Dokumen
Sarapan
untuk
Maba
saya
tulis
sekedar
sebagai
masukan
terkait
apa-‐apa
yang
baik
untuk
diinputkan
ke
maba.
Tulisan
ini
saya
buat
berdasarkan
pendapat
(saya)
bahwa
pengaderan
massal
(PM)
di
awal
baiknya
dilakukan
demi
mencapai
tujuan
(sebatas)
berikut
ini:
1. Membuat
maba
lebih
pede
sekaligus
lebih
rendah
hati
(arogansi
positif
bisa
juga
masuk
di
sini)
2. Membuat
maba
kenal
satu
sama
lain
(harus
dipastikan
tercapai!)
3. Membuat
maba
lebih
pintar
dalam
belajar
(jangan
bicara
mentalitas
doang,
skill-‐nya
juga
dong)
4. Membuat
maba
lebih
familiar
dengan
kehidupan
kampus
(mempercepat
dan
memperlengkap,
lebih
tepatnya;
karena
kalau
dibiarkan
sendiri
ntar
juga
bisa
familiar
sendiri
kok)
5. Memupuk
mindset
mahasiswa
kepada
maba
(memupuk,
bukan
membentuk)
Catatan
saya
adalah
bahwa
PM
tidak
sebaiknya
meraup
sebegitu
banyak
tujuan
capaian
seperti
untuk
membentuk
mahasiswa
yang
handal,
bertanggungjawab,
militan,
jujur,
mandiri,
dan
nilai
apapun
yang
sungguh
tidak
masuk
akal
untuk
ditanamkan
ke
maba
dalam
rentang
PM
yang
begitu
singkat.
Memanfaatkan
Dokumen
Contohnya saja:
Saya
anggap
di
jurusan
manapun
Anda,
akan
ada
sesi
di
mana
instruktur/SC
melakukan
sharing
kepada
maba,
baik
secara
one-‐on-‐one
atau
kelompok
kecil.
Untuk
ini,
Sarapan
untuk
Maba
dapat
digunakan
sebagai
acuan/tambahan
kisi-‐kisi
untuk
menyampaikan
cerita.
Saya
katakan
cerita,
karena
cerita
adalah
metode
yang
ampuh
untuk
melekatkan
makna
dan
suatu
pengertian.
Sebagai
suatu
pointer,
tulisan
saya
itu
tidak
ada
ceritanya
sama
sekali.
Tapi
jika
Anda
sharing
ke
maba,
sebaiknya
dikasih
cerita,
cerita
yang
ada
unsur
nasehatnya.
Setiap
cerita
yang
tidak
mengandung
unsur
manfaat
(berupa
inspirasi
atau
tindak
nyata)
bagi
maba,
maka
besar
kemungkinan
ceritanya
akan
sekedar
jadi
ejawantah
narsisme
:-‐)
Belum
tentu
masing-‐masing
pengader
sudah
punya
gambaran
baik
terkait
apa
yang
dimaksud
dengan
mindset
mahasiswa,
atau
tentang
berpikir
kritis,
atau
bagaimana
memaknai
pengalaman
kuliah
selama
ini
hingga
bisa
ditarik
nasehat
dari
sana.
Sarapan
untuk
Mahasiswa
berguna
untuk
membantu
pengader
mendapat
salah
satu
sudut
pandang
pemahaman
akan
nilai
dan
isi
yang
baik
bila
disampaikan
ke
maba.
Namun
mengingat
Sarapan
untuk
Maba
ini
belum
sempurna,
maka
pengader
bisa
juga
menjadikannya
sumber
inspirasi,
untuk
menciptakan
pengertian
yang
lebih
dalam,
lebih
lengkap,
atau
lebih
komplit
dari
apa-‐apa
yang
sudah
disampaikan
di
Sarapan
untuk
Maba.
Bagi
teman-‐teman
yang
ingin
menginspirasi
maba
agar
mereka
termotivasi
ikut
pengaderan
dan
kegiatan
pasca
pengaderan,
silahkan
menggunakan
model
berpikir
implikasi
jika-‐maka
selama
beberapa
kali.
Selain
akan
membuat
aktivitas
jangka
pendek
yang
disarankan
jadi
lebih
masuk
akal
dan
terasa
makin
penting,
akan
ketemu
juga
betapa
tujuan
akhir
pengaderan
dan
tujuan
pihak
kampus
sebenarnya
beririsan.
Berikut
adalah
contoh
kasus
untuk
nilai
pentingnya
membuat
maba
kenal
satu
sama
lain.
Di
tujuan
pengaderan,
ini
masuk
tujuan
ke-‐2.
Berikut
adalah
contoh
bagaimana
“menjustifikasi”
aktivitas
memaksa
maba
untuk
bisa
saling
kenal.
2.
Membuat
maba
saling
kenal
satu
sama
lain
agar
mudah
bagi
mereka
untuk
bekerjasama
begitu
perkuliahan
berlangsung
Maba
memiliki
kualitas
input
yang
berbeda-‐beda;
ada
yang
datang
dari
SPMB,
ada
juga
yang
datang
dari
jalur
yang
lain.
Kita
tidak
perlu
mempermasalahkan
adanya
mahasiswa
yang
kurang
pintar
secara
akademis.
Coba
pikir:
aneh
tidak
kalau
ada
rumah
sakit
yang
hanya
mau
menerima
pasien
yang
sehat
atau
sakit
hanya
sedikit?
Maka
mustinya
aneh
juga
bila
sekolah
yang
hanya
mau
menerima
siswa
pintar
dan
enggan
menjadikan
yang
awalnya
betul-‐betul
bodoh
jadi
pintar.
Memang
ada
pertimbangan
logis
di
balik
‘kebijakan’
hanya
menerima
yang
pintar,
tapi
marilah
untuk
sekarang
tidak
mempermasalahkannya,
karena
secara
riil
maba
sekarang
berada
dalam
ketercampuran
antara
lulusan
SMPTN
dan
jalur
lain.
Dalam
kondisi
ini,
pasti
akan
muncul
tantangan
di
saat
perkuliahan
berlangsung.
Yang
paling
merasakan
barangkali
adalah
dosen;
baik
materi,
model
evaluasi,
maupun
cara
pengajarannya
harus
disesuaikan
dengan
daya
tangkap
mahasiswa
yang
(terlalu)
beragam.
Ini
sungguh
sangat
tidak
mudah:
hendak
memberi
materi
sukar
atau
menyampaikan
dalam
tempo
cepat
agar
bisa
mengejar
banyak
materi,
kasihan
mereka
yang
berdaya
tangkap
kurang;
hendak
memberi
materi
mudah
atau
memperlambat
tempo
mengajar,
kasihan
mereka
yang
daya
tangkapnya
cemerlang.
Mahasiswa
perlu
memahami
kondisi
ini
dan
turut
membantu
jurusan
dalam
menyikapinya.
Terhadap
kondisi
mahasiswa
yang
beragam,
setidaknya
ada
dua
kelompok
yang
perlu
diadakan:
Lantas
siapa
yang
mengelola
kelompok
studi
tersebut?
Dosen?
Tentu
tidak.
Dosen
tak
akan
punya
cukup
waktu
untuk
merawat
kelompok
itu.
Bagaimanapun,
harus
mahasiswa
yang
menginisiasi,
mengelola
dan
menghidupkannya.
Selain
dua
itu,
masih
ada
kelompok
studi
yang
didasarkan
pada
minat
akan
subyek
keilmuan
tertentu,
atau
kelompok
studi
yang
memfokuskan
pada
pembuatan
karya
ilmiah
atau
praktek,
serta
kelompok
studi
yang
berfokus
pada
aktivitas
magang
dan
praktik
di
dunia
kerja.
Semua
itu
haruslah
mahasiswa
yang
mengelolanya.
Namun
terutama
untuk
dua
kelompok
yang
pertama,
adalah
maba
yang
menjadi
penggerak
dan
pengelola
mandirinya.
Sekarang
kita
cermati
tendensi
alami
kita-‐kita.
Secara
lumrah,
setiap
maba
akan
cukup
sibuk
beradaptasi
dengan
semester
pertama
perkuliahan.
Bagaimanapun,
ini
adalah
momen
penting
untuk
membangun
pede
mereka
untuk
studi
di
semester-‐semester
berikutnya.
Untuk
diri
mereka
sendiri
dan
orang
tua,
para
maba
ingin
menunjukkan
bahwa
mereka
bisa.
Di
semester
satu
ini,
maba
yang
pintar
mungkin
akan
sudah
cukup
sibuk
berkutat
dengan
urusannya
sendiri
sehingga
tak
sempat
memikirkan
nasib
teman-‐temannya.
Semakin
banyak
yang
dia
tak
kenal,
semakin
kepikirnya
lebih
sedikit,
semakin
terkesan
cuek
jadinya.
Jika
memang
ada
yang
butuh
bantuan,
bukankah
yang
butuh
yang
harusnya
datang
dan
meminta?
Tapi
kalau
sejak
awal
sudah
tak
saling
kenal,
bagaimana
bisa
tahu
siapa-‐siapa
yang
bisa
dimintai
bantuan?
Jangan
lupa
juga;
mengajari
orang
lain
bagaimanapun
memakan
waktu
produktif.
Bisa
jadi
gara-‐gara
mengajari
teman,
prestasi
akademik
seorang
mahasiswa
jadi
kurang
optimal.
Tapi
ketika
sudah
saling
kenal
satu
sama
lain,
terlebih
ketika
sudah
ada
ikatan
hati,
sudah
pernah
ngobrol,
guyon
dan
beraktivitas
bersama,
maka
akan
lebih
ada
dorongan
untuk
menawarkan
bantuan.
Oleh karenanya, melalui pengaderan, maba harus dibuat saling kenal satu sama lain.