Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN, PEMUPUKAN, DAN KESEHATAN TANAH

ACARA II
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Disusun oleh :
Nama 1. Ahmad Syihabuddin (13361)
2. Chordya Iswanti (13404)
3. Medi Pranata (13402)
4. Reynaldo Christian L. (13396)
5. Rifqi Sulthan (13391)
Gol/Kelp : B1 Sore/2
Asisten : Aji Prasetya W.

LABORATORIUM KESUBURAN DAN KIMIA TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
ACARA II
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Latar belakang diadakannya praktikum acara Manajemen Kesuburan Tanah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana petani dalam memanajemen kesuburan tanah dan memelihara
kesuburan tanah lahan pertaniannya karena selama ini kita hanya mengetahui dari berbagai
pustaka saja, dalam praktikum ini kita dapat mengetahui secara langsung melalui observasi
dan wawancara dengan petani.
Dalam bidang pertanian mengusahakan tanaman dengan hasil yang tinggi secara
kuantitas dan kualitas erat kaitannya dengan media tanam yaitu tanah. Tanah merupakan
media penyedia unsur hara bagi tanaman, namun dari tanah ini juga mampu membuat
tanaman sakit. Tanah yang kekurangan unsur hara atau terdapat patogen akan mengakibatkan
tanaman sakit. Tanaman yang sakit dapat menurunkan hasil tanaman secara kuantitas dan
kualitas.Maka dari itu manejemen kesuburan tanah perlu dilakukan.Manajemen kesuburan
tanah sendiri dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan adalah usaha memberikan
bahan organik maupun anorganik ke dalam tanah dengan tujuan mempertahankan
produktivitas lahan.

B. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini ialah mengetahui cara memelihara kesuburan tanah yang
dilakukan oleh petani.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudahdiolah. Strukturtanah yang baik adalah yang
bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya
pori-pori tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak
(mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tentunya bila terjadi hujan (Tangendjaja, 1991).
Kesuburan tanaman sangat bergantung pada tanah (media) dimana tanaman tersebut
hidup atau tumbuh. Faktor yang dapat mepengaruhi kesuburan tanaman, yaitu (Lingga,
1997):
1. Struktur tanah
2. Derajat keasaman tanah
3. Zat-zat makanan atau unsur hara yang terkandung dalam tanah
Pada manajemen kesuburan tanah perlu perbaikan tanah untuk pertanian yang
berkelanjutan. Untuk memperoleh hasil yang tinggi, kecuali faktor tanamannya, tanah harus
memiliki struktur yang sesuai dan mampu menerima air tanpa tereosi. Tanah harus mampu
mempertahankan lengas pada tingkatan yang memadai dan kemasaman tanah dalam rentang
yang dapat diterima. Untuk itu perlu upaya pemeliharaan kesuburan tanah, misalnya dengan
penggunaan pupuk dalm jumlah yang seimbang. Manajemen atau pengelolaan tanah
tergantung pada jenis lahannya. Untuk lahan perbukitan misalnya dapat dibuat terasering
untuk menjaga dari erosi dan kehilangan air, sedangkan untuk lahan datar dapat dilakukan
irigasi secara teknis (Williams et.al., 2003).
Pada kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, kadang
keadaan tanah menjadi faktor pembatas utama peningkatan produksinya, misalnya adanya
kekahatan atau keracunan hara. Oleh karena itu perlu dipantau sedini mungkin, sehingga
dapat diatasi agar tidak merugikan usaha pertanian. Dalam hal ini uji kesuburan tanah
diperlukan sebelum memulai suatu usaha sehingga dapat diketahui potensi lahan dan kendala
yang harus diatasi. Dapat juga dilakukan untuk mempertahankan mutu dan jumlah panen atau
memilih tingkat pengelolaan yang paling menguntungkan secara ekonomi (Yuwono, 2000).
Dalam mempelajari manajemen kesuburan tanah, kita harus mampu memadukan
pengetahuan tentang ilmu kima tanah, ilmu fisika tanah, ilmu biologi, dan ilmu budidaya
pertanian. Pengkajian tentang manajemen kesuburan tanah dilihat dari seluruh aspek yang
melekat dalam usahatani itu sendiri, baik dilihat dari tempat tumbuhnya tanaman (tanah,
kesuburan tanah, iklim, topografi, curah hujan, irigasi), faktor yang mendukung atau modal
(sarana produksi, biaya operasional, dan teknologi), faktor tenaga kerja (keahlian, jumlah,
dan kontinuitas/ketersediaan), dan faktor manajemen (planning, organizing, actuating, dan
controlling) dari setiap sisi aktivitas usaha petani (Djamali, 2000).
Definisi tekstur adalah perbandingan kandungan fraksi pasir, debu dan liat dalam suatu
massa tanah tertentu. Tanah pasir sifatnya longgar dan mudah merembeskan air, dikatakan
mempunyai permeabilitas dan aerasi (peredaran udara dalam tanah) yang tinggi. Butir-butir
tanahnya menjadi mudah lepas dan pengolahan tanahnya ringan. Tanah liat sifat tanahnya
padat, strukturnya menggumpal dan lambat merembeskan air atau permeabilitasnya kecil.
Bila kehujanan menjadi lembek dan becek, tetapi pada musim kering menjadi retak-retak dan
pengerjaannya berat. Tanah lempung sifat-sifatnya berada di antara sifat fisik tanah pasir dan
tanah liat. Umumnya lahan-lahan pertanian yang ada, kebanyakan bertekstur lempung dengan
sifat permeabilitas dan aerasi yang sedang. Tanah sawah yang mempunyai persentase fraksi
pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah
meloloskan air. Pada tanah sawah dituntut adanya Lumpur, terutama untuk tanaman padi
yang memerlukan tanah subur, dengan kandungan ketiga fraksi dalam perbandingan tertentu.
Lumpur adalah butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi oleh air, sehingga pada
tanah sawah diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan butir tanah dapat mengikatnya
(Anonim, 1990).
II. PEMBAHASAN
A. Profil Petani

Nama : Suhardi
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Petani
Status : Bapak 3 anak
Mengelola lahan milik orang lain.

B. Lembar Pengamatan
Umum
Hari : Minggu
Tanggal : 8 November 2015
Waktu : 11.00-12.30 WIB
Dusun : Sepat
Kecamatan : Patuk
Desa : Ngoro-oro
Kabupaten : Gunungkidul
Sketsa Lokasi :
Altitude : 400 m dpl
Kelerengan : 2-8 %
Fisiografi : Baturagung
Topografi : Berombak
Erosi : Ringan
Landuse : Tegalan
Irigasi : Tadah Hujan
Cuaca : Berawan
Jeluk Mempan : 0-20
Jenis Tanah : Latosol
Petak yang diamati
Panjang : 50 m
Lebar :6m
Jarak lahan dari jalan aspal :3m
Akses ke jalan besar : Bagus
Pematang
Lebar : 25 cm
Tinggi : 20 cm
Panjang : 50 m
Tanaman di pematang :
 Pisang, tinggi : variatif, jarak tanam : - cm , fungsi tanaman : untuk dimakan sendiri
Keadaan tanah permukaan (top soil)
Tekstur (rabaan) : Sedang
Warna Tanah : Coklat
Struktur : Remah
Kelengasan : Lembab
Lahan ada tanaman
Varietas : IR-64 Jarak Tanam : 20 cm x 20 cm
Umur Sekarang : 3 hari (benih di persemaian) Umur panen : 3 bulan
Pengolahan Tanah : Traktor 2 roda (Mini Traktor)
Pupuk Hijau :-
Pupuk kandang : 0,25 ton/ha, jenis : kotoran sapi dan kambing, kondisi : segar
Urea : 100 kg/ha diberikan: 14 hst

Tidak ada tanaman


Ditanam tanggal: Kurang lebih 2 minggu lagi
Tinggi sisa jerami : tidak ada Jarak rumpun : tidak ada
Terdapat :
 Gundukam jerami
 Pupuk kandang disebar
 Ditumbuhi gulma jenis rumputan
Jerami dimanfaatkan untuk : Pakan ternak
Pola tanam
 Monokuktur : Padi - Padi
Produktivitas
 MT I, bulan : Maret , hasil: 0,6 ton per 0,5 Ha Gabah basah

C. PEMBAHASAN
Praktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah Acara II dengan judul
Manajemen Kesuburan Tanah ini bertujuan untuk mengetahui cara memelihara kesuburan
tanah yang dilakukan oleh petani. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 8 November
2015 pukul 11:00 WIB yang bertempat di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul.
Pengamatan yang dilakukan antara lain meliputi keadaan lokasi, petak lahan yang
diamati, keadaan pematang, keadaan tanah permukaan (top soil), pola tanam dan juga
produktivitas lahan. Fisiografi dari lokasi pengamatan (Desa Ngoro-oro) adalah masuk
kedalam zona topografi pegunungan Baturagung yang secara dominan wilayah tersebut
berupa perbukitan-pegunungan dengan ketinggian berkisar 200-700 m dan kelerengan
wilayah ini berkisar 2 – 8 %. Pada daerah ini tidak ada hambatan yang berarti seperti erosi
karena lahannya berupa dataran dan di buat seperti terasering dengan pengelolaan yang cukup
baik, sedangkan keadaan topografinya adalah berombak tapi tingkat erosi pada daerah
tersebut tergolong ringan. Hal ini disebabkan oleh air yang ada dapat langsung diserap oleh
tanah sehingga keberadaan air yang merupakan faktor utama adanya erosi tidak dapat
mengikis tanah karena kecepatan yang ada kurang.
Tanah di Desa Ngoro-oro umumnya dimanfaatkan oleh penduduk untuk pertanian.
Ketersediaan air di desa ini cukup baik dengan sistem irigasi yang masih tergolong sederhana
dan masih banyaknya lahan dengan sistem irigasi tadah hujan. Keadaan pada waktu
pengamatan adalah berawan. Jeluk mempan berkisar antara 0-20 cm dan jenis tanah yang ada
di daerah ini adalah tanah latosol. Ciri-ciri tanah latosol adalah struktur remah, berwana
coklat, dan cukup lembab.
Lahan yang diamati pada praktikum ini berukuran 50 m x 6 m dan berada tidak jauh
dari jalan aspal yaitu kurang lebih 3 m, sehingga akses untuk mencapai jalan besar termasuk
bagus. Lahan yang satu dengan lahan yang lainnya dipisahkan oleh pematang dengan lebar
25 cm, tinggi 20 cm dan panjang 50 m. Dalam pematang tersebut terdapat tanaman pisang
dan juga rerumputan liar. Pematang atu galengan lahan yang sangat sederhana ini memegang
peranan penting di dalam lahan. Pematang tegalan harus dibuat cukup kokoh dan dirawat
baik, sehingga air selalu dapat tertahan di petakan lahan. Pada lahan tersebut ditumbuhi
gulma jenis rumputan dan jika ada jerami yang tersisa dimanfaatkan untuk makan ternak.
Lahan yang diamati digunakan hanya untuk menanam tanaman padi saja. Pola tanam
yang digunakan adalah monokultur. Menurut keterangan petani, penanaman padi dilakukan 2
kali dalam setahun dan tidak menanam jenis tanaman yang lainnya. Karena musim kemarau
yang cukup panjang, lahan ini tidak ditanami selama kurang lebih 4 bulan. Hal ini juga terjadi
pada petani lainnya di desa Ngoro-oro, ketika musim kemarau panjang, lahan tak dapat
ditanami karena kondisinya sangat kering yang menyebabkan tanah menjadi retak-retak.
Sehingga ketika musim hujan tiba pak Suhardi segera mengolah lahannya sehingga dapat
ditanami kembali. Benih padi sudah disemaikan dan akan ditanam di lahan sekitar 2 minggu
lagi.Produktivitas sawah dari masa tanam I pada bulan maret menghasilkan  0,6 ton / 0,5 ha
gabah basah.
Kesuburan tanah perlu dipertahankan atau dijaga supaya penanaman selanjutnya
keseimbangan unsur hara dan keadaan lain yang mendukung akan sama baiknya dengan pada
penanaman sebelumnya. Mekanisme manajemen kesuburan tanah dapat melalui pengolahan
tanah, pengairan, pola tanam, dan pemberian pupuk sebagai unsur pembantu pemulih
keberadaan unsur-unsur hara.
Persiapan pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani daerah tersebut yaitu
membersihkan sisa-sia jerami dan rumpun yang ada lalu membajak tanah menggunakan mini
traktor supaya tanah menjadi gembur, kemudian tanah dibiarkan selama seminggu.
Pengolahan tanah dilakukan petani menggunakan traktor 2 roda. Sebenarnya
penggunaan alat berat secara terus menerus dapat merusak struktur tanah sehingga tanah
dapat menjadi mampat, infiltrasi/laju gerak air menjadi lambat, tingkat erosi tinggi, dan
aktivitas jasad renik terhambat. Tetapi pada tanah yang diamati ini selain memungkinkan
untuk menghemat waktu dan tenaga juga hasil pengolahan akan lebih memuaskan secara
visual daripada secara manual (cangkul / bajak). Tapi selain di bajak dengan traktor, untuk
keperluan-keperluan tertentu pak Suhardi masih menggunakan peralatan manual seperti
cangkul.
Manajemen kesuburan tanah yang lain adalah dengan pemberian pupuk baik pupuk
organik maupun pupuk anorganik. Selama proses produksi berlangsung, petani menggunakan
pupuk urea 100 kg/ 0,5 ha dan pupuk kandang 0,25 / 0,5 ha. Jenis pupuk kandang yang
digunakan adalah campuran kotoran kambing, dan sapi. Penggunaan dua macam pupuk ini
baik sebab dapat saling mendukung dan melengkapi dalam memperbaiki kualitas tanah atau
menyuburkan tanah. Tetapi pupuk kandang dalam bentuk segar kurang baik sebab proses
dekomposisinya terjadi di dalam tanah. Hal ini menyebabkan nisbah C/N menjadi tinggi
yaitu lebih dari 40% sehingga mikroorganisme pengikat N dari atmosfer menjadi lambat
beraktivitas bahkan menjadi nonaktif.
Pada umumnya, tanah berarti bagian permukaan yang terpisah dari bumi dan bulan
sebagaimana dibedakan dari batuan yang padat. Pengertian seperti ini lebih umum, karena
definisi seperti ini mencakup tidak saja tanah dalam arti biasa, tetapi juga batuan, air, salju,
dan bahkan udara yang semuanya mampu mendukung kehidupan tumbuhan. Pada dasarnya,
tumbuhan yang tumbuh di atas lahan tergantung pada tanah karena tanah merupakan tempat
tersedianya air dan unsur-unsur hara. Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem tiga fase yang
terdiri atas padatan, cairan, dan gas. Pada kebanyakan tanah, fase padat terdiri atas mineral
yang membentuk kerangka yang padatnya humus atau partikel organik terabsorsi. Dan
terdapat ruang pori yang nantinya akan diisi secara bersama-sama oleh berupa cairan dan gas
bisa berupa oksigen. Maka dari itu fungsi tanah bagi tumbuhan adalah sebagai
tempat/medium tumbuh untuk tanaman. Tanah sendiri sangat berperan aktif untuk
bertumbuhan tanaman. Contohnya adalah bahan organik, jasad renik tanah, tekstur tanah
sebagai tempat akar untuk menopang tanaman,dan kandungan racun dalam tanah seperti
contohnya Fe, Cl dan banyak lagi lainnya.
Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkan baik berupa tufa
volkan maupun batuan beku di daerah tropika basah, tersebar pada daerah-daerah dengan
ketinggian antara 10 - 1000 meter dengan curah hujan antara 2000 - 7000 mm per tahun dan
bulan kering < 3 bulan, dijumpai pada topografi berombak hingga bergunung, dengan
vegetasi utama adalah hutan tropika lebat (Soepardi, 1983).
Sifat-sifat tanah yang dijumpai mulai dari sifat fisik tanah yaitu berwarna merah hingga
coklat. Berhorizon A (horizon di permukaan dan merupakan campuran bahan organik dan
bahan mineral serta merupakan horison eluviasi (pencucian), B2 (horizon penimbunan
(iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida), C (horizon Bahan induk dan sedikit terlapuk).
Sifat kimia yang dijumpai adalah memiliki kemasaman tinggi (pH H20 4,5 - 6,5), kandungan
hara rendah, berkadar bahan organik rendah hingga sedang (3 - 10 %) di lapisan atas dan
semakin kebawah semakin rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah
sampai sedang (20 - 65 %), kandungan Al dan Fe yang dapat dipertukarkan relatif tinggi,
kandungan silika dan seskuioksida tinggi, strukturnya baik, permaebilitas dan stabilitas
agregat tinggi, dan kepekaan terhadap erosi rendah. Latosol Darmaga mempunyai struktur
tanah remah sampai gumpal, konsistensi gembur, pori-pori tanah 63-68%, pori drainase
cepat tergolong rendah sampai sangat rendah, drainase dan tata udara tergolong baik, air
tersedia rendah sampai sangat tinggi, batas horizon baur, berangsur sampai jelas (Yogaswara,
1977).
Untuk sifat fisika tanah Latosol yang berada di Patuk ini menunjukan tekstur yang
cukup baik untuk media tanam. Yaitu remah jika di tekan, hal ini sangat menguntungkan dari
segi sistem fase cairan dan gas. Karena air sendiri bermanfaat untuk melarutkan kandungan
hara dari bahan organik yang berasal dari pupuk kandang maupun pupuk urea yang sangat
dibutuhkan bagi kesuburan tanaman. Tanah Latosol memiliki bahan organik cukup rendah
sehingga penambahan pupuk organik seperti pupuk kandang atau pupuk kompos sangat
diperlukan bagi perkembangan tanaman.
III. KESIMPULAN

1. Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyelidiki unsur
hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.
2. Tingkat kesuburan tanah dapat diketahui dengan analisis tanah dan tanaman.
3. Manajemen kesuburan tanah perlu dilakukan supaya unsur hara dalam tanah tetap
seimbang untuk pertanaman selanjutnya.
4. Manajemen kesuburan tanah dapat dilakukan melalui pengolahan tanah, pengairan,
pengaturan pola tanam, dan pemberian pupuk dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.

Djamali, R. A. 2000. Manajemen Usaha Tani. Politeknik Pertanian Negeri Jember, Jember.

Lingga, P. 1997. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tangendjaja, B. 1991. Pemanfaatan Limbah Padi Untuk Industri. Padi XV(3) : 15- 17.

Williams, J. O., dan W. T. Peregrine. 2003. Produksi Sayuran di Daerah Tropik. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Yuwono, N. W. 2000. Pupuk dan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai