Anda di halaman 1dari 15

TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH UNTUK ANAK USIA 3-5 TAHUN

KONSEP TEORI BERMAIN


A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak,
serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling
efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan
mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).
B. Fungsi
1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan
berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya
mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan
membedakan antara fantasi dan realita

3. Perkembangan sosialisasi dan moral


a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks
b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c. Mengembangkan keterampilan social
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang
lain
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral
4. Kreativitas
a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri
a. Memudahkan perkembangan identitas diri
b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan
orang lain
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri
dapat mempengaruhi orang lain
6. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan
cara yang aman
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan
C. Tujuan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk
mengsekspresikan berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya
untuk mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif tahap stres karena sakit dan di rawat di
RS.
D. Prinsip – prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energy
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak
memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat
menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain
yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang
sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada
dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini
sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan
mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di
halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat
khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut
sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.

5. Pengetahuan cara bermain


Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah
yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya
dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah
mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya
membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya,
saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain
sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang
dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan
sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui
setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk
mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami
perbedaan.
E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus
mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus
mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan
yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang
sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak
membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat
yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas
dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang
berbeda antara laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui
media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
Alat permainan harus aman bagi anak.
F. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangannya. Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang
distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong,
tali, dll.
2. Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5. Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku social
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak,
kotak pasir, bola, tali, dll.
G. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa,
berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh:
main air dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak,
khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan
benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau
objek yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan
(Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh:
Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak
ada kerja sama.

c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu
anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan
anak usia toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan
permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main
sepak bola).
3. Menurut usia
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play)
1) Visual : dapat melihat dgn jarak dekat
2) Audio : berbicara dgn bayi
3) Taktil : memeluk, menggendong
4) Kinetik : naik kereta, jalan-jalan
b. Umur 2-3 bln
1) Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang
berbeda
2) Audio : berbicara dengan bayi menyanyi
3) Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut
c. Umur 4-6 bln
1) Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton
TV
2) Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras
kertas
3) Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha
ortunya
4) Taktil : memberikan bayi bermain air
d. Umur 7-9 bln
1) Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca
serta berbicara sendiri
2) Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang
diucapkan seperti mama, papa
3) Taktil : membiarkan main pada air mengalir
4) Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat
e. Umur 10-12 bln
1) Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku
2) Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan
tubuh dan menyebutnya
3) Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat,
membiarkan anak merasakan angina
4) Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau
didorong, seperti sepeda atau kereta
f. Umur 2-3 tahun
1) Paralel play dan sollatary play
2) Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi
kurang (sering merusak mainan)
3) Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar
g. Preschool 3-5 thn
1) Associative play , dramatik play dan skill play
2) Sudah dapat bermain kelompok
3) Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran
h. Usia sekolah
1) Cooperative play
2) Kumpul prangko, orang lain
3) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
4) Dapat belajar dengan aturan kelompok
5) Laki-laki : Mechanical
6) Perempuan : Mother Role

i. Mainan untuk Usia Sekolah :


1) 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk
melukis, mencatat, sepeda
2) 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan
tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda
j. Masa remaja
1) Anak lebih dekat dengan kelompok
2) Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama
H. Bermain di Rumah Sakit
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stress, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media
yang dapat mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama
degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat.
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri
pada anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.

Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :


1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Permainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.

Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :


1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan
umur perkembangannya.
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi.
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak.
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai
dengan kondisi anak.
TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH/MALAM EDUKATIF UNTUK ANAK
USIA 3-5 TAHUN
A. Deskripsi
Pada usia 3-5 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreatifitasnya
dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan
berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas,
mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan mengontrol emosi,
motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong.
Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini seperti benda-
benda di sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas
untuk belajar melipat, gunting dan air.
Playdough/malam adalah salah satu alat permainan edukatif dalam
pembelajaran yang termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai
fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan
rencana dan daya imajinasi.
B. Jenis Permainan
Jenis permainan yang digunakan yaitu playdough/malam.
Playdough/malam merupakan permainan yang yang terbuat dari plastisin
dengan berbagai macam warna yang ada. Permainan ini dilakukan dengan
membentuk malam menjadi berbagai jenis hewan, tumbuhan, buah, tempat,
dan benda lainnya. Sebelumnya akan diberikan satu contoh membuat sebuah
kreasi benda dari malam dan selanjutnya anak akan membuat kreasi malam
sesuai keinginan dan kreatifitasnya sendiri.
C. Tujuan
1. Umum
Anak mampu membentuk malam tersebut dengan kreatifitas dan
imajinasinya sendiri.
2. Khusus
a. Tujuan untuk anak
1) Mengenal benda.
2) Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan
fisik dengan tangan ketika mereka memanipulasi playdough
dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti mencubit,
meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough.
3) Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif
lainnya seperti imitasi, simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini
membantu anak belajar lebih banyak tentang lingkungan saat ia
meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.
4) Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah.
Memegang dan meremas adonan bermain dapat menghasilkan efek
menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan
keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk
mengekspresikan.
5) Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama
dengan anak-anak lain dan dapat memberikan kesempatan bagi
anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.
6) Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.
7) Dapat mengenal warna-warna.
b. Tujuan untuk perawat
1) Agar perawat mengetahui permainan anak sesuai dengan tahap
perkembangan.
2) Membangun trust antara pasien anak dan perawat.
3) Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 3-5
tahun.
4) Agar perawat mengetahui perkembangan anak usia 3-5 tahun.
5) Melatih kreativitas perawat dalam menentukan jenis permainan
yang tepat bagi anak sesuai tahap perkembangan.
c. Tujuan untuk orangtua
1) Untuk menambah wawasan tentang cara mendidik anak sesuai
dengan usia anak.
2) Untuk menambah wawasan orang tua tentang cara memberikan
pendidikan pada anak dengan cara yang menyenangkan.
D. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Kamis, 18 Oktober 2018
2. Waktu : 09.00 WIB – Selesai
3. Tempat : Ruang Melati
4. Jumlah Sasaran : 8 anak
E. Sasaran
Kriteria Pasien
1. Anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
F. Setting Ruangan
Keterangan:
Leader

Sasaran

G. Pengorganisasian
Leader : Zahratan Nuur Awaliyah
Observer : Roudhotun Nikmah
Fasilitator 1 : Menik Arisa
Fasilitator 2 : Astika Yuli Widarani
Fasilitator 3 : Yuli Widayanti
Peran Tugas Kelompok
1. Leader :
Tugas dari leader dalam terapi bermain ini antara lain:
a. Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain.
b. Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
d. Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir.
2. Fasilitator :
Tugas dari fasilitator dapat berupa:
a. Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
b. Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan berlangsung.
c. Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
d. Mempersiapkan alat dan tempat permainan.
3. Observer :
Tugas dari seorang observer adalah:
a. Mengobservasi jalannya / proses kegiatan.
b. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
c. Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik
anak.
H. Perilaku Anak yang diharapkan
1. Anak mampu mengekspresikan kreatifitasnya dan imajinasi.
2. Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak rewel.
3. Anak bersifat kooperatif.
4. Anak bisa menikmati dan merasa senang.
5. Anak dapat mengenal benda.
6. Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.
7. Anak dapat mengenal warna-warna.
8. Anak dapat mengekspresikan perasaan.
9. Anak dapat meningkatkan sosialisasi dan kerjasama.
I. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktural
a. Media yang digunakan dalam acara terapi bermain
semuanya lengkap seperti playdough dari tepung, balon, buku
mewarnai sebagai reward, daftar hadir dan proposal kegiatan.
b. Susunan kegiatan tersusun rapi didalam proposal
c. Peserta terapi bermain yang hadir sebanyak 6 anak
dari 8 anak
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan Terapi Bermain dimulai pada jam 09.15
b. Terapi Bermain berjalan dengan baik dan lancar
serta menyenangkan
c. Leader mampu membuat suasana dalam ruangan
menjadi meriah
d. Peserta mengikuti instruksi dari leader
3. Evaluasi Hasil

a. Anak mampu mengekspresikan kreatifitasnya dan imajinasinya


b. Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak
rewel.
c. Anak bersifat kooperatif.
d. Anak bisa menikmati dan merasa senang.
e. Anak dapat mengenal benda.
f. Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.
g. Anak dapat mengenal warna-warna.
h. Anak dapat mengekspresikan perasaan.
DOKUMENTASI TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH

Anda mungkin juga menyukai