CUSHING SYNDROME
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti
Program Dokter Internship Indonesia
Periode Oktober 2019 – Oktober 2020
Disusun Oleh :
dr. Natalia Christina Angsana
Dokter Pembimbing :
dr. Hendro Kho
dr. Henny Trisnawaty Siahaan
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Cushing Sydrome”. Laporan
kasus ini disusun saat penulis melaksanakan Program Internship Dokter Indonesia di
RS. Elisabeth Batam. Selanjutnya laporan kasus ini menjadi salah satu bahan
pembelajaran sekaligus laporan yang harus dipenuhi selama Program Internship Dokter
Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hendro Kho dan dr. Henny
Trisnawaty Siahaan selaku pendamping internship yang telah membimbing penulis
dalam penulisan laporan kasus. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis perlukan
guna perbaikan dan pembelajaran baik bagi penulis maupun para pembaca.
ii | C U S H I N G S Y N D R O M E
DAFTAR ISI
iii | C U S H I N G S Y N D R O M E
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kintamani
Agama : Budha
Tanggal Masuk RS : 08 November 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari yang lalu
1|CUSHING SYNDROME
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
C. Mata : Edema palpebrae -/-, mata cowong -/-, pupil isokor +/+
Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
D. THT : Sekret telinga -/-, sekret hidung -/-, faring hiperemis (-),
Tonsil tidak membesar dan tidak hiperemis
E. Leher : Pembesaran Lnn (-) , tiroid tidak teraba membesar
F. Thorax :
Pulmo : suara nafas vesikuler ↓ / ↓, ronkhi -/- wheezing -/-
GDS : 93 mg/dL
B. Rontgen Thorax
Kesan : efusi pleura kanan, perselubungan pada pulmo kanan susp ec TB,
cardiomegaly
3|CUSHING SYNDROME
V. DIAGNOSIS
Respiratory distress syndrome berat
Pneumonia pada immunocompromised host dd TB paru
Cushing Syndrome ec. prolonged streroid
Steroid dependent
Chronic psoriasis vulgaris
Obs. steroid withdrawal syndrome
VI. TATALAKSANA
A. Terapi IGD :
- O2 nasal canule 5 liter/menit SpO2 menjadi 97-99%
- Inj. Ulcan 1 ampul
- Rawat ruang isolasi
- EKG
- Rontgen thorax
4|CUSHING SYNDROME
FOLLOW UP DI BANGSAL
09 November 2019
Hasil laboratorium :
Bilirubin total : 0,8 mg/dL
SGOT : 15 µ/L
O
SGPT : 16 µ/L
Natrium : 137 mmol/L
Kalium : 3,8 mmol/L
Klorida : 106 mmol/L
GDP : 76 mg/dL
GD2PP : 87 mg/dL
Kolesterol Total : 89 mg/dL
LDL : 20 mg/dL
HDL : 16 mg/dL
Trigliserida : 124 mg/dL
Respiratory distress syndrome berat
Pneumonia pada immunocompromised host dd TB paru
Cushing Syndrome ec. prolonged streroid
A
Steroid dependent
Chronic psoriasis vulgaris
Obs. steroid withdrawal syndrome
Teruskan terapi
Nebulisasi dirutinkan
P
Tab meptin 2x1 pc
Inj. Furosemide 1 x ½ ampul IV
5|CUSHING SYNDROME
10 November 2019
S Sesak napas berkurang
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 160/100 mmHg
O HR : 120 kali/menit
RR : 26 kali/menit
T : 36ºC
RDS membaik
Pneumonia dd TB paru
Cushing syndrome ec. prolonged steroid
A
Chronic psoriasis vulgaris
Obs. steroid withdrawal syndrome
Konstipasi H-2
Lanjutkan terapi
Methylprednisolone tab 1x1 pagi pc
P Dulcolax supp 1x2
Inj. Furosemide 2x1/2 ampul IV
Foto thorax ulang
6|CUSHING SYNDROME
11 November 2019
S Sesak berkurang, konstipasi
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 140/70 mmHg
HR : 83 kali/menit
RR : 19 kali/menit
O
T : 36,7ºC
Hasil rontgen thorax : efusi pleura kanan, cardiomegaly
Hasil laboratorium :
FT4 : 20,1
TSH : 0,27
RDS membaik
Pneumonia
Susp. TB paru relaps
A Cushing syndrome ec. prolonged steroid
Chronic psoriasis vulgaris
Candidiasis axilla
Hipertiroid
Simextam inj stop
Caps Cefixime 2x200mg
OAT kategori II 1x5 tab
Streptomisin 1x1gram IM
Tab Methylprednisolone 1x4mg pagi pc
P Ketoconazole salep axilla sinistra
Tab Meptin 2x1 pc
Nebulisasi kalau sesak
Tab thyrozol 1x1
Inj. Furosemide 2x1/2 ampul IV
7|CUSHING SYNDROME
12 November 2019
S Sesak berkurang
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 130/80 mmHg
O HR : 80 kali/menit
RR : 24 kali/menit
T : 36,2ºC
RDS membaik
Pneumonia
Susp. TB paru relaps
A Cushing syndrome ec. prolonged steroid
Chronic psoriasis vulgaris
Candidiasis axilla
Hipertiroid
Caps Cefixime 2x200mg
OAT kategori II 1x5 tab
Streptomisin 1x1gram IM
Tab Methylprednisolone 1x4mg pagi pc
P Ketoconazole salep axilla sinistra
Tab Meptin 2x1 pc
Nebulisasi kalau sesak
Tab thyrozol 1x1
Inj. Furosemide 2x1/2 ampul IV
8|CUSHING SYNDROME
13 November 2019
S Pasien sudah tidak sesak
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
O HR : 80 kali/menit
RR : 22 kali/menit
T : 36,2ºC
RDS membaik
Pneumonia
Susp. TB paru relaps
A Cushing syndrome ec. prolonged steroid
Chronic psoriasis vulgaris
Candidiasis axilla
Hipertiroid
Caps Cefixime 2x200mg
OAT kategori II 1x5 tab
Streptomisin 1x1gram IM
Tab Methylprednisolone 1x4mg pagi pc
P Ketoconazole salep axilla sinistra
Tab Meptin 2x1 pc
Nebulisasi kalau sesak
Tab thyrozol 1x1
Inj. Furosemide 2x1/2 ampul IV
9|CUSHING SYNDROME
14 November 2019
S Pasien sudah tidak sesak
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
O HR : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
T : 36,2ºC
10 | C U S H I N G S Y N D R O M E
BAB II
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Cushing syndrome (CS) adalah kumpulan keadaan klinis yang diakibatkan oleh
efek metabolik dari kadar glukokortikoid atau kortisol yang meningkat dalam darah.
Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Sindrom cushing terjadi akibat
kelebihan glukokortikosteroid. Sangat sering terjadi akibat pemberian kortikosteroid
terapeutik.1
11 | C U S H I N G S Y N D R O M E
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Cushing syndrome merupakan kumpulan manifestasi klinis akibat peningkatan
kadar hormon glukokortikoid endogen maupun eksogen yang kronis di dalam
sirkulasi darah.3
Cushing syndrome yang disebabkan oleh adenoma hipofisis disebut sebagai
Cushing disease.4
II. EPIDEMIOLOGI
Cushing syndrome merupakan penyakit yang langka. Insidensi 1-2 per 100.000
populasi per tahun. Cushing disease lebih sering terjadi pada perempuan, kecuali
sebelum pubertas yang cenderung lebih sering terjadi pada laki-laki. Sedangkan,
ACTH ektopik lebih sering ditemukan pada laki-laki karena sering berhubungan
dengan tumor paru.4
Hanya sekitar 10% pasien Cushing syndrome yang disebabkan oleh gangguan
pada kelenjar adrenal (primer), seperti hiperkortisolisme ACTH independent, dan
sebagian besar penderitanya perempuan. Secara garis besar, penggunaan
glukokortikoid sebagai imunosupresan atau anti inflamasi yang merupakan penyebab
utama Cushing syndrome.4
12 | C U S H I N G S Y N D R O M E
dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik
ini selanjutnya membantu dan mempertahankan tekanan darah normal dan curah
jantung.
Hormon glukokortikoid pada manusia yang utama adalah kortisol
dibentuk di zona fasikulata. Kortisol memiliki efek pada tubuh seperti
metabolisme glukosa yaitu glukoneogenesis yang meningkatkan kadar glukosa
darah, metabolisme protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan
imunitas.
Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona
retikularis. Adrenal mensekresi sedikit androgen dan esterogen.
Medulla adrenal menghasilkan katekolamin seperti epinefrin (80%) dan
norepinefrin (20%).5
13 | C U S H I N G S Y N D R O M E
terikat kurang erat dengan albumin, dan 10% dari jumlah kortisol seluruhnya
memiliki efek metabolik.
Berikut beberapa efek metabolik kortisol, yaitu :
(a) Protein : Proses katabolik sehingga meningkatkan glukoneogenesis
(b) Lemak : Proses lipolisis sehingga pelepasan lemak bebas (FFA)
meningkat dan menyebabkan deposisi lemak sentripetal (Buffalo
Hump)
(c) Karbohidrat : Penyerapan glukosa di otot dan lemak menurun,
sekresi glukosa oleh hepar meningkat sehingga sel beta pankreas
dapat dilemahkan (DM tersembunyi muncul).
Fungsi kortisol berlawanan dengan insulin yaitu menghambat sekresi
insulin dan meningkatkan proses glukoneogenesis di hepar. Sekresi kortisol juga
dirangsang oleh beberapa faktor seperti trauma, infeksi, dan berbagai jenis stres.
Kortisol akan menghambat proteksi dan efek dari berbagai mediator dari proses
inflamasi dan imunitas seperti interleukin-6 (IL-6), prostaglandin, dan histamin.
Produksi kortisol dibutuhkan untuk produksi Angiostensin-II yaitu efek
unutk vasokontriksi dan vasotonus sehingga dapat membantu mempertahankan
tonus pembuluh darah yang adekuat. Tonus pembuluh darah yang adekuat untuk
mengatur tonus arteriol dan memlihara tekanan darah. Glukokortikoid juga
meningkatan sekresi air (renal free water clearance), ekskresi K+, retensi Na+
dan menekan penyerapan kalsium di tubulus renalis.
Mekanisme sekresi kortisol yaitu ketika
kadar kortisol dalam darah menurun, maka
target cells yaitu kelenjar adrenal menstimulasi
hipofisis untuk mensekresi ACTH, agar ACTH
tersekresi maka perlu menstimulasi
hipotalamus untuk sekresi CRH (corticotropin-
releasing hormone).4-5
14 | C U S H I N G S Y N D R O M E
IV. ETIOLOGI
Cushing syndrome dapat disebabkan secara eksogen (iatrogenik) atau endogen.
Penyebab eksogen merupakan bentuk tersering, terutama disebabkan oleh
penggunaan kortikosteroid oral, intra-artikuler, atau inhalasi sebagai imunosupresan
atau antiinflamasi.
Cushing syndrome yang disebabkan oleh penyebab endogen dapat dibagi
menjadi ACTH-dependent dan ACTH-independent.
15 | C U S H I N G S Y N D R O M E
disebabkan oleh tumor karsinoid, paling sering pada paru, dan juga timus dan
pancreas. Ukuran tumor tersebut sangat kecil sehingga sulit dilokalisir. Pada kasus
yang jarang, produksi ACTH ektopik berasal dari medullary thyroid carcinoma atau
pheocrhomocytoma (tumor langka glandula adrenal yang menghasilkan katekolamin
dan ACTH.
Pada pasien ACTH-independent cushing, hormon kortisol akan meningkat
karena produksi berlebihan dari adenoma adrenal. Karsinoma adrenokortikal juga
dapat menyebabkan penyakit ACTH-independent cushing dan biasanya berukuran
besar.4
V. PATOFISIOLOGI
Glukokortikoid meningkat karena berbagai faktor baik dari luar maupun dalam
tubuh, seperti yang sudah dijelaskan pada poin etiologi chusing syndrome. Fungsi
metabolik glukokortikoid atau kortisol yang stabil dipengaruhi oleh jumlah sekresi
glukokortikoid atau kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan
perubahan berbagai kondisi di dalam tubuh khususnya fungsi metabolik seperti
dibawah ini:
1.) Metabolisme protein
Efek katabolik dan anti-anabolik pada protein yang dimiliki
glukokortikoid menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk
protein untuk mensistesis protein. Kortisol menekan pengangkutan asam amino
ke sel otot dan mungkin juga ke sel ekstrahepatika seperti jaringan limfoid
menyebabkan konsentrasi asam amino intrasel menurun sehingga sintesis
protein juga menurun. Sintesis protein yang menurun memicu peningkatan
terjadinya proses katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel. Proses
katabolisme protein ini dan proses kortisol memobilisasi asam amino dari
jaringan ekstrahepatik akan menyebabkan tubuh kehilangan simpanan protein
pada jaringan perifer seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang atau seluruh
sel tubuh kecuali yang ada di hati.
Oleh karena itu secara klinis dapat ditemukan kondisi kulit yang
mengalami atrofi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptur
serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit
berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atrofi dan menjadi lemah.
16 | C U S H I N G S Y N D R O M E
Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong
pembuluh darah menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein
tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan
mudah terjadi fraktur patologis. Kehilangan asam amino terutama di otot
mengakibatkan semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk
dalam proses glukoneogenesis di hati sehingga pembentukan glukosa
meningkat.
2.) Metabolisme karbohidrat
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat untuk merangsang
glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat
lain oleh hati. Seringkali kecepatan glukoneogenesis sebesar 6-10 kali lipat.
Salah satu efek glukoneogenesis yang meningkat adalah jumlah penyimpanan
glikogen dalam sel-sel hati yang juga meningkat.
Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa
oleh kebanyakan sel tubuh. Glukokortikoid menekan proses oksidasi
nikotinamid-adenin-dinukleotida (NADH) untuk membentuk NAD+. Karena
NADH harus dioksidasi agar menimbulkan glikolisis, efek ini dapat berperan
dalam mengurangi pemakaian glukosa sel.
Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian
glukosa oleh sel berkurang dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
Glukosa darah yang meningkat merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar
plasma insulin ini menjadi tidak efektif dalam menjaga glukosa plasma seperti
ketika kondisi normal. Tingginya kadar glukokortikoid menurunkan sensitivitas
banyak jaringan, terutama otot rangka dan jaringan lemak, terhadap efek
perangsangan insulin pada ambilan dan pemakaian glukosa.
Efek metabolik meningkatnya kortisol dapat menganggu kerja insulin
pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia.
Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka
efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin
untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan
sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan
tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
17 | C U S H I N G S Y N D R O M E
3.) Metabolisme lemak
α gliserofosfat yang berasal dari glukosa dibutuhkan untuk penyimpanan
dan mempertahankan jumlah trigliserida dalam sel lemak. Jika α gliserofosfat
tidak ada, maka sel lemak akan melepaskan asam lemak. Asam lemak akan
dimobilisasi oleh kortisol sehingga konsentrasi asam lemak bebas di plasma
meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan pemakaian untuk energi dan
penumpukan lemak berlebih sehingga obesitas. Distribusi jaringan adiposa
terakumulasi didaerah sentral tubuh menimbulkan obesitas wajah bulan (moon
face). Memadatnya fossa supraklavikularis dan tonjolan servikodorsal (punguk
bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat
atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
4.) Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan yaitu pembentukan antibodi
humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang
lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang
tersensitasi.
Pemberian dosis besar kortisol akan menyebabakan atrofi yang bermakna
pada jaringan limfoid di seluruh tubuh. Hal ini akan mengurangi sekresi sel-sel
T dan antibodi dari jaringan limfoid. Akibatnya tingkat kekebalan terhadap
sebagian besar benda asing yang memasuki tubuh akan berkurang.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibodi humoral dan
menghambat pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon
primer terhadap anti gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap
tingkatan berikut ini yaitu proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem
monosit makrofag, Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten, produksi
anti bodi, reaksi peradangan,dan menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5.) Elektrolit
Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum.
Glukokortikoid yang diberikan atau disekresikan secara berlebih akan
menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium sehingga menyebabkan
edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
18 | C U S H I N G S Y N D R O M E
6.) Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan
pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid
dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
7.) Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini
ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode
depresi singkat.
8.) Eritropoesis
Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit di dalam darah.
Involusi jaringan limfosit, menyebabkan rangsangan untuk pelepasan neutrofil
dan peningkatan eritropoiesis.4-5
19 | C U S H I N G S Y N D R O M E
peningkatan lemak di sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-
anak cenderung untuk menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita cushing syndrome
antara lain:
a. Rambut tipis
b. Moon face
c. Penyembuhan luka buruk
d. Mudah memar karena adanya penipisan kulit
e. Petekie
f. Kuku rusak
g. Kegemukan dibagian perut
h. Kurus pada ekstremitas
i. Striae
j. Osteoporosis
k. Diabetes Melitus
l. Hipertensi
m. Neuropati perifer
20 | C U S H I N G S Y N D R O M E
VII. TATALAKSANA
21 | C U S H I N G S Y N D R O M E
akut atau kronis dimana aksis HPA diberikan waktu untuk kembali normal. Obat
yang dipilih adalah yang memiliki waktu paruh singkat, yaitu hidrokortison.7-9
a. Hipofisis Adenoma
Pengobatan yang tersedia untuk penyakit adenoma hipofisis. Cara yang
paling banyak digunakan adalah operasi pengangkatan tumor, yang dikenal
sebagai transsphenoidal adenomectomy. Cara ini menggunakan mikroskop
khusus dan instrumen yang sangat halus, ahli bedah akan mendekati kelenjar
pituitari melalui lubang hidung atau pembukaan yang dibuat di bawah bibir atas.
Tingkat keberhasilan atau penyembuhan dari prosedur ini lebih dari 80% bila
dilakukan oleh seorang ahli bedah yang berpengalaman. Setelah operasi
hipofisis, tingkat produksi ACTH dua tetes di bawah normal. Hal ini merupakan
penurunan yang alami, namun untuk sementara klien akan diberi bentuk sintetis
dari kortisol (seperti hydrocortisone atau prednisone).
Pada klien yang mengalami gagal operasi transsphenoidal, dapat
dilakukan metode radioterapi. Radiasi ke kelenjar pituitari diberikan selama 6.
Hal ini memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun sebelum klien merasa
lebih baik. Namun demikian, kombinasi dari radiasi dan obat Mitotane
(Lysodren) dapat membantu mempercepat pemulihan. Mitotane dapat menekan
produksi kortisol dan menurunkan kadar hormon plasma dan urin. Tingkat
keberhasilan dengan menggunakan pengobatan Mitotane mencapai 30 sampai 40
persen. Obat lain yang digunakan tanpa atau dengan kombinasi untuk
mengontrol produksi kelebihan kortisol diantaranya aminoglutethimide,
metyrapone, trilostane dan ketoconazole.
22 | C U S H I N G S Y N D R O M E
menyebar luas pada saat diagnosis, obat penghambat, seperti Mitotane,
merupakan bagian penting dari pengobatan. Pada beberapa kasus, jika operasi
hipofisis tidak berhasil, operasi pengangkatan kelenjar adrenal (adrenalektomi
bilateral ) dapat menggantikan cara pengobatan.
c. Tumor Adrenal
Pembedahan adalah pengobatan utama untuk tumor kanker dari kelenjar
adrenal. Pada penyakit Primary Pigmented Micronodular Adrenal, operasi
pengangkatan kelenjar adrenal mungkin diperlukan.7-9
23 | C U S H I N G S Y N D R O M E
DAFTAR PUSTAKA
3 Pudek, M.R., Adrenal Hormones and Hypertension. In: Kaplan LA, Pesce AJ
(eds.). Clinical Chemistry, 3rd edition, Mosby Inc., St. Louis, 1996: 913-922.
4 Longo, DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscaizo J,.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th edition. Mc-Graw Hill, 2012.
2940-2949.
5 Ross M, Pawlina W. Histology: A Text and Atlas. 6th ed. Lippincott Williams &
Wilkins. 2011. 708-780
9 Bansal V, El Asmar N, Selman WR, Arafah BM. Pitfalls in the diagnosis and
management of Cushing's syndrome. Neurosurg Focus. 2015 Feb. 38 (2):E4.
24 | C U S H I N G S Y N D R O M E