Qodo Dan Qadhar Allah
Qodo Dan Qadhar Allah
Penulis
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Peristiwa Yang Menggambarkan Takdir Allah Swt Bagi Semua
Makhluk-Nya.”
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dan berpartisipasi demi terselesaikannya makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah unutk memenuhi nilai
dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan sebagai sarana belajar untuk
dapat membuat makalah yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis perlukan
demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penulisan 3
1.4. Manfaat Penulisan 3
BAB II. ISI DAN PEMBAHASAN 4
2.1. Tingkatan Takdir 4
2.1.1. Tingkatan Pertama: al-‘Ilmu (Ilmu) 4
iii
2.2.7. Takdir Mu‘allaq 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak orang mengenal rukun iman tanpa mengetahui makna dan hikmah yang
terkandung dalam keenam rukun iman tersebut. Salah satunya adalah iman
kepada takdir. Tidak semua orang yang mengenal iman kepada takdir,
mengetahui hikmah dibalik beriman kepada takdir dan bagaimana mengimani
takdir. Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala
sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman. (Terj. Al Wajiiz fii ‘Aqidatis
Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal. 95)
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai dengan ilmu-
Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya. Tidak ada
sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun
yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupan
seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak Allah, namun
tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2)
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr:
21)
1
Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan salah satu rukun iman dan
prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan sempurna keimanan
seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu dia mengikrarkan dan
meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu berlaku atas
ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah.
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar
baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya
tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan
menimpanya.” (Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir
bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad
dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir
berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’ Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah
(no. 2439), karya Syaikh Albani rahimahullah)
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dibuat
adalah sebagai berikut:
3
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
Beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali dengan empat perkara yang
disebut tingkatan takdir atau rukun-rukun takdir. Keempat perkara ini adalah
pengantar untuk memahami masalah takdir. Barang siapa yang mengaku
beriman kepada takdir, maka dia harus merealisasikan semua rukun-rukunnya,
karena yang sebagian akan bertalian dengan sebagian yang lain. Barang siapa
yang mengakui semuanya, baik dengan lisan, keyakinan dan amal perbuatan,
maka keimanannya kepada takdir telah sempurna. Namun, barang siapa yang
mengurangi salah satunya atau lebih, maka keimanannya kepada takdir telah
rusak.
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia Maha Mengetahui apa
4
yang ada di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun
dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan telah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs. Al-
An’aam: 59)
“Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh
Mahfuzh).” (Qs. Yaasiin: 12)
“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya.” (Qs. Al-Hadiid: 22)
“Allah telah menulis seluruh takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu
tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Qadar (no. 2653), dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan pula
5
oleh Tirmidzi (no. 2156), Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi
(no. 557))
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam (pena), lalu Allah
berfirman, ‘Tulislah!’ Ia bertanya, ‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku
tulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya
Kiamat.'”(Shahih, riwayat Abu Dawud (no. 4700), dalam Shahiih Abu
Dawud (no. 3933), Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-
Sunnah (no. 102), al-Ajurry dalam asy-Syari’ah (no.180), Ahmad (V/317),
dari Shahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu)
Oleh karena itu, apa yang telah ditakdirkan menimpa manusia tidak akan
meleset darinya, dan apa yang ditakdirkan tidak akan mengenainya, maka
tidak akan mengenainya, sekalipun seluruh manusia dan golongan jin
mencoba mencelakainya.
Yaitu, bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi adalah sesuai
dengan keinginan dan kehendak (iraadah dan masyii-ah) Allah yang
berputar di antara rahmat dan hikmah. Allah memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya, dan menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dengan hikmah-Nya. Dia tidak boleh ditanya mengenai
apa yang diperbuat-Nya karena kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya,
tetapi kita, sebagai makhluk-Nya yang akan ditanya tentang apa yang terjadi
pada kita, sesuai dengan firman-Nya,
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang
akan ditanyai.” (Qs. Al-Anbiyaa’: 23)
6
manusia berupaya untuk menghindarinya, dan apa yang tidak dikehendaki-
Nya, maka tidak akan terjadi, meskipun seluruh makhluk berupaya untuk
mewujudkannya
.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan kamu tidak dapat menhendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (Qs. At-Takwir: 29)
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Para Imam Salaf dari kalangan umat
Islam telah ijma’ (sepakat) bahwa wajib beriman kepada qadha’ dan qadar
Allah yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit, yang
sedikit maupun yang banyak. Tidak ada sesuatu pun terjadi kecuali atas
kehendak Allah dan tidak terwujud segala kebaikan dan keburukan kecuali
atas kehendak-Nya. Dia menciptakan siapa saja dalam keadaan sejahtera
(baca: menjadi penghuni surga) dan ini merupakan anugrah yang Allah
berikan kepadanya dan menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki dalam
keadaan sengsara (baca: menjadi penghuni neraka). Ini merupakan keadilan
dari-Nya serta hak absolut-Nya dan ini merupakan ilmu yang
disembunyikan-Nya dari seluruh makhluk-Nya.” (al-Iqtishaad fil I’tiqaad,
hal. 15)
7
2.1.4. Tingkatan Keempat: al-Khalq (Penciptaan)
Yaitu, bahwa Allah adalah Pencipta (Khaliq) segala sesuatu yang tidak ada
pencipta selain-Nya, dan tidak ada rabb selain-Nya, dan segala sesuatu
selain Allah adalah makhluk. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang
memiliki arti:
8
2.2. Peristiwa Yang Menggambarkan Takdir Allah SWT Bagi Semua
Makhluk-Nya
Allah Swt. telah menciptakan alam semesta dan Dia juga yang
mengaturnya. Allah Swt. menetapkan aturan tertentu bagi alam semesta agar
tetap dapat berjalan dan tidak binasa. Ini salah satu wujud takdir Allah Swt.
Jika alam semesta ini berjalan berdasarkan hukum alam semata tanpa ada
ketentuan dari Allah, tentu akan rusak. Contoh, matahari akan bebas terbit
sehari dan terbenam dalam beberapa hari. Bumi akan bebas beredar dan
berotasi untuk beberapa jam serta berhenti untuk beberapa jam kemudian.
9
2.2.2. Takdir Allah pada Binatang
Ada banyak bukti yang menunjukkan contoh takdir Allah Swt. pada
binatang. Ada beberapa binatang yang mempunyai kekuatan melebihi
manusia, tetapi ditundukkan oleh Allah Swt. untuk dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan manusia. Misalnya, adanya binatang-binatang ternak seperti
kuda, unta, kerbau, atau kambing. Untuk memperjelas, kita dapat mengambil
contoh berikut. Di sekitar kalian tentu ada hewan bernama kerbau. Kerbau
memiliki kekuatan melebihi manusia.
10
2.2.3. Takdir pada Tumbuh-Tumbuhan
Contoh takdir Allah Swt pada tumbuhan dapat kita ambil dari ketika
kita berupaya membudidayakan tanaman dengan menggunakan bibit unggul,
lahan yang subur, pengairan yang baik, ternyata tidak menjamin bahwa
tanaman yang kita tanam tersebut tumbuh dengan baik. Bisa jadi sebaliknya,
menjadi gagal panen karena timbulnya kerusakan tanpa diketahui
penyebabnya. Kondisi di atas menunjukkan takdir Allah dalam hal mengurusi
makhluk tumbuhan.
Takdir Allah juga tampak jika kita mencermati lingkungan sekitar. Allah
Swt. dengan kehendak-Nya telah menakdirkan daerah-daerah tertentu
mempunyai curah hujan tinggi, sementara daerah lainnya kering atau jarang
11
turun hujan. Atas ketetapan takdir Allah pada lingkungan tersebut manusia
dapat membuat peta dengan mencantumkan batas-batas daerah dengan curah
hujan tinggi dan daerah yang kering. Akan tetapi, Allah Swt. dapat
menetapkan suatu daerah yang semula banyak curah hujan berubah menjadi
kering tanpa hujan. Sebaliknya, daerah yang semula kering bisa juga berubah
menjadi subur. Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar kita tersebut
tidak disebabkan oleh hukum sebab akibat semata. Akan tetapi, Allah Maha
Berkehendak dengan takdir-Nya.
Contoh takdir yang telah ditetapkan Allah pada manusia yaitu dalam hal
proses penciptaan manusia. Sebagaimana makhluk-makhluk lainnya, manusia
lahir disebabkan adanya hubungan antara laki-laki dan perempuan. Jika laki-
laki dan perempuan melakukan hubungan kelamin, akan terjadi kehamilan
dan lahirlah anak atau bayi. Hal ini yang berlaku dalam hukum sebab akibat.
Kenyataannya, proses tersebut kadang tidak berakhir dengan lahirnya anak.
Simak ayat yang artinya, ”Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi;
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan
12
kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada
siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan
perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha
Mengetahui, Mahakuasa”. (Q.S. asy-Syura [42]:49–50)
Secara bahasa, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti dan tidak dapat
dielakkan. Takdir mubram secara istilah dapat diartikan dengan ketetapan
Allah Swt. yang pasti terjadi pada setiap makhluk sehingga tidak bisa ditolak
atau ditawar-tawar lagi. Ada banyak ketetapan yang pasti terjadi, contoh
takdir mubram adalah peristiwa hari kiamat, jenis kelamin ataukah waktu
13
kematian, jodoh, dan beberapa peristiwa lainnya. Atas kejadian tersebut
seluruhnya telah diatur oleh Allah Swt. Manusia tidak turut menentukannya.
Tidak ada manusia yang mengetahui jodoh atau memesan jenis kelamin
sebelum kelahirannya.
Kematian Jodoh
14
BAB III
3.1. Simpulan
Ingatlah saudariku, tidak setiap hal akan berjalan sesuai dengan apa yang kita
harapkan, maka hendaklah kita menyerahkan semuanya dan beriman kepada apa
yang telah Allah tentukan. Jangan sampai hati kita menjadi goncang karena
sedikit ‘sentilan’, sehingga muncullah bisikan-bisikan dan pikiran-pikiran yang
akan mengurangi nikmat iman kita. Dengarlah sabda Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam yang berarti:
15
itu, niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah ‘Qodarullah wa
maa-syaa-a fa’ala (Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang
dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya).’ Karena sesungguhnya (kata)
‘seandainya’ itu akan mengawali perbuatan syaithan.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (no. 2664))
Tidak ada seorang pun yang dapat bertindak untuk merubah apa yang telah
Allah tetapkan untuknya. Maka tidak ada seorang pun juga yang dapat
mengurangi sesuatu dari ketentuan-Nya, juga tidak bisa menambahnya, untuk
selamanya. Ini adalah perkara yang telah ditetapkan-Nya dan telah selesai
penentuannya. Pena telah terangkat dan lembaran telah kering.
Dan jika kita mendapatkan musibah atau cobaan, janganlah berputus asa dari
rahmat Allah dan janganlah bersungut-sungut, tetapi bersabarlah. Karena sabar
adalah perisai seorang mukmin yang dia bersaudara kandung dengan
kemenangan. Ingatlah bahwa musibah atau cobaan yang menimpa kita hanyalah
musibah kecil, karena musibah dan cobaan terbesar adalah wafatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam
sabdanya,
16
“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah, maka ingatlah musibah
yang menimpaku, sungguh ia merupakan musibah yang paling besar.”
(Shahih li ghairih, riwayat Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat (II/375), Ad-Darimi
(I/40))
Apabila hati kita telah yakin dengan setiap ketentuan Allah, maka segala urusan
akan menjadi lebih ringan, dan tidak akan ada kegundahan maupun kegelisahan
yang muncul dalam diri kita, sehingga kita akan lebih semangat lagi dalam
melakukan segala urusan tanpa merasa khawatir mengenai apa yang akan terjadi
kemudian. Karena kita akan menggenggam tawakkal sebagai perbekalan ketika
menjalani urusan dan kita akan menghunus kesabaran kala ujian datang
menghadang.
Wallahu Ta’ala a’lam wal musta’an
3.2. Saran
“ yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka
mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d : 28-29)
17