Anda di halaman 1dari 2

GEREJA SEL – (week 5)

KEGERAKAN GEREJA

Pergerakan yang terjadi didalam gereja sel adalah mengacu kepada penjangkauan jiwa-jiwa yang
melibatkan setiap anggota jemaat secara langsung. Setiap orang dapat terlibat dalam kebangunan
rohani untuk memenangkan tetangganya; jemaat bergairah dalam membagikan kasih mereka
kepada orang yang belum percaya yaitu kepada tetangga mereka; setiap orang menjadi utusan
Injil bagi tetangga mereka dan menjadi penerus kebangunan rohani bagi orang-orang di sekitar
mereka.

Gereja Sel bukanlah mengacu pada sebuah tempat atau gedung, melainkan kumpulan orang-
orang percaya yang kemudian berkembang sebagai jemaat. Maka inti pergerakan gereja sel
adalah berfokus pada anggota sel sehingga dapat memahami dan lebih mengenal kondisi jemaat.

Gereja Sel yang kuat hanya akan mungkin ditemukan jika dasar pembentukannya berasal dan
terdiri dari kelompok-kelompok yang kemudian menjadi cikal bakal pembentukan gereja lokal.
Proses tersebut seharusnya tidak boleh kaku tergantung pola mana yang terlebih dahulu
dikedepankan apakah dengan terlebih dahulu membangun gereja lalu membentuk sel-sel sesuai
dengan kebutuhan.

Strategi Pertumbuhan Gereja.

Strategi gereja sel diarahkan secara maksimal mencapai keselamatan jiwa dan pertumbuhan
rohani jemaat secara seimbang dan berkesinambungan. Hal itu tentu saja dapat dicapai karena
pola penjangkauan jemaat dapat dilakukan secara teratur dan secara langsung dapat mengukur
tingkat pertumbuhan masing-masing anggota baik didalam beribadah dan bekerja.

Pertumbuhan jemaat secara kualitas dan kuantitas sangat ditentukan oleh cara penjangkauan
yang secara efektif dapat mengabarkan Injil tanpa dibatasi oleh struktur dan hirarki pelayanan
yang terlalu rumit. Hal ini tentu saja dapat dicapai melalui pelayanan kelompok sel yang lebih
berfokus pada interaksi dibandingkan dengan penatalayanan yang bersifat formal dan liturgis.
Sehingga memungkinkan untuk menampilkan berita Injil sebagai kesaksian yang hidup ditengah
kehidupan jemaat secara pribadi.

Meskipun strategi gereja mengikuti berbagai prinsip manajemen organisasi manusia namun
gereja lebih dari sekedar organisasi manusia. Gereja adalah Tubuh Kristus. Gereja merupakan
sebuah organisme dengan Yesus Kristus sebagai Kepala dan setiap anggota berfungsi dengan
kasih karunia atau lebih. Allah tidak membawa seseorang ke dalam Tubuh Kristus sebagai
penonton.

Ia mengharapkan agar kita turut berpartisipasi dalam kehidupan dan pekerjaan gereja sama
seperti anggota-anggota tubuh kita yang bekerja bersama demi kebaikan seutuhnya.

Aktivitas Kelompok Sel.


Beberapa kelompok sel tidak pernah mengalami komunitas Kristen yang sebenarnya karena
mereka hanya menjalankan program. Padahal sebenarnya, gereja sel merupakan tempat paling
tepat untuk mempraktekkan gaya hidup kasih tak bersyarat.

Gaya hidup yang saling menjaga satu sama lain, melayani satu sama lain terjadi ketika anggota
sel bertemu antar pribadi. Gaya hidup ini membawa satu sama lain saling menemukan kebutuhan
masing-masing dalam tingkat individu.

Kecenderungan kelompok sel adalah didorong oleh kebutuhan untuk berkumpul dan beribadah
dalam ruang lingkup yang terjangkau baik dari segi jumlah, lingkungan, profesi, dan berasal dari
jemaat gereja yang sama.

Kegiatan kelompok sel lebih bersifat terbuka dalam ruang lingkup pelayanan gereja yang tidak
bersifat struktural dan konstan kepada aktivitas yang dinamis tetapi konstruktif. Artinya bahwa
pelayanan di dalam gereja lokal dengan kelompok sel adalah berjalan didalam struktur
kekeluargaan dan kebersamaan. Pastikan setiap pribadi berfungsi.

Pada umumnya kelompok sel di dalam gereja lokal lebih bersifat sentralistik yang secara
administratif dan keuangan serta penyelenggaraannya ditentukan oleh pemimpin atau gembala.
Padahal tidak selalu anggota sel berasal dari gereja yang sama dan pemahaman mereka pun yang
penting adalah berkumpul memuji Tuhan dan mendengarkan Firman Tuhan tanpa dibebani oleh
hal-hal yang lain yang bersifat normatif atau aturan-aturan yang kaku. Dalam hal
penyelenggaraan kegiatan sel maka perlu diberikan pelayanan yang bersifat kontekstual.

Charles Taber (seorang penginjil) melihat kontekstualisasi sebagai "usaha memahami dengan
serius setiap konteks kelompok manusia dengan segala dimensi budaya, agama, sosial, politik,
ekonomi, untuk menemukan bagaimana Injil / cara Injil berbicara kepada mereka”. Injil dibawa /
diberi bungkusan yang kontekstual.

Anda mungkin juga menyukai