Anda di halaman 1dari 20

Nama = Wahyu Febriyan Dwi Nugroho

NIM = C2B017141
Jurusan = Teknik Elektro KK
Semester = V
Makul = Transformator
Dosen = Jumrianto S.T M.T

BAB 10
10.1. Sebuah transformer beroperasi dalam keadaan tanpa beban menghasilkan arus
eksitasi Io sebesar 5 A ketika sisi primer dihubungkan pada sumber 120 V, 60
Hz (Gambar 2a). Dari pengujian watt-meter diketahui bahwa rugi-rugi besi
adalah sebesar 180 W.
Hitung :
a. Daya reaktif yang diserap oleh inti transformer
b. Nilai Rm dan Xm
c. Nilai If, Im dan Io
Solusi :
a. Daya semu pada inti transformer sebesar

Rugi-rugi besi sebesar

Daya reaktif yang diserap oleh inti trafo sebesar

b. Impedansi sesuai dengan rugi-rugi besi sebesar

Reaktansi magnetisasinya sebesar


c. Arus yang dibutuhkan untuk mensuplai rugi-rugi besi sebesar

Arus magnetisasinya sebesar

Arus eksitasi Io sebesar

Diagram fasor ditunjukan pada gambar 2b

10.2. Sebuah transformer memiliki lilitan sekunder sebanyak 180 lilitan. Ketika
transformer berbeban kurang arus sekunder memiliki nilai efektif sebesar 18A,
60 Hz. Selanjutnya, mutual flux ɸm mempunyai nilai puncak sebesar 20mWb.
Fluks kebocoran sekunder ɸf2 mempunyai nilai puncak sebesar 3mWb.
Hitung :
a. Tegangan yang diinduksi pada lilitan sekunder oleh kebocoran arusnya
b. Nilai dari resistansi kebocoran sekunder
c. Nilai dari E2 diinduksi oleh mutual flux ɸm
Solusi :
a. Tegangan yang diinduksi pada lilitan sekunder oleh kebocoran arusnya
sebesar

b. Nilai dari resistansi kebocoran sekunder adalah

c. Nilai dari E2 diinduksi oleh mutual flux ɸm adalah


10.3. Selama uji polaritas pada sebuah transformer 500 kVA, 69 kV/600 V (Gambar
11). Diperoleh bacaan sebagai berikut: Ep = 118 V, Ex = 119 V. Tentukan tanda
polaritas pada terminal.
Solusi :
Polaritas bersifat aditif karena Ex lebih besar daripada Ep. Sehingga terminal
HV dan LV yang dihubungkan oleh jumper masing-masing di berikan label H1 dan
X2 (atau H2 dan X1)
Gambar 12 menunjukan sirkuit lain yang mungkin digunakan untuk menentukan
polaritas sebuah transformer. Sebuah sumber dc, dalam rangkaian seri dengan
sebuah saklar terbuka, dihubungkan ke belitan LV transformer. Terminal
transformer yang dihubungkan ke sisi positif dari sumber ditandai dengan X1 .
Sebuah dc voltmeter dihubungkan melewati terminal HV. Ketika saklar tertutup,
tegangan akan menginduksi sesaat pada belitan HV. Jika pada saat ini, penunjuk
pada voltmeter bergerak ke atas, terminal transformer yang terhubung ke
terminal ( + ) ditandai dengan H1 sedangkan yang lain ditandai dengan H2.

10.4. Sebuah nameplate transformer distribusi menunjukan 250 kVA, 60 Hz, primer
4160 V, sekunder 480 V
a. Hitung arus nominal primer dan sekunder
b. Jika kita menerapkan pada sisi primer 2000 V menjadi 4000 V, apakah kita
akan tetap mendaptkan 250 kVA dari transformer?
Solusi :
a. Arus nominal pada belitan 4160 V adalah

Arus nominal pada belitan 480 V adalah

b. Jika kita menerapkan pada sisi primer 2000 V, maka fluks dan rugi-rugi besi
akan lebih rendah daripada normalnya dan inti trafo akan lebih dingin. Namun
beban tidak boleh melebihi nilai nominalnya, atau belitannya akan menjadi
terlalu panas. Karena itu maksimum daya output menggunakan tegangan yang
jauh lebih rendah ini sebesar

10.5. Sebuah transformer 1 fasa bernilai 3000 kVA, 69 kV/4,16 kV, 60 Hz memiliki
total impedansi internal Zp sebesar 127 Ω pada sisi primer
Hitung :
a. Nilai arus primer dan sekunder
b. Regulasi tegangan dari keadaan tanpa beban sampai beban penuh untuk 2000
kW beban resistif. Dengan mengetahui bahwa suplai tegangan utama adalah
sebesar 69 kV.
c. Arus primer dan sekunder apabila sisi sekunder mengalami arus pendek
Solusi :
a. Arus primer

Arus sekunder

b. Karena transformer melebihi 500 kVA, belitan memiliki resistansi yang


dapat diabaikan dibandingkan dengan arus bocor belitan tersebut, sehingga
kita dapat menuliskan

Merujuk pada gambar 26a, perkiraan impedansi dari beban 2000 kW pada
sisi sekunder adalah

Impedansi beban pada sisi primer

Merujuk pada gambar 26a, kita memiliki


Karena tegangan primer konstant diadakan pada 69 kV, maka tegangan
sekunder mengikuti pada kondisi tanpa beban sebesar 4160 V

Gambar 26a
Regulasi tegangan sebesar

Regulasi tegangannya bagus

10.6. Selama pengujian hubung singkat sebuah transformer 500 kVA, 69 kV/4,16 kV,
60 Hz ditentukan nilai tegangan, arus dan pengukuran daya. Terminal X1 dan X2
dihubung-singkatkan. (Lihat gambar 28)

Hitung nilai reaktansi dan resistansi pada transformer, merujuk pada sisi
tegangan tinggi
Solusi :
Merujuk pada persamaan transformer dalam keadaan hubung-singkat (Gambar
29), kita cari nilai-nilai berikut

Gambar 28. Pengujian hubung-singkat untuk menentukan reaktansi kebocoran


dan resistansi belitan
Impedansi transformer merujuk pada sisi primer
Resistansi merujuk pada sisi primer

Reaktansi kebocoran merujuk pada sisi primer

10.7. Sebuah pengujian sirkuit terbuka dilakukan pada transformer yang ditunjukan
pada contoh 6. Hasil berikut ini diperoleh pada saat belitan tegangan rendah
bereksitasi. (pada beberapa kasus, seperti bengkel, tegangan 69 kV mungkin
tidak tersedia dan pengujian sirkuit terbuka harus dilakukan dengan
mengeksitasi belitan tegangan tinggi pada nilai tegangan transformer).

Menggunakan informasi ini dan karakteristik transformer yang seperti pada


contoh 6, hitung :
a. Nilai dari Rm dan Xm pada sisi primer (Gambar 21)
b. Effisiensi transformer pada saat disuplai beban 250 kVA, dengan faktor
daya 80% (tertinggal)
Solusi :
a. Menggunakan persamaan 1 pada sisi sekunder

Daya semu Sm bernilai

Nilai dari Rm dan Xm pada sisi primer menjadi (69.000/4160)² = 275 kali
lebih besar. Sehingga nilai dari sisi primer :

Nilai tersebut akan ditemukan apabila sisi primer dieksitasi pada tegangan 69
kV
b. Beban industri dan tegangan berfluktuasi sepanjang waktu. Sehingga apabila
kita menentukan beban sebesar 250 kVA dengan cos ϕ = 0,8. Hal ini dipahami
bahwa beban sekitar 250 kVA dan faktor daya sekitar 0,8. Dan tegangan
primer sekitar 69 kV.
Sehingga dalam menghitung efisiensi tidak perlu mengambil jawaban
matematika secara presisi. Bahkan jika kita mampu memberikan hal ini.
Mengetahui hal ini, kita dapat membuat membuat asumsi pasti yang jauh lebih
mudah untuk sampai pada penyelesaian.
Rangkaian ekuivalen dari transformer dan bebannya ditunjukan pada gambar
30. Dengan nilai Rp dan Xp yang sudah diketahui. Sehingga kita tinggal
menambahkan cabang magnetisasi. Untuk menyederhanakan perhitungan, kita
geser Rm dan Xm dari point 3 dan 4 ke terminal input 1 dan 2. Perhitungan ini
dibenarkan karena impedansinya lebih besar daripada Rp dan Xp. Mari
asumsikan bahwa tegangan yang melintasi beban adalah 4160 V. Sekarang kita
hitung efisiensi transformer
Arus beban sebesar

Rasio putaran sebesar

Arus pada sisi primer

Total rugi tembaga (sisi primer dan sisi sekunder) sebesar

Nilai rugi besi sama seperti diukur pada nilai teganga pada sisi tegangan
tinggi trasformer

Total rugi-rugi adalah

Daya aktif yang disalurkan transformer ke beban sebesar


Daya aktif yang diterima oleh transformer sebesar

Sehingga nilai efisiensi

Catatan dalam perhitungan ini, kita hanya mempertimbangkan daya akrif.


Daya reaktif pada transformer dan bebannya tidak termasuk dalam
perhitungan efisiensi

10.8. Sebuah transformer bernilai 250 kVA, 4160 V/480 V, 60 Hz mempunyai


impedansi sebesar 5,1%. Hitung :
a. Impedansi dasar pada sisi primer dan sekunder
b. Total impedansi internal Zp pada transformer merujuk pada sisi primer
Solusi :
a. Impedansi dasar pada sisi primer sebesar

Impedansi dasar pada sisi sekunder sebesar

b. Nilai sebenarnya pada Zp merujuk pada sisi primer sebesar

10.9.
Menggunakan informasi yang diberikan pada tabel C dan gambar 31 hitung
perkiraan nilai impedansi nyata dari trafo distribusi 250 kVA, 4160 V/480 V, 60
Hz
Solusi :
Pertama kita tentukan nilai impedansi dasar pada sisi primer dan sekunder. Dari
hasil contoh 8, kita memiliki

Sekarang kita hitung impedansi nyata dengan mengalikan Znp dan Zns dengan
nilai per-unit yang diberikan pada tabel C. Hasilnya :

10.10. Transformer 500 kVA, 69 kV/4160 V, 60 Hz ditunjukan pada gambar 30


memiliki resistansi Rp sebesar 150 Ω dan resistansi kebocoran Xp sebesar 632
Ω. Menggunakan metode per-unit hitung :
a. Regulasi tegangan ketika beban berubah diantara 0 sampai 250 kVA pada
keadaan faktor daya tertinggal 80%
b. Tegangan yang melintasi beban 250 kVA
c. Arus fasa I1

Solusi :
Pada pengujian gambar 30, ini jelas bahwa keberadaan cabang magnetisasi tidak
mempengaruhi drop tegangan yang melintasi Rp dan Xp, karena itu cabang
magnetisasi tidak mempengaruhi pada regulasi tegangan.
Untuk menentukan regulasi tegangan, kita akan lihat seluruh tegangan,
impedansi, dan arus pada sisi tegangan tinggi (69 kV). Kita asumsikan tegangan
diantara terminal 1 dan 2 adalah 69 kV, dan itu tetap diperbaiki.
Daya pokok PB adalah 500 kVA
Tegangan pokok EB adalah 69 kV
Sehingga arus pokok sebesar

Dan impedansi pokok sebesar

Nilai per-unit Rp sebesar

Nilai per-unit tegangan E12 sebesar

Nilai per-unit daya semu yang diserap oleh beban sebesar

Nilai per-unit daya aktif yang diserap oleh beban sebesar

Nilai per-unit daya reaktif yang diserap oleh beban sebesar

Nilai per-unit resistansi beban RL sesuai dengan P sebesar

Nilai per-unit resistansi beban XL sesuai dengan Q sebesar

Sekarang kita tentukan persamaan rangkaian per-unit ditunjukan pada gambar


33. Cabang magnetisasi tidak ditunjukan karena tidak termasuk dalam
perhitungan. Catatan bahwa beban muncul melintasi terminal primer 3, 4 dari
rangkaian ditunjukan pada gambar 30. (terminal-terminal ini tidak dapat dilalui,
mereka hanya terdapat pada persamaan diagram rangakaian). Impedansi per-
unit antara terminal 3, 4 sebesar
Impedansi per-unit antara terminal 1,2 sebesar

Gambar 33. Persamaan rangkaian per-unit transforemer 500 kVA mensuplai


beban 250 kVA
Arus per-unit I1 sebesar

Tegangan per-unit E34 yang melewati beban sebesar

Tegangan regulasi per-unit sebesar

a. Regulasi tegangan adalah 2,63%


Sekarang kita hitung nilai sesungguhnya dari tegangan dan arus sebagai berikut:
Tegangan melewati terminal 3,4 sebesar

b. Tegangan sesungguhnya yang melewati beban sebesar


c. Arus fasa sesungguhnya sebesar

10.11. Sebuah transformer 100 kVA dihubungkan paralel dengan transformer


existing 250 kVA untuk mensuplai beban 330 kVA. Nilai transformer adalah
7200 V/240 V, namun unit 100 kVA memiliki impedansi 4% pada saat
transformer 250 kVA memiliki impedansi 6% (Gambar 36a)
Hitung :
a. Nilai arus nominal pada sisi primer tiap-tiap transformer.
b. Impedansi beban merujuk pada sisi primer
c. Impedansi tiap-tiap transformer merujuk pada sisi primer
d. Arus primer sesungguhnya pada tiap-tiap transformer
Solusi
a. Nilai arus nominal pada sisi primer transformer 250 kVA sebesar

Gambar 36a. Hubungan transformer yang sesungguhnya


Nilai arus nominal pada sisi primer transformer 100 kVA sebesar

b. Persamaan rangkaian dari 2 transformer dan beban, merujuk pada sisi


primer ditunjukan pada gambar 35c. Catatan bahwa impedansi transformer
tersebut Zp1 dan Zp2 dianggap reaktiv keseluruhannya. Asumsi ini
dibenarkan karena transformer berukuran besar. Impedansi beban merujuk
pada sisi primer sebesar
Perkiraan arus beban sebesar

c. Impedansi dasar dari unit 250 kVA sebesar

Impedansi transformer merujuk pada sisi primer sebesar

Impedansi dasar dari unit 100 kVA sebesar

Impedansi transformer merujuk pada sisi primer sebesar

Gambar 36b. Persamaan rangkaian. Perhitungan menunjukan bahwa


transformer 100 kVA benar-benar kelebihan beban
d. Merujuk pada gambar 36b kita menemukan bahwa arus 46A dibagi menjadi
sebagai berikut:

Transformer 100 kVA benar-benar memiliki beban berlebih karena


transformer ini mengangkat arus primer 17,2 A yang mana 25% lebih banyak
daripada nilainya yaitu sebesar 13,9 A. Transformer 250 kVA tidak
berbeban lebih karena hanya mengangkat 28,8 A sedangkan nilai
transformer ini sebesar 34,7 A. Jelas sekali bahwa kedua transformer ini
tidak mengangkat beban dengan pembagian yang proporsional.
Transfomer 100 kVA berbeban lebih karena impedansinya yang rendah (4%),
dibandingkan dengan impedansi transformer 250 kVA (6%). Transformer
dengan impedansi yang rendah cenderung mengangkat beban lebih besar
daripada pembagian yang proporsional. Apabila persen impedansi sepadan,
beban akan dibagi diantara transformer sesuai dengan proporsi masing-
masing rating daya transformer
BAB 11
Example-1

Sebuah autotransformator seperti gambar dibawah ini, memiliki 80% tap dan
tegangan suplai (E1) sebesar 300 V. jika dibebani 3,6 kW di sisi sekunder, maka
hitunglah:

A. tegangan dan arus disisi sekunder


B. arus yang mengalir pada belitan
C. ukuran konduktor pada belitan di titik BC dan CA

JAWAB:

A. tegangan sisi sekunder


E2 = 80% x 300 = 240 V
Arus sisi sekunder
P= E x I
I= P/E2
I = 3600/240
I= 15 A
B. arus pada sisi primer / sumber
I = P/E1
I = 3600/300
I= 12 A
Arus pada belitan BC = 12 A
Arus pada belitan CA = 15-12 = 3 A
C. konduktor pad belitan sekunder (CA) bisa seperempat ukurannya pada belitan
titik BC karena arusnya 4 kali lebih kecil seperti gambar dibawah ini.
Bagaimanapun tegangan yang lewat pada belitan BC adalah pengurangan dari
tegangan primer dan tegangan sekunder (300-240) = 60 V. oleh karena itu
belitan CA memiliki 4 kali lebih banyak lilitan dari BC. Jadi kedua belitan pada
dasarnya memiliki jumlah tembaga yang sama.

EXAMPLE-2

Standard sebuah trafo satu fasa seperti pada gambar dibawah ini dimana memiliki
rating 15kVA, 600 V/120 V, 60 Hz. Kami menginginkan untuk disambungkan
sebagai autotransformator dalam tiga jalur berbeda untuk memperoleh 3 rasio
tegangan yang berbeda:

a. 600 V primer dan 480 V Sekunder


b. 600 V primer dan 720 V Sekunder
c. 120 V Primer dan 480 V Sekunder

Hitunglah beban maksimum dari trafo dalam berbagai kasus diatas.


JAWAB:

Arus nominal pada tegangan belitan primer 600 V

I = S/E1 = 15000 VA / 600 = 25 A

Arus nominal pada tegangan belitan primer 120 V

I = S/E1 = 15000 VA / 120 V = 125 A

A. Untuk mendapatkan 480 V, tegangan sekunder (120V) tegangan diantara X1 dan


X2 harus kurang dari tegangan primer (600 V). Oleh karena itu terminal harus
dihubungkan dengan polaritas yang sama seperti gambar dibawah ini.

Lebih jelasnya jika seluruh data dimasukkan seperti gambar berikut

Sebagai catatan bahwa arus pada belitan tegangan 120 V sama besarnya di
beban. Karena belitan ini memiliki arus nominal 125 A, beban maksimum yang
dihasilkan .
Sa = 125 A x 480 V = 60 kVA
Arus yang mengalir seperti pada gambar diatas, catatan yang harus
diperhatikan :
1. Jika diasumsikan arus 125 A mengalir dari X1 ke X2 dalam belitan , arus 25
A harus mengalir dari H2 ke H1. Seluruh arus yang lain dapat menggunakan
hukum kirchof untuk mencarinya.
2. Daya yang keluar / semu pada sumber untuk diserap oleh beban
S = 100 A x 600 V = 60 kVA
B. Untuk memperoleh rasio dari 600 V/ 720 V, tegangan sekunder harus
menambahkan tegangan primer 600 + 120 = 720 V. oleh karena itu terminal
polaritas lawannya (H1 & X2) harus disambungkan secara bersamaan seperti
gambar dibawah ini.

Arus pada belitan sekunder sama seperti beban yang ada, oleh karena itu beban
maksimum 125 A. untuk daya semu saat ini.
Sb = 125 A x 720 V = 90kVA
Contoh sebelumnya bahwa trafo konvensional/tabung terhubung sebagai
autotransformator, dimana dapat mensuplai beban lebih baik daripada rating
kapastitas trafo. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ini merupakan salah satu
keuntungan menggunakan autotransformator sebagai gantinya trafo
konvensional. Meskipun, ini bukan selalu dalam kasus ini, selanjutnya akan
dibahas pada contoh lainnya.
C. Untuk mendapatkan rasio yang diinginkan dari 120 V ke 480 V, menghubungkan
H1 dan X1 ( seperti jawaban A) tetapi sumbernya sekarang terhubung ke
terminal X1, X2 seperti pada gambar dibawah ini.
Kali ini arus pada belitan 600 V sama dengan beban oleh karena itu arus beban
maksimum tidak dapat melebihi 25 A. persamaan beban maksimum yaitu :
Sc = 25 A x 480 V = 12 kVA
Beban yang dihasilkan kurang dari rating nominal (15 kVA) dari standard trafo.
Kami menginginkan untuk membuat catatan terakhir fokus pada 3 sambungan
autotransformator. Suhu trafo meningkat dalam suatu kasus yang sama,
meskipun bebannya yang dihasilkan berbeda beda 60 kVA, 90 kVA, 12 kVA.
Alasannya yaitu arus pada belitan dan fluks didalam inti besi adalah identik
dalam setiap kasus dan juga rugi-rugi sama besarnya.

EXAMPLE 3
Sebuah trafo arus seperti gambar dibawah ini memiliki rasio 50 VA, 400 / 5 A,
36 kV, 60 Hz. Terhubung dengan jaringan AC, yang memiliki tegangan fasa-
netral sebesar 14,4 kV . amperemeter, relay, dan terhubung di sisi sekunder
dengan total impedansi (burden) sebesar 1,2 Ω. Jika jaringan transmisi arusnya
280 A, Hitunglah :
A. Arus sisi sekunder
B. Tegangan pada sekunder
C. Drop tegangan pada sisi primer
JAWABAN :

A. Rasio arus
I1/I2 = 400/5 = 80
Rasio Belitan
N1/N2 = 1/80
Arus sekunder:
I2 = 280 / 80 = 3,5 A
B. Tegangan yang lewat pada Burden
E2 = IR = 3,5 x 1,2 = 4,2 V
Tegangan sekunder yaitu sebesar 4,2 V
C. Tegangan primer :
E1 = 4,2 / 80 = 0,0525 = 52,5 mV
Drop tegangan tsb sangat kecil bila dibandingkan 14,4 kV tegangan fasa-
netral

EXAMPLE 4

Sebuah Trafo tegangan memiliki rasio 14.400 V / 115 V dan trafo arus rasio
75A/25A digunakan untuk pengukuran tegangan dan arus pada jaringan transmisi.
Jika voltmeter menunjukkan 111 V dan amperemeter membaca 3 A, hitung tegangan
dan arus pada jaringan.

JAWABAN :

Tegangan pada jaringan adalah :

E = 111 V ( 14.400 / 115 V) = 13 900 V

Arus pada jaringan adalah :

I = 3 x (75/25) = 45 A

Anda mungkin juga menyukai