Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran aktif orang tua terhadap pemberian stimulus pada anak sangat diperlukan terutama
pada saat usia sekolah. Peran aktif tersebut adalah dalam menciptakan lingkungan rumah
yang baik sebagai lingkungan sosial pertama yang dialami oleh anak. Melalui
pengamatannya terhadap tingkah laku secara berulang–ulang, anak ingin menirunya dan
kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya. Dalam usaha mendidik anak harus
diperhatikan pula peran aktif dari anak itu sendiri. Anak harus lebih diperlakukan sebagai
pribadi yang aktif yang perlu dirangsang stimulus untuk menghadapi permasalahan.
Melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak, maka akan berkembang
berbagai aspek kepribadian anak termasuk aspek kesadaran terhadap tanggung jawab.
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan sekitar anak, yang berupa latihan,
bimbingan atau bermain . Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak . Anak yang banyak mendapatkan stimulasi searah
akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi
(Nursalam,2005) .
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai
tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan ini
meliputi berbagai aktivitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak,
berbicara, berpikir, kemandirian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan oleh orang tua
(keluarga) setiap ada kesempatan atau sehari - hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur
dan prinsip stimulasi. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa
stimulasi merupakan ungkapan kasih sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama;
stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan, dan mencakup empat bidang
kemampuan perkembangan stimulasi dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak;
stimulasi dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman atau marah apabila anak
tidak mampu melakukannya. Memberikan pujian bila anak berhasil; stimulasi dilengkapi
dengan alat bantu sederhana dan mudah didapat, misalnya mainan yang dibuat sendiri
dari bahan bekas, alat yang ada dirumah atau benda yang ada dilingkungan sekitar .
Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masaprenatal, dan setelah lahir
dengan meletakkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam,2005) .
Dari penelitian yang dilakukan oleh Saputro tahun 2004 menunjukkan bahwa anak yang
kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dengan
angka prevalensi yaitu 3-11%. Stimulus yang diberikan pada anak selama tiga tahun
pertama akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan
menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi
diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi
diberikan, maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak
semakin optimal.
Oleh karena itu peran orang tua dalam melatih (coaching) atau membimbing anaknya itu
sangat penting karena anak sebagai harapan masa depan bangsa dan negara, mereka
perlu dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat,
bermoral, dan berguna bagi masyarakat, untuk itu perlu persiapan sejak dini yaitu
melalui bimbingan yang baik dan anak perlu dibimbing karena mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahap
setiap tahapan mempunyai ciri dan tuntutan tersendiri (Hanati, 2003).
Anak usia sekolah merupakan fase kehidupan anak dengan keunikannya dan mempunyai
dunia tersendiri, dan anak dipandang sebagai individu utuh, dalam hal ini pendidikan
bagi anak sekolah memerlukan penanganan menyeluruh, artinya bukan saja penanganan
fisik, intelektual, sosial, melainkan juga penanganan dari berbagai pihak seperti keluarga,
sekolah, masyarakat dan pemerintah dalam penyiapan memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal dan sehingga anak mendapat kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan dan memberdayakan potensi-potensi yang
dimiliki anak sesuai dengan taraf perkembangannya (Depdiknas, 2004).
Pola coaching anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga. Budaya
timur seperti Indonesia, peran untuk membimbing atau merawat lebih banyak dipegang
oleh istri atau ibu, meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama. Tujuan
utama bimbingan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan
meningkatkan kesehatannnya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan
sejalan dengan tahapan perkembangan dan mendorong peningkatan kemampuan
berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya (Supartini, 2002).
Sesuai dengan data yang diperoleh jumlah keseluruhan siswa di SD Inpres Antang 01
Makassar adalah 496 orang, dengan jumlah laki laki adalah 236 orang, dan jumlah
perempuan adalah 260 orang. Sedangkan jumlah siswa kelas V adalah 45 orang, dan dari
hasil wawancara dengan guru kelas V pada saat kegiatan belajar mengajar dari 45 anak
terdapat 70% anak kelas V yang malu–malu untuk bertanya apa yang tidak diketahuinya,
masih ada siswa yang belum disiplin saat pelajaran akan dimulai, seperti masih ada yang
keluar masuk kelas ketika pelajaran dimulai, masih ada siswa yang malas untuk
mengerjakan tugas / PR, untuk tingkat prestasi belajar kelas V SD Inpres 01 Antang
Makassar ,masih belum mencapai 100 % , hal ini karena dilihat kembali oleh keseharian
siswa dalam kelasnya.
1.2 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini membatasi masalah sangat penting untuk memberikan arah yang

jelas terhadap masalah yang akan diteliti. Peneliti menjadi terarah dan dapat memberikan

nilai praktis bagi peneliti. Hal penting bagi orang tua dalam memberi coaching bagi anak

dalam mencapai tugas perkembangannya yang dilatarbelakangi berbagai faktor,

diantaranya lingkungan, sosial budaya serta pendidikan orang tua. Dalam penelitian ini

yang di kaji adalah coaching orang tua tentang stimulasi perkembangan dan kemampuan

anak usia sekolah. Salah satu cara untuk mencapainya adalah adanya coaching atau

pembinaan yang baik dari orang tua. Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini

yaitu sejauh mana Tingkat pengetahuan orang tua terhadap coaching.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimanakah Coaching orang tua tentang stimulasi perkembangan hasil belajar

anak usia sekolah.?

1.3.2 Seberapa jauh perhatian orang tua berpengaruh terhadap akhlak anak?

1.3.3 Teridentifikasi kemampuan anak dalam mencapai tugas perkembangan usia

sekolah di SD Inpres Antang 01 Makassar.


1.3.4 Diketahuinya hubungan coaching orangtua tentang stimulasi perkembangan

terhadap kemampuan anak usia sekolah dalam mencapai tugas perkembangan di

SD Inpres Antang 01 Makassar.

Anda mungkin juga menyukai