Respirasi
Respirasi
Nim : 13120010
Kelas : a.10.1
SKENARIO RESPIRASI 5
Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40 tahun.
Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis, ketuban pecah
saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan bayi
tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per menit,
retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi terdengar expiratory
grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak
kuning.
Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40 tahun.
Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis, ketuban pecah
saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan bayi
tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per menit,
retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi terdengar expiratory
grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak
kuning.
3. Pada bayi diketahui berat saat lahir 1500gram. Ketuban pecah saat lahir,
jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan bayi
tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per
menit, retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi
terdengar expiratory grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan
daerah dada bayi tampak kuning.
Berat Badan bayi 1500 gram ( normal : 2500-4000 gram).diagnosis BBLR.
Ketuban pecah dini adalah ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya
bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD)
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks (Mansjoer. 1999). Pada
persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah
pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting
dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi ibu (Mansjoer, 1999).Hipotermi 36,3 °C (normal : 36,5-37,5 °C) suhu bayi
pada scenario tidak stabil.
2 hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning bayi
mengalami ikterus patologis karena ikterus yang dianggap patologis bila waktu
kemunculannya lamanya, atau pola kadar bilirubin serum yang ditentukan secara
seri berbeda secara bermakna dari pola ikterus fisiologis. Dengan score Kramer
untuk memperkirakan kadar bilirubin bayi BKB wajah = 4,1-7,5 mg %, dada = 5,6-
12,1 mg%.
Evaluasi gawat napas dengan score Down nilai yang didapat 4 artinya bayi
tersebut mengalami gawat napas.
Mekanisme Sesak
Pada kasus dimana bayi mengalami berat lahir rendah sehingga mempunyai
dinding dada lemah sehingga FRC menurun, dan terjadi kelainan rasio ventilasi
perfusi yang besar sehingga kalau ini menetap lama maka gas akan terperangkap
akibatnya PaO2 Menurun dan Pa CO2 meningkat sehingga terjadi ahaipoventilasi
dan akibatnya terjadi sindrom gawat napas. Selain itu Pada kasus ini pematangan
paru dan fungsi surfaktan belum sempurna sehingga akn mengganggu tegangan
paru dan stabilisasi saluran napas kecil selama ekspirasi sehingga timbul gawat
napas.
(2) kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris yang akan menyebabkan
terjadinya transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin dan selanjutnya
fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan
yang disebut membran hialin. Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan
terganggunya sirkulasi darah dari dan ke jantung. Demikian pula aliran darah paru
akan menurun dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pembentukan
substansi surfaktan.
5. Meskipun sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD) adalah
bayi premature (Anik,2009). Terdapat faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan
timbulnya penyakit ini, seperti:
1. Bayi Caucasian atau bayi laki-laki
2. Bayi yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD
3. Persalinan Sectio Caesaria
4. Asfiksia perinatal
5. Stress dingin/ cold stress (suatu kondisi yang menekan produksi surfaktaan)
6. Infeksi perinatal
7. Kelahiran Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya prematur)
8. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu banyak insulin dalam sistem tubuh
bayi yang disebabkan karena diabetes pada ibu dapat memperlambat produksi surfaktan)
9. Bayi dengan kelainan jantung PDA (Patent ductus Arteriosus)
Pada prematuritas :
1. Produksi surfaktan masih sedikit (defisiensi surfaktan). Komponen utama surfaktan adalah
lesitin, yang terdiri dari cytidine diphosphate cholin (C.D.P cholin) dan
phosphatidyldimethy etanolamine (P.M.D.E).
2. Surfaktan diproduksi oleh sel ponemosit tipe II yang dimulai tumbuh pada gestasi 22-24
minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.
3. Surfaktan mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu
4. Rasio lesitin/spingomielin dalam cairan amnion.
Bayi-bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)/ syndrome Gawat Nafas Kadang-
kadang dapat mengalami komplikasi penyakit atau masalah sebagian efek samping dari
tindakan. Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan Penyakit Membran Hialin
(HMD) adalah:
Bocornya udara pada jaringan paru-paru, seperti :
1. Pneumomediastinum-bocornya udara ke dalam mediatinum (ruang dalam rongga thorak
dibelakang sternum dan antara dua kantung pleura yang melapisi paru-paru).
2. Pneumothoraks-bocornya udara ke dalam ruang antara dinding dada dan jaringan paling
luar dari paru-aparu.
3. Pneumoperikardium-bocornya udara kedalam lambung katung sekitar jantung.
4. Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE)-bocornys udsrs sehingga terperngkap diantara
alveoli, suatu kantung udara tipis pada paru-paru.
5. Penyakit paru-paru kronik, kadang-kadang disebut “Bronhopulmonary dysplasia”.