Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM PERSALINAN NORMAL

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat
kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature
adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500gr.
(Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang
anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara
terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil. (Reeder,
Martin, Koniak-Griffin, 2011)

B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion
ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang
ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
PATHWAYS
D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3
hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau
anyir, tetapi tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor
amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan
tidak berdarah lagi.
4) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3
post partum, rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat,
terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut)
akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
2. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi
cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus
3. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh
laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
4. Perubahan sistem Gastro Intestinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum karena
episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
5. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak, lebut,
hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
6. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis
1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang
mengandung antibodi. bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra
indikasi
7. Tanda-tanda Vital
a. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui
vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
b. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan
ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
c. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
8. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari,
setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat
untuk proses laktasi

KONSEP ASKEP PADA PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM

A. PENGKAJIAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
TEMPAT PRAKTIK :
TANGGAL PENGKAJIAN :
I. PENGUMPULAN DATA
a. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Status marital :
No Register :
Diagnosa medis :
Alamat :
b. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
c. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama
b) Kronologis keluhan
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
d. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI
1) Riwayat Menstruasi
2) Riwayat Perkawinan
3) Riwayat Psikososial
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
5) Pemeriksaan Fisik
e. PEMERIKSAAN PENUNJANG
f. PENGOBATAN/TERAPI
II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum :
a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
c. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misal
hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme;
profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,inkompabilitas Rh).
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan
Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban
lama, mal nutrisi.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri (akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi:

1) Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran.

2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri


tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.

3) Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama setelah
kelahiran.

4) Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan
105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam

5) Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.

6) Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan


melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.

7) Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung
pecah–pecah.

8) Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong

9) Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres


panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan
mengeluarkan susu secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.

10) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui.

11) Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.


12) Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid. Hindari
member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.

13) Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2–3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.

14) Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak
menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan
afterpain.

b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman


sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan tingkat
pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen
menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.

2) Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan


menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor –
factor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.

3) Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan posisi bayi
selama menyusui dan lama menyusui.

4) Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.

5) Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30 menit


setelah menyusui.

6) Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara khusus


diindikasi.

7) Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting
masuk atau datar.
8) Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu

9) Identifikasi sumber–sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi

c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan
Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban
lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan risiko/
meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen dan
bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi:
1) Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi,
dan tertahannya plasenta.

2) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.

3) Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri


tekan.

4) Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik
pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).

5) Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan
perlekatan), atau adanya laserasi.

6) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis : peningkatan
frekiensi, doronganatau disuria).

7) Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.

8) Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3


sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari
ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
9) Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut
yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.

10) Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat besi.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak,M.Irene. 2015. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP

Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba,Ida Bagus. 2014. Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana untuk

Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC

Maryunani, Anik. 2012. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.

Mochtar, Rustam. 2014. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer

Saleha,Siti. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, P. 2015. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Suherni. (2010). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.

Varney, Hellen, dkk. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume1.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai