Anda di halaman 1dari 10

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JALAN

(PERKERASAN LENTUR)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur
Yang dibimbing oleh Bapak Drs. Made Wena, M.Pd., M.T

Disusun Oleh :
Ghazy Zafrani A. 1805216290

Houchinia Alrinardie 180521629007

Maghdzany Fikri B. 180521629054

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1. Analisis Tingkat Kerusakan
Pembangunan jalan raya di Indonesia selalu meningkat dari waktu ke waktu.
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan
air serta diatas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan kabel dan jalan lori.
Bahan yang digunakan untuk perkerasan jalan beton pada saat ini umumnya
berupa pasir, split, dan semen. Saat terdapat ruas jalan yang terjadi kerusakan,
maka akan berdampak yang cukup besar pada arus lalu lintas. Kerusakan jalan
yang terjadi di beberapa ruas jalan menimbulkan kerugian yang sangat besar
terutama bagi pengguna jalan seperti waktu tempuh yang lama, kemacetan,
kecelakaan, dan lain-lain. Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai
sebab yaitu umur rencana jalan yang telah dilewati, genangan air pada
permukaan jalan yang tidak dapat mengalir akibat drainase yang kurang baik,
beban lalu lintas berulang yang menyebabkan umur pakai jalan lebih pendek
dari perencanaan. Tahapan Analisa ini untuk melihat bagaimana cara
pemeliharaan dan perawatan jalan (perkerasan lentur). Berikut ini merupakan
tingkat kerusakan jalan.
a. Tingkat kerusakan jalan tinggi
Kondisi medan yang buruk mengakibatkan jalan sering rusak akibat
pengaruh alami seperti tanah yang bergerak sehingga jalan lebih cepat rusak
dan juga dapat diakibatkan oleh beban kendaraan yang berlebih.
b. Tingkat kerusakan jalan sedang
Kondisi medan relative akan tetapi beban jalan masih cukup berat sehingga
sedikit terjadi kerusakan pada jalan.
c. Tingkat kerusakan jalan rendah
Jalan tidak mengalami kelebihan beban kendaraan dan kecil kemungkinan
terjadi kerusakan jalan dikarenakan kondisi medan yang baik dan
mendukung terpeliharanya bangunan jalan.
2. Jenis Perawatan
Menurut Permen PU13-2011 pasal 9 tentang pemeliharaan jalan.
1. Survei pemeliharaan jalan dimaksudkan untuk memperoleh data
administrasi dan data kondisi jalan.
2. Survei pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
survei inventarisasi jalan dan survei kondisi jalan.
3. Survei inventarisasi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kegiatan pengumpulan data inventarisasi jalan yang meliputi: fungsi jalan,
status jalan, bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan, data lalu lintas,
data geometrik jalan, data konstruksi perkerasan yang ada, dan data
lingkungan terakhir dari masing-masing ruas jalan yang dilakukan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun.
4. Hasil survei inventarisasi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
digunakan untuk data dasar bagi penyelenggara jalan.
5. Survei kondisi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi jalur
dan/atau lajur lalu lintas, bahu jalan, bangunan pelengkap, perlengkapan
jalan, dan lahan pada Rumaja dan Rumija, yang dilakukan paling sedikit 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun.
6. Hasil survei kondisi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan
untuk menentukan jenis penanganan yang diperlukan.
7. Survei inventarisasi jalan dan kondisi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan ayat (5) dilakukan oleh petugas atau penyedia jasa yang ditunjuk
oleh penyelenggara jalan.
Pemeliharaan jalan meruppakan kegiatan penanganan jalan berupa pencegahan,
perawatan dan perbaikan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi jalan.
Adapun jenis pemeliharaan jalan meliputi sebagai berikut :

a. Peningkatan jalan rekonstruksi


b. Pemeliharaan rutin jalan
c. Pemeliharaan secara berkala
3. Metode Pelaksanaan
Penanganan kerusakan jalan pada lapisan lentur menggunakan metode
perbaikan standar Direktorat Jendral Bina Marga 1995. Jenis-jenis metode
penanganan tiap kerusakan adalah:

1. Metode Perbaikan P1 (Penebaran Pasir)


a. Jenis kerusakan yang ditangani:

Lokasi kegemukan aspal terutama pada tikungan dan tanjakan.

b. Langkah Penanganan:
- Memobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke lapangan.
- Memberikan tanda pada jalan yang akan diperbaiki
- Membersihkan daerah.
- Menebar pasir kasar atau agregat halus (tebal > 10mm) diatas permukaan
yang mengalami kerusakan.
- Melakukan pemadatan dengan pemadat ringan (1 -2) ton sampai permukaan
rata dengan kepadatan optimal 95%
2. Metode Perbaikan P2 (Peleburan Aspal Setempat)
a. Jenis kerusakan yang ditangani:
- kerusakan tepi bahu jalan beraspal
- Retak buaya < 2mm
- Retak garis lebar < 2mm
- Terkelupas
b. Langkah penanganan:
- Memobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke lapangan.
- Membersihkan daerah, permukaan haris bersih dan kering.
- Menyemprotkan aspal keras sebanyak 1,5 kg/m² dan untuk cut back 1
liter/m²
- Menebarkan pasir kasar atau agregat halus 5mm hingga rata
- Melakukan pemadatan sampai diperoleh permukaan rata dan optimal
(kepadatan 95%)
3. Metode Perbaikan P3 (Pelapisan Retakan)
a. Jenis kerusakan yang ditangani:
- Lokasi retak satu arah dengan lebar retakan < 2mm
b. Langkah penanganan:
- Memobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke lapangan.
- Membersihkan daerah, permukaan harus bersih dan kering.
- Menyemprotkan tack coat (0,2 liter/m² di daerah yang akan diperbaiki)
- Menebar dan meratakan campuran aspal beton pada seluruh daerah yang
telah ditandai
- Melakukan pemadatan ringan (1 - 2) ton sampai diperoleh permukaan yang
rata dan kepadatan optimum (kepadatan 95%)
4. Metode Perbaikan P4 (Pengisian Retak)
a. Jenis kerusakan yang ditangani:
- Lokasi retak satu arah dengan lebar retakan > 2 mm
b. Langkah penanganan:
- Memobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke lapangan.
- Membersihkan daerah, permukaan harus bersih dan kering.
- Mengisi retakan dengan aspal cut back 2 liter/m² menggunakan aspal sprayer
atau dengan tenaga manusia
- Menebarkan pasir kasar pada retakan yang telah diisi aspal (tebal 10 mm)
- Memadatkan minimal 3 lintasan dengan baby roller.
5. Metode Perbaikan P5 (Penambalan Lubang)
a. Jenis kerusakan yang ditangani:
- Lubang kedalaman > 50 mm
- Keriting kedalaman > 30 mm
- Alur kedalaman > 30 mm
- Ambles kedalaman > 50 mm
- Jembul kedalaman > 50 mm
- Kerusakan tepi perkerasan jalan, dan
- Retak buaya lebar > 2 mm
b. Langkah penanganan:
- Menggali material sampai mencapai lapisan bawahnya.
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan tenaga manusia.
- Menyemprotkan lapis resap pengikat prime coat dengan takaran 0,5 liter/m²
- Menebarkan dan memadatkan campuran aspal beton sampai diperoleh
permukaan yang rata
- Memadatkan dengan baby roller(minimum 5 lintasan)
6. Metode Perbaikan P6 (Perataan)
a. Jenis kerusakan yang ditangani:
- Lokasi keriting dengan kedalaman < 30 mm
- Lokasi lubang dengan kedalaman < 50 mm
- Lokasi alur dengan kedalaman < 30 mm
- Lokasi terjadinya penurunan dengan kedalaman < 50 mm
- Lokasi jembul dengan kedalaman < 50 mm
b. Langkah penanganan:
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan tenaga manusia
- Melaburkan tack coat 0,5 liter/m²
- Menaburkan campuran aspal beton kemudian memadatkanya sampai
diperoleh permukaan yang rata.
- Memadatkan dengan baby roller (minimum 5 lintasan)

4. Alat Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam perawatan perkerasan jalan lentur harus
sesuai dengan keperluan pada saat melakukan kegiatan pemeliharaan rutin.
Seluruh peralatan yang telah disepakati untuk digunakan dalam kegiatan
pemeliharaan rutin senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan untuk penanganan
pekerjaan dilapangan. Jenis dan kapasitas peralatan serta kemampuan
operatornya perlu disesuaikan dengan kondisi di lapangan, agar dalam
pengoperasiannya alat tersebut dapat berfungsi secara baik dan lebih efisien.
Penggunaan peralatan yang bukan peruntukannya akan menyebabkan inefisiensi
dan hasil akhir yang tidak memuaskan. Untuk mendukung keberhasilan
penggunaan peralatan yang sesuai, perlu mengetahui terlebih dahulu fungsi,
karakteristik, kemampuan, dan cara pengoperasiannya yang benar. Beberapa
jenis peralatan utama yang umumnya digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan
rutin antara lain adalah sebagai berikut.
1. Vibrating Rammer
- Untuk pemadatan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah
(subbase course), lapisan pondasi atas (base course); untuk lokasi
setempat.
- Tidak boleh digunakan untuk pemadatan campuran aspal dingin atau
campuran aspal panas.
2. Vibrating Plate Compactor
- Untuk pemadatan lapisan campuran aspal.
- Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan dengan ketebalan < 10 cm
(hanya lokasi setempat).
- Untuk pemadatan Asphalt Treated Base (ATB).
3. Baby Roller (Vibrating)
- Untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal panas,
terutama pada lapisan permukaan dari penambalan lubang atau perataan.
Untuk pemadatan pasir atau agregat halus pada laburan aspal.
- Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan.
4. Site mixer
- Untuk pembuatan campuran aspal dingin di lapangan (dengan aspal
emulsi, aspal cair/cutback atau asbuton) dengan ukuran maximum 0,1
m3.
5. Asphalt Sprayer
- Peralatan penyemprot aspal.
Selain alat-alat tersebut, perlu dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan di lapangan, seperti saringan/ayakan untuk
agregat, sekop, pembersih debu/sapu lidi, dan lain-lainnya.

5. Bahan Yang Digunakan


Bahan atau material yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan jalan
antara lain batu belah, agregat kasar/halus, dan bahan pengisi/mineral filler,
aspal, semen (Portland cement/Pc), dan lain-lain. Kebutuhan bahan/material
tergantung dari jenis kegiatan/pekerjaan yang harus ditangani dan dimensi serta
tingkat kerusakan yang harus ditanggulangi.
1. Batu Belah/Kali
Batu belah/kali umumnya digunakan dalam pekerjaan perbaikan
talud atau lereng badan jalan yang longsor ataupun tergerus sebagai akibat
dari erosi atau perubahan level air tanah. Bila badan jalan berada ditepi
sungai atau pantai laut, umumnya dibuat dalam bentuk bronjong (gabions)
ataupun dinding penahan (retaining wall). Dimensi batu belah/kali pada
umumnya berkisar antara 15 sampai 20 cm. Jenis pengerjaan pasangan batu
tersebut dapat dengan/atau tanpa mortar/spesi sesuai kebutuhan dan kondisi
di lokasi pekerjaan.
2. Agregat Kasar/Halus dan Bahan Pengisi/Mineral Filler
Agregat kasar merupakan batu pecah/kerikil yang mempunyai
minimum dua bidang pecah, dengan dimensi butiran tertahan pada saringan
2,36 mm tidak kurang dari 65%.
Agregat halus umumnya terdiri dari pasir kasar yang mempunyai dimensi
butiran =/- 95% lolos saringan 2,36 mm. seperti halnya agregat kasar,
agregat halus harus keras dan tidak mudah pecah, serta bersih atau bebas dari
debu, kotoran, ataupun zat-zat lainnya yang dapat merusak kemampuan
bahan tersebut.
3. Aspal
Jenis aspal yang umumnya digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan
jalan antara lain adalah aspal emulsi, aspal cair, dan aspal buton. Sesuai
dengan keperluannya, penggunaan jenis aspal tersebut disesuaikan dengan
kondisi dan pemanfaatannya di lapangan/lokasi pekerjaan yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan aspal tersebut antara lain adalah kekentalan,
kerataan, kemudahan pengerjaan/workability
4. Semen (Portland Cement / Pc)
Semen yang umumnya digunakan dalam pengerjaan struktur adalah
jenis Portland Cement / Pc. Pc berfungsi sebagai bahan pengikat pada
pekerjaan pasangan batu kali dinding penahan, ataupun bangunan
pelengkap/struktur seperti, untuk fasilitas drainase, parit tepi, gorong-
gorong, box culvert, dan jembatan. Penggunaan lain adalah sebagai
campuran pada bahan material base maupun subbase course.
5. Kapur
Jenis bahan ini banyak digunakan sebagai campuran mortar/spesi
bersama semen pada pekerjaan pasangan batu kali. Selain itupun sering
digunakan dalam stabilisasi tanah yang lunak, basah, dan jenuh kandungan
airnya. Kapur memiliki daya mengikat terhadap air yang berada di dalam
lapisan tanah yang lunak tersebut.

6. Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya atau RAB disusun untuk mengetahui besarnya
biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan proyek. Dalam menyusun rencana
anggaran biaya terdapat beberapa komponen perhitungan yang meliputi, antara
lain: upah pekerja, bahan material, peralatan dan juga biaya overhead dan biaya
lain-lain, Yang bertujuan untuk mengevaluasi perkerasan lentur dan Rencana
Anggaran Biaya agar bisa mengetahui keseluruhan biaya dalam perbaikan
kerusakan perkerasan lentur. Untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya
perbaikan ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
Anggaran biaya = Total kerusakan x Harga satuan pekerjaan
Dalam penelitian ini harga satuan pekerjaan yang digunakan ialah berdasarkan
analisa Harga Satuan dari Dinas Pekerjaan Umum.
7. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan utama pemeliharaan jalan dibagi dalam beberapa kategori
pemeliharaan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu
konstruksi jalan. Bagian-bagian dari konstruksi jalan yang perlu dipelihara
antara lain adalah sebagai berikut:Struktur Perkerasan Jalan.
1. Bahu Jalan.
2. Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar.
3. Fasilitas Drainase Jalan.
4. Perlengkapan Jalan. Lereng/Talud Jalan.
5. Struktur Pendukung Jalan.
Selain itu, kegiatan yang perlu dilakukan dalam keadaan mendesak/darurat
adalah apabila terjadi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, jalan dan
jembatan terputus, pengaturan lalulintas, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai