PROPOSAL PENELITIAN
menunggu materi yang akan disampaikan oleh pendidik. Siswa tidak mau secara
mandiri mencari sumber materi lain. Selain itu, Sekolah juga sudah menyediakan
perpustakaan yang dijadikan sebagai tempat belajar siswa selain belajar di kelas.
Dari pengamatan dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar fisika masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kemandirian belajar
siswa sehingga diperlukan sesuatu yang baru, berupa suplemen belajar yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Menurut Trianto (2007) inovasi yang
menarik mengiringi perubahan adalah dengan menerapkan inovasi pembelajaran
yang bertujuan untuk dapat mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta
didik secara konkrit dan mandiri. Kemandirian perlu ditingkatkan sebab
kemandirian berperan penting dalam proses belajar (Slameto, 2010).
Minat belajar dapat diciptakan dengan suasana belajar yang menarik
diiringi musik yang lembut, meningkatnya minat diikuti meningkatnya
kemandirian belajar siswa (Lucy, 2009). Minat belajar tidak hanya faktor penting
dalam kesuksesan belajar, tetapi minat juga merupakan penyakit dari kebanyakan
siswa dalam dunia pendidikan. Minat dapat dibangun dengan memberikan
fasilitas belajar (Buccheri dkk, 2011). Alat bantu pembelajaran adalah berbagai
sarana dan fasilitas yang dapat digunakan peserta didik untuk memperlancar,
mengefektifkan dan menggefisienkan upaya pencapaian tujuan pendidikan oleh
peserta didik (Prayitno, 2009).
Pembelajaran mandiri akan memberikan kebebasan kepada siswa dalam
kegiatan belajar untuk mengembangkan kemandirian belajar dan mencapai
prestasi belajar yang optimal (Song dan Hill, 2007). Perkembangan iptek diikuti
dengan perkembangan komputer. Komputer berkembang pesat dengan banyak
aplikasi yang tersimpan di dalamnya. Komputer juga bisa digunakan sebagai
sarana bantu dalam bidang pendidikan untuk dijadikan sebagai sumber belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, perkembangan Iptek diikuti
dengan perkembangan komputer. Komputer dapat dimanfaatkan dalam dunia
pendidikan, sebab menurut Riyana dan Susilana (2009) komputer mempunyai
kemampuan antara lain: 1) membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak, 2)
menghadirkan objek-objek yang berbahaya, 3) meminimalkan objek yang terlalu
3
besar atau kecil, dan 4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat,
karena kemampuannya komputer dapat dijadikan sumber belajar siswa.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Seberapa valid media pembelajaran interaktif yang dikembangkan?
2) Apakah pengembangan media pembelajaran interaktif dapat meningkatkan
minat belajar siswa?
3) Apakah pengembangan media pembelajaran interaktif dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa?
4) Bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran interaktif yang
dikembangkan?
5) Bagaimana respon guru terhadap media pembelajaran interaktif yang
dikembangkan?
4. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka
peneliti membatasi titik permasalahan, yaitu kurangnya kemandirian belajar siswa
dikarenakan kurangnya suplemen belajar. Oleh karena itu, peneliti
mengembangkan media pembelajaran interaktif untuk meningkatkan kemandirian
belajar pada siswa SMK Nurul Islam Larangan Kec. Larangan Kab. Brebes.
Media pembelajaran interaktif yang dikembangkan dijadikan sebagai suplemen
belajar siswa.
5. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk.
1) Menghasilkan media pembelajaran interaktif yang valid.
2) Menganalisis minat belajar siswa dari pengembangan media pembelajaran
interaktif.
3) Menganalisis kemandirian belajar siswa dari pengembangan media
pembelajaran interaktif.
4) Menganalisis respon siswa terhadap media pembelajaran interaktif yang
dikembangkan.
4
7. Landasan Teori
7.1 Belajar
7.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang komplek. Belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti; peningkatan kecakapan,
ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya (Hakim, 2005). Belajar
menyatakan suatu upaya untuk menguasai sesuatu yang baru seperti menguasai
sesuatu dalam belajar dan menguasai hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar
(Prayitno, 2009).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut dapat dilihat
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti; peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir
dan kemampuan. Jika di dalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan
5
suatu peningkatan kualitas dan kuantitas maka dapat dikatakan seseorang tersebut
mengalami kegagalan dalam proses belajar (Hakim, 2005).
7.1.2 Faktor yang mempengaruhi Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi belajar sehingga berpengaruh terhadap
hasil belajar. Slameto (2010) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: 1) faktor jasmaniah (kesehatan,
cacat tubuh), 2) faktor psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan), dan 3) faktor kelelahan.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern dibagi menjadi
tiga, yaitu: 1) faktor keluarga (cara orang tua mendidik anak, relasi antar
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
latar belakang kebudayaan), 2) faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode pengajaran, tugas rumah), dan 3)
faktor masyarakat (kegiatan siswa dengan masyarakat, media massa, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sependapat dengan Slameto, Hakim (2005) menggolongkan faktor yang
mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar
(eksternal).
1) Faktor internal, faktor ini merupakan faktor yang berasal dari individu sendiri.
Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis.
a) Faktor biologis (jasmani), faktor ini meliputi segala hal yang berhubungan
dengan keadaan fisik yang bersangkutan. Keadaan fisik tersebut seperti
kondisi fisik normal dan kondisi kesehatan fisik.
b) Faktor psikoligis (rohani), faktor ini meliputi segala hal yang berkaitan
dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang
keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
Kondisi mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap
mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang
berkaitan dalam proses belajar.
6
2) Faktor eksternal, faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor
eksternal meliputi; faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah,
faktor lingkungan masyarakat, faktor waktu.
Sedangkan menurut Simamora dan Roymond (2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar antara lain:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yaitu kondisi jasmani
dan rohani peserta didik,
2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yaitu kondisi lingkungan di
sekitar peserta didik.
3) Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang
meliputi, strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan keberhasilan belajar dapat
terbentuk karena motivasi dan semangat yang dibentuk oleh diri sendiri,
lingkungan keluarga dan masyarakat, dukungan dengan keadaan fisik yang
normal, serta strategi dan metode yang digunakan. Kesadaran belajar bisa muncul
dari dukungan diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitar. Terbentuknya
kesadaran belajar, membuat siswa belajar dengan bersungguh-sungguh dalam
belajar sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
7.1.3 bPrinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar bertujuan sebagai acuan dasar dalam upaya pembelajaran
bagi siswa untuk meningkatkan belajarnya dan bagi pendidik untuk meningkatkan
mengajarnya. Banyak prinsip belajar yang dikemukakan para ahli, seperti yang
dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009) prinsip belajar meliputi
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan,
balikan, penguatan, dan perbedaan individual.
Slameto (2010) mengemukakan prinsip belajar harus dapat dilaksanakan
dalam situasi dan kondisi yang berbeda bagi setiap siswa secara individual.
Prinsip belajar tersebut yaitu berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
sesuai hakekat belajar, sesuai materi atau bahan yang dipelajari, dan syarat
keberhasilan belajar. Pendidik harus memahami dan menyusun prinsip belajar
sebab kecerdasan dan karakteristik setiap siswa berbeda.
7
masalah atau situasi tertentu, dalam hal ini masalah yang dihadapi siswa adalah
belajar.
7.2.2 Indikasi Minat Belajar
Beberapa ahli mengemukakan minat muncul dengan didasari adanya
perhatian, rasa senang, ketertarikan, dan partisipasi pada suatu objek. Minat
belajar berarti perhatian, rasa senang, ketertarikan, dan partisipasi terhadap
belajar.
1) Perhatian
Menurut Suryabrata (2004) terdapat dua pengertian perhatian, pertama,
perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. Kedua,
perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu
aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010) menyatakan bahwa perhatian adalah
kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan
rangsangan yang datang dari lingkungannya.
2) Rasa senang
Rasa menurut Suharso dan Retnoningsih (2011) adalah apa yang dialami
oleh hati, dan senang adalah merasa puas, bahagia, nyaman. Rasa senang dapat
diartikan suasana hati yang bahagia dan nyaman. Siswa lebih berminat untuk
belajar jika suasana hati mereka bahagia dan nyaman, dengan suasana tersebut
dapat menciptakan hasil belajar yang maksimal.
3) Ketertarikan
Suharso dan Retnoningsih (2011) tertarik berarti merasa senang terhadap
sesuatu, dan ketertarikan merupakan keadaan tertarik. Maka ketertarikan adalah
keadaan merasa senang terhadap sesuatu. Ketertarikan siswa terhadap belajar
membuat siswa akan merasa senang untuk belajar, sehingga ketertarikan akan
membuat siswa rajin belajar. Daya tarik siswa yang kurang untuk belajar
merupakan masalah penting dalam dunia pendidikan, sebab ketertarikan
merupakan suatu proses yang dengan mudah dialami oleh setiap individu tetapi
sukar untuk diterapkan (Allen, 1980).
4) Partisipasi
Suharso dan Retnoningsih (2011) menyatakan partisipasi berarti ikut serta
dalam suatu kegiatan. Siswa yang berminat untuk sekolah akan mengikuti aturan
9
yang ada di sekolah. Belajar merupakan pokok penting dalam dunia pendidikan di
sekolah dan juga merupakan kewajiban dari siswa. Belajar dengan sungguh-
sungguh merupakan bentuk partisipasi siswa dalam bidang pendidikan.
7.2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Minat Belajar Siswa
Menurut Sujanto (2004) minat yaitu sebagai sesuatu pemusatan perhatian
yang tidak disengaja terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat
dan lingkungannya. Silvia (2006) mengemukakan faktor yang mendukung
terjadinya minat karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Interaksi siswa dengan lingkungan belajar (interaksi siswa dengan temannya,
guru, maupun dengan fasilitas yang ada.) sangat mempengaruhi minat belajar.
Sedangkan menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar siswa ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern;
1) Faktor intern
a) Faktor jasmaniah, seperti faktor; kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis, seperti; intelegensi, perhatian, bakat, kematangan dan
kesiapan.
2) Faktor ekstern
a) Faktor keluarga, seperti; cara orangtua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar penilaian di atas ukuran, keadaan gedung, metode
mengajar, dan tugas rumah.
7.3 Media Pembelajaran
7.3.1 Definisi Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011). Sedangkan
menurut Suharso dan Retnoningsih (2011) media adalah alat, sarana komunikasi.
Jadi media pembelajaran merupakan sarana komunikasi sebagai perantara belajar.
Menurut Miarso dan Yusufhadi (2004) berpendapat bahwa media pembelajaran
10
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan pembelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar.
Sadiman (2009) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat
bantu yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu mengajar.
2.1 .4.2 Jenis-jenis media pembelajaran
Herry dkk (2007) menyatakan ada tiga jenis media pembelajaran yang
dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di
sekolah, yaitu:
1) Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
indra penglihatan, media ini meliputi media yang dapat diproyeksikan
(projekted visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted
visual).
2) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk
mempelajari bahan ajar dan jenisnya.
3) Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual.
Sedangkan menurut Molenda dkk (2002) terdapat enam jenis dasar dari
media pembelajaran, yaitu:
1) Teks, merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang
mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya
tarik dalam penyampaian informasi.
2) Media audio, membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan
membantu meningkatkan daya tarik terhadap sesuatu persembahan. Jenis
audio meliputi; suara latar, musik, rekaman suara, dan lainnya.
3) Media visual, media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual,
seperti: gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan
buletin, dan lainnya.
11
4) Media proyeksi gerak, antara lain; film gerak, film gelang, program TV, video
kaset (CD, VCD, atau DVD).
5) Benda-benda tiruan/ miniature, yaitu benda-benda tiga dimensi yang dapat
disentuh dan diraba oleh siswa.
6) Manusia, meliputi; guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi tertentu.
7.3.2 Manfaat media pembelajaran
Menurut Aris dkk (2004) media pembelajaran mempunyai keunggulan,
antara lain:
1. Menarik dan menyenangkan karena terdiri dari gabunan grafik, animasi, bunyi
dan video.
2. Mudah alih sebab dapat disimpan pada flashdish dan bisa digunakan dimana
saja.
3. Pengajaran individu, pelajar berpeluang untuk mengawal kecepatan dan
kelambatan proses pembelajaran mengikuti kebolehan masing-masing.
4. Pengajaran berulang kali.
5. Interaktif, pelajar dapat bertanya, dan menginput dengan komputer
memberikan jawaban.
6. Melibatkan pengguna, terdapat video dan audio sehingga dapat melibatkan
panca indra.
Adapun manfaat media pembelajaran bagi siswa (Hujair, 2009), seperti:
1) Meningkatkan motivasi belajar.
2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar.
3) Memberikan struktur materi pelajaran.
4) Memberikan inti informasi.
5) Merangsang siswa untuk berpikir dan menganalisis.
6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
7) Siswa dapat memahami materi pelajaran secara sistematis.
Selain itu, media pembelajaran memiliki nilai praktis (sanjaya, 2010),
seperti:
1) Media dapat mengatasi keterbatasan penggalaman yang dimiliki siswa.
2) Media dapat mengatasi batas ruang dan waktu.
12
3) Video
Arsyad (2011) menyatakan bahwa video merupakan gambar-gambar
dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor
secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Menurut Sadiman
(2009) video merupakan media audio visual yang menampilkan gerak. Salah satu
keuntungan adanya video dalam media pembelajaran adalah Menghemat waktu
dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
4) Animasi
Menurut Tay (2004) animasi adalah usaha untuk membuat persentasi statis
menjadi hidup. Animasi adalah gambar-gambar yang bergerak dengan kecepatan,
arah, dan cara tertentu (Oetomo, 2006). Adapun manfaat penggunaan animasi
menurut Rotbain, Marbach-Ad dan Stavy (2008) animasi memudahkan siswa
dalam memahami materi pelajaran. Dalam pembuatan media pembelajaran
dibutuhkan animasi untuk membuat materi lebih mudah dipahami (Hidayatullah
dan Priyanto, 2011).
5) Interaktif
Menurut Suharso dan Retnoningsih (2011) inter berarti kegiatan dua arah,
interaksi, hal yang saling melakukan, sehingga dapat diambil kesimpulan
interaktif merupakan kegiatan dua arah yang komunikatif. Sebuah media
pembelajaran tidak lepas dari keinteraktifannya, sebab dari keinteraktifan tersebut
bisa membuat umpan balik dari siswa sehingga siswa merasa dilibatkan langsung.
6) Simulasi
Menurut Sa’ud (2005) simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi
dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan yang
berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu
adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri
utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa
dimodifikasi secara nyata.
Simulasi menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan
proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya (Zaenal, 2013). Selain itu simulasi
14
(3) Timeline
Timeline berisi frame-frame yang berfungsi untuk mengontrol objek yang
dibuat dalam stage atau layer yang akan dibuat animasinya.
(4) Toolbox
Toolbox berisi tool-tool atau alat yang digunakan untuk membuat,
menggambar, memilih, menulis, memanipulasi objek atau isi yang terdapat dalam
stage (layer) dan timeline.
2) Borland delphi 7
Borland delphi merupakan suatu bahasa pemrograman yang memberikan
berbagai fasilitas pembuatan aplikasi visual. Keunggulan bahasa pemrograman ini
terletak pada produktivitas, pengembangan perangkat lunak, kecepatan kompilasi,
pola desain yang menarik serta diperkuat dengan pemrogramannya yang
terstruktur. Keunggulan lain delphi adalah dapat digunakan untuk merancang
16
program aplikasi yang memiliki tampilan seperti program aplikasi lain yang
berbasis windows (Jajalidin, 2007).
Lingkungan pengembangan terpadu atau integrated development
environment (IDE) dalam program delphi terbagi menjadi delapan bagian utama,
yaitu main window, toolbar, componet palette, form designer, code editor, object
inspector, exploring, dan object treeview.
3) Camtasia
Camtasia studio adalah aplikasi yang dikemas untuk recording, editing
dan publishing dalam membuat video tutorial atau video presentasi yang ada pada
layar screen komputer (Wahana, 2011). Camtasia merupakan sebuah perangkat
lunak yang dapat digunakan untuk merekam aktivitas kerja yang terjadi pada layar
komputer. Dalam software ini terdapat empat navigasi utama yang perlu di
pahami, navigasi utama tersebut adalah:
(1) Record, berfungsi untuk merekam aktivitas atau kegiatan pada desktop
komputer.
(2) Edit, berfungsi untuk mengedit hasil rekaman yang sebelumnya telah direkam
pada desktop komputer.
(3) Procedure, berfungsi untuk memproduksi hasil rekaman yang telah di record
serta di edit sebelumnya.
(4) Share, berfungsi sebagai hasil akhir dari ketiga poin diatas.
7.4 Tekanan
7.4.1 Pengertian Tekanan
Menurut Suharso dan Retnoningsih (2011), tekan berarti bertumpu,
bersitekan, menindih mendesak kuat, tekanan berarti desakan yang kuat.
Sedangkan dalam fisika tekanan adalah gaya per luas alas. Dalam fisika tekanan
dibedakan menjadi tiga yaitu tekanan zat padat, tekanan zat cair dan tekanan gas.
1) Tekanan pada Zat Padat
Ketika mendorong uang logam di atas plastisin, berarti telah memberikan
gaya pada uang logam. Besarnya tekanan uang logam pada plastisin bergantung
pada besarnya dorongan (gaya) yang diberikan dan luas bidang tekannya.
Semakin besar gaya tekan yang diberikan, semakin besar pula tekanan yang
terjadi. Namun, semakin besar luas bidang tekan suatu benda maka semakin kecil
17
tekanan yang terjadi. Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan gaya
tekan dan berbanding terbalik dengan luas bidang tekan. Secara matematis,
besaran tekanan dapat dituliskan dalam persamaan 2.1 sebagai berikut.
𝐹
P = 𝐴 ……………………………………………….. ……..(2.1)
𝜌ghA
P= ………………………………………….……..……(2.4)
𝐴
P = ρgh…………..……………………………...……………(2.5)
Dengan p = tekanan (N/m2)
ρ= massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi zat cair (m)
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tekanan berbanding lurus dengan
massa jenis zat cair dan kedalaman di dalam zat cair. Pada umumnya, tekanan
pada kedalaman yang sama dalam zat cair yang serba sama adalah sama
3) Hukum Pascal
Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair di
ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata. Penemuan Pascal
menunjukkan bahwa Tuhan telah menetapkan hukum alam tidak lain untuk
kesejahteraan umat manusia. Gejala alam ini sering digunakan dalam teknologi
untuk mengangkat mobil di bengkel atau pompa hidrolik untuk memompa suatu
bahan tertentu. Aplikasi pascal dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.2 di bawah ini.
P1 = P2………………………………………………(2.6)
F1 F
= A2 …………………………………………...…..(2.7)
A1 2
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan efek gaya yang besar
dari gaya yang kecil, maka luas penampangnya harus diperbesar. Inilah prinsip
kerja sederhana dari alat teknik pengangkat mobil yang disebut pompa hidrolik.
Hukum Pascal pun banyak digunakan pada alat-alat teknologi yang lain, seperti
rem hidrolik pada kendaraan bermotor dan alat berat untuk mengeruk tanah atau
pasir.
4) Bejana Berhubungan
Permukaan air selalu rata tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan
dasarnya atau bentuk tabungnya dengan syarat tempat air tersebut berhubungan,
gejala ini disebut sebagai prinsip bejana berhubungan. Adapun aplikasi bejana
berhubungan diantaranya:
a) Cerek, cerek adalah alat untuk memudahkan ketika menumpahkan air minum
pada gelas.
b) Penyipat datar, tukang bangunan biasanya menggunakan alat sederhana yang
terbuat dari selang plastik yang diisi air. Alat itu disebut penyipat datar.
Penyipat datar yang dibuat pabrik disebut water pass.
c) Sumur, keberadaan air di dalam sumur pompa ataupun sumur tradisional
disebabkan oleh berlakunya prinsip bejana berhubungan. Air sumur terus
berisi dengan air karena didalamnya terdapat mata air yang terus mengalir,
sesuai dengan konsep bejana berhubungan, air/cairan yang sejenis yang berada
dalam satu wadah akan memiliki tinggi yang rata. Prinsip bejana berhubungan
tidak berlaku pada bejana yang pipanya sempit atau pipa kapiler. Cerek, water
pass, dan sumur dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.3 di bawah ini.
a b c
Gambar 2.3 a) Cerek, b) Water pass, dan c ) Sumur
5) Hukum Archemedes
20
Berat diair lebih ringan daripada berat di udara, karena ada gaya yang
mendorong dari dalam air. Gejala ini disebabkan adanya tekanan dari zat cair.
Pengamatan ini memunculkan sebuah hukum yang dikenal hukum Archimedes,
yang berbunyi sebagai berikut: “jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair,
maka benda tersebut akan mendapat gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas)
sebesar berat zat cair yang dipindahkan”.
Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang.
Benda yang diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan
diangkat di darat. Dengan demikian maka resultan gaya antara gaya berat dengan
gaya ke atas merupakan berat dalam air. Selanjutnya berat benda dalam air
merupakan berat semu, karena benda berada dalam zat cair. Hubungan antaraa
berat di udara, gaya ke atas, dan berat semu dapat dilihat pada persamaan 2.8 di
bawah.
Fa= Wu–Wa.. …………………………...………...(2.8)
Keterangan:
Fa = gaya apung atau gaya ke atas (N)
Wu =berat benda di udara (N)
Wa =berat benda di dalam air (N)
Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak
oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin besar pula
gaya apungnya. Secara matematis dapat ditulis dengan persamaan 2.9 sebagai
berikut.
Fa =W ………….…….…….…….…….………....(2.9)
Karena
W = mb g…………….…….…….…….…….…….(2.10)
Dan
mb = ρb vb……………….……………….…………..(2.11)
Maka
W = ρb vb g …………….…………….…………….(2.12)
Fa = ρf vf g …………….…………….……………..(2.13)
Adanya gaya dalam zat cair menjadikan benda yang dimasukan ke dalam
zat cair mengalami tiga kemungkinan, yaitu terapung, melayang dan tenggelam.
21
a) Benda terapung, apabila posisi benda sebagian muncul dipermukaan zat cair
dan sebagian terbenam dalam zat cair. Adapun keadaan dari peristiwa benda
terapung dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.
6) Tekanan Gas
Tekanan udara sangat mempengaruhi cuaca. Terjadinya angin merupakan
salah satu hal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atmosfer didua daerah
yang berdekatan. Angin bersifat meratakan tekanan udara. Semakin besar
perbedaan tekanan udaranya, semakin kencang angin yang berhembus sehingga
23
terjadi keseimbangan tekanan. Perbedaan tekanan ini dipicu oleh perbedaan suhu
akibat pemanasan sinar matahari.
Tekanan udara (tekanan atmosfer) disebabkan oleh berat udara yang
menekan lapisan atmosfer bagian bawah sampai ke ketinggian tertentu. Tekanan
atmosfer dapat dikayakan sama dengan tekanan zat cair. Semakin dalam suatu zat
cair maka semakin besar tekanannya, begitu pula tekanan atmosfer. Mulai dari
bagian atas atmosfer bumi hingga ke bawah akan semakin besar sehingga
beratnya semakin besar. Dengan kata lain, semakin rendah permukaannya
semakin besar tekanan udaranya. Sebaliknya, semakin tinggi permukaan bumi
akan semakin rendah tekanan udaranya. Tekanan udara dipermukaan laut sama
dengan satu atmosfer (1 atm = 76 cmHg). Setiap kenaikan 100 m tekanan udara
berkurang sebesar 1 cmHg.
7.4.2 Alat Ukur Tekanan
Seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Evangelista Torricelli
(1608–1647) mencoba mengukur tekanan udara. Karena keuletannya, dia berhasil
melakukan percobaan untuk membuktikan tekanan udara dengan
memperkenalkan alat pengukur tekanan yang disebut barometer pertama yang
sangat sederhana. Alatnya hanya menggunakan sebuah pipa kaca yang
panjangnya 1 meter dengan salah satu ujungnya tertutup dan raksa.
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut Barometer. Barometer banyak
jenisnya, salah satunya sudah dibahas di atas yaitu Barometer Torricelli.
Barometer Torricelli tentu tidak praktis karena kamu harus membawa alat yang
tingginya 1 meter dengan raksa yang sangat berbahaya apabila uapnya terisap. Hal
ini disebabkan massa jenis uap raksa sangat berat sehingga apabila terisap ke
paru-paru sulit untuk keluar lagi. Oleh sebab itu, para ahli berusaha membuat alat
pengukur tekanan udara yang praktis, di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Barometer fortin
Barometer raksa disebut barometer Fortin karena yang pertama
membuatnya adalah seorang ahli fisika berkebangsaan Prancis Nicolas Fortin
2) Barometer logam
24
langkah penelitian dan pengembangan ada sepuluh langkah, yaitu: (1) potensi dan
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, (6) ujicoba produk skala terbatas, (7) revisi produk, (8) ujicoba produk
2) Analisis
pustaka yang terkait dengan penelitian, serta dari tujuan penelitian, yaitu membuat
untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa pada mata pelajaran fisika, maka
Pengamatan di
Hasil belajar fisika kurang Wawancara
kelas kepada guru
baik
Suplemen belajar
Pengembangan media
Gambar 2.7pembelajaran
Kerangka berpikir
interaktif
Minat belajar
Adapun siswa pendukung yang menjadikan peneliti melakukan
refersnsi Hasil belajar siswa
meningkat
meningkat
mengangkat penelitian ini seperti di bawah ini.
sebagai berikut.
1) Desain, dalam tahap ini dibuat desain visual tampilan screen, peta konten,
3) Assembly, dalam tahap ini dilakukan pembuatan ilustrasi, audio, video, serta
komputer dan dapat menggunakan di sekolah saat jam istirahat atau saat jam
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk
baru yang dibangun tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut,
Setelah desain produk diujicobakan ke uji ahli materi dan uji ahli
perbaikan sesuai yang diarahkan oleh uji ahli tersebut. Selama produk belum
dikatakan layak oleh uji ahli pemograman dan uji ahli materi, maka produk masih
perlu diperbaiki kembali ke tahap desain dan belum bisa dilanjutkan ujicoba
produk ke tahap berikutnya yaitu diujicobakan dalam kelas skala terbatas dan
skala luas.
terbatas. Sampel diambil dengan cara one shot case studi yaitu menentukan
28
sampel dalam suatu kelas atau kelompok dan diberi perlakuan selanjutnya
diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2010). Objek dari uji skala terbatas adalah lima
belas siswa kelas VIIIG. Pemilihan siswa bertujuan untuk memperoleh informasi
sampel.
Perbaikan produk yang dilakukan jika ada kekurangan dan kelemahan dari
pengujian skala terbatas. Apabila dalam uji skala terbatas media pembelajaran
interaktif yang dikembangkan mendapat respon positif dari siswa maka penelitian
terbatas, hanya subjek ujicoba lebih banyak dan lebih luas. Dalam ujicoba produk
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Pre Test Post Test
Kontrol Group Design ) (Sugiyono, 2010). Objek penelitian dalam uji skala luas
terdiri dari seratus dua puluh enam siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas
VIII A, VIII C, dan VIII D, dan seratus dua puluh dua empat siswa sebagai kelas
kontrol, yaitu kelas VIII B. VIII E, dan VIIIF. Adapun desain penelitian disajikan
O1 X1 O2
X2
O3 O4
Gambar 3.2 Desain ujicoba produk
29
Keterangan:
yang dibuktikan dengan uji statistik). Pada kelompok eksperimen diberi treatment
kontrol diberi suplemen biasa seperti, buku paket dan LKS. Kedua kelas diberi
pre-test diawal pertemuan dan post-test diakhir pertemuan. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kedua kelas tersebut, jika nantinya
nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4 dapat diartikan produk yang
dikembangkan efektif. Pada akhir pertemuan kelas eksperimen akan diberi angket
yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat, kemandirian, dan respon
Perbaikan produk yang dilakukan jika ada kekurangan dan kelemahan dari
pengujian skala luas. Apabila dalam uji skala luas media pembelajaran interaktif
kemandirian belajar dan mendapat respon positif dari siswa maka penelitian dapat
diujicoba dapat meningkatkan hasil belajar, minat belajar, kemandirian belajar dan
4) Implementasi
(1) Validitas Instrumen
mengukur seberapa besar kevalidan angket yang akan digunakan dalam penelitian
yang dikembangkan, dan 5) instrumen respon siswa dan respon guru terhadap
Analisis validasi angket ini menggunakan teknik rating scale, yaitu skor 4
untuk respon sangat setuju (SS), skor 3 untuk respon setuju (S), skor 2 untuk
respon kurang setuju (KS), dan skor 1 untuk respon tidak setuju (TS). Setelah itu,
angket respon ini dianalisis dengan rumus persamaan 3.1 sebagai berikut:
∑ skorperolehan
Persentase = ∑ × 100% ……………..………..(3.1)
skormaksimum
Instrumen yang baik adalah instrumen yang memiliki nilai persentase lebih
besar atau sama dengan tujuh puluh lima persen (P ≥ 75%). (Mulyasa, 2007).
Dalam validasi ini terdapat dua angket yang digunakan, yaitu angket
menggunakan teknik rating scale, yaitu skor 4 untuk respon sangat baik (SS), skor
3 untuk respon baik (S), skor 2 untuk respon cukup baik (KS), dan skor 1 untuk
respon tidak baik (TS). Setelah itu, angket validasi ini dianalisis dengan rumus
∑ skorperolehan
Persentase = ∑ skormaksimum × 100% ……………..……….. (3.2)
Untuk menguji bahwa item dalam instrumen tes baik harus memenuhi
reliabilitas.
Menurut Crocker dan Algina yang dikutip Sudjana dan Ibrahim (2009)
peserta tes yang menjawab benar, definisi ini dapat dinyatakan dengan persamaan
3.3 di bawah.
𝐵
I= ………………………..………..…..……….. (3.3)
𝑁
32
Keterangan :
Purwanto (2009) nilai tingkat kesukaran butir merentang antara nol sampai
satu, tingkat kesukaran sebuah butir sama dengan nol terjadi bila semua peserta
tidak ada yang menjawab benar, sebaliknya tingkat kesukaran sebuah butir akan
sama dengan satu apabila semua peserta menjawab benar pada butir tersebut.
Soal yang baik sebaiknya mempunyai butir soal mempunyai tingkat kesukaran
yang sedang. Tingkat kesukaran butir yang sedang berada dalam suatu rentang
Rentang TK Kategori
Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal tes hasil
(Purwanto, 2009). Daya beda itu dapat ditentukan besarannya dengan persamaan
3.4 berikut.
DB = PT – PR ……………………..……………..(3.4)
33
Keterangan:
DB : Daya beda
Rentang DB Kategori
0,0 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 baik sekali
Negatif Jelek sekali
3) Validitas Tes
Validitas tes pada hakikatnya ingin melihat apakah tes sebagai alat
penilaian dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu
(Sudjana dan Ibrahim, 2009), tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur. Menurut Arikunto (2009) teknik yang digunakan untuk
Mp Mt p
rpbis ………........................................…..(3.5)
St q
rpbis : Koefisien korelasi biserial
Mp : Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari
n2
thitung = rpbi=
1 rp bis
2
4) Reliabilitas Tes
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat menunjukkan hasil
yang ajeg, jika tes tersebut digunakan pada kesempatan yang lain. Menurut
Arikunto (2006) rumus yang digunakan KR-21, dengan rumus sebagai berikut.
n M (n M )
r 11 = 1
(n 1) n t
2
X 2
X 2
N
dengan b
2
=
N
Keterangan :
r 11 = reliabilitas instrumen
2t = varians total
35
N = jumlah sampel
S post S pre
g ………….....................................(3.7)
100% S pre
Keterangan:
Angket minat yang digunakan dalam penelitian mempunyai empat skala, yaitu:
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Angket minat bertujuan
untuk dapat melihat sejauh mana minat belajar siswa menggunakan produk yang
dikembangkan. Adapun rumus analisis data angket minat belajar siswa dapat
P : persentase
N : skor total
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun rumus analisis
data angket kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada persamaan 3.9 di bawah:
𝑆
𝑃 = 𝑁 𝑋100% ………………….………….……………..(3.9)
P : persentase
N : skor total
diberikan pada siswa dan guru. Angket respon bertujuan untuk mengetahui
Analisis data angket respon ini dengan menggunakan empat skala, yaitu: sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Adapun
rumus analisis data angket respon untuk siswa dan guru menurut Kusworo dkk
persentase skor
X i
x100% ……………………..…..(3.10)
n. X max
Keterangan:
38
n : jumlah responden
sampel yang diambil dari populasi yang sama, dalam penelitian ini uji
homogenitas dengan menggunakan nilai ulangan akhir semester satu I siswa kelas
VIII. Setelah data homogen, sampel diambil dengan teknik random sampling.
Jumlah kelas yang diuji ada dua. Untuk menguji kesamaan varian dari k buah
dengan rumus:
(n 1) s
2
s ( 1)
2 i i
...........................................(3.11)
n i
B (log s ) (n 1)................................................(3.12)
2
i
a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varian homogen (σ12= σ22), maka dapat
digunakan rumus t-test baik sparated varian maupun polled varian. Untuk
b. Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ12= σ22), digunakan rumus t-test dengan polled
c. Bila n1 = n2, varian homogen (σ12 ≠ σ22), digunakan rumus t-test sparated
d. Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ12 ≠ σ22), digunakan rumus t-test dengan
sparated varians. Harga t Tabel di hitung dari dari selisih t-tabel dengan dk=n1 -
1 dan dk=n2 -1 di bagi dua, dan ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
atau related karena sampel penelitian yang digunakan terdiri dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Adapun rumusnya disajikan pada persamaan 3.14
sebagai berikut:
X1 X 2
t ………...................................…..(3.14)
2
S2 S S S
1 2 2r 1 2
n n n n
1 2 1 2
Keterangan:
kriteria uji :
berikut:
41
1) Instrumen dikatakan valid dengan hasil analisis data dari validator memiliki
nilai persentase lebih besar atau sama dengan tujuh puluh lima persen (P ≥
2) Media pembelajaran interaktif dikatakan valid dengan hasil akhir analisis data
dari validator minimal dalam rentang 0.5 – 0,7499 (Yonny dkk, 2010).
3) Hasil analisis data minat belajar, kemandirian belajar, respon siswa, dan