Anda di halaman 1dari 2

B.

Proses Islam Atas Transaksi Ekonomi Modern

1. E-Commerce (Perdagangan Elektronik)


E-Commerce (Electronic Commerce). Menurut Raharjo, E-Commerce adalah suatu
cara berbelanja atau berdagang secara online dengan memanfaatkan internet yang didalamnya
terdapat website yang dapat menyediakan layanan get and deliver. Dalam istilah lain, E-
Commerce adalah bisnis online yang menggunakan media elektronik internet secara
keseluruhan, baik dalam hal pemasaran,pemesanan,pengiriman,serta transaksi jual maupun
beli.
Dalam pandangan Islam,jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi
agar sah. Menurut pendapat mayoritas ulama, rukun jual beli ada tiga. Pertama, orang yang
bertransaksi (penjual dan pembeli), dengan syarat berakal dan dapat membedakan baik dan
buruk. Kedua, sighat (ijab dan qabul) ; ijab menunjukkan keinginan untuk melakukan
transaksi, dan qabul mengindikasikan kerelaan untuk menerima ijab. Ketiga, barang sebagai
objek transaksi, dengan syarat barangnya dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan
akad, mampu menyerahkannya dan barang yang diakadkan ada pada diri orang tersebut.
2. Bunga Bank
Bunga Bank adalah ketetapan nilai mata uang oleh bank yang memiliki tenggang
waktu,untuk kemudian pihak bank memberikan kepada pemiliknya atau menarik dari
peminjam sejumlah tambahan tetap.
Menurut UU Nomor 7 Tahun 1992 (pasal 1,ayat1) tentang perbankan,yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka menngkatkan taraf hidup
rakyat banyak (Lubis, 2000:8).
Dilihat dari sistem pengelolaannya, bank dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
bank konvensional dan bank syariah.
A. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang menggunakan sistem bunga dalam bertransaksi
dengan nasabah. Bank jenis ini ada dua macam, yaitu bank umum dan bank perkreditan.
Dalam era sekarang ini, umat Islam boleh dikatakan hampir tidak dapat menghindarkan diri
dari bertransaksi dengan bank konvensional, termasuk dalam hal ibadah (ibadah haji).
Pandangan hukum Islam terhadap umat Islam yang menggunakan jasa bank konvensional
memiliki pendapat yang berbeda dari para ulama,mengambil dasar dari Q.S Ali’ Imran : 130,
ada ulama yang mengatakan haram, mubah, dan mutasyabihat (tidak jelas halal haramnya).
B. Bank Syariah dan Praktiknya
Bank syariah adalah bank yang dirancang sesuai dengan ajaran dan syariat Islam.
Perbankan Islam yang beroperasi atas prinsip syikrah (mitra usaha) telah diakui seluruh
dunia. Artinya, seluruh bagian sistem perbankan yakni pemegang saham, depositor, investor,
dan peminjam turut berperan serta atas dasar mitra usaha.
Kedudukan bank syariah dalam system perbankan nasional mendapat pijakan yang
kokoh setelah dikeluarkannya UU Nomor 7 Tahun 1992 yang diperkuat dengan PP Nomor
72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal yang membedakan bank
syariah dan bank konvensional adalah system operasionalnya. Pada bank konvensional,
system operasionalnya didasarkan pada bunga, sedangkan bank syariah dalam menjalankan
usahanya minimal mempunyai prinsip operasional yang terdiri dari: system simpanan, bagi
hasil, margin keuntungan, sewa, dan fee (Antonio, 1994 : 138). Selain itu ada pula akad
qardh, hiwalah, rahn, wakalah, kafalah yang semuanya menjadi ciri khas sekaligus pembeda
antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
C. Hukum Bunga Bank : Riba atau Bukan?
Hukum Bunga dan Bank telah disimpulkan oleh pendapat beberapa ulama secara
berbeda-beda.
1. Abu Zahra, Guru Besar Hukum Islam dari Universitas Kairo Mesir, mengatakan
bahwa bunga adalah sama dengan riba nas’iah yang dilarang dalam Islam. Akan tetapi
karena system perekonomian sekarang dan peranan bank dan bunga tidak dapat
dihapuskan maka umat Islam dapat melakukan transaksi melalui bank berdasarkan
keadaan darurat.
2. Mustafa Ahmad Az Zaqra, Guru Besar Hukum Islam dan hukum perdata, bunga
dalam hutang piutang yang bersifat konsumtif adalah riba, sedangkan bunga dalam
hutang piutang yang bersifat produktif tidak sama dengan riba.
3. A. Hasan, ahli tafsir dan tokoh Islam Persatuan Islam (PERSIS), berpendapat bahwa
bunga bank bukanlah riba karena tidak bersifat berlipat ganda, sebagaimana disebut
dalam Q.S. Ali Imron 130.
4. Hasil mukamar Muhammadiyah tahun 1968 di Sidoarjo menyatakan bahwa bunga
yang diberikan oleh bank milik Negara kepada para nasabahnya termasuk dalam
kategori tidak jelas hukumnya (Ali, 1988:12-13).
5. Hasil lokakarya Majlis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 19-20
Agustus 1990 tentang status bunga bank menyebutkan bahwa untuk menghindari
kesulitan, maka dapat dimungkinkan adanya rukhsah (keringanan hukum) jika dapat
dipastikan adanya kebutuhan (Lubis, 2000:42-46).

Anda mungkin juga menyukai