Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Hematologi
Tanggal
14/01/2020
2.2.Diagnosis
1. Diagnosis Kerja
Syok hipovolemik ec GEA
2.3.Terapi
IVFD NaCl 0,9%1000cc (habis dalam 2jam)
Aminofluid 1000cc/24jam
Inj. Omeprazole 2x40mg (IV)
Inj. Ondancetron 3x4mg (iv)
Ciprofloxacin drip 2x400 (IV)
Neurobion 1x1 amp (IV)
Aminefron 2x1tab
2.4.Prognosis
Ad Vitam: Dubia ad bonam
Ad Fungtional: Dubia ad bonam
Ad Sanationam: Dubia ad bonam
2.5.Follow up
Hari/Tanggal Follow UP
P : Sonor
gallop (-)
P : Timpani
<2”
A: syok hipovolemik ec GEA
P:
P : Sonor
gallop (-)
teraba besar
P : Timpani
<2”
P:
Aff infuse
Pro BPL
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis pasien didapatkan dengan keluhan lemas dan muntah-
muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien lemas dikarenakan, pasien
muntah ½ gelas (100cc) warna kekuningan isi makanan dan minuman setiap muntah
lebih 3x, pasien juga mengeluhkan mencret sebanyak 5x Satu kali mencret lebih kurang
seperlima gelas berisi cairan bercampur sedikit ampas, lendir (-), tidak ada darah, tidak
berbau menyengat,mencret seperti cucian beras disangkal. Muntah tidak disertai dengan
demam, BAK lancar, nyeri perut tidak ada. Nafsu makan menurun, setiap makan muntah
pasien juga mengeluh pusing. Dirumah pasien mengkonsumsi air sumur yang tidak
dimasak karena merasa airnya sudah bersih.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas. Kesadaran
Compos Mentis, Vital Sign: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 70 x/menit, Respirasi
rate: 21x/menit; suhu 36,9ºC, Nyeri Tekan di epigastrium, akral dingin dan turgor kulit
lambat
Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya atau penurunan
volume cairan dalam tubuh. Jenis syok ini adalah yang paling sering ditemui pada pasien di
antara jenis syok lainnya. Penyebab primernya adalah defisit volume darah sehingga perfusi
ke jaringan menurun. Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh :
Kardiogenik 1. Aritmia
Bradikardi / takikardi
2. Gangguan fungsi miokard
Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan
Penyakit jantung arteriosklerotik
Miokardiopati
3. Gangguan mekanis
Regurgitasi mitral/aorta
Rupture septum interventrikular
Aneurisma ventrikel massif
Obstruksi:
Out flow : stenosis atrium
Inflow : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus
Anafilaksis Antibiotic
Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol, polimixin, ampoterisin B
Biologis
Serum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan gamma globulin
Makanan
Telur, susu, dan udang/kepiting
Lain-lain
Gigitan binatang, anestesi local
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat
ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan
ireversibel (tidak dapat pulih).
Fase1 : kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui
mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu meningkatnya
resistensi sistemik dimana terjadi distribusi selektif aliran darah dari organ perifer non vital
ke organ vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan darah sistolik tetap normal sedangkan
tekanan darah sistolik meningkat akibat peninggian resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi
menyempit).
Untuk mencukupi curah jantung maka jantung mengkompensasi secara temporer dengan
meningkatkan frekuensi jantung. Disamping itu terdapat peningkatan sekresi vasopressin
dan renin – angiotensin – aldosteron yang akan mempengaruhi ginjal untuk menahan
natrium dan air dalam sirkulasi.
Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan dingin
dengan pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik.
Fase II : Dekompensasi.
Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah jantung
yang adekuat dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan dengan perfusi yang
buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga metabolisme berlangsung secara
anaerobic yang tidak efisien. Alur anaerobic menimbulkan penumpukan asam laktat dan
asam-asam lainnya yang berakhir dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan
terbentuknya asam karbonat intra selular akibat ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.
Asidemia akan menghambat kontraktilitas otot jantung dan respons terhadap
katekolamin. Akibat lanjut asidosis akan menyebabkan terganggunya mekanisme energy
dependent NaK-pump ditingkat selular, akibatnya integritas membrane sel terganggu, fungsi
lisosom dan mitokondria akan memburuk yang dapast berakhir dengan kerusakan sel.
Lambatnya aliran darah dan kerusakan reaksi rantai kinin serta system koagulasi dapat
memperburuk keadaan syok dengan timbulnya agregasi tombosit dan pembentukan trombos
disertai tendensi perdarahan.
Pada syok juga terjadi pelepasan mediator-vaskular antara lain histamin, serotonin,
sitokin (terutama TNF=tumor necrosis factor dan interleukin 1), xanthin, oxydase yang
dapat membentuk oksigen radikal serta PAF (platelets agregatin factor). Pelepasan mediator
oleh makrofag merupakan adaptasi normal pada awal keadaan stress atau injury, pada
keadan syok yang berlanjut justru dapat memperburuk keadaan karena terjadi vasodilatasi
arteriol dan peningkatan permeabilitas kapiler dengan akibat volume intravaskular yang
kembali kejantung (venous return) semakin berkuarang diserai timbulnya depresi miokard.
Manifestasi klinis yang dijumpai berupa takikardia yang bertambah, tekanan darah
mulai turun, perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled, capillary refilling
bertambah lama), oliguria dan asidosis (laju nafas bertambah cepat dan dalam) dengan
depresi susunan syaraf pusat (penurunan kesadaran).
Klasifikasi Syok
Sistem klasifikasi ini berguna untuk memastikan tanda-tanda dini dan patofisiologi
keadaan syok: 5
Diagnosis
Tanda dan Gejala
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya
volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh
merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume
yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam w