Anda di halaman 1dari 4

 Membicarakan mahasiswa tidak ada habisnya, dikatakan adagium Tan Malaka, "Terbentur, Terbentur, Terbentur

maha karena posisinya berada di top civitas Dan Terbentuk !". Inilah spirit bagi mahasiwa dalam
akademika setelah pelajar. Tentu dengan predikat menjalankan kehidupannya, mengaktualisasikan dirinya,
mahasiswa ini peran dan fungsinya menjadi lebih berat, supaya berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
kompleks sekaligus ruwet.
 Peran pertama dalam optimalisasi Tri Dharma
 Oleh karenanya, sebagai karunia dari Tuhan YME, cara Perguruan Tinggi bidang pendidikan yakni bagaimana
terbaik menikmati predikat ini dengan mengatualisasikan merefleksikan mahasiswa menjadi insan yang terpelajar dan
diri lebih optimal, serta mampu mengamalkan Tri Dharma terdidik. Secara teoretik, pendidikan seringkali diartikan dan
Perguruan Tinggi, menjadi mahasiswa yang paripurna. dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut
pandang masing-masing dan teori yang dipegang.
 Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi rule of
model mahasiswa dalam melaksanakan peran fungsinya di  Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan merupakan
perguruan tinggi manapun, inilah tanggung jawab berat, jika sesuatu yang lumrah, merupakan ciri kayanya khazanah
bukan mahasiswa yang mengoptimalkan peran tersebut, berfikir manusia serta kebermanfaatannya untuk
akan terjadi krisis kepemimpinan, mahasiswa hilang sifat mengembangkan teori mengenai pendidikan.
kritisnya, lalu sifat kemanusiaannya, ilmu untuk diamalkan.
 Dari sisi kebijakan nasional, pendidikan dapat dirumuskan
 Dalam mengemban perannya sebagai insan akademik, secara jelas, dan mudah dipahami oleh semua pihak, dapat
mahasiswa harus terbiasa dengan segala situasi kondisi diimplementasikan secara tepat dan benar dalam praktik
apapun, terbiasa terbentur, berproses, berpola, berdinamika, pendidikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
sehingga menjadi mahasiswa yang paripurna. Layaknya Undang Nomor 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa:
 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk  Perlu diperhatikan konsep membina dan memupuk,
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pendidikan bukan saja mengenai kecerdasan materi, tapi
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya juga berbicara mengenai pembentukan karakter
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian kewarganegaraan, yang bermoral, jika seluruh warga negara
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta Indonesia telah bermoral, maka kehidupan bangsa Indonesia
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa akan tentram, damai, adil dan sejahtera.
dan negara.
 Kedua, peran optimalisasi dalam bidang penelitian, Tri
 Tujuan pendidikan bagi mahasiswa bukan hanya Dharma Perguruan Tinggi. Yang dimaksud bagaiaman
memwujudkan mahasiswa yang cerdas secara keilmuan saja, peran mahasiswa dapat menjadi sosok yang dekat dengan
tetapi juga dalam membangun dan membina karakter lingkungannya, baik ranah kealaman, maupun ranah sosial.
mahasiswa itu sendiri. Dengan begitu, mahasiswa dapat beradaptasi,
memperdalam, menganalisa, dan merekontruksi
 Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai permasalahan yang ada di lingkungan melalui penelitian.
tujuan khusus dan eksklusif dalam menghasilkan tujuan
pendidikan yang optimal, yaitu untuk menjadi pintar dan  Penelitian yang dimaksud bertujuan agar terwujudnya
kewarga negaraan yang baik, pengoptimalan pendidikan sinergitas antara teori yang didapatkan, serta realita
yang dilaksanakan baik di persekolahan maupun di tingkat dilapangan, jika terdapat permasalahan itulah gunanya ilmu,
perguruan tinggi, haruslah melahirkan generasi pendidik untuk diaplikatifkan, memecahkan segala permasalahan
yang cerdas dan mampu menularkan kepada anak didiknya. dalam masyarakat.
 Penelitiaan harus menjadi wadah bagi mahasiwa dalam mahasiswa berproses, teori keilmuan bisa diaplikatifkan
mencerma segala isu dan permasalahan, dan memberikan demi pengabdian masyarakat, soft skill mahasiswa akan
solusi melalui data dan fakta hasil penelitian yang tajam.
ditemukan. Hubungannya dengan konteks Pendidikan
Kewarganegaraan, optimalisasi peneltian yang diharapkan  Tujuan pengabdian pada masyarakat sejatinya adalah
yaitu terciptanya mahasiwa yang kritis serta solutif. membentuk mahasiswa yang pandai berkomunikasi,
bersosialisasi, beradaptasi, terlebih sebagai agen perubahan
 Dengan kata lain, pemikiran kritis membuat mahasiswa sosial.
tidak terjebak dalam kepentingan politik sesaat, terlebih mau
menggadaikan idealitasnya berafiliasi dengan partai politik.  Pembelajaran yang tidak didapat di kelas, suatu saat
Penelitian yang esensinya menggunakan data, dan mahasiswa akan kembali pada lingkungan masyarakat, oleh
mengkonstruksi segala permasalahan sosial, inilah peran karenanya, persiapan untuk itu dirasa perlu, membentuk
mahasiswa yang menjadi penyambung lidah rakyat, mereka sebagai pemimpin, pengabdian masyarakat
sosialisasi kebijakan, kritik kebijakan, yang terukur, mengakomodir hal tersebut.
sistematis, serta berdasar pada masalah.
 Jika peran pendidikan dan penelitian ini sudah dirasa optimal
 Ketiga, peran optimalisasi mahasiwa berupa pengabdian dalam pelaksanaannya, maka output dari hal tersebut adalah
Tri Dharma Perguran Tinggi, kolaborasi yang masif merealisasikannya melalui pengabdian pada masyarakat.
mahasiswa dengan lingkungan sosial kemasyarakatan. Peran pendidikan sebagai transformasi nilai-nilai ilmiah
Sempit rasanya jika mahasiwa hanya menerima membentuk pemikiran yang matang, baik secara keilmuan
pembelajaran di ruang kelas, lingkungan sosial itu luas, maupun aplikatif, seperti pengambilan keputusan (decission
dibatasi oleh tanah dan langit, peluang besar, untuk making).
 Setelah pendidikan, muncul peran yang lebih besar, yaitu  Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan kita
penelitian sebagaiamana dijelaskan di atas, sifat kritis mengetahui misi yang diemban adalah To Be Smart and A
mahasiwa dalam menilai, merefleksi isu atau permasalahan Good Citizenship sebagai wahana untuk mewujudkan
dengan bijak, diharapkan agar hasil penelitian tersebut kepekanaan terhadap permasalahan sosial guna
mampu menjawab segala isu dan permasalahan yang ada, membangun civic disposition (sikap serta tanggung jawab
semua berdasar data, inilah esensi dari kritis yang solutif. warga negara yang baik).

 Level terakhir Tri Dhrama Perguan Tinggi dikenal dengan  Apabila dihubungkan dengan Tri Dharma Pergguran Tinggi
konsep pengabdian, adalah hasil keterpaduan pendidikan yang memiliki misi membangun homo educandum dalam
dan peneilitian, maka segala bentuk pengabdian didasari pendidikan, deep critical thingking dalam penelitian
pada pendidikan penelitian, mahasiswa adalah penghubung, dan civic disposition dalam pengabdian. Jika tersistem dan
agen perubahan sosial, maka pengabdiannya harus terkolaborasi, maka membentuk mahasiswa sebagai warga
mendasar. negara yang baik dan cerdas bukan khayalan semata.

 Inti dari pengabdian adalah wahana untuk menggadaikan  Karena khalil gibran pernah berkata "teruslah berbuat baik,
diri demi kebaikan masyarakat, aplikatif teori, wahana berkata baik, kritisi semua yang tidak baik, walau tak
pembelajaran, penghubung masyarakat dengan pemangku banyak orang mengenalimu, tapi kebaikan dan kebajikan
kebijakan, sosialiasi kebijakan, pembuatan program yang kita lakukan, yang akan menuntun pada kebahagiaan,
pemberdayaan masyarakat yang terukur, dan sesuai dan akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan".
masalah. Hidup Mahasiswa!

Anda mungkin juga menyukai