Anda di halaman 1dari 3

Apa Sih Jurnalistik Itu?

Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik berasal dari kata ‘’journal’’ atau ‘’dujour’’ yang berarti catatan harian segala berita
atau warta yang termuat dalam lembaran yang tercetak. Dalam kamus Bahasa Inggris ‘’journal’’
diartikan sebagai majalah, surat kabar dan buku catatan harian. Sedangkan ‘’journalistic’’
diartikan kejurnalisan.

Karena kemajuan teknologi dan ditemukannya mesin percetakan surat kabar dengan sistem
silinder (rotasi), maka muncullah istilah ‘’pers’’. Selanjutnya, banyak orang mengidentikkan
‘’jurnalistik’’ dengan ‘’pers’’ yang dalam Bahasa Inggris (press) berarti mesin cetak, mencetak,
orang-orang yang terlibat dalam pengumpulan, penulisan atau produksi berita.

Selain itu, ada beberapa pandangan lain dari beberapa pakar maupun praktisi pers mengenai
pengertian jurnalistik. Di antaranya jurnalistik adalah:

1. Semacam karang mengarang yang pada pokoknya memberi pekabaran pada


masyarakat dengan secepat-cepatnya agar tersiar seluas-luasnya. (Adinegoro)
2. Semua usaha yang berkaitan dengan urusan berita serta komentar-komentar
tentang suatu kejadian hingga sampai kepada publik. (Fraser Bond)
3. Penulisan tentang hal-hal yang tidak diketahui banyak orang. (Leslie Stephens).
4. Pengiriman informasi dari suatu tempat ke tempat lain dengan benar, seksama dan
cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir dan selalu dapat
dibuktikan. (Eric Hodgins).
5. Segala sesuatu yang menyangkut kejurnalisan. (Soemanang).
6. Aktivitas mengumpulkan berita dari hari ke hari dan menyiarkannya ke publik.
(David Wainswright).
7. Hal karang mengarang di surat kabar; kejurnalisan; persuratkabaran. (WJS
Poerwadarminto)

Bisa pula pengertian jurnalistik akan mengikuti arah kepentingan pelakunya. Misalnya dalam
pandangan pengusaha, jurnalistik adalah bisnis berita. Atau dalam pandangan orang pesantren,
jurnalistik berarti kegiatan dakwah dengan sarana komunikasi melalui media lisan, tulisan, atau
visual.

Dalam perkembangannya, secara sederhana, jurnalistik dipahami sebagai proses kegiatan meliput
(mencari), memuat dan menyebarluaskan peristiwa yang bernilai berita (news) dan pandangan
(views) kepada khalayak melalui saluran media massa, cetak atau elektronik. Pelakunya disebut
jurnalis atau jurnalis.
Dari pengertian di atas, kita dapat memperoleh gambaran bagaimana mengelola atau menyusun
sebuah konsep kerja jurnalistik. Yaitu, pertama, meliput dan membuat news dan view. Kegiatan
ini menjadi tugas redaksi yang didalamnya ada jurnalis. Kedua, menyebarluaskan kepada
khalayak. Ini merupakan sisi komersial dari media dan menjadi tugas bagian pemasaran yang
meliputi sirkulasi, iklan dan promosi.

Istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis. Secara
harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kejurnalisan atau hal-ihwal pemberitaan. Secara
konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang yaitu sebagai proses, teknik, dan
ilmu.
 Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan
menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh
jurnalis (jurnalis).
 Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill)
menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan
bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
 Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan
informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu
terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri.
Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang
mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain
dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. Secara praktis,
jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan
penyebarluasannya melalui media massa.

Jurnalistik Islam
Jurnalistik Islam dapat dimaknai sebagai suatu proses meliput, mengolah dan menyebarluaskan
berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut berbagai
pandangan dengan perspektif ajaran Islam. Jurnalistik Islam, dapat juga dimaknai sebagai proses
pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan muatan nilai-nilai Islam.

Dedi Djamaluddin Malik memaknai jurnalistik Islam sebagai crusade journalism. Yaitu,
jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam.

Dengan demikian, misi yang diemban adalah amar makruf nahi munkar seperti firman Allah yang
berbunyi: ‘’Dan hendaklah ada sebagian di antara kamu sekelompok orang yang senantiasa
mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf dan mencegah yang munkar. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung.’’ (QS 3:104). Jadi, jurnalistik Islam adalah upaya dakwah
islamiyah.

Ciri khas jurnalistik Islam adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah
SWT, serta berusaha keras mempengaruhi khalayak agar berprilaku sesuai dengan ajaran Islam.
Di samping itu, juga senantiasa mengindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan yang
tidak Islami, menjauhkan promosi kemaksiatan dan hal-hal yang bertentangan dengan syariat
Islam.

Mengingat jurnalistik Islam sebagai sarana dakwah, maka setiap jurnalisnya berkewajiban
menjadikan Islam sebagai ‘’ideologi’’ dalam profesinya. Hal itu juga berlaku bagi jurnalis
muslim yang bekerja pada media massa umum. Sebab, dakwah memang merupakan kewajiban
yang melekat dalam diri setiap muslim. Karena profesinya di jurnalistik, maka misi dakwah yang
diemban adalah bil qolam (melalui tulisan).

Selain mengacu pada etika jurnalistik umum, para jurnalis muslim harus terikat dengan nilai-
nilai, norma dan etika Islam. Jurnalis muslim bukan hanya jurnalis beragama Islam dan
committed dengan ajaran agamanya, melainkan juga para cendikiawan muslim, ulama, mubalig
dan umat Islam pada umumnya yang cakap menulis di media massa.

Dewasa ini, pers Islam dapat dikatakan kalah unggul dan kalah pamor oleh pers umum.
Penyebabnya, antara lain karena lemahnya dukungan dana, manajemen yang kurang professional
dan kurangnya kesadaran informasi dari umta Islam itu sendiri terhadap masalah-masalah
keislaman.

Jurnalistik Islam dan peranan jurnalis muslim akan efektif jika ada media massa yang menjadi
wadahnya, yakni pers Islam. Dimana para pengelolanya tidak netral dalam mengolah informasi,
melainkan memihak pada kepentingan agama dan umat Islam.

Menurut pakar komunikasi Islam Jalaluddin Rahmat, setidaknya ada lima peranan yang bisa
dilakukan oleh jurnalis Islam. Yaitu sebagai pendidik (muaddib), pelurus informasi (musaddid),
pembaharu (mujaddid), pemersatu (muwahid) dan sebagai pejuang (mujahid). (*)

Anda mungkin juga menyukai