Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

Mual (nausea) adalah suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah epigastrik. Kejadian
ini biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi, sekresi, meningkatnya
aliran darah ke mukosa intestinal, hipersalivasi, keringat dingin, detak jantung meningkat dan
perubahan ritme pernapasan. Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung melalui
mulut. Hal ini dapat terjadi sebagai refleks protektif untuk mengeluarkan bahan toksik dari
dalam tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam organ intestinal yang bagian distalnya
mengalami obstruksi. Kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching (Wood, Chapman, &
Eilers, 2011).

Mual dan muntah pasca operasi atau disebut post operatif nausea vomite (PONV)
merupakan salah satu komplikasi yang paling umum dari anestesi umum. Sekitar 30% dari
kasus bedah melaporkan pengalaman tidak menyenangkan setelah anestesi umum. PONV
adalah mual dan/atau muntah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah pembedahan. PONV
terdiri dari 3 gejala utama yang dapat timbul segera atau setelah operasi. PONV merupakan
salah satu keprihatinan yang paling umum dilaporkan oleh kunjungan preoperation pasien,
bahkan lebih dari rasa sakit, serta penyebab ketidakpuasan pasien pasca-operasi.

Mual dan muntah sebelum masuk rumah sakit atau ketika dalam masa perawatan
merupakan salah satu penyebab penurunan status nutrisi pasien pada saat menjalani
perawatan di rumah sakit. Mual dan muntah, baik yang terjadi karena dampak dari patologis
penyakit maupun efek terapi harus segera ditangani untuk menjamin kecukupan nutrisi pasien.
Dalam menangani masalah mual dan muntah diperlukan kolaborasi antara dokter, perawat, dan
ahli gizi rumah sakit.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mencegah mual dan muntah post
operatif, diantaranya farmakologi dan non farmakologi. Penggunaan antiemetik dapat
mencegah dan menurunkan kejadian mual dan muntah , tetapi akan meningkatkan biaya dan
kemungkinan adanya efek sampingnya sehingga sehingga dapat menunda pemulihan dari
anestesi, lama tinggal dirumah sakit memanjang dan peningkatan biaya perawatan (Gan et al.,
2014). Sedangkan teknik nonfarmakologi yang dapat dilakukan adalah pemberian cairan pra
operatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam puasa yang memerlukan pengawasan dan perhitungan
yang teliti (Wijaya, Fithrah, Marsaban, & Hidayat, 2014), terapi non farmakologi yang lain yaitu
pemberian dry-cupping pada titik P6 (Farhadi et al., 2016) dapat menurunkan mual muntah post
operatif.

Pasien rawat inap di RS dr. Soepraoen yang mengalami mual dan muntah secara umum
dilakukan penanganan dengan pemberian anti emetik, pengaturan diet oleh ahli gizi, dan
pengawasan serta pengawasan oleh perawat di ruang perawatan. Mahasiswa praktikan belum
menemukan teknik lain yang secara rutin dilakukan untuk managemen mual dan muntah pada
pasien baik post operasi maupun pasien lain di instalasi perawatan.

Berdasarkan keadaan tersebut, mahasiswa tertarik untuk melakukan sharing jurnal yang
berhubungan dengan penerapan terapi non farmakologik, yaitu pemberian dry-cupping pada
titik P6 untuk menurunkan mual muntah post operasi. Tujuan dari pemilihan jurnal ini adalah
memberikan informasi hasil penelitian ilmiah tentang penerapan pemberian dry-cupping pada
titik P6 untuk menurunkan mual muntah post operasi yang kemungkinan dapat diterapkan di
rumah sakit dr. Soepraoen sebagai salah satu jenis layanan unggulan dalam pananganan
pasien mual dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai