Anda di halaman 1dari 2

Penyusunan RAN-API didasarkan kepada suatu keyakinan ilmiah tentang perubahan iklim itu sendiri.

Salah

satu landasan ilmiah yang penting dalam membahas isu perubahan iklim saat ini adalah laporan
penilaian keempat (Fourth Assessment Report, AR4), yang diterbitkan oleh Panel antar Pemerintah
mengenai Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change; IPCC) pada tahun 2007.
Dengan menggunakan berbagai data observasi dan hasil keluaran model iklim global, laporan
tersebut menegaskan peran kontribusi kegiatan manusia (faktor antropogenik) dalam
meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang mempercepat laju peningkatan
temperatur permukaan rata-rata global hingga mencapai 0.74°C ± 0.18° selama periode 1906–2005
(IPCC, 2007). Tren kenaikan temperatur global (global warming) tersebut diyakini telah
mengakibatkan perubahan iklim di berbagai tempat di dunia saat ini.

Jakarta - Berbagai upaya pengendalian perubahan iklim yang telah dilakukan Indonesia
mulai dari tingkat lokal, nasional hingga global satu per satu dipaparkan di Paviliun Indonesia
pada COP-24 UNFCCC di Katowice, Polandia. Kali ini dipresentasikan upaya dan
keberhasilan pengendalian perubahan iklim yang berasal dari inisiatif lokal Kabupatan
Gorontalo dan Kabupaten Pidie di Aceh.

Belajar dari kejadian banjir bandang tahun 2016, Kabupaten Gorontalo telah melakukan
upaya pengendalian iklim untuk mitigasi bencana. Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo
mencontohkan, di kabupaten yang dikepalainya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mulai
mengembangkan kurikulum lingkungan hidup, khususnya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim.

Sementara pada Dinas Pertanian memiliki rencana aksi revitalisasi pertanian, integrated
farming system, penggunaan pupuk organik, dan pengembangan verietas benih tahan iklim.

"Begitupun pada Dinas Kesehatan yang memiliki program Gemerlap Sehat (Gerakan Menata
Rumah, Lingkungan, dan Pemukiman Sehat)," kata Nelson dalam sesi diskusi di Paviliun
Indonesia COP 24 UNFCCC, Katowice, Polandia, seperti dikutip dalam keterangan tertulis,
Jumat (7/12/2018).

Selain itu, menurut Nelson upaya yang dilakukannya adalah dengan meningkatkan dukungan
pendanaan misalnya dana desa yang dialokasikan 10% untuk anggaran lingkungan serta
bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah daerah lainnya, dan pemerintah pusat serta
NGO.

"Dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sejak tahun 2016, penyakit DBD dan
malaria menurun di gorontalo, bencana banjir berkurang, dan yang terutama kerusakan
lingkungan juga menurun", tutur Nelson.

Sedikit berbeda dengan Gorontalo, kabupaten Pidie lebih mengutamakan penyelamatan


hutan. Wakil Bupati Pidie, Fadhlullah Daud, mengutarakan bahwa Aceh yang merupakan
benteng terakhir hutan Sumatera mempunyai potensi kawasan hutan seluas 3 juta hektar
dimana 80% adalah hutan lindung.

"Disana terdapat 400 gajah sumatera, 70 badak sumatera, 100 harimau sumatera, 6.000
orangutan", kata Fadhlullah

Bupati Pidie mempunyai pemikiran bahwa desa adalah garda terdepan dalam menjaga hutan
dan pengendalian perubahan iklim. Untuk itu, dana desa dialokasikan sebagiannya untuk
perubahan iklim.

"Kami menambahkan aspek ekologi ke dalam dana desa, yang diprioritaskan untuk
perlindungan hutan dan lingkungan. Karena dengan menjaga hutan, ekonomi akan
meningkat, ucap Fadhlullah.

Deputi Walikota Katowice - Polandia, Mariusz Skiba, yang juga hadir berpartisipasi dalam
sesi diskusi tersebut mengatakan sangat senang bisa bertukar pengalaman dengan Indonesia
dalam pengendalian perubahan iklim.

"Pengalaman ini sangat berarti bagi kami, karena satu provinsi seperti Aceh saja bisa
mempunyai hutan 80%, sementara kami disini hanya punya 50% areanya yang berhutan, dan
kami ingin melindungi area tersebut tetap hijau", ucap Skiba

Baca juga: 4 Perambah Hutan Cagar Biosfer di Riau Ditangkap

Indonesia telah menyatakan komitmen berkontribusi menurunkan emisi Gas Rumah Kaca
pada tahun 2030 sebesar 29% dengan upaya sendiri dan sampai dengan 41% melalui
kerjasama internasional. Pengurangan emisi tersebut dilakukan melalui lima sektor utama,
yaitu sektor hutan dan lahan (17,20%), energi (11%), limbah (0,38%), industrial process and
product used/IPPU (0.10%) dan pertanian (0,32%).

Kehadiran delegasi dan paviliun Indonesia pada COP 24 diharapkan dapat mereprentasikan
upaya-upaya Indonesia dalam perubahan iklim.

"COP-24 ini penting, jika Paris Agreement menghasilkan kesepakatan, maka COP Katowice
akan menghasilkan aturan mainnya", jelas Nur Masripatin, National Focal Point UNFCCC
untuk Indonesia. (idr/idr)

Anda mungkin juga menyukai