Anda di halaman 1dari 15

PEMANFAATAN TEPUNG AMPAS TAHU PADA PEMBUATAN KUKIS

MENGANDUNG MINYAK SAWIT MERAH

UTILIZATION OF OKARA FLOUR IN MAKING OF COOKIES


CONTAINING RED PALM OIL

Apriadi Kaahoao1, Netti Herawati2 dan Dewi Fortuna Ayu2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
Apriadikaahoao15@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to get the best formulation of substitution of wheat flour with
okara flour in making of cookies containing red palm oil, judging from the content of
nutrients and organoleptic tests based on SNI 01-2973-1992. The research was
conducted with an experimental method using a completely randomized design with
four treatments and four replications. The treatment in this study were ratio of wheat
flour and okara flour 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, and 25%:75%. Data were
statistically analyzed by using Analysis of Variance and followed by Duncan's New
Multiple Range Test at level 5%. Results of the analysis showed that ratio of wheat flour
and okara flour significantly affected on moisture, ash, protein, and crude fiber content
as well as descriptive and hedonic sensory test of the cookies. Based on this research,
the best treatment was ratio of wheat flour and okara flour 75%:25% which had
moisture 2.37%, ash 1.62%, protein 6.21%, and crude fiber content 3.80%.
Characteristics cookies of best treatment based on descriptive test was golden yellow
color, rather beany flavor, rather tofu tasteless, and crunchy texture.

Keywords: Cookies, okara flour, wheat flour, red palm oil.

I. PENDAHULUAN nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun


2010 (17,9%), prevalensi gizi buruk-
1.1. Latar Belakang kurang terlihat meningkat. Penyebab
Indonesia merupakan salah satu langsung masalah kurang gizi adalah
negara yang sebagian masyarakatnya karena asupan gizi yang tidak
memiliki masalah kurang gizi. Menurut memenuhi kebutuhan.
(WHO), Indonesia tergolong sebagai Asupan gizi yang diperlukan oleh
negara dengan status kurang gizi yang tubuh dapat diperoleh melalui makanan
tinggi. Masalah gizi utama di Indonesia yang dikonsumsi. Salah satu cara untuk
meliputi Kurang Energi Protein (KEP), menanggulangi masalah gizi adalah
Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan dengan mengkonsumsi makanan yang
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), bergizi. Makanan ringan merupakan
dan Kurang Vitamin A (KVA) makanan yang disukai oleh berbagai
(Almatsier, 2004). Berdasarkan data kalangan usia, mulai dari anak-anak
Riskesdas 2013, prevalensi gizi buruk- hingga kalangan dewasa. Oleh sebab
kurang adalah 19,6%. Jika itu, perlu adanya makanan ringan yang
dibandingkan dengan angka prevalensi kaya akan gizi sehingga dapat
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universita Riau 1
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17
memenuhi kebutuhan gizi. Salah satu Ampas tahu merupakan hasil
makanan ringan yang sangat dikenal samping dari pengolahan tahu. Menurut
dan berpotensi untuk dijadikan makanan Mahmud dkk., (2009) dalam 100 g
ringan yang kaya akan gizi adalah ampas tahu mengandung protein 5 g,
kukis. Kue kering (kukis) adalah serat kasar 4,1 g, dan kadar air 84,1 g,
produk makanan kering yang dibuat dan karbohidrat 8,1 g. Oleh sebab itu
dengan memanggang adonan yang ampas tahu dapat dimanfaatkan kembali
berbahan dasar tepung terigu, lemak, melalui proses daur ulang atau
dan bahan pengembang dengan atau dikonversikan ke produk lain yang lebih
tanpa penambahan bahan makanan dan berguna dan bermanfaat serta bernilai
bahan tambahan makanan lain yang ekonomis tinggi. Umumnya masyarakat
diizinkan. hanya menjadikan ampas tahu sebagai
pakan ternak dan sebagian digunakan
Pembuatan kukis secara umum sebagai bahan dasar pembuatan tempe
menggunakan tepung terigu, namun gembus. Melihat kurangnya
gandum yang merupakan bahan baku pemanfaatan ampas tahu selama ini, dan
terigu di Indonesia kuantitasnya sangat untuk menjaga kekayaan bahan pangan
terbatas sehingga Indonesia mengimpor lokal, maka ampas tahu dapat dibuat
terigu. Selama ini kebutuhan tepung menjadi tepung. Tepung ampas tahu
terigu di Indonesia diperoleh dengan dapat diformulasi dan diolah menjadi
cara mengimpor dalam jumlah besar. berbagai produk olahan. Produk olahan
Berdasarkan data Asosiasi Produsen yang akan dibuat dengan memanfaatkan
Tepung Terigu Indonesia (APTINDO, tepung ampas tahu adalah kukis.
2014), impor gandum pada tahun 2013 Wati (2013) telah melakukan
mencapai 6,720,509 ton, sedangkan penelitian pengaruh penggunaan tepung
impor terigu mencapai 205,447 ton. ampas tahu sebagai bahan komposit
Tingginya nilai impor ini memerlukan terhadap kualitas kue kering lidah
adanya pemanfaatan bahan lain untuk kucing. Penelitian tersebut
mengurangi penggunaan tepung terigu, menunjukkan bahwa kue kering lidah
salah satunya adalah ampas tahu. kucing dengan penambahan tepung
Kedelai merupakan salah satu ampas tahu sebesar 25% merupakan
sumber protein nabati yang baik untuk hasil yang terbaik dengan kandungan
kesehatan yang biasa diolah menjadi protein 24,03% dan serat kasar 9,48%.
berbagai bentuk olahan, dan salah satu Sampel kue kering lidah kucing dengan
olahan kedelai adalah tahu. Tahu 25% tepung ampas tahu dinilai baik
merupakan makanan yang banyak secara inderawi dan lebih disukai.
digemari masyarakat karena selain Mengingat masih tingginya kandungan
harganya yang murah tahu juga zat gizi ampas tahu, diharapkan produk
memiliki kandungan gizi yang tinggi. kukis ini nantinya dapat dimanfaatkan
Hampir di setiap kota dan pedesaan sebagai sumber protein dan dapat
dapat dijumpai industri pembuatan tahu membantu masyarakat untuk memenuhi
karena proses pembuatanya yang kebutuhan serat pada tubuh.
mudah. Proses pembuatan tahu biasanya Pembuatan kukis memerlukan zat
menghasilkan limbah yang mencemari yang berperan sebagai shortening.
lingkungan. Limbah tahu terdiri dari Shortening yang biasa digunakan pada
dua bentuk, ada yang berupa cairan dan pembuatan kukis adalah margarin dan
ada yang berbentuk padat atau yang beberapa peneliti juga telah mengganti
biasa disebut ampas tahu. margarin dengan minyak sawit merah.

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 2


Selain itu Penambahan minyak sawit Bahan yang digunakan pada penelitian
merah pada pembuatan kukis juga ini adalah tepung terigu, ampas tahu
berguna untuk memberi cita rasa gurih. yang diperoleh dari pabrik tahu yang
Hasil penelitian Andarwulan dkk. berada di Kubang Raya Pekanbaru,
(2014) menyatakan bahwa margarin minyak sawit merah, kuning telur, gula,
minyak sawit merah memberikan baking powder dan akuades. Bahan
pengaruh terhadap tinggi, diameter, dan kimia yang digunakan untuk analisis
warna produk yang dihasilkan (pound adalah H2SO4 1,2%, NaOH 3,25%,
cake dan roti manis). Minyak sawit K2SO4 10%, akuades, alkohol 95%,
merah juga berfungsi sebagai sumber HgO 9,6%, H2SO4 96%, NaOH 40%,
karotenoid alami. Ermarina (2012) H3BO3 4%, mix indikator, dan HCl
telah melakukan penelitian terkait 0,1N.
penggunaan minyak sawit merah pada Alat yang digunakan dalam
pembuatan kukis, dengan judul evaluasi penelitian ini adalah oven, wadah
mutu kukis yang disubtitusi dengan plastik, loyang, timbangan analitik,
tepung ganyong (Canna edulis Ker) sendok, telenan, dan cetakan kukis,
berbasis minyak sawit merah, tepung booth. Alat yang digunakan untuk
tempe dan tepung udang rebon (Acetes analisis diantaranya desikator, spatula,
erythraeus). Berdasarkan uraian di atas soxhlet, labu kjeldahl, erlenmeyer,
maka penulis akan melakukan tanur, oven, cawan porselin, beaker
penelitian dengan judul Pemanfaatan glass, gelas ukur, corong, pipet tetes,
Tepung Ampas Tahu pada penjepit, kertas saring, labu destilasi,
Pembuatan Kukis Mengandung dan buret.
Minyak Sawit Merah.
3.3. Metode Penelitian
1.2. Tujuan Penelitian 3.3.1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk Percobaan pembuatan kukis
mendapatkan formulasi terbaik dari berbasis ampas tahu dan minyak sawit
substitusi tepung terigu dengan tepung merah dengan menggunakan tepung
ampas tahu dalam pembuatan kukis ampas tahu 25% dan tepung terigu
yang mengandung minyak sawit merah sebanyak 75% telah dilakukan pada
(MSM), dilihat dari kandungan zat gizi penelitian pendahuluan. Hasilnya
dan uji organoleptik yang mengacu menunjukkan bahwa kukis dapat dibuat
pada SNI 01-2973-1992. dan disukai oleh 10 panelis.

III. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian


Penelitian dilaksanakan
3.1. Tempat dan Waktu menggunakan Rancangan Acak
Penelitian telah dilaksanakan di Lengkap (RAL) dengan empat
Laboratorium Pengolahan Hasil perlakuan dan empat kali ulangan
Pertanian dan Laboratorium Analisis sehingga diperoleh 16 unit percobaan.
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian serta Perlakuan ini mengacu pada Wati
Laboratorium Terpadu Fakultas (2013). Perlakuan dalam penelitian
Perikanan Universitas Riau. Waktu kukis terdiri dari rasio tepung terigu dan
penelitian selama enam bulan yaitu tepung ampas tahu. Perlakuannya
September-April 2017. adalah sebagai berikut:
3.2. Bahan dan Alat S0 = Tepung terigu : tepung ampas
tahu (100%:0%)
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 3
S1 = Tepung terigu : tepung ampas mesh, sehingga dihasilkan tepung
tahu (75%:25%) ampas tahu yang halus dan homogen.
S2 = Tepung terigu : tepung ampas
tahu (50%:50%) 3.4.3. Pembuatan Kukis
S3 = Tepung terigu : tepung ampas Pembuatan kukis mengacu pada
tahu (25%:75%) Nugraha (2009), yaitu terdiri dari
persiapan bahan, pembentukan adonan
3.3.2. Formulasi kukis (pembentukan krim dan pencampuran
Formulasi kukis yang digunakan dalam tepung), pencetakan adonan,
penelitian ini mengacu pada formulasi pemanggangan, pendinginan, dan
Ermarina (2012) serta dikompilasikan pengemasan. Persiapan bahan dimulai
dengan hasil penelitian pendahuluan. dari penimbangan bahan sesuai
Berdasarkan penelitian tersebut dapat perlakuan. Pembentukan adonan
dibuat formulasi pembuatan kukis dimulai dengan mencampur minyak
berbasis tepung ampas tahu dan minyak sawit merah, telur, baking powder dan
sawit merah. tepung gula menggunakan mixer
sehingga terbentuk krim. Selanjutnya
3.4. Pelaksanaan Penelitian ditambahkan tepung ampas tahu dan
3.4.1. Persiapan Bahan Baku tepung terigu sesuai dengan perlakuan.
Bahan yang digunakan dalam Kemudian adonan dibentuk menjadi
pembuatan kukis yaitu ampas tahu, gula lembaran dan dicetak menggunakan alat
halus, minyak sawit merah, telur, cetakan. Kukis yang telah dicetak
margarin, dan baking powder. Semua diletakkan pada loyang yang telah
bahan tersebut kemudian ditimbang diolesi margarin agar kukis tidak
berdasarkan resep dasar. lengket pada loyang. Kukis kemudian
dioven pada suhu 140oC selama 15-20
3.4.2. Pembuatan Tepung Ampas menit.
Tahu
Proses pembuatan tepung ampas 3.5. Pengamatan
tahu mengacu pada Wati (2013). Pada penelitian ini, yang akan
Ampas tahu yang akan digunakan diamati adalah kadar air, kadar abu,
adalah ampas tahu yang diperoleh dari kandungan protein, kadar serat, dan
pabrik tahu yang berada di Kubang penilaian organoleptik kukis berbasis
Raya Pekanbaru. Pembuatan tepung tepung ampas tahu, dan minyak sawit
ampas tahu dimulai dengan pemerasan merah.
ampas tahu basah. Kemudian ampas
tahu dikukus selama 15 menit pada suhu Analisis Data
100ºC. Lalu ampas tahu dikeringkan Data yang diperoleh dianalisis
dengan oven selama ±5 jam pada suhu secara statistik dengan menggunakan
60-70ºC sambil dibolak-balik agar Analisys of variance (ANOVA). Jika F
ampas tahu kering merata. Setelah itu hitung lebih besar dari F tabel maka
ampas tahu dihaluskan menggunakan analisis dilanjutkan dengan uji lanjut
blender. Bubuk ampas tahu yang Duncan’s New Multiple Range Tes
dihasilkan selanjutnya diayak (DNMRT) pada taraf 5%.
menggunakan ayakan berukuran 80

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 4


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar serat dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data dan analisis kimia kukis


Hasil Analisis Perlakuan
K0 K1 K2 K3
Kadar Air 2,23a 2,37a 3,44b 4,06c
Kadar Abu 1,50a 1,62b 1,74c 1,88d
Kadar Serat 1,10a 3,80b 6,01c 8,08d
Kadar Protein 4,95a 6,21`b 7,27c 9,16d
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5%.
garam. Hal ini berarti semakin banyak
Kadar Air protein yang terkandung dalam bahan,
Hasil sidik ragam setelah diuji maka akan semakin banyak air yang
lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% terikat dalam protein. Perbedaan kadar
menunjukkan bahwa rasio tepung terigu air juga dapat dipengaruhi oleh adanya
dan tepung ampas tahu yang berbeda serat dalam ampas tahu, serat memiliki
pada pembuatan kukis memberikan daya serap air yang tinggi. Menurut
pengaruh nyata terhadap kadar air yang Sulistiani (2004) jumlah serat yang
dihasilkan pada setiap perlakuan. terdapat dalam 100 g tepung ampas tahu
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan adalah 9,54 g, sedangkan jumlah serat
bahwa kadar air kukis pada penelitian yang terdapat pada tepung terigu
ini berkisar antara 2,23-4,06% berdasarkan Tabel Komposisi Pangan
Perbedaan kadar air pada suatu produk Indonesia (2009) adalah sebesar 0,3%.
biasanya dipengaruhi oleh kandungan Oleh karena itu semakin banyak ampas
air bahan dasar yang digunakan. tahu yang digunakan maka semakin
Semakin tinggi kadar air bahan dasar tinggi pula kadar air yang dihasilkan.
yang digunakan maka kadar air kukis Menurut Tala (2009) serat memiliki
yang dihasilkan akan semakin tinggi kemampuan menyerap air dengan cepat
pula. Berdasarkan analisis kadar air dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini
tepung ampas tahu dalam penelitian ini disebabkan karena serat memiliki
adalah 8,33%, sedangkan kadar air ukuran polimer besar, strukturnya
tepung terigu adalah 11,8%. Kadar air kompleks, banyak mengandung gugus
kukis pada penelitian ini semakin hidroksil dan memiliki kapasitas
meningkat seiring meningkatnya pengikat air yang besar. Hal ini sesuai
penggunaan tepung ampas tahu. Hal ini dengan penelitian Handarsari (2010)
disebabkan karena tepung ampas tahu yang menunjukkan bahwa semakin
mengandung protein dan serat yang besar substitusi ampas tahu pada
tinggi. pembuatan sugar pastry maka kadar air
Menurut Winarno (2004) air sugar pastry yang dihasilkan semakin
dalam bahan pangan dapat dibagi tinggi.
menjadi empat tipe, salah satunya
adalah air yang terikat pada molekul Kadar Protein
lain yang mengandung atom-atom O Hasil sidik ragam menunjukkan
dan N seperti karbohidrat, protein, dan bahwa rasio tepung terigu dan tepung
ampas tahu yang berbeda pada

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 5


pembuatan kukis memberikan pengaruh pembuatan kukis memberikan pengaruh
nyata (P<0,05) terhadap kadar protein nyata terhadap kadar serat yang
kukis yang dihasilkan. Tabel 1 dihasilkan. Tabel 1 menunjukkan
menunjukkan bahwa kadar protein adanya peningkatan kadar serat kukis
kukis pada penelitian ini berkisar antara sejalan dengan peningkatan tepung
4,95-9,16%. Hasil penelitian ampas tahu. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa kadar protein bahwa semakin bertambahnya jumlah
kukis yang dihasilkan sesuai dengan tepung ampas tahu yang digunakan
syarat mutu kukis (SNI 01-2973-1992). pada pembuatan kukis maka semakin
Kadar protein kukis dalam penelitian ini bertambah pula kadar serat kukis. Hal
secara keseluruhan mengalami ini dapat terjadi karena kadar serat
peningkatan seiring dengan tepung ampas tahu lebih besar daripada
meningkatnya penambahan tepung kadar serat yang terdapat pada tepung
ampas tahu dalam pembuatan kukis. terigu. Berdasarkan hasil analisis tepung
Perbedaan kadar protein pada ampas tahu di laboratorium memiliki
keempat perlakuan kukis tersebut kadar serat sebesar 11,95%, sedangkan
dipengaruhi oleh kandungan protein kadar serat yang terdapat pada tepung
pada bahan dasar yang digunakan. terigu berdasarkan Tabel Komposisi
Berdasarkan hasil analisis tepung ampas Pangan Indonesia (2009) adalah sebesar
tahu di laboratorium memiliki kadar 0,3%. Hal ini sesuai dengan penelitian
protein sebesar 21,70%, sedangkan Wati (2013) yang menyatakan semakin
kadar protein yang terdapat pada tepung banyak penggunaan tepung ampas tahu
terigu berdasarkan Tabel Komposisi maka kadar serat kukis yang dihasilkan
Pangan Indonesia (2009) adalah sebesar semakin tinggi. Kadar serat yang tinggi
8%. Semakin banyak tepung ampas tahu pada makanan sangat baik untuk
dan semakin sedikit tepung terigu yang kesehatan. Menurut Winarti (2010)
digunakan dalam pembuatan kukis, fungsi serat adalah mencegah sembelit,
maka kadar proteinnya akan semakin mencegah kanker usus besar luka serta
tinggi. Dilihat dari kandungan protein benjolan dalam usus besar, juga dapat
yang tinggi, tepung ampas dapat menurunkan kadar kolestrol dalam
menyumbangkan protein yang cukup darah.
besar pada kukis yang dihasilkan. Nilai
protein kukis tidak hanya diperoleh dari Kadar Abu
tepung ampas tahu melainkan juga dari Hasil sidik ragam menunjukkan
bahan lainnya seperti telur. Hal ini bahwa rasio tepung terigu dan tepung
sesuai dengan penelitian Syafitri (2009) ampas tahu dalam pembuatan kukis
yang menyatakan bahwa semakin memberikan pengaruh nyata terhadap
banyak tepung ampas tahu yang kadar abu yang dihasilkan. Hasil
digunakan pada pembuatan kue ulat penelitian menunjukkan bahwa kadar
sutra maka semakin tinggi pula protein abu kukis yang dihasilkan sesuai
pada produk kue ulat sutra yang dengan syarat mutu kukis (SNI 01-
dihasilkan. 2973-1992). Pengamatan yang
dilakukan pada kadar abu kukis
Kadar Serat Kasar menunjukkan adanya peningkatan kadar
Hasil sidik ragam dan uji lanjut abu sejalan dengan peningkatan tepung
DNMRT pada taraf 5% menunjukkan ampas tahu. Hal ini terjadi karena kadar
bahwa rasio tepung terigu dan tepung abu tepung ampas tahu lebih besar
ampas tahu yang berbeda pada

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 6


daripada kadar abu yang terdapat pada (2009) kandungan mineral yang
tepung terigu. terdapat pada ampas tahu kering yaitu
Berdasarkan hasil analisis kalsium 19,0 mg, phosfor 29,0 mg, dan
tepung ampas tahu di laboratorium besi 4,0 mg sedangkan kandungan
memiliki kadar abu sebesar 2,89%, mineral yang terdapat pada tepung
sedangkan yang terdapat pada tepung terigu yaitu kalsium 22,0 mg, phosfor
terigu berdasarkan Tabel Komposisi 150,0 mg, dan besi 1,3 mg. Hal ini
Pangan Indonesia (2009) adalah sesuai dengan penelitian Adhimah dkk.
sebesar 1,0%. Hal ini menunjukkan (2006) yang menyatakan semakin
bahwa tepung ampas kedelai banyak penggunaan ampas tahu pada
mengandung mineral lebih tinggi dari pembuatan kukis maka kadar abu kukis
tepung terigu. Menurut Mahmud dkk. yang dihasilkan semakin tinggi.

Tabel 2. Data uji sensori


Hasil Analisis Perlakuan
K0 K1 K2 K3
Penilaian secara
deskriptif
Warna 4,63d 3,67c 3,203 2,73a
Aroma 3,60c 2,93b 2,80b 2,40a
Tekstur 1,97a 2,30a 3,10b 3,60c
Rasa 3,60c 2,97b 2,73b 2,13a
Penilaian hedonik 2,52a 3,40b 3,62bc 4,90c
keseluruhan
Ket :1=Sangat coklat, 2=coklat, 3=kuning kecoklatan, 4=kuning keemasan, 5=kuning
1=Sangat langu, 2=langu, 3=agak langu, 4=tidak langu, 5=sangat tidak langu
1=Sangat renyah, 2=renyah, 3=agak renyah, 4=rapuh, 5=sangat rapuh
1=Sangat berasa ampas tahu, 2=berasa ampas tahu, 3=agak berasa ampas tahu, 4=tidak berasa
ampas tahu, 5=sangat tidak berasa ampas tahu
Penilaian keseluruhan: 5=Sangat suka; 4=Suka; 3=Agak suka; 2=Tidak suka; 1=Sangat tidak suka.

Warna Rismawati (2009) warna pada minyak


Hasil sidik ragam menunjukkan sawit merah berasal dari kandungan
rasio tepung terigu dan tepung ampas karotenoidnya. Jumlah minyak sawit
tahu yang berbeda pada pembuatan merah yang digunakan pada kukis
kukis memberikan pengaruh nyata semua perlakuan adalah sama, yaitu
terhadap warna kukis. Tabel 2 18,6%. Penggunan minyak sawit merah
menunjukkan hasil rata-rata warna dan tepung ampas tahu menyebabkan
kukis yang dinilai panelis berkisar warna kukis menjadi kuning keemasan
antara 2,73-4,63 (kuning kecoklatan hingga kuning kecoklatan. Proses
hingga kuning). Warna pada kukis pemanggangan juga dapat
dipengaruhi oleh pigmen bahan dasar mempengaruhi warna kukis, akibat
pembuatannya. Perpaduan pigmen dari reaksi karamelisasi. Saat
tepung ampas tahu, tepung terigu serta pemangggangan terjadi reaksi maillard
minyak sawit merah menghasilkan antara gula pereduksi dengan asam
kukis yang berwarna kuning keemasan amino yang menyebabkan warna kukis
hingga kuning kecoklatan. Minyak menjadi kecoklatan.
sawit merah memiliki warna yang Menurut Winarno (2004)proses
dominan dibandingkan tepung ampas pemanggangan akan mengakibatkan
tahu dan tepung terigu. Menurut terjadinya reaksi karamelisasi gula yang

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 7


menghasilkan karamel dan reaksi nyatanya tekstur kukis dipengaruhi oleh
maillard yaitu reaksi interaksi antara jumlah tepung ampas tahu yang
gula pereduksi dengan asam amino digunakan pada setiap perlakuan.
yang menghasilkan warna coklat. Semakin banyak jumlah tepung ampas
tahu yang digunakan maka kerenyahan
Aroma kukis akan semakin berkurang. Hal ini
Hasil sidik ragam menunjukkan terjadi karena tepung ampas tahu
bahwa rasio tepung terigu dan tepung memiliki kadar serat lebih tinggi
ampas tahu yang berbeda pada dibandingkan dengan tepung terigu,
pembuatan kukis memberikan pengaruh sehingga semakin tinggi penggunaan
nyata terhadap aroma kukis. Tabel 2 tepung ampas tahu maka semakin tinggi
menunjukkan hasil rata-rata aroma pula kadar air kukis yang membuat
kukis yang dinilai panelis berkisar kerenyahan kukis berkurang. Menurut
antara 2,40-3,60 (tidak langu hingga Mediati (2010) sifat serat mudah
langu). Tepung ampas tahu memiliki menyerap air sehingga semakin banyak
aroma yang kuat sehingga dengan penggunaan tepung ampas tahu,
semakin bertambahnya jumlah tepung semakin tinggi penyerapan air yang
ampas tahu yang digunakan pada mengakibatkan tekstur menjadi kurang
pembuatan kukis maka aroma tepung kering dan kurang renyah. Hal ini sesuai
ampas tahu (langu) akan semakin nyata dengan Yustina dan Farid (2012) pada
pada kukis tersebut. Menurut Mardini pembuatan cheese stick dengan
dkk. (2007) pembentukan aroma pada substitusi tepung ampas kedelai yang
suatu produk akhir salah satunya menyatakan bahwa seiring dengan
ditentukan oleh bahan baku. Menurut meningkatnya penambahan tepung
Suliantari dan Winiati (1990) dalam ampas kedelai sifat liat adonan akan
Syafitri (2009) tepung ampas tahu semakin berkurang dan cheese stick
memiliki aroma yang khas yaitu semakin mudah hancur (patah).
beraroma langu. Hal ini disebabkan
karena adanya senyawa lipoksigenase Rasa
yang dapat menyebabkan bau tertentu .Hasil dari sidik ragam
pada kedelai. Hal ini sesuai dengan menunjukkan bahwa rasio tepung terigu
penelitian Syafitri (2009) pada dan tepung ampas tahu yang berbeda
pembuatan kue ulat sutra yang pada pembuatan kukis memberikan
menyatakan bahwa semakin banyak pengaruh nyata terhadap rasa kukis.
ampas tahu yang digunakan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
pembuatan kue ulat sutra maka aroma skor penilaian rasa berkisar antara 2,13-
ampas tahu akan semakin nyata pada 3,60 (berasa ampas tahu hingga tidak
kue ulat sutra tersebut. berasa ampas tahu). Berbeda nyatanya
rasa kukis disebabkan rasa tepung
Tekstur ampas tahu yang kuat sehingga dengan
Hasil sidik ragam menunjukkan adanya penambahan tepung ampas tahu
rasio tepung terigu dan tepung ampas pada pembuatan kukis dapat
tahu yang berbeda pada pembuatan mempengaruhi rasa kukis. Semakin
kukis memberikan pengaruh nyata banyak tepung ampas tahu yang
terhadap tekstur kukis. Tabel 2 digunakan pada pembuatan kukis, maka
menunjukkan bahwa rata-rata skor rasa kukis akan semakin berasa ampas
penilaian tekstur berkisar antara 1,97- tahu. Menurut Suliantari dan Winiati
3,60 (renyah sampai rapuh). Berbeda (1990) dalam Syafitri (2009) kedelai

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 8


selain terasa pahit juga terasa langu, hal Berdasarkan hasil rekapitulasi
ini disebabkan karena adanya enzim- analisis maka kukis perlakuan terbaik
enzim dan senyawa-senyawa seperti yang dipilih adalah perlakuan S1 (rasio
lipoksigenase saponin, hemaglutinin, tepung ampas tahu dan tepung terigu 25
dan anti tripsin pada kedelai. Hal ini :75). Penilaian sensori yang paling
sesuai dengan penelitian Wati (2013) disukai panelis adalah perlakuan S0
yang menyatakan semakin banyak dengan warna kuning, tidak langu, tidak
penggunaan tepung ampas tahu maka berasa ampas tahu dan bertekstur
semakin menurunkan rasa manis pada renyah, namun kadar protein perlakuan
kue kering lidah kucing. S0 belum memenuhi standar mutu
kukis. Oleh karena itu dilakukan
Penilaian Hedonik Secara penambahan tepung ampas tahu
Keseluruhan sehingga dapat membuat kukis yang
Hasil sidik ragam menunjukkan memenuhi standar mutu kukis. Hasil
bahwa rasio tepung terigu dan tepung penelitian menunjukkan bahwa
ampas tahu yang berbeda pada penambahan tepung ampas tahu yang
pembuatan kukis memberikan pengaruh terbaik terdapat pada perlakuan S1
nyata terhadap tingkat kesukaan panelis karena memiliki mutu yang sesuai
secara keseluruhan terhadap kukis yang standar, baik kadar air, kadar abu, kadar
dihasilkan. Tabel 2 menunjukkan serat dan protein serta disukai oleh
bahwa rata-rata skor penilaian panelis. Perlakuan S1 memiliki kadar
keseluruhan terhadap kukis yang air sebanyak 2,37%, kadar abu
dihasilkan berkisar antara agak suka sebanyak 1,62%, kadar protein
sampai suka dengan skor 2,52-3,90 sebanyak 6,21%, dan kadar serat
(Sangat suka hingga agak suka). Hasil sebanyak 3,80% serta penilaian sensori
tersebut menunjukkan bahwa rasio secara deskriptif dengan warna kuning
tepung terigu dan tepung ampas tahu keemasan, beraroma agak langu,
yang berbeda pada pembuatan kukis bertekstur renyah, dan agak berasa
memberikan pengaruh yata terhadap ampas tahu.
tingkat kesukaan panelis. Secara
hedonik panelis lebih menyukai kukis V. KESIMPULAN DAN SARAN
perlakuan S0 dengan skor 2,52
dibandingkan dengan perlakuan S3, S2, 5.1. Kesimpulan
dan S1. Hal ini dikarenakan kukis Perbedaaan rasio tepung ampas
perlakuan S0 tanpa menggunakan tahu dan tepung terigu memberikan
tepung ampas tahu pada pembuatanya. pengaruh nyata terhadap kadar air,
Perlakuan S3 merupakan perlakuan kadar abu, kadar serat, dan kadar
yang paling tidak disukai panelis. Hal protein kukis. Semakin bertambahnya
ini dikarenakan penambahan tepung tepung ampas tahu dan semakin
ampas tahu pada perlakuan S3 lebih berkurangnya tepung terigu yang
banyak dibandingkan perlakuan lainnya, digunakan pada pembuatan kukis, maka
sehingga aroma maupun rasa ampas semakin meningkat kadar air, kadar
tahu menjadi sangat nyata pada abu, serat kasar dan protein pada kukis
perlakuan S3, begitu juga dengan yang dihasilkan. Kukis dengan
tekstur yang semakin rapuh dan warna perlakuan Tepung terigu 75% dan
yang semakin coklat. Tepung ampas tahu 25% merupakan
perlakuan terbaik dari hasil analisis
Penetuan Kukis Terpilih secara kimia. Kukis perlakuan terbaik

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 9


disukai oleh panelis secara hedonik Anonim. 2005. Bahan Alternatif
dengan deskriptif warna kuning Pakan dari Hasil Samping
keemasan, beraroma agak langu, agak Produk Pangan.
berasa ampas tahu, dan bertekstur http//ciptapangan.com/News/PHP.
renyah. Kukis perlakuan terbaik Diakses pada tanggal 23 Maret
memiliki kadar air 2,37%, kadar abu 2016.
1,62%, kadar serat kasar 3,80%, kadar
protein 6,21%. Anonim. 2012. Sejarah Kukis.
http://library.binus..ac.id/eColls/e
5.2. Saran Thesidoc/Bab2. Diakses pada
Penelitian lanjutan perlu tanggal 23 Maret 2016.
dilakukan mengenai perisa atau bahan
Asosiasi Produsen Tepung Terigu
yang dapat ditambahkan untuk
Indonesia (APTINDO). 2014.
menghilangkan rasa dan aroma ampas Overview Industri Tepung
tahu yang kurang disukai oleh panelis, Terigu Nasional Indonesia.
serta bahan yang dapat memperbaiki http://www.aptindo.or.id. Diakses
tekstur kukis. pada tanggal 30 maret 2016.

Ayustaningwarno, F. 2012. Proses


DAFTAR PUSTAKA pengolahan dan aplikasi minyak
sawit merah pada industri
Adhimah, N. N., A. H. Mulyati, dan D. pangan. Jurnal gizi. Volume 2: 1-
Widiastuti. 2006. Substitusi 11.
Tepung Terigu dengan
Tepung Ampas Kedelai pada Badan Penelitian dan Pengembangan
Produk Cookies yang Kaya Kesehatan Kementerian
Akan Serat Pangan dan Kesehatan RI. 2013. Riset
Protein. https//google Kesehatan Dasar (Riskesdas)
scholar.com. Diakses pada 2013. Jakarta.
tanggal 22 Maret. 2017.
Bardhani M. A., F. R. Zakaria, dan N.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu S. Palupi. 2009. Analisis persepsi
Gizi. Gramedia Pustaka Utama. konsumen terhadap produk
Jakarta. minyak sawit merah sebagai
minyak kesehatan (studi kasus:
Andarwulan, F. Kusnandar, dan Perumahan Ciomas Permai,
Herawati. 2011. Analisis Pangan. Bogor). Jurnal Manajemen IKM.
Dian Rakyat. Bogor. Volume 4(2): 185-194.

Andarwulan , N. D. R. Adawaiyah, N. Departemen Kesehatan Republik


Wulandari, P. Hariyadi, R. N. Indonesia. 1995. Daftar
Triana, A. R. Affandi, R. C. Nur, Komposisi Zat Gizi Pangan
S. Tjahjadi, dan M. F. Ellen. Indonesia. Pusat Penelitian dan
2014. Aplikasi margarin minyak Pengembangan Gizi.
sawit merah pada produk
pound cake dan roti manis. Departemen Kesehatan Republik
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Indonesia. 2010. Daftar
PPM IPB. Volume 1: 192-206. Komposisi Bahan Makanan.

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 10


Depatemen Kesehatan Republik ampas tahu. Jurnal Pangan dan
Indonesia. Jakarta Gizi. Volume 1(1): 40.
Dewan Standarisasi Nasional (DSN).
1992. SNI 01-2973-1992: Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak
Biskuit. Pusat Standarisasi Pangan. Universitas Indonesia
Industri. Departemen Press. Jakarta.
Perindustrian. Jakarta.
Lia. 2006. Macam-Macam Tepung.
Dewan Standarisasi Nasional. 1995. http://ncc.blogsome.com/2006/04/
Tepung Gula (SNI 01-3821- 17. Diakses pada tanggal 23
1995). Dewan Standarisasi Maret 2016.
Nasional. Jakarta.
Mahmud M. K., Hermana, N. A.
Dewan Standarisasi Nasional. 2009. Zulfianto, R. R. Apriyantono, I.
Tepung Terigu (SNI 01-3751- Ngadiarti, B. Hartati, Bernadus,
2009). Dewan Standarisasi dan Tinexcelli. 2009. Tabel
Nasional. Jakarta. Komposisi Pangan Indonesia
(TKPI). PT. Elex Media
Ermarina. 2012. Evaluasi mutu kukis Komputindo. Jakarta.
yang disubstitusi dengan tepung
ganyong (Canna edulis Ker) Mardini, N., N. Malahayati dan E.
berbasis minyak sawit merah, Arafah. 2007. Sifat fisik, kimia
tepung tempe dan tepung udang dan sensori sari buah nanas
rebon (Acetes erythraeus). dengan penambahan kalsium
Skripsi Fakultas Pertanian sitrat malat (CCM) dan pektin.
Universitas Riau. Pekanbaru. Seminar Nasional Teknologi
Universitas Sriwijaya. ISSN :
Faridah, A. 2008. Patesari jilid 1 1978-9777.
untuk SMK. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Marsono Y, A. Murdiati, dan S. Naruki.
Kejuruan. Direktorat Jenderal 2007. Substitusi minyak jagung
Manajemen. Departemen dengan minyak sawit merah
Pendidikan Nasional. dalam produksi susu bubuk
rekomendasi: pengaruhnya
Food and Nutrition Board. 2000. pada sifat fisik dan gizi. Jurnal
Dietary References Intakes for Teknologi Pangan dan Gizi.
Vitamin C, Vitamin E, Volume 6(2): 41-48.
Selenium, and Carotenoids.
Washington. National Academy Matz, S. A. 1972. Bakery Technology
Press. and Engineering. Second edition.
The AVI Publishing Company.
Gaman P. M. dan K. B. Sherrington. Westport. Connecticut.
1994. Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Meddiati, F. P. 2010. Karakteristik
Universitas Gadjah Mada Press. sensoris cookies yang dibuat
Yogyakarta. dengan substitusi tepung ampas
kelapa. Tesis Universitas Gadjah
Handarsari, E. 2010. Eksperimen Mada. Yogyakarta
pembuatan sugar pastry
dengan substitusi tepung Muchtadi T. R., Sugiyono, dan F.
Ayustaningwarno. 2010. Ilmu
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 11
Pengetahuan Bahan Pangan. Rismawati. 2009. Pengaruh waktu
Alfabeta. Bandung. deodorisasi terhadap olein dan
stearin minyak sawit merah
Mudjajanto, E. S. dan L. N. Yulianti. serta aplikasinya sebagai
2007. Membuat Aneka Roti. medium penggorengan tempe
Penebar Swadaya. Jakarta. dan ubi jalar putih. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian
Najamuddin U., S. Sirajuddin, dan B. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bahar. 2012. Pemanfaatan
minyak sawit merah dalam Schmild, M. K. and T. P. Labuza. 2001.
pembuatan biskuit kaya beta Essentials of Functional Foods.
karoten. Artikel Penelitian Media Aspen Publisher, Inc.
Gizi Masyarakat Indonesia. Gaithersburg. Maryland.
Volume 1(2): 117-121.
Scrimshaw, N. S. 2000. Nutritional
Nugraha A. 2009. Evaluasi mutu kukis potential of red palm oil for
dengan substitusi minyak sawit combating vitamin A deficiency.
merah, tepung tempe dan Food and Nutrition Bulletin.
tepung udang rebon (Acetes Volume 21(2): 195-201
erythraeus). Skripsi Fakultas Setyaningsih, D., A. Anton dan P. S.
Pertanian Universitas Riau. Maya. 2010. Analisis Sensori
Pekanbaru. (Tidak untuk Industri Pangan dan
dipublikasikan). Argo. Institut Pertanian Bogor
Press. Bogor.
Pertiwi D. R. 2012. Substitusi tepung
terigu dengan pati sagu Singarimbun, J. 2013. Analisa kadar
(Metroxylon sp) dalam asam lemak minyak goreng
pembutan kukis. Skripsi yang digunakan penjual
Fakultas Pertanian Universitas makanan jajanan gorengan di
Riau. Pekanbaru. (Tidak Padang Bulan Medan. Skripsi
dipublikasikan). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Puji, E. 2012. Pemanfaatan ampas Medan.
tahu dalam pembuatan yoghurt
dengan penambahan gula dan Suarni. 2005. Teknologi Pembuatan
kayu secang (Caesalpinia Kue Kering (Cookies) Berserat
Sappan L). Skripsi Fakultas Tinggi dengan Penambahan
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bekatul Jagung. Balai Penelitian
Biologi. Universitas Tanaman Serealia Maros. Bogor.
Muhammadiyah Surakarta. Sudarmadji, S. B. Haryono, dan
Surakarta. Suhardi. 1997. Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan
Puspitasari, E. A. 2008. Optimasi Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
proses produksi dan
karakterisasi produk serta Sufi, S. Y. 1999. Kreasi Roti.
pendugaan umur simpan olein Gramedia Pustaka Utama.
minyak sawit merah. Skripsi Jakarta.
Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Sulistiani. 2004. Pemanfaatan ampas
tahu dalam pembuatan tepung

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 12


tinggi serat dan protein sebagai Line Production. Applied
alternatif bahan baku pangan Science Publishing. London.
fungsional. Skripsi Fakultas Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan
Pertanian Institut Pertanian dan Gizi. Gramedia Pustaka
Bogor. Bogor. Utama. Jakarta.
Surjani, A. D. 2009. Buku Pintar Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional.
Membuat Kue Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta. Yuliasari, S dan Hamdan. 2012.
Karakterisasi nanoemulsi
Sutomo, B. 2006. Memilih Tepung minyak sawit merah yang
Terigu yang Benar Untuk disiapkan dengan high pressure
Membuat Roti, Cake, dan Kue homogenizer. Prosiding InSINas:
Kering. 25-28. Disajikan pada 29-30
http://www.gizi.org/gizi/kesehata November 2012.
n/masyarakat. Diakses pada
tanggal 23 Maret 2016. Yusmarini dan U, Pato. 2004.
Teknologi Pengolahan Hasil
Syafitri, D. 2009. Pengaruh substitusi Tanaman Pangan. Universitas
tepung ampas tahu pada kue Riau Press. Pekanbaru.
ulat sutra terhadap kualitas
organoleptik dan kandungan Yustina, I. dan F. R, Abadi. 2012.
gizi. Skripsi Fakultas Teknik Potensi tepung dari ampas
Universitas Negeri Semarang. industri pengolahan kedelai
Semarang. sebagai bahan pangan. Seminar
Nasional Kedaulatan Pangan dan
Tala, Z.Z. 2009. Manfaat serat bagi Energi. Fakultas Pertanian.
kesehatan. Skripsi Fakultas Universitas Trunojoyo. Madura.
Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Medan. Mudjajanto, E. S. dan L. N. Yulianti.
2007. Membuat Aneka Roti.
Turisyawati, R. 2011. Pemanfaatan Penebar Swadaya. Jakarta.
tepung suweg sebagai subtitusi
tepung terigu (Amorphopallus Najamuddin U., S. Sirajuddin, dan B.
campanulatus) pada pembuatan Bahar. 2012. Pemanfaatan
cookies. Skripsi Fakultas minyak sawit merah dalam
Pertanian Universitas Sebelas pembuatan biskuit kaya beta
Maret. Surakarta. karoten. Artikel Penelitian Media
Gizi Masyarakat Indonesia.
Wati, R. 2013. Pengaruh penggunaan Volume 1(2): 117-121.
tepung ampas tahu sebagai
bahan komposit terhadap Nugraha, A. 2009. Evaluasi mutu
kualitas kue kering lidah kukis dengan substitusi minyak
kucing. Skripsi Fakultas Teknik. sawit merah, tepung tempe dan
Universitas Negeri Semarang. tepung udang rebon (Acetes
Jawa Tengah. erythraeus). Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Whiteley, R. 1971. Biscuit Pekanbaru.(Tidak dipublikasikan).
Manufacturing Fundamental of

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 13


Puji, E. 2012. Pemanfaatan ampas Suarni. 2005. Teknologi Pembuatan
tahu dalam pembuatan yoghurt Kue Kering (Cookies) Berserat
dengan penambahan gula dan Tinggi dengan Penambahan
kayu secang (Caesalpinia Bekatul Jagung. Balai Penelitian
Sappan L). Skripsi FKIP Biologi. Tanaman Serealia Maros. Bogor.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Sudarmadji, S. B. Haryono, dan
Suhardi. 1997. Prosedur Analisa
Puspitasari, E. A. 2008. Optimasi untuk Bahan Makanan dan
proses produksi dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
karakterisasi produk serta Sufi, S. Y. 1999. Kreasi Roti.
pendugaan umur simpan olein Gramedia Pustaka Utama.
minyak sawit merah. Skripsi Jakarta.
Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Sulistiani. 2004. Pemanfaatan ampas
tahu dalam pembuatan tepung
Rismawati. 2009. Pengaruh waktu tinggi serat dan protein sebagai
deodorisasi terhadap olein dan alternatif bahan baku pangan
stearin minyak sawit merah fungsional. Skripsi Fakultas
serta aplikasinya sebagai Pertanian. Institut Pertanian
medium penggorengan tempe Bogor. Bogor.
dan ubi jalar putih. Skripsi Surjani, A. D. 2009. Buku Pintar
Fakultas Teknologi Pertanian. Membuat Kue Kering.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta.
Schmild, M. K. and T. P. Labuza. 2001.
Essentials of Functional Foods. Sutomo, B. 2006. Memilih Tepung
Aspen Publisher, Inc. Terigu yang Benar Untuk
Gaithersburg. Maryland. Membuat Roti, Cake, dan Kue
Kering.
Scrimshaw, N. S. 2000. Nutritional http://www.gizi.org/gizi/kesehata
potential of red palm oil for n/masyarakat. Diakses pada
combating vitamin A deficiency. tanggal 23 Maret 2016.
Food and Nutrition Bulletin.
Volume 21(2):195-201 Syafitri, D. 2009. Pengaruh substitusi
tepung ampas tahu pada kue
Setyaningsih, D., A. Anton dan P. S. ulat sutra terhadap kualitas
Maya. 2010. Analisis Sensori organoleptik dan kandungan
untuk Industri Pangan dan gizi. Skripsi Fakultas Teknik
Argo. Institut Pertanian Bogor Universitas Negeri Semarang.
Press. Bogor. Semarang.

Singarimbun, J. 2013. Analisa kadar Tala, Z.Z. 2009. Manfaat serat bagi
asam lemak minyak goreng kesehatan. Skripsi Fakultas
yang digunakan penjual Kedokteran Universitas Sumatera
makanan jajanan gorengan di Utara. Medan.
Padang Bulan Medan. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Turisyawati, R. 2011. Pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara. tepung suweg sebagai subtitusi
Medan. tepung terigu (Amorphopallus
campanulatus) pada pembuatan
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 14
cookies. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.

Wati, R. 2013. Pengaruh penggunaan


tepung ampas tahu sebagai
bahan komposit terhadap
kualitas kue kering lidah
kucing. Skripsi Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang.
Jawa Tengah.

Whiteley, R. 1971. Biscuit


Manufacturing Fundamental of
Line Production. Applied
Science Publishing. London.

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan


dan Gizi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Yuliasari, S dan Hamdan. 2012.
Karakterisasi nanoemulsi
minyak sawit merah yang
disiapkan dengan high pressure
homogenizer. Prosiding InSINas:
25-28. Disajikan pada 29-30
November 2012.

Yusmarini dan U, Pato. 2004.


Teknologi Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan. Universitas
Riau Press. Pekanbaru.

Yustina, I. dan F. R, Abadi. 2012.


Potensi tepung dari ampas
industri pengolahan kedelai
sebagai bahan pangan. Seminar
Nasional Kedaulatan Pangan dan
Energi. Fakultas Pertanian.
Universitas Trunojoyo. Madura

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2O17 15

Anda mungkin juga menyukai