Anda di halaman 1dari 2

SPIN ELEKTRON

Dalam usaha untuk menerangkan struktur halus garis spectral dan efek Zeeman anamolous, S.A. Goudsmit
dan G.E. Uhlenbeck dalam tahun 1925 mengusulkan bahwa elektron momentum sudut intristik yang
beabs dari momentum sudut orbitalnya dan berkaitan dengan momentum sudut itu terdapat momen
magnetkc. Apa yang ada dalam pikiran Goudsmit dan Uhlenbeck ialah suatu gambaran klasik dari elektron
sebagai bola bermuatan yang berpusing pada sumbunya. Pusingan ini berkaitan dengan momentum

sudut, dank arena electron bermuatan negatif, electron bermomen magnetik yang arahnya
berlawanan arah dengan vector momentum sudut Ls. Pengertian spin electron ini terbukti berhasil untuk
menerangkan bukan saja struktur halus dan efek Zeeman anomalous tetapi juga berbagai macam efek
atomik lainnya.

Jelaslah bahwa gambaran elektron sebagai bola bermuatan yang berpusing terbuka pada beragai
keberatan. Slaah satu keeratan itu ialah pengamatan hambatan elektron oleh electron lainnya pada
energy tinggi menunjukkan bahwa diameter electron harus kurang dari 10-16 m, dan sangat mungkin
merupakan partikel titik. Supaya elektron memiliki momentum sudut yang berpautan dengam spin
elektron, benda sekecil itu harus berpusing dengan kecepatan ekuatorial (khatulistiwa) beberapa kali lebih
besar dari kecepatan cahaya. Namun, ketakmampuan penerapan dari model yang diambil dari kehidupan
sehari-hari tidak berarti idea spin electron tidak sah : kita telah berkenalan dengan banyak idea dalam
relativitas dan fisika kuantum yang konsisten dengan eksperimen, walaupun tidak cocok dengan konsep
klasik. Dalan tahun 1929 sifat pokok spin elektron dikokohkan oleh pengembangan mekanika kuantum

Paul Dirac. Dengan memulai persamaan energy non-relativistik sperti yang dilakukann

Schrodinger, Dirac memakai persamaan relativistic . Ia mendapatkan


bahwa sebuah partikel yang mempunyai massa dan muiatan seperti elektron harus memilikimomentum
sudut intrinsic dan momen magnetik.

Bilangan kuantun s yang dipakai untuk memberikan momentum sudut spin electron. Harga s yang
diperbolehkan ialah s=1/2; persyaratan ini datang dari teori Dirac, dan seperti yang akan kita lihat dibaah
ini, bias juga diperoleh secara empiris dari data spectral. Besar S dari momentum sudut yang disebabkan
oleh spin elektron dinyatakan dalam bilangan kuantum spin s dengan rumus

(momentum sudut spin)

Yang bentuknya sama dengan rumus untuk mendpatkan besar momentum sudut orbital L dari
bilangan kuantum orbital l :

Kuantisasi ruang spin elektron diberikan oleh bilngan kuantum magnetik spin ms . seperti juga
vektor momentum sudut orbital boleh meilki orientasi 2l + 1 dalam medan magnetik dari +l hingga –
l, vector momentum sudut spin dapat memiliki 2s + 1 =2 orientasi yang memilki spesifikasi oleh ms = +1/2
dan ms = -1/2. Komponen Sz momentum sudut spin sebuah elektron sepanjang arah medan
magnetik dalam arah z ditentukan oleh bilngan kuantum magnetik spin, sehingga

(komponen z meomentum sudut spin)

Rasio giromagnetik yang merupakan karakteristik spin elektron hamper dua kali karkteristik gerak orbital
elektron . jadi dengan mengambil rasio ini sama dengan 2, momen magnetik spin sebuah elektron
berkaitan dengan momentum sudur spin S melalui

(Momen magnetik spin)

Harga kompnen yang mungkin sepanjang setiap sumbu, katakana sumbu z, terbatas pada

(komponen z momen magnetik spin)

Kita kenali kuantitas eh/2m sebagai magneton Bohr.

Kauntitas ruang ditunjukkan secara eksplisit oleh O. Stern dan W. Gerlach dalam tahun 1921.
Mereka mengarahkan seberkas atom perak neutral dari suatu tungku (oven) melewati sekumpulan celah
kolimator masuk ke dalam medan magnetic tak homogen seperti pada gambar 7.3. Sebelum keeping
fotografik mencatat kopnfigurasi elektron setelah melewati medan.

Dalam keadaan normal, seluruh momen magnetic atom perak ditimbulkan oleh spin satu elektronnya
saja. Dalam medan magnetic homogen, dwikutub seperti itu hanya akan mengalami torka yang cenderung
untuk menjajarkannya dengan medan. Namun, dalam medan tak homogen, masing-masing “kutub” dari
dwikutub itu mengalami gaya dengan besar yang berbeda, sehingga gaya resultan pada dwikutub berubah
terhadap orientasi dalam ruang relative terhadap medan. Secara klasik semua orientasi harus ada dalam
berkas atom itu, sehingga menghasilkan hanya suatu jejak lebar dalam keeping fotografik alih-alih garis
tipis yang di bentuk jika medan magnetiknya tidak ada. Namun, Stern dan Gerlach menemukan bahwa
berkas semula terpecah menjadi dua bagian yang jelas, beresesuaian dengan orientasai spin yang
berlawan dalam medan magnetik seperti yang di ijinkan oleh kuantisasi ruang.

Anda mungkin juga menyukai