) menunjuk, bahwa dahulu pendidikan berpusat pada keluarga
sebagai pusat pendidikan bagi anak dalam segala bidang. Tugas keluarga dalam mendidik
anaknya tidak saja mencakup pengembangan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap,
akan tetapi meliputi pula upaya membantuhnya dan mempersiapkannya menjadi anggota
masyarakat yang baik. Karl Mannhein (dalam Soelaeman) mengemukakan, bahwa anak tidak
didik dalam ruang dan keadan yang abstrak, melainkan dalam kehidupan masyarakat tertentu.

VI. Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga


Dalam rangkah melaksanakan fungsi sosialisasi itu keluarga menduduki kedudukan sebagai
penghubung anak dalm kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Faktor yang menyebabkan
peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :
a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara tertutup.
b. Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah dari
kasih sayang hubungan suami istri.
c. Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalm membentuk kepribadian anak. Melalui
interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan, cita-
cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan kepada
anaknya tentang :
a. Penguasaan Diri Masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar
anak untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara
kebersihan dirinya.
b. Nilai Nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk pada saat berusia enam tahun. Bersamaan
dengan latihan penguasaan diri. Sebaiknya anak nilai-nilai.
c. Peranan Sosial Setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan
dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai dengan gambaran
tentang dirinya.
Alat pendidikan yang digunakan dalam keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih
sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi
oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan
tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku seseorang yang
tercermin pada rasa tanggung jawab, sehingga orang lain merasa hormat kepadanya.
Polah asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak.
Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta kasih sayang ada dalam keluarga
merupakan unsur yang paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh dalam keluarga
diantaranya :
a. Pola asuh yang memanjakan Dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih
sayang dengan memanjakan yang berlebihan, sehingga sesala sesuatu yang diberikan kepada si
anak diluar batas kewajaran. Akibat hal ini si anak tidak dapat mengembangkan dirinya karena
terlalu dikhwatirkan oleh orang tuanya.
b. Pola asuh membiarkan Pola ini dilakukan eloh orang tua degan membiarkan anak sendiri
tanpa mengarahkan. Anak dapat berbuat apa saja sesuai dengan keinginannya. Akibat hal ini
kemungkinan yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk bekerja
sama, sikap menentamg.
c. Pola asuh otoriter Dalam pola ini orang tua bertindak bahwa segala sesuatu yang menjadi
aturannya harus dijalani dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah
mampu mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau enggan dam
tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.
d. Pola asuh otoriatif Pola asuh yang wajar dan tepat untuk membantu perkembangan petensi-
potensi anak yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan denagn situasi
dan kondisi.

VII. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal merupakan
tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah hendaknya
memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam kaitan ini sekolah
hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui
media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang memberikan sumbangan
mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun membentuk konsepsi tentang
pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya
mengidentifikasi dirinya denga kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Fungsi sosialisasi
menunjukkan peran keluarga dalm membentuk kepribadian anak Pola asuh yang dilaksanakan
dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak. Dalam menentukan pola asuh,
harus dilandasi oleh kasi sayang yang merupakan alat pendidkan, sehimgga potensi anak dapat
berkembang sewajarnya. Pola asuh yang digunakan dalam keluarga juga harus memperhatikan
perkembangan anak itu sendiri.

VIII. Saran
Kita sebagai calon guru maupun orang tua harus mengetahui betapa pentingnya pendidikan, baik
pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan yang seyogyiannya untuk
kepentingan kita dan juga harus bisa dirasakan oleh semuannya manusia agar dapat
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak kita dan untuk mengembangkan potensi
kita agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, sehimgga dapat bersaing dengan manusia lainnya

Anda mungkin juga menyukai