INSTALASI LABORATORIUM
0
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Memberikan pengakuan kepada laboratorium keseshatan yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standart yang telah di tetapkan
1.2.2 Memberikan jaminan kepada petugas laboratorium kesehatan bahwa semua
fasilitas, tenaga dan lingkungan yang di perlukan telah memenuhi standart,
sehingga dapat mendukung pelayanan laboratorium yang baik.
1.2.3 Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat bahwa
pelayanan yang di berikan oleh laboratorium telah di selenggarakan dengan baik
1
1.5 Landasan hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 411/Menkes/PER/III/2010
tentang laboratorium Klinik;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 364/Menkes/SK/III/2003
tentang Laboratorium Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
241/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standart Pelayanan Laboratorium Kesehatan
Pemeriksaan HIV dan Infeksi Oportunistik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis
7. Kumpulan Brosur Reagensia Rumah Sakit Ibu dan Anak Rahayu Medika;
8. Buku Pedoman Phlebotomy;
9. Permenkes RI nomor 340/MENKES/PER/III/2010 mengenai klasifikasi Rumah
Sakit
10.Keputusan Menkes RI nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang standar
Pelayanan Minimal Rumah sakit;
BAB 2
STANDAR KETENAGAAN
2
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Standar
BAB 3
STANDAR FASILITAS
3
3.1 Denah Ruang
INSTALASI HCU
LABORATORIUM
4
1 Centrifuge 1
2 Fotometer 2
3 Waterbath 1
4 Mikroskop Olympus 1
5 DL AUTOMATIC Promeds 1
6 Rotator 1
7 Micropipet 4
8 Kamar Hitung Sel 1
9 Tabung Reaksi 200
10 Tabung Urine 3
11 Pipet LED 4
12 Rak Tabung 3
5
6) Salah tabung
7) Salah penanganan spesimen
8) Salah penyimpanan spesimen
9) Salah transportasi / pengiriman spesimen
10) Salah bahan fiksasi
11) Spesimen tidak segera dimasukkan dalam bahan fiksasi/dikirim
b. Praanalitik
1) Pemisahan specimen
2) Pemipetan
3) Pelabelan
4) Kesalahan dalam proses centrifugasi (waktu dan kecepatan)
3.5.2 Kesalahan dalam tahap analitik ada 2 yaitu :
a. Kesalahan sistemik adalah kesalahan yang terjadi terus menerus dengan pola
yang sama dan mempengaruhi akurasi dari pemeriksaan. Kesalahan dapat
berupa penurunan reabilitas pemeriksaan yang terjadi secara bertahap atau
perubahan yang terjadi tiba – tiba pada pemeriksaan.
b. Kesalahan acak
Adalah kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebabnya adalah
ketidakstabilan suhu waterbath, reagen, pipet, voltage listrik yang tidak stabil,
kontaminasi, gelembung pada pemipetan, gelembung pada reagen, dll
3.5.3 Tahap analitik
a. Alat rusak
b. Homogenisasi spesimen yang tidak baik
c. Tidak terdeteksi adanya kesalahan pada saat quality control
d. Kesalahan pada posisi penanaman specimen
e. Reagen prossesing/pewarnaan yang tidak baik
3.5.4 Tahap Pasca analitik
a. Salah menvalidasi data
b. Salah melaporkan atau salah alamat
c. Terlalu lama waktu tunggu (TAT)
d. Salah memasukkan data secara manual
e. Terlambat melaporkan hasil kritis
3.5.5 Tahap Pasca – pascaanalitik
a. Terlambat menindaklanjuti hasil laboratorium
b. Salah intepretasi
c. Follow up yang tidak sesuai
6
3.6 Prosedur Operasional Alat
Prosedur operasional alat adalah urut-urutan pengoperasian alat yang dimulai dari
menghidupkan alat sampai mematikan alat. Prosedur ini akan dibahas secara rinci
pada SPO prosedur operasional masing – masing alat.
7
b. Desain yang berupa usulan tertulis berdasarkan kebutuhan saat ini dan
dengan memperhatikan trend pemeriksaan
c. Usulan diserahkan kepada Kepala Bidang Penunjang untuk ditindak lanjut
3.8.5 Inventarisasi alat
Inventaris Alat adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data
yang diperlukan mengenai barang – barang yang dimiliki dan diurus baik
yang diadakan melalui anggaran belanja, sumbangan maupun hibah untuk
diadministrasikan sebagaimana mestinya menurut ketentuan yang berlaku.
BAB 4
TATA LAKSANA PELAYANAN
8
Tes kehamilan, HIV, HbSAg, golongan darah, widal
e. Urinalisa
Makroskopik (warna, kejernihan, bau, volume) Ph, berat jenis, protein urine,
reduksi urine, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit, erytrosit, mikroskopik
(sedimen).
f. Tinja
4.2 Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Rumah sakit menggunakan metode manual
dan automatic.Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara
lain :
a. Perhatikan tanggal kadaluarsa, suhu penyimpanan
b. Pemakaian reagent dengan metode first in first out ( sesuai urutan penerimaan )
c. Sisa pemakaian reagen tidak boleh dikembalikan ke dalam botol sediaan induk.
d. Perhatikan perubahan warna, adnya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan
reagent
e. Segera tutup kembali botol sediaan reagent setelah digunakan.
f. Lindungi label dari kerusakan
g. Tempatkan reagent dalam botol berwarna gelap dan lemari agar tidak terkena
cahaya matahari langsung
h. Reagent HIV harus sudah di evaluasi oleh laboratorium rujukan nasional.
9
BAB 5
LOGISTIK
10
b. Pengadaan perbekalan laboratorium dilakukan pada tanggal 31 setiap
bulannya dan diserahkan ke bagian logistic
c. Pengadaan perbekalan laboratorium yang bersifat segera, dapat langsung
dipesan ke bagian logistik tanpa harus menunggu tanggal pemesanan tiap
bulan
11
Reagen yang tidak tahan terhadap cahaya disimpan di tempat yang
terlindung dari cahaya matahari secara langsung
c. Jauh tidaknya pada sumber api
Reagensia yang mudah terbakar disimpan pada tempat yang jauh dari
sumber api dan memiliki ventilasi baik.
5.4.2 Metode penyimpanan
Penyimpanan reagen harus memperhatikan hal –hal berikut ini :
a. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah FIFO (First In Firs Out) dan
FEFO (First Expired Firs Out)
b. Labeling
c. Tempat penyimpanan
d. Suhu dan kelembapan penyimpanan
e. Sirkulasi Udara
f. Penyimpanan khusu untuk bahan B3
12
BAB 6
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
Menurut Permenkes no 1691/MENKES/PER/VIII/2011, keselamatan pasien
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
6.2 Tujuan
Hasil laboratorium yang valid akan memberikan penanganan yang tepat untuk
pasien.
13
Berdasarkan aturan di rumah sakit, semua petugas harus melakukan
identifikasi dengan menggunakan 3 identitas yaitu Nama, Nomer Rekam medik,
dan Tanggal lahir.Untuk pasien rawat jalan dapat dicocokkan dengan kartu
berobat.Petugas yang melakukan pengambilan darah dan pemeriksaan specimen
di laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dan bekerja secara
aseptis. Sebelum menggunakan sarung tangan, melakukan hand hygiene dengan
hand rub. Setiap selesai mengambil spesimen harus mengganti sarung tangan
sebelum mengambil spesimen pasien lainnya agar petugas tidak memindahkan
kuman / infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya.Alat pelindung diri di
laboratorium terdirii dari jas, sarung tangan, sandal karet, masker.
6.4.2 Penggunaan APD
TERHADAP TERHADAP
APD PETUGAS
PASIEN PETUGAS
Jas Semua petugas Mengurangi Mencegah badan/ kulit
laboratorium yang kemungkinan petugas kesehatan
melakukan terbawanya kontak dengan percikan
pengambilan darah mikroorganisme dari darah atau cairan tubuh
dan pemeriksaan ruang lain atauluar penderita
specimen di ruangan
laboratorium
Sarung Semua petugas Mencegah kontak Mencegah kontak
tangan laboratorium yang mokroorganisme tangan petugas dengan
melakukan pada tangan petugas darah dan cairan tubuh
pengambilan darah kesehatan kepada penderita lainnya,
dan pemeriksaan pasien selaput lendir, kulit
specimen di yang tidak utuh atau
laboratorium alat kesehatan dan
permukaan yang telah
terkontaminasi.
Sandal karet Semua Melindungi kaki
petugaslaboratorium petugas daritumpahan/
yang melakukan percikan darah/ cairan
pemeriksaan tubuh lain, mencegah
specimen di kemungkinan tusukan
laboratorium benda tajam / kejatuhan
alat dan mencegah
kontaminasi/ iritasi air
kotor
Masker/N95 Semua petugas Mencegah Mencegah membrane
laboratorium yang kontak droplet dari mukosa petugas
melakukan mulut dan hidung kesahatan (hidung dan
pengambilan darah mulut) kontak dengan
dan pemeriksaan percikan darah atau
specimen di cairan tubuh penderita.
14
laboratorium
Kaca mata Petugas laboratorium Mencegah kontak Mencegah mata petugas
google yang melakukan droplet dan serpihan kesehatan kontak
pemrosesan atau halus parafin masuk dengan percikan cairan
terkena kontak ke mata B3 ataupun serpihan
langsung dengan halus hasil pemotongan
banyak cairan B3 mikros menggunakan
parafin
15
apabila curiga spesimen terkontaminasi cairan infus atau terdilusi cairan
infus, serta jenis terapi.
7) Mintakan spesimen ulang maksimal satu kali untuk diperiksa apabila hasil
meragukan.
BAB 7
KESELAMATAN KERJA
7.1 Pengertian
Keselamatan kerja menurut Undang undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Menurut Undang – undang no.
23 tahun 1992 tentang keselamatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
7.2 Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit pada umumnya dan
laboratorium pada khususnya.
16
b. Tempat penyimpanan bahan kimia berbahaya dibuat agar aman dari
pengaruh alam dan lingkungan, yaitu dengan menyimpannya di tempat yang
memiliki sirkulasi udara yang baik, suhu ruangan terjaga konstan dan aman,
serta aman dari gangguan biologis (tikus, rayap, dan lain-lain).
c. Penggunaan APD(Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan faktor risiko
bahayanya, serta tersedianya P3K.
7.3.2 Bahaya Biologi
a Penggunaan APD yang sesuai dan memadai.
b Sirkulasi udara ruangan yang baik.
c Tersedianya P3K.
d Penerapan Hand Hygiene.
e Tersedianya tempat/wadah pembuangan sesuai dengan jenis sampah/limbah
yang dihasilkan.
f Terdapat ruang tersendiri untuk sisa-sisa jaringan yang telah diperiksa
7.3.3 Bahaya Ergonomi
a. Tersedianya tempat duduk beroda yang memudahkan mobilitas dan
kenyamanan dalam bekerja.
b. Tersedianya alat bantu seperti troli untuk mengangkut barangbarang yang
berat.
17
g) Memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang mempunyai resiko
bahaya kebakaran tinggi.
h) Menyediakan APAR di tempat yang strategis.
i) Matikan aliran listrik bila tidak digunakan.
j) Membuang puntung rokok di asbak dan matikan apinya.
k) Bila akan menutup tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat
menyebabkan kebakaran.
2) Tindakan Represif
Merupakan usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran yang
bertujuan untuk mengurangi kerugian akibat kebakaran.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat terjadi kebakaran :
a) Tidak panik dan mencari sumber api.
b) Mencari APAR terdekat, kemudian berusaha memadamkan api sebisa
mungkin.
c) Melaporkan kepada Pol PP. No. Telepon yang dapat dihubungi :
d) Melakukan evakuasi bila api sulit dipadamkan
3) Tindakan Rehabilitasi Merupakan usaha yang dilakukan setelah terjadi
kebakaran. Jika terjadi kecelakaan kerja petugas melaporkan kepada tim
K3RS minimal 1 kali dalam 1 tahun.
4) Kesehatan Petugas
a) Pemeriksaan kesehatan setiap tahun untuk semua petugas laboratorium
b) Vaksinasi HBV
5) Pencegahan Bahaya Kecelakaan
a) Pada awal bekerja: memakai jas laboratorium, alas kaki karet dari karet,
sarung tangan karet, semua specimen dikategorikan infeksius dan
ditangani hati – hati
b) Pada saat bekerja
(1) Dilarang makan, minum, merokok, memakai kosmetik, kontak lensa
di ruang pemeriksaan/ sampling, menggunakan mulut untuk
pemipetan, menggunakan peralatan / metode pemeriksaan di luar
prosedur
(2) Hindari kontak langsung dengan bahan kimia, listrik, api, specimen
dan mekanik
(3) Melaksanakan pembuangan limbah secara procedural
6) Cara mencegah tertusuk bahan infeksi
a) Segala macam alat berupa benda tajam yang digunakan untuk menangani
bahan infeksius seperti jarum suntik, pipet kaca, pisu, scalpel, ataupun
pecahan kaca dapat menyebabkan tertularnya penyakit ke petugas
laboratorium. Untuk menghindarinya dapat dilakukan :
(1) Bekerja dengan hati – hati
(2) Menggunakan jarum suntik hanya bila diperlukan
b) Penggunaan pipet
(1) Tidak diperbolehkan memipet dengan mulut, gunakan alat bantu
pipet
(2) Gunakan selalu sumbat kapas steril pada pangkal pipet untuk
mengurangi resiko kontaminasi bahan infeksius
(3) Dilarang meniupkan udara atau mencampur bahan infeksius dengan
cara menghisa[ dan meniup cairan lewat pipet
18
(4) Jangan mengeluarkan cairan dalam pipet secatra paksa
(5) Segera lakukan desinfeksi bila terdapat kontaminasi dari cairan
infeksius yang berasal dari pipet
(6) Rendam pipet setelah digunajkan dalam cairan desinfektan selam 18-
24 jam sebelum disterilisasi
(7) Jangan menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk
memipet
c) Pada saat akan meninggalkan tugas
(1) Bahan / reagensia atau peralatan disimpan pada tempatnya
(2) Penerangan ruangan. Air dimatikan
(3) Meja kerja dan tangan dibersihkan dengan desinfektan
(4) Jas laboratorium dilepas dan disimpan di tempat terbuka, pencucian
di RS
(5) Kunci Ruang dan Cek ulang
d) Penatalaksanaan Kecelakaan di laboratorium
(1) Bahan kimia/ kebakaran tubuh Tindakan pertama cuci dengan air,
seterusnya untuk kasus ringan dibawa ke IGD dan apabila perlu/
kasus berat panggil IGD
(2) Mekanik / fisik
Dibawa langsung ke IGD
(3) Listrik Tindakan pertama putuskan aliran listrik, dan lepaskan dari
aliran listrik dengan menarik dan tidak langsung menyentuh tubuh
tubuh atau ditarik dengan bahan kain. Seterusnya untuk kasus ringan
dibawa ke IGD dan apabila perlu / kasus berat panggil IGD
(4) Bahan Berbahatya (B3) Baru Apabila ada prosedur bahan dan
penggunaan bahan berbahaya (B3) yang baru di laboratorium, maka
dilakukan sosialisasi prosedur bahan dan penggunaan bahan
berbahaya (B3) yang baru
19
b. Jika percikan mengenai tangan, segera cuci tangan menggunakan air dan
sabun atau larutan hypoklorit yang dienverkan 1 bagian bleach dengan 5
bagian air
c. Jika percikan mengenai tubuh, guyur tubuh dengan safety shower untuk
menghilangkan darah atau cairan tubuh
d. Setelah darah aatau cairan tubuh bersih dari tubuh, lakukan pemantauan
dengan melakukan pemeriksaan HBsAg, Anti HCV, dan anti HIV. Ulangi
pemeriksaan ini dua kali dengan selang waktu 6 bulan
7.4.4 Penanganan Tumpahan DarahAtaupun Cairan Tubuh
a. Gunakan sarung tangan dan siapkan peralatan yang dibutuhkan (spill kit)
b. Jika tumpahan disertai dengan pecahan kaca, maka pecahan kaca diambil
dengan menggunakan serok, dan sapu kecil dahulu, letakkan pecahan kaca
dlam kantung plastic khusus berwarna kuning
c. Semprot denga larutan hipoklorit 1 :10 untuk darah dan 1 ; 100
untukcau=iran tubuh lain
d. Lap area dengan menggunakan kertas tissue , buang kertas tissue pada
plastic warna kuning
e. Lap sekali lagi dengan menggunakan desinfektan , buang tissue pada
plastic kuning
7.4.5 Pembuangan Sampah Medis jarum Suntik
Sampah medis jarum suntik adalah sampah yang berasal dari jarum bekas
yang digunakan mengambil spesimen yang dikategorikan bahan
infeksius.Sampah medis jarum suntik dikelola secara khusus sejak dari
laboratorium hingga pembuangan sampah medis.Tujuannya adalah mencegah
terjadinya pencemaran dan penyebarluasan penyakit serta mencegah
terjadinya kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum yang habis digunakan untuk
mengambil spesimen.
Tata cara pembuangan sampah medis jarum suntik:
a. Setelah selesai digunakan mengambil spesimen , jatum suntik dibuang
dalam wadah khusus
b. Jarum tidak dipisahkan dari badan jarum
c. Petugas kebersihan mengambil sampah dan dimusnahkan
7.4.6 Tata Laksana Limbah Laboratorium
a. Pembuangan Limbah Laboratorium
Menurut PP No. 12 th 1995 limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan
dan atau proses produksi. Limbah rumah sakit menurut Permenkes RI
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas
b. Prosedur Penanganan Bahan Infeksius
Bahan infeksius padat tidak tajam ( tabung, spesimen, tabung urin,
kapas, sisa specimen jaringan) dibuang pada tempat sampah khusus
medis ( tempat sampah dengan plastic kuning) . Sampah ini kemudian
akan diambil oleh petugas kebersihan dan dimusnahkan.
20
Bahan infeksius padat tajam dibuang dalam wadah khusus untuk benda
tajam dan kemudian diambil oleh petugas kebersihan untuk
dimusnahkan.
Bahan infeksius cair berupa limbah alat dan air bekas cucian dibuang di
wastafel yang terhubung dengan saluran IPAL, dimana limbah ini nanti
akan mendapat pengananan khusu sebelum dikeluarkan ke saluran
umum
c. Penanganan Dan Pengolahan Limbah Limbah dikatagorikan umum dan
khusus
1) Umum Limbah yang berasal dari sampah umum, kertas, daun, bekas
minuman dll. Ditempatkan pada tempat umum, diambil petugas dan
dibawa ke TPS
2) Khusus Semua yang berhubungan dengan proses pemerisaan dan
berhubungan dengan specimen terbagi dalam bentuk padat dan cair
a) Khusus padat berupa alat habis pakai , spuit injeksi, kapas, tip,
tabung reaksi,cup spesimen, setelah dipakai ditempatkan pada
tempat khusus, diambil petugas kebersihan dan dibawa ke unit
pengelola limbah
b) Khusus cair berupa sisa specimen, sisa specimen / bahan control
yang bercampur reagen, air bekas cucian dan zat pelarut
ditempatkan pada tempat khusus, dibuang lewat wastafel yang
sudah terhubung deNgan IPAL
d. Pengelolaan Limbah Semua bahan pemeriksaan yang dikirim ke
laboratorium berpotensi infeksius. Bahan tersebut dapat mengandung virus
atau bakteri yang berbahaya bagi petugas laboratorium. Sisa bahan
pemeriksaan dan bahan pemeriksaan yang telah bercampur dengan reagen
berpotensi bahaya, sehingga diperlukan pengetahuan khusus tata
carapembuangan limbah laboratorium bagi sumber daya yang bekerja di
lingkungan laboratorium.
e. Pembuangan Limbah.
1) Limbah Padat
Pembagian jenis limbah padat:
a) Limbah Padat Infeksius:
(1) Tidak Tajam
- Sisa Jaringan
- Limbah kontainer / plastik
- Limbah medis lainnya
Prosedur pembuangan: Dimasukkan ke dalam kantong plastik
kuning dan dilakukan pelabelan untuk dimusnahkan dengan
incinerator.
(2) Tajam
-Jarum bekas pakai
-Mata pisau bekas pakai
-Slaid bekas pakai
Prosedur pembuangan:
-Dimasukkan ke dalam kotak tahan tusukan
-Setelah penuh, dibawa ke insinerator untuk dimusnahkan
21
b) Limbah padat tidak infeksius
1) Sisa sampah rumah tangga berupa makanan
2) Sisa alat tulis kantor
Prosedur pembuangan:
-Masukkan ke dalam kantong plastik hitam
-Selanjutnya di bawa ke tempat pembuangan sampah
c) Kimiawi Prosedur pembuangan:
-Masukkan ke dalam wadah anti bocor dan diberi label Limbah B3
-Selanjutnya mengikuti alur pembuangan B3 Rumah sakit Ibu dan
Anak Rahayu Medika.
d) Non Kimiawi
1) Kertas bekas bungkus
2) Sisa – sisa ATK Prosedur pembuangan:
-Masukkan ke dalam kantong plastik hitam
-Selanjutnya di bawa ke tempat pembuangan sampah
3) Limbah Cair
a) Infeksius Berupa bahan sisa spesimen sitologi cairan
Prosedur pembuangan:
(1) Masukkan ke dalam wadah/jerigen khusus bahan infeksius
(2) Buang sisa jaringan ke saluran limbah khusus dari
laboratorium ke penampungan limbah infeksius pusat.
b) Sisa Zat Kimia
Berupa bahan sisa cairan pewarnaan dan cairan fiksasi Prosedur
pembuangan:
Netralisasi limbah sesuai dengan jenisnya asam atau basa,
dengan cara menambahkan larutan asam/basa sampai mencapai
indikator kadar keasaman/basa (pH) 6- 8 yang cukup aman
untuk limbah.
c) Kimiawi
Berupa bahan sisa cairan kimiawi (formalin, xylol, ethanol,
alkohol, hematoxylin, eosin, HCL, Decalcifier) Prosedur
pembuangan:
(1) Masukkan ke dalam wadah/jerigen khusus bahan kimia
(2) Buang sisa jaringan ke saluran limbah khusus dari
laboratorium ke penampungan limbah infeksius pusat.
BAB 8
22
PENGENDALIAN MUTU
23
d. Salahmemasukkan data secara manual
e. Terlambat melaporkanhasilkritis
8.1.6 Pasca – pascaanalitik
a. Terlambatmenindaklanjutihasillaboratorium
b. Salah intepretasi
c. Follow up yang tidaksesuai
BAB 9
PENUTUP
24
sakit.Buku ini merupakan panduan bagi tenaga analis kesehatan untuk menjalankan
kegiatan laboratorium sehari – hari.Segala yang berkaitan dengan pelayanan laboratorium
harus mengacu dan menyesuaikan buku panduan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1998, Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit, Jakarta
Depkes RI, 2003, Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Kesehatan, Jakarta
25
Depkes RI, 2004, Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Jakarta
AY. Sutedjo,SKM, 2007, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Yogyakarata
http://www.kusnadish.blogspot.com/2010/10/pemantapan-mutu-laboratorium.html
(diakses tanggal 18 April 2013)
http://www.arieinfoinworld.wordpress.com/2012/10/22/pemantapan-
mutulaboratorium-kesehatan.html (diakses tanggal 29 Agustus 2013)
http://www.ripanimusyaffalab.blogspot.com/2012/11/pengendalian-
mutulaboratorium.html (diakses tanggal 19 April)
http://www.ririnmirnawatiskm.blogspot.com/2013/06/pemantapan-mutu-
intrnallaboratorium_17.html (diakses tanggal 29 Agustus 2013)
Buku Pedoman Nasional Pelayanan Patologi Anatomi tahun 2018
26