Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI LABORATORIUM

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RAHAYU MEDIKA SRONO


KABUPATEN BANYUWANGI
2019

0
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit Ibu dan Anak Rahayu Medika saat ini sedang mengembangkan
diri.Hal ini bertujuan agar Rumah Sakit Ibu dan Anak Rahayu Medika dapat bersaing
dengan Rumah Sakit lainnya baik pemerintah maupun swasta, sehingga visi Rumah
Sakit terwujud.
Laboratorium merupakan salah satu unit kerja dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak
Rahayu Medika yang juga ingin berkembang seiring dengan perkembangan Rumah
Sakit.Kami ingin menggapai visi kami menjadi laboratorium yang juga mempunyai
standar nasional. Agar tujuan tersebut tercapai, maka laboratorium harus meningkatkan
mutu pelayanan laboratorium, mengevaluasi reagensia dan meningkatkan proses
pengelolaan peralatan laboratorium agar alat – alat dapat bekerjadengan baik serta agar
hasil yang didapatkan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan demi keselamatan
pasien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Memberikan pengakuan kepada laboratorium keseshatan yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standart yang telah di tetapkan
1.2.2 Memberikan jaminan kepada petugas laboratorium kesehatan bahwa semua
fasilitas, tenaga dan lingkungan yang di perlukan telah memenuhi standart,
sehingga dapat mendukung pelayanan laboratorium yang baik.
1.2.3 Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat bahwa
pelayanan yang di berikan oleh laboratorium telah di selenggarakan dengan baik

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup panduan ini adalah proses pelayanan laboratorium meliputi ;
a. Standar ketenagaan yang meliputi kualifikasi sumber daya manusia dan
pengaturan jaga.
b. Standar fasilitas yang meliputi denah ruang bangunan dan standar fasilitas alat
c. Tatalaksana pelayanan yang meliputi tatalaksana untuk specimen (pendaftaran
dan pencatatan specimen, pengelolaan specimen, pemeriksaan specimen dan
penanganan sampel rusak serta untuk pemeriksaan laboratorium.
d. Proses perencanaan dan pengadaan alat kesehatan.
e. Proses pengendalian keselamatan pasien
f. Proses keselamatan baik untuk pasien maupun staf di laboratorium Rumah sakit
g. Proses pengendalian mutu di laboratorium Rumah Sakit.

1.4 Batasan Operasional


Panduan pelayanan laboratorium adalah suatu panduan yang digunakan di
laboratorium sebagai acuan pelayanan laboratorium, agar dicapai suatu pelayanan
yang aman untuk pasien, dikerjakan oleh sumber daya manusia yang berkualitas,
menggunakan alat yang selalu terkalibrasi dan terpelihara secara rutin dan benar,
reagen yang memenuhi standar baik kualitas maupun penyimpanannnya serta
menciptakan lingkungan yang aman bagi petugasnya

1
1.5 Landasan hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 411/Menkes/PER/III/2010
tentang laboratorium Klinik;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 364/Menkes/SK/III/2003
tentang Laboratorium Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
241/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standart Pelayanan Laboratorium Kesehatan
Pemeriksaan HIV dan Infeksi Oportunistik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis
7. Kumpulan Brosur Reagensia Rumah Sakit Ibu dan Anak Rahayu Medika;
8. Buku Pedoman Phlebotomy;
9. Permenkes RI nomor 340/MENKES/PER/III/2010 mengenai klasifikasi Rumah
Sakit
10.Keputusan Menkes RI nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang standar
Pelayanan Minimal Rumah sakit;

BAB 2
STANDAR KETENAGAAN

2
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Standar

Nama Jabatan Kualifikasi Tenaga yang dibutuhkan


Kepala Instalasi D3 Analis
1
Laboratorium Kesehatan
D4/D3 Analis 2 2
Total
3
2.2 Distribusi
Ketenaga kerjaan
Tenaga Analis Kesehatan bertugas di laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak
Rahayu Medika.Petugas laboratorium mengikuti pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan dan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan ilmu
dan bertanggung jawab terhadap jenis pelayanan sekaligus sebagai pengawas
terhadap mutu sediaan yang dihasilkan untuk kepentingan pemeriksaan
laboratorium

2.3 Pengaturan Jaga


Pengaturan jaga analis kesehatan /Analis Medis bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga analis
kesehatan / analis medis.
2.3.1 Dalam pengaturan jaga mempertimbangkan :
a. Usia
b. Kondisi
c. Keterampilam khusus/ spesifik
2.3.2 Pengajuan cuti atau ijin laboratorium
a. Untuk pengajuan cuti, 2 minggu sebelumnya petugas yang besangkutan
menyerahkan surat pengajuan cuti ke Kepala Instalasi, sehingga jadwal
jaga dapat disesuaikan.
b. Untuk ijin, minimal 3 hari sebelumnya, petugas yang bersangkutan
menyerahkan surat ijin ke kepala instalasi.
2.4 Supervisi
Supervisi Merupakan kegiatan pengarahan dan pengendalian kepada staf atau
karyawan yang berada di bawahnya dalam suatu organisasi atau kelompok.Orang
yang menjalankan kegiatan supervisi disebut sebagai supervisor.Kegiatan supervisi
laboratorium dilakukan oleh kepala instalasi laboratorium secara periodik dan hasil
supervisi dilaporkan kepada Rumah Sakit.

BAB 3
STANDAR FASILITAS

3
3.1 Denah Ruang

INSTALASI HCU
LABORATORIUM

3.2 Standar Fasilitas


a. Fasilitas dan kelengkapan
Pada ruang laboratorium, kelengkapan fasilitas di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Rahayu Medika sebagai berikut:
- Ruangan
Standart Ruangan pemeriksaan spesimen pasien :
a) Ukuran ruang minimal 3x4 m²
b) Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan
c) Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, tahan
terhadap bahan kimia dan mudah dibersihkan (keramik).
d) Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, kedap air, dan
mudah dibersihkan seta tahan terhadap bahan kimia (epoxi,vinyl)
e) Pintu memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari dua daun
pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
f) Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas, tahan zat kimia
(seperti teflon/formika), mudah dibersihkan, tidak berpori dan berwarna
terang.
g) Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien
menyerahkan sampel dahak.
h) Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan
(contoh:pembatas polikarkarbonat) untuk menghindari paparan /tampias air
cucian ke area sekitarnya.
i) Kamar kecil
j) Untuk ruangan ber AC harus mempunyai exhauster fan, bila tidak ber AC
maka ventilasi ruang harus cukup terbuka
k) Mempunyai tempat terbuka atau tempat khusus untuk mengeluarkan dahak
(sputum both)

3.3 Jenis Peralatan di Laboratorium

No Alat – Alat Medik Jumlah

4
1 Centrifuge 1
2 Fotometer 2
3 Waterbath 1
4 Mikroskop Olympus 1
5 DL AUTOMATIC Promeds 1
6 Rotator 1
7 Micropipet 4
8 Kamar Hitung Sel 1
9 Tabung Reaksi 200
10 Tabung Urine 3
11 Pipet LED 4
12 Rak Tabung 3

3.4 Tatalaksana Peralatan Di Laboratorium Rumah Sakit


Kegiatan pemeliharaan dan kalibrasi yang dilakukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan peralatan dalam kondisi yang baik, tidak rusak atau tetap terjaga
dalam kondisi baik, siap beroperasi / siap pakai. Pelaksanaan program pemeliharaan
dan kalibrasi peralatan didokumentasikan.
3.4.1 Pemeliharaan Alat Peralatan laboratorium dilakukan pemeliharaan secara rutin.
Frekuensi pemeliharaan berhubungan dengan penggunaan peralatan
laboratorium dan pencatatan riwayat pemakaian. Pemeliharaan dapat dilakukan
harian, mingguan, bulanan.
3.4.2 Kalibrasi dan pemantapan mutu alatt
Kalibrasi alat dilakukan :
a. Apabila hasil control harian tidak masuk
b. Setelah penggantian spare part alat
c. Setiap ganti no lot/ batch reagen
Pemantapan mutu alat dilakukan setiap pagi sebelum melakukan pemeriksaan
spesimen pasien di laboratorium.

3.5 Pemantapan Mutu (Quality Assurance)


Pemantapan mutu (Quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium klinik.
3.5.1 Pemantapan Mutu Intenal
Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing – masing bagian dalam
laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi kesalahan / penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Aktivitasnya meliputi tahap
pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
Hal – hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yang
pengendaliannya tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh laboratorium.
a. Pra – praanalitik
1) Permintaan laboratorium yang tidak sesuai / lengkap
2) Salah memasukkan data pasien
3) Salah identifikasi pasien
4) Spesimen diambil dari tempat infus
5) Spesimen rusak ( hemolisis, beku, kurang)

5
6) Salah tabung
7) Salah penanganan spesimen
8) Salah penyimpanan spesimen
9) Salah transportasi / pengiriman spesimen
10) Salah bahan fiksasi
11) Spesimen tidak segera dimasukkan dalam bahan fiksasi/dikirim
b. Praanalitik
1) Pemisahan specimen
2) Pemipetan
3) Pelabelan
4) Kesalahan dalam proses centrifugasi (waktu dan kecepatan)
3.5.2 Kesalahan dalam tahap analitik ada 2 yaitu :
a. Kesalahan sistemik adalah kesalahan yang terjadi terus menerus dengan pola
yang sama dan mempengaruhi akurasi dari pemeriksaan. Kesalahan dapat
berupa penurunan reabilitas pemeriksaan yang terjadi secara bertahap atau
perubahan yang terjadi tiba – tiba pada pemeriksaan.
b. Kesalahan acak
Adalah kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebabnya adalah
ketidakstabilan suhu waterbath, reagen, pipet, voltage listrik yang tidak stabil,
kontaminasi, gelembung pada pemipetan, gelembung pada reagen, dll
3.5.3 Tahap analitik
a. Alat rusak
b. Homogenisasi spesimen yang tidak baik
c. Tidak terdeteksi adanya kesalahan pada saat quality control
d. Kesalahan pada posisi penanaman specimen
e. Reagen prossesing/pewarnaan yang tidak baik
3.5.4 Tahap Pasca analitik
a. Salah menvalidasi data
b. Salah melaporkan atau salah alamat
c. Terlalu lama waktu tunggu (TAT)
d. Salah memasukkan data secara manual
e. Terlambat melaporkan hasil kritis
3.5.5 Tahap Pasca – pascaanalitik
a. Terlambat menindaklanjuti hasil laboratorium
b. Salah intepretasi
c. Follow up yang tidak sesuai

3.5.6 Pemantapan Mutu Eksternal


Kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak luar laboratorium
yang bertujuan untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam
bidang pemeriksaan tertentu. Pemantapan mutu eksternal dapat dilakukan oleh
pihak pemerintah, swasta atau internasional. Kegiatan PME ini sangat
bermanfaat karena hasil evaluasi yang diperoleh menunjukkan performa
laboratorium.

6
3.6 Prosedur Operasional Alat
Prosedur operasional alat adalah urut-urutan pengoperasian alat yang dimulai dari
menghidupkan alat sampai mematikan alat. Prosedur ini akan dibahas secara rinci
pada SPO prosedur operasional masing – masing alat.

3.7 Trouble shooting


Trouble shooting adalah tahapan – tahapan yang harus dilakukan apabila timbul
masalah ketika alat bermasalah baik ketika alat akan dihidupkan maupun saat alat
sedang dijalankan. Prosedur trouble shooting sederhana secara rinci ada pada SPO
mengatasi masalah pada masing – masing alat, dan juga dapat dilihat pada buku
manual masing – masing alat

3.8 Dasar Pemilahan Peralatan Laboratorium


3.8.1 Memenuhi kriteria sebagai berikut;
a. Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan laboratorium
b. Sesuai dengan fasilitas tempat yang tersedia
c. Ada Tenaga yang dapat mengoperasionalkan alat tersebut dan mudah
pengoperasiannya
d. Reagen yang dibutuhkan mudah didapatkan di pasaran dan mempunyai
stabilitas yang baik
e. Pertimbangan analisis cost – benefit
f. Terdaftar di Departemen Kesehatan
3.8.2 Pemilihan Pemasok / Vendor
a Mempunyai reputasi baik
b Memberikan fasilitas uji fungsi
c Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting
d Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasionalkan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana
e Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain mempunyai
teknisi yang handal, suku cadang yang mudah diperoleh
f Secara berkala mau melakukan kalibrasi terhaddap alat dan refreshment
training alat
g Secara administrasi memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh rumah
sakit
h Mendaftar peralatan ke Departemen Kesehatan
i Memberikan informasi reagen yang mengandung bahan berbahaya (B3)
j Melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenail prosedur
3.8.3 Permintaan sarana dan prasarana Rumah Sakit
Instalasi laboratorium mengusulkan rencana kebutuhan untuk operasional
dan pengembangan melalui Kepala Bidang Penunjang
Penyusunan Program Kerja
a. Kepala Instalasi membuat format program kerja
b. Program kerja diusulkan kepada Kepala Bidang Penunjang
3.8.4 Alur Pengadaan Barang dan Jasa
a. Kepala Instalasi membuat desain kebutuhan barang / jasa periode waktu
tertentu dengan nilai tertentu

7
b. Desain yang berupa usulan tertulis berdasarkan kebutuhan saat ini dan
dengan memperhatikan trend pemeriksaan
c. Usulan diserahkan kepada Kepala Bidang Penunjang untuk ditindak lanjut
3.8.5 Inventarisasi alat
Inventaris Alat adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data
yang diperlukan mengenai barang – barang yang dimiliki dan diurus baik
yang diadakan melalui anggaran belanja, sumbangan maupun hibah untuk
diadministrasikan sebagaimana mestinya menurut ketentuan yang berlaku.

BAB 4
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Lingkup Kegiatan


4.1.1 Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakitmeliputi pemeriksaan –
pemeriksaan dasar seperti :
a. Hematologi
Hemoglobin, hematokrit, hitung erytrosit, hitung trombosit, hitung lekosit,
hitung jenis lekosit, LED, masa perdarahan dan masa pembekuan.
b. Kimia klinik
Glukosa, Total protein, albumin, bilirubin total, bilirubin direck, SGOT,
SGPT, asam urat, ureum/bun, kreatinin, trigliserida, kolesterol, HDL, LDL
c. Mikrobiologi dan parasitology
BTA, malaria
d. Imunoserologi

8
Tes kehamilan, HIV, HbSAg, golongan darah, widal
e. Urinalisa
Makroskopik (warna, kejernihan, bau, volume) Ph, berat jenis, protein urine,
reduksi urine, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit, erytrosit, mikroskopik
(sedimen).
f. Tinja

4.2 Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Rumah sakit menggunakan metode manual
dan automatic.Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara
lain :
a. Perhatikan tanggal kadaluarsa, suhu penyimpanan
b. Pemakaian reagent dengan metode first in first out ( sesuai urutan penerimaan )
c. Sisa pemakaian reagen tidak boleh dikembalikan ke dalam botol sediaan induk.
d. Perhatikan perubahan warna, adnya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan
reagent
e. Segera tutup kembali botol sediaan reagent setelah digunakan.
f. Lindungi label dari kerusakan
g. Tempatkan reagent dalam botol berwarna gelap dan lemari agar tidak terkena
cahaya matahari langsung
h. Reagent HIV harus sudah di evaluasi oleh laboratorium rujukan nasional.

Jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan wadah yang dipakai untuk pemeriksaan


dengan stabilitasnya

Jenis Pemeriksaan Spesimen Stabilitas


Hematologi Darah EDTA 2 jam
Urinalisa Urine Secepatnya
Mikrobiologi
Malaria Darah Secepatnya
BTA Dahak Secepatnya

9
BAB 5
LOGISTIK

5.1 Perencanaan Logistik


Di akhir tahun anggaran, laboratorium membuat rencana belanja alat dan bahan
habis pakai untuk tahun yang kan dating engan mempertimbangkan rata – rata
peningkatan pasien tiap tahun dan kemungkinan peningkatan harga reagensia di tahun
yang kan dating. Draf rencana belanja ditujukan kepada PPTK.
5.1.1 Perencanaan Perbekalan Laboratorium
a. Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan
harga perbekalan laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran
untuk menghindari kekosongan bahan habis pakai. Perencanaan perbekalan
dilakukan setahun sekali dan diserahkan kepada bidang penunjang.
b. Metode yang digunakan dalam perencanaan perbekalan laboratorium adalah
metode konsumsi dan epidemiologi
c. Metode konsumsi berdasarkan kepada penggunaan perbekalan laboratorium
patologi anatomi tahun sebelumnya.
5.1.2 Pengadaan Perbekalan Laboratorium
a. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui.

10
b. Pengadaan perbekalan laboratorium dilakukan pada tanggal 31 setiap
bulannya dan diserahkan ke bagian logistic
c. Pengadaan perbekalan laboratorium yang bersifat segera, dapat langsung
dipesan ke bagian logistik tanpa harus menunggu tanggal pemesanan tiap
bulan

5.2 Permintaan Bahan Habis Pakai


5.2.1 Pengadaan reagensia mempertimbangkan hal – hal berikut
a. Tingkat persediaan dengan perhitungan jumlah persediaan minimum
ditambah jumlah safety stock ( persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan – bahan yang dibutuhkan dan ketersediannya sering terlambat.)
b. Perkiraan jumlah kebutuhan berdasarkan pemakaian / pembelian bahan
dalam periode 1 tahun yang lalu yang kemudian diproyeksikan untuk
kebutuhan 1 tahun kedepan dan dibagi dalam 12 bulan.
c. Perkiraan waktu sejak dari pemesanan sampai bahan didapat terutama bagi
bahan – bahan yang sulit.
d. Bila terjadi kekosongan reagensia pada penyedia, maka spesimen dikirim ke
laboratorium rujukan.
5.2.2 Penerimaan Perbekalan Laboratorium
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan laboratorium yang telah
dipesan.Yang harus dilakukan pada saat menerima perbekalan laboratorium
adalah :
a. Cek kesesuaian jumlah dan jenis barang yang datang sesuai dengan pesanan
b. Cek masa kadaluwarsa reagensia
c. Pastikan reagensia dikirim sesuai dengan stabilitas suhu penyimpanan
d. Pastikan barang diterima dalam kondisi baik / tidak rusak
e. Tulis tanggal penerimaan barang, nama dan tandatangan penerimaan barang
pada lembar logistik bulanan

5.3 Penanganan Reagen dalam Keadaan Pemadaman lampu


Semua reagen harus disimpan sesuai dengan cara pemyimpanan yang ada pada
etiket reagensia, sehingga jika ada pemadaman listrik yang tiba- tiba, laboratorium
harus bisa menjamin reagen tidak rusak, karena berkaitan dengan validitas hasil
pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi pemadaman listrik, maka laboratorium
menghubungi nomer telfon 148 ( Instalasi Pemeliharaan Sarana / IPS ).Pada saat
listrik mati, lemari pendingin reagen khusus reagen dapat mempertahankan suhu 2-8°
selama 6 jam. Apabila listrik mati tidak lebih dari waktu tersebut, maka suhu masih
stabil dan reagen tidak rusak.

5.4 Penyimpanan Reagensia


Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan laboratorium menurut persyaratan
yang berlaku atau menurut kemasan pada reagen
5.4.1 Perbekalan laboratorium disimpan berdasarkan:
a. Suhu dan stabilitasnya
Reagensia yang disimpan pada suhu kamar yang sejuk di dalam ruangan
berpendingin (AC) pada 150-300C.
b. Tahan tidaknya terhadap cahaya

11
Reagen yang tidak tahan terhadap cahaya disimpan di tempat yang
terlindung dari cahaya matahari secara langsung
c. Jauh tidaknya pada sumber api
Reagensia yang mudah terbakar disimpan pada tempat yang jauh dari
sumber api dan memiliki ventilasi baik.
5.4.2 Metode penyimpanan
Penyimpanan reagen harus memperhatikan hal –hal berikut ini :
a. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah FIFO (First In Firs Out) dan
FEFO (First Expired Firs Out)
b. Labeling
c. Tempat penyimpanan
d. Suhu dan kelembapan penyimpanan
e. Sirkulasi Udara
f. Penyimpanan khusu untuk bahan B3

5.5 Daftar Reageb B3


a. Neutral Buffer Formalin 10%
b. Alkohol 96 %
c. Asam sulfosalisilat 20%
d. Ziehl Nielsen
e. Alkohol Absolut
f. Xilol
g. Parafin
h. Reagen Pewarnaan sediaan

12
BAB 6
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian
Menurut Permenkes no 1691/MENKES/PER/VIII/2011, keselamatan pasien
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

6.2 Tujuan
Hasil laboratorium yang valid akan memberikan penanganan yang tepat untuk
pasien.

6.3 Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran keselamatan yang dapat diimplementasikan di laboratorium adalah
a. Ketepatan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi efektif
c. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6.4 Tata Laksana Keselamatan Pasien


6.4.1 Identifikasi

13
Berdasarkan aturan di rumah sakit, semua petugas harus melakukan
identifikasi dengan menggunakan 3 identitas yaitu Nama, Nomer Rekam medik,
dan Tanggal lahir.Untuk pasien rawat jalan dapat dicocokkan dengan kartu
berobat.Petugas yang melakukan pengambilan darah dan pemeriksaan specimen
di laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dan bekerja secara
aseptis. Sebelum menggunakan sarung tangan, melakukan hand hygiene dengan
hand rub. Setiap selesai mengambil spesimen harus mengganti sarung tangan
sebelum mengambil spesimen pasien lainnya agar petugas tidak memindahkan
kuman / infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya.Alat pelindung diri di
laboratorium terdirii dari jas, sarung tangan, sandal karet, masker.
6.4.2 Penggunaan APD
TERHADAP TERHADAP
APD PETUGAS
PASIEN PETUGAS
Jas Semua petugas Mengurangi Mencegah badan/ kulit
laboratorium yang kemungkinan petugas kesehatan
melakukan terbawanya kontak dengan percikan
pengambilan darah mikroorganisme dari darah atau cairan tubuh
dan pemeriksaan ruang lain atauluar penderita
specimen di ruangan
laboratorium
Sarung Semua petugas Mencegah kontak Mencegah kontak
tangan laboratorium yang mokroorganisme tangan petugas dengan
melakukan pada tangan petugas darah dan cairan tubuh
pengambilan darah kesehatan kepada penderita lainnya,
dan pemeriksaan pasien selaput lendir, kulit
specimen di yang tidak utuh atau
laboratorium alat kesehatan dan
permukaan yang telah
terkontaminasi.
Sandal karet Semua Melindungi kaki
petugaslaboratorium petugas daritumpahan/
yang melakukan percikan darah/ cairan
pemeriksaan tubuh lain, mencegah
specimen di kemungkinan tusukan
laboratorium benda tajam / kejatuhan
alat dan mencegah
kontaminasi/ iritasi air
kotor
Masker/N95 Semua petugas Mencegah Mencegah membrane
laboratorium yang kontak droplet dari mukosa petugas
melakukan mulut dan hidung kesahatan (hidung dan
pengambilan darah mulut) kontak dengan
dan pemeriksaan percikan darah atau
specimen di cairan tubuh penderita.

14
laboratorium
Kaca mata Petugas laboratorium Mencegah kontak Mencegah mata petugas
google yang melakukan droplet dan serpihan kesehatan kontak
pemrosesan atau halus parafin masuk dengan percikan cairan
terkena kontak ke mata B3 ataupun serpihan
langsung dengan halus hasil pemotongan
banyak cairan B3 mikros menggunakan
parafin

6.5 Hasil Kritis (CRITICAL RESULT)


Hasil atau nilai yang menggambarkan keadaan patofisiologi seperti variasi nilai
yang mengancam jiwa dan memerlukan tindakan segera.Critical value/ critical result
tidak selalu dihubungkan dengan nilai rujukan normal, toxic range atau therapeutic
range Hasil kritis harus segera dikomunikasikan dengan peminta pemeriksaan.
6.5.1 Cara Pelaporan Hasil Kritis / CRITICAL RESULT
Pelaporan hasil kritis dilakukan oleh petugas laboratorium jika menemukan hasil
pemeriksaan laboratorium yang kritis (critical result). Hasil kritis adalah Hasil
atau nilai yang menggambarkan keadaan patofisiologi seperti variasi nilai yang
mengancam jiwa dan memerlukan tindakan segera. Critical value / critical
result tidak selalu harus dihubungkan dengan nilai rujukan normal, toxic range
atau therapeutic range. Pelaporan critical result kepada peminta pemeriksaan
dalam waktu 40 menit setelah ada hasil. Waktu 40 menit turnaround time (TAT)
dibagi dalam :
a. 30 menit TAT laboratorium (waktu dari hasil diidentifikasi sebagai critical
result sampai petugas ruangan di mana pasien dirawat mengetahuinya).
b. 10 menit TAT ruang perawatan (waktu sejak petugas ruangan perawatan
mengetahui sampai hasil dikomunikasikan kepada dokter penanggung jawab
pasien).
Ketika melaporkan hasil kritis/ critical result sebutkan nama pasien, (dieja)
nomor rekam medis, tes yang diminta dan tanggal penerimaan spesimen.
1) Bagi penerima hasil kritis / critical result di ruang perawatan/ polikllinik
diharuskan membaca ulang hasil yang dibacakan dan mengeja nama pasien
dengan benar yaitu: Identifikasi jika menemukan hasil pemeriksaan
laboratorium yang kritis (Critical result)
2) Telusuri dengan melihat riwayat pemeriksaan, keterangan klinis dan kondisi
spesimen
3) Laporkan kepada dokter jaga / perawat ruangan bahwa hasil pasien kritis,
apabila riwayat dan keterangan klinis sesuai , kondisi spesimen baik.
4) Hasil kritis tidak dilaporkan apabila sudah ada riwayat pelaporan hasil kritis
sebelumnya dengan kondisi yang sama.
5) Catat hasil kritis oleh perawat ruangan di lembar terintegrasi, lapor hasil
kritis tersebut ke dokter penanggungjawab pasien
6) Telfon ruangan dan tanyakan kondisi pasien kepada perawat ruangan jika
sejarah dan keterangan klinis tidak sesuai atau pasien baru pertama kali
periksa, jenis cairan infus yang terpasang atau sisi pengambilan spesimen

15
apabila curiga spesimen terkontaminasi cairan infus atau terdilusi cairan
infus, serta jenis terapi.
7) Mintakan spesimen ulang maksimal satu kali untuk diperiksa apabila hasil
meragukan.

6.5.2 Nilai Hasil Kritis


Pemeriksaan Usia Critical Low Critical High Unit
Hemoglobin 0-7 minggu ≤ 6.0 mg/dl
Lekosit Dewasa ≤ 2.0 ≥ 40 x 10³ / dl
Neonatus ≤ 5.0 ≥ 25 x 10³ / dl
Trombosit Rawat jalan ≤ 50 ≥ 1000 x 10³ / dl
Rawat inap ≤ 10
NICU ≤ 50

BAB 7
KESELAMATAN KERJA

7.1 Pengertian
Keselamatan kerja menurut Undang undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Menurut Undang – undang no.
23 tahun 1992 tentang keselamatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

7.2 Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit pada umumnya dan
laboratorium pada khususnya.

7.3 Prosedur Keamanan Kerja


Berikut beberapa tindakan keselamatan kerja berdasarkan bahaya-bahaya potensial
yang ada di Instalasi Laboratorium :
7.3.1 Bahaya Kimia
a. Tiap pengadaan/pembelian bahan kimia harus dicantumkan dengan jelas
tentang informasi bahan berupa pelabelan nama bahan, tanda/informasi
dampak bahaya serta cara penanganan dan tindakan khusus yang
berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan bahan
berbahaya tersebut. Dapat dilakukan permintaan MSDS bahan kimia yang
dimaksud.

16
b. Tempat penyimpanan bahan kimia berbahaya dibuat agar aman dari
pengaruh alam dan lingkungan, yaitu dengan menyimpannya di tempat yang
memiliki sirkulasi udara yang baik, suhu ruangan terjaga konstan dan aman,
serta aman dari gangguan biologis (tikus, rayap, dan lain-lain).
c. Penggunaan APD(Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan faktor risiko
bahayanya, serta tersedianya P3K.
7.3.2 Bahaya Biologi
a Penggunaan APD yang sesuai dan memadai.
b Sirkulasi udara ruangan yang baik.
c Tersedianya P3K.
d Penerapan Hand Hygiene.
e Tersedianya tempat/wadah pembuangan sesuai dengan jenis sampah/limbah
yang dihasilkan.
f Terdapat ruang tersendiri untuk sisa-sisa jaringan yang telah diperiksa
7.3.3 Bahaya Ergonomi
a. Tersedianya tempat duduk beroda yang memudahkan mobilitas dan
kenyamanan dalam bekerja.
b. Tersedianya alat bantu seperti troli untuk mengangkut barangbarang yang
berat.

7.3.4 Bahaya Psikososial


a. Tersedianya tempat istirahat untuk makan, toilet dan tempat ibadah di
lingkungan laboratorium yang mudah dijangkau oleh petugas/karyawan.
b. Adanya acara internal antara karyawan dan dokter spesialis yang bertujuan
untuk mempererat hubungan kerja.
c. Penempatan kerja yang sesuai dengan keterampilan.
7.3.5 Bahaya Mekanik
a. Penempatan benda-benda tajam (pisau gross, cutter, gunting, dll) di tempat
yang mudah dijangkau, aman dari kegiatan sekitar.
b. Tersedianya P3K yang memadai.
Potensi bahaya kebakaran berhubungan erat dengan listrik sebagai sumber api.
Fasilitas penanganan jika terjadi bahaya kebakaran (APAR, alarm kebakaran)
telah tersedia.Jalur evakuasi seperti tangga darurat juga telah tersedia.
Usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran terdiri dari:
1) Tindakan Preventif
Merupakan segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi kebakaran.
Berikut beberapa usaha yang dapat dilakukan :
a) Memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
b) Sosialisasi penentuan tempat evakuasi / tempat berkumpul sementara
bila terjadi kebakaran.
c) Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang
aman dan jauh dari api.
d) Tidak merokok dan melakukan pekerjaan panas di tempat barang-
barang yang mudah terbakar.
e) Tidak membuat sambungan listrik sembarangan.
f) Tidak memasang steker listrik bertumpuk-tumpuk.

17
g) Memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang mempunyai resiko
bahaya kebakaran tinggi.
h) Menyediakan APAR di tempat yang strategis.
i) Matikan aliran listrik bila tidak digunakan.
j) Membuang puntung rokok di asbak dan matikan apinya.
k) Bila akan menutup tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat
menyebabkan kebakaran.
2) Tindakan Represif
Merupakan usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran yang
bertujuan untuk mengurangi kerugian akibat kebakaran.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat terjadi kebakaran :
a) Tidak panik dan mencari sumber api.
b) Mencari APAR terdekat, kemudian berusaha memadamkan api sebisa
mungkin.
c) Melaporkan kepada Pol PP. No. Telepon yang dapat dihubungi :
d) Melakukan evakuasi bila api sulit dipadamkan
3) Tindakan Rehabilitasi Merupakan usaha yang dilakukan setelah terjadi
kebakaran. Jika terjadi kecelakaan kerja petugas melaporkan kepada tim
K3RS minimal 1 kali dalam 1 tahun.
4) Kesehatan Petugas
a) Pemeriksaan kesehatan setiap tahun untuk semua petugas laboratorium
b) Vaksinasi HBV
5) Pencegahan Bahaya Kecelakaan
a) Pada awal bekerja: memakai jas laboratorium, alas kaki karet dari karet,
sarung tangan karet, semua specimen dikategorikan infeksius dan
ditangani hati – hati
b) Pada saat bekerja
(1) Dilarang makan, minum, merokok, memakai kosmetik, kontak lensa
di ruang pemeriksaan/ sampling, menggunakan mulut untuk
pemipetan, menggunakan peralatan / metode pemeriksaan di luar
prosedur
(2) Hindari kontak langsung dengan bahan kimia, listrik, api, specimen
dan mekanik
(3) Melaksanakan pembuangan limbah secara procedural
6) Cara mencegah tertusuk bahan infeksi
a) Segala macam alat berupa benda tajam yang digunakan untuk menangani
bahan infeksius seperti jarum suntik, pipet kaca, pisu, scalpel, ataupun
pecahan kaca dapat menyebabkan tertularnya penyakit ke petugas
laboratorium. Untuk menghindarinya dapat dilakukan :
(1) Bekerja dengan hati – hati
(2) Menggunakan jarum suntik hanya bila diperlukan
b) Penggunaan pipet
(1) Tidak diperbolehkan memipet dengan mulut, gunakan alat bantu
pipet
(2) Gunakan selalu sumbat kapas steril pada pangkal pipet untuk
mengurangi resiko kontaminasi bahan infeksius
(3) Dilarang meniupkan udara atau mencampur bahan infeksius dengan
cara menghisa[ dan meniup cairan lewat pipet

18
(4) Jangan mengeluarkan cairan dalam pipet secatra paksa
(5) Segera lakukan desinfeksi bila terdapat kontaminasi dari cairan
infeksius yang berasal dari pipet
(6) Rendam pipet setelah digunajkan dalam cairan desinfektan selam 18-
24 jam sebelum disterilisasi
(7) Jangan menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk
memipet
c) Pada saat akan meninggalkan tugas
(1) Bahan / reagensia atau peralatan disimpan pada tempatnya
(2) Penerangan ruangan. Air dimatikan
(3) Meja kerja dan tangan dibersihkan dengan desinfektan
(4) Jas laboratorium dilepas dan disimpan di tempat terbuka, pencucian
di RS
(5) Kunci Ruang dan Cek ulang
d) Penatalaksanaan Kecelakaan di laboratorium
(1) Bahan kimia/ kebakaran tubuh Tindakan pertama cuci dengan air,
seterusnya untuk kasus ringan dibawa ke IGD dan apabila perlu/
kasus berat panggil IGD
(2) Mekanik / fisik
Dibawa langsung ke IGD
(3) Listrik Tindakan pertama putuskan aliran listrik, dan lepaskan dari
aliran listrik dengan menarik dan tidak langsung menyentuh tubuh
tubuh atau ditarik dengan bahan kain. Seterusnya untuk kasus ringan
dibawa ke IGD dan apabila perlu / kasus berat panggil IGD
(4) Bahan Berbahatya (B3) Baru Apabila ada prosedur bahan dan
penggunaan bahan berbahaya (B3) yang baru di laboratorium, maka
dilakukan sosialisasi prosedur bahan dan penggunaan bahan
berbahaya (B3) yang baru

7.4 Tata Laksana Keselamatan Kerja


7.4.1 Pencegahan Terkena Tusukan Jarum
a. Setelah selesai digunakan mengambil spesimen, jarum suntik dipisahkan
dari badan alat suntu dan dibuang dalam wadah khusus sehingga petugas
yang mengambil sampah terhindar dari tusukan jarum
b. Sampah jarum disatukan dalam tempat khusus untuk sampah jarum
c. Petugas kebersihan mengambil sampah dan dimusnahkan
7.4.2 Penanganan Terkena Tusukan Jarum / Pecahan Kaca
a. Segera menekan luka dan mengelaurkan darah dibawah air mengalir
b. Rawat luka dengan memberikan desinfeksi, tutup luka dengan plester atau
kasa steril
c. Laporkan kejadian tersebut kepada kepala untuk pemantauan lebih lanjut
d. Lakukan pemeriksaan HBsAg, Anti HCV, dan anti HIV pada petugas yang
tertususk dan spesimen pasien
e. Pemeriksaan ini dilakukan dua kali dengan selang waktu enam bulan
7.4.3 Penanganan Terkena Percikan Darah Atau Cairan Tubuh
a. Jika percikan mengenai bagian muka, maka segera cuci mata dan bagian
muka menggunakan eye wash untuk menghilangkan darah atau cairan
tubuh

19
b. Jika percikan mengenai tangan, segera cuci tangan menggunakan air dan
sabun atau larutan hypoklorit yang dienverkan 1 bagian bleach dengan 5
bagian air
c. Jika percikan mengenai tubuh, guyur tubuh dengan safety shower untuk
menghilangkan darah atau cairan tubuh
d. Setelah darah aatau cairan tubuh bersih dari tubuh, lakukan pemantauan
dengan melakukan pemeriksaan HBsAg, Anti HCV, dan anti HIV. Ulangi
pemeriksaan ini dua kali dengan selang waktu 6 bulan
7.4.4 Penanganan Tumpahan DarahAtaupun Cairan Tubuh
a. Gunakan sarung tangan dan siapkan peralatan yang dibutuhkan (spill kit)
b. Jika tumpahan disertai dengan pecahan kaca, maka pecahan kaca diambil
dengan menggunakan serok, dan sapu kecil dahulu, letakkan pecahan kaca
dlam kantung plastic khusus berwarna kuning
c. Semprot denga larutan hipoklorit 1 :10 untuk darah dan 1 ; 100
untukcau=iran tubuh lain
d. Lap area dengan menggunakan kertas tissue , buang kertas tissue pada
plastic warna kuning
e. Lap sekali lagi dengan menggunakan desinfektan , buang tissue pada
plastic kuning
7.4.5 Pembuangan Sampah Medis jarum Suntik
Sampah medis jarum suntik adalah sampah yang berasal dari jarum bekas
yang digunakan mengambil spesimen yang dikategorikan bahan
infeksius.Sampah medis jarum suntik dikelola secara khusus sejak dari
laboratorium hingga pembuangan sampah medis.Tujuannya adalah mencegah
terjadinya pencemaran dan penyebarluasan penyakit serta mencegah
terjadinya kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum yang habis digunakan untuk
mengambil spesimen.
Tata cara pembuangan sampah medis jarum suntik:
a. Setelah selesai digunakan mengambil spesimen , jatum suntik dibuang
dalam wadah khusus
b. Jarum tidak dipisahkan dari badan jarum
c. Petugas kebersihan mengambil sampah dan dimusnahkan
7.4.6 Tata Laksana Limbah Laboratorium
a. Pembuangan Limbah Laboratorium
Menurut PP No. 12 th 1995 limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan
dan atau proses produksi. Limbah rumah sakit menurut Permenkes RI
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas
b. Prosedur Penanganan Bahan Infeksius
 Bahan infeksius padat tidak tajam ( tabung, spesimen, tabung urin,
kapas, sisa specimen jaringan) dibuang pada tempat sampah khusus
medis ( tempat sampah dengan plastic kuning) . Sampah ini kemudian
akan diambil oleh petugas kebersihan dan dimusnahkan.

20
 Bahan infeksius padat tajam dibuang dalam wadah khusus untuk benda
tajam dan kemudian diambil oleh petugas kebersihan untuk
dimusnahkan.
 Bahan infeksius cair berupa limbah alat dan air bekas cucian dibuang di
wastafel yang terhubung dengan saluran IPAL, dimana limbah ini nanti
akan mendapat pengananan khusu sebelum dikeluarkan ke saluran
umum
c. Penanganan Dan Pengolahan Limbah Limbah dikatagorikan umum dan
khusus
1) Umum Limbah yang berasal dari sampah umum, kertas, daun, bekas
minuman dll. Ditempatkan pada tempat umum, diambil petugas dan
dibawa ke TPS
2) Khusus Semua yang berhubungan dengan proses pemerisaan dan
berhubungan dengan specimen terbagi dalam bentuk padat dan cair
a) Khusus padat berupa alat habis pakai , spuit injeksi, kapas, tip,
tabung reaksi,cup spesimen, setelah dipakai ditempatkan pada
tempat khusus, diambil petugas kebersihan dan dibawa ke unit
pengelola limbah
b) Khusus cair berupa sisa specimen, sisa specimen / bahan control
yang bercampur reagen, air bekas cucian dan zat pelarut
ditempatkan pada tempat khusus, dibuang lewat wastafel yang
sudah terhubung deNgan IPAL
d. Pengelolaan Limbah Semua bahan pemeriksaan yang dikirim ke
laboratorium berpotensi infeksius. Bahan tersebut dapat mengandung virus
atau bakteri yang berbahaya bagi petugas laboratorium. Sisa bahan
pemeriksaan dan bahan pemeriksaan yang telah bercampur dengan reagen
berpotensi bahaya, sehingga diperlukan pengetahuan khusus tata
carapembuangan limbah laboratorium bagi sumber daya yang bekerja di
lingkungan laboratorium.
e. Pembuangan Limbah.
1) Limbah Padat
Pembagian jenis limbah padat:
a) Limbah Padat Infeksius:
(1) Tidak Tajam
- Sisa Jaringan
- Limbah kontainer / plastik
- Limbah medis lainnya
Prosedur pembuangan: Dimasukkan ke dalam kantong plastik
kuning dan dilakukan pelabelan untuk dimusnahkan dengan
incinerator.
(2) Tajam
-Jarum bekas pakai
-Mata pisau bekas pakai
-Slaid bekas pakai
Prosedur pembuangan:
-Dimasukkan ke dalam kotak tahan tusukan
-Setelah penuh, dibawa ke insinerator untuk dimusnahkan

21
b) Limbah padat tidak infeksius
1) Sisa sampah rumah tangga berupa makanan
2) Sisa alat tulis kantor
Prosedur pembuangan:
-Masukkan ke dalam kantong plastik hitam
-Selanjutnya di bawa ke tempat pembuangan sampah
c) Kimiawi Prosedur pembuangan:
-Masukkan ke dalam wadah anti bocor dan diberi label Limbah B3
-Selanjutnya mengikuti alur pembuangan B3 Rumah sakit Ibu dan
Anak Rahayu Medika.
d) Non Kimiawi
1) Kertas bekas bungkus
2) Sisa – sisa ATK Prosedur pembuangan:
-Masukkan ke dalam kantong plastik hitam
-Selanjutnya di bawa ke tempat pembuangan sampah
3) Limbah Cair
a) Infeksius Berupa bahan sisa spesimen sitologi cairan
Prosedur pembuangan:
(1) Masukkan ke dalam wadah/jerigen khusus bahan infeksius
(2) Buang sisa jaringan ke saluran limbah khusus dari
laboratorium ke penampungan limbah infeksius pusat.
b) Sisa Zat Kimia
Berupa bahan sisa cairan pewarnaan dan cairan fiksasi Prosedur
pembuangan:
Netralisasi limbah sesuai dengan jenisnya asam atau basa,
dengan cara menambahkan larutan asam/basa sampai mencapai
indikator kadar keasaman/basa (pH) 6- 8 yang cukup aman
untuk limbah.
c) Kimiawi
Berupa bahan sisa cairan kimiawi (formalin, xylol, ethanol,
alkohol, hematoxylin, eosin, HCL, Decalcifier) Prosedur
pembuangan:
(1) Masukkan ke dalam wadah/jerigen khusus bahan kimia
(2) Buang sisa jaringan ke saluran limbah khusus dari
laboratorium ke penampungan limbah infeksius pusat.

BAB 8

22
PENGENDALIAN MUTU

Pemantapan mutu (Quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan


yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium
klinik.

8.1 Pemantapan Mutu Intenal


Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing – masing bagian dalam
laboratorium secara terus-menerus agar tidak terjadi kesalahan / penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Aktivitasnya meliputi tahap
praanalitik, analitik, dan pasca analitik.
8.1.1 Tahap Pra-pra analitik dan pra analitik
Hal – hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yang
pengendaliannya tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh laboratorium.
8.1.2 Pra - praanalitik
a. Permintaan laboratorium yang tidak sesuai / lengkap
b. Salah memasukkan data pasien
c. Salah identifikasi pasien
d. Sampel diambil dari tempat infus
e. Sampel rusak (hemolisis, beku, kurang)
f. Salah tabung
g. Salah penanganan sampel
h. Salah penyimpanan sampel
i. Salah transportasi / pengiriman sampel
8.1.3 Praanalitik
a. Pemisahan sampel
b. Pemipetan
c. Pelabelan
d. Kesalahan dalam proses centrifugasi (waktu dan kecepatan).
8.1.4 Tahap Analitik
a. Alat rusak
b. Homogenisasi sampel yang tidak baik
c. Tidak terdeteksi adanya kesalahan pada saat quality control
Kesalahan dalam tahapan analitik ada 2 yaitu :
1) Kesalahan sistemik
Adalah kesalahan yang terjadi terus menerus dengan pola yang sama dan
mempengaruhi akurasi dari pemeriksaan.Kesalahan dapat berupa penurunan
reabilitas pemeriksaan yang terjadi secara bertahap atau perubahan yang terjadi
tiba – tiba pada pemeriksaan.
2) Kesalahan acak
Adalah kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebabnya adalah
ketidakstabilan suhu waterbath, reagen, pipet, voltage listrik yang tidak stabil,
kontaminasi, gelembung pada pemipetan, gelembung pada reagen, dll
8.1.5 Pascaanalitik
a. Salah menvalidasi data
b. Salah melaporkanatausalahalamat
c. Terlalu lama waktutunggu (TAT)

23
d. Salahmemasukkan data secara manual
e. Terlambat melaporkanhasilkritis
8.1.6 Pasca – pascaanalitik
a. Terlambatmenindaklanjutihasillaboratorium
b. Salah intepretasi
c. Follow up yang tidaksesuai

8.2 Pemantapan Mutu Eksternal


Kegiatan yang diselenggarakan secara periodic oleh pihak luar laboratorium yang
bertujuan untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Pemantapan mutu eksternal dapat dilakukan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional. Kegiatan PME ini sangat bermanfaat karena
hasil evaluasi yang diperoleh menunjukkan performa laboratorium.

BAB 9
PENUTUP

Buku pedoman pelayanan laboratorium ini disusun berdasarkan pustaka dan


pedoman-pedoman yang mengatur tentang standar pelayanan laboratorium rumah

24
sakit.Buku ini merupakan panduan bagi tenaga analis kesehatan untuk menjalankan
kegiatan laboratorium sehari – hari.Segala yang berkaitan dengan pelayanan laboratorium
harus mengacu dan menyesuaikan buku panduan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1998, Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit, Jakarta
Depkes RI, 2003, Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Kesehatan, Jakarta

25
Depkes RI, 2004, Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Jakarta
AY. Sutedjo,SKM, 2007, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Yogyakarata
http://www.kusnadish.blogspot.com/2010/10/pemantapan-mutu-laboratorium.html
(diakses tanggal 18 April 2013)
http://www.arieinfoinworld.wordpress.com/2012/10/22/pemantapan-
mutulaboratorium-kesehatan.html (diakses tanggal 29 Agustus 2013)
http://www.ripanimusyaffalab.blogspot.com/2012/11/pengendalian-
mutulaboratorium.html (diakses tanggal 19 April)
http://www.ririnmirnawatiskm.blogspot.com/2013/06/pemantapan-mutu-
intrnallaboratorium_17.html (diakses tanggal 29 Agustus 2013)
Buku Pedoman Nasional Pelayanan Patologi Anatomi tahun 2018

26

Anda mungkin juga menyukai