BAB I PENDAHULUAN
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Makalah yang berjudul “Gagal Ginjal Kronis” ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini dapat menjadi
penuntun yang isinya dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kesempatan ini,
penyusun juga tidak lupa mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah sekaligus sebagai referensi mahasiswa dalam pembelajaran.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri
dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdapat lapisan korteks (substansia
kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk
kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil yang disebut papila renalis. Masing-masing piramid saling dilapisi oleh
kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah. Garis-garis yang terlihat pada piramid disebut
tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerolus,
tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubuli kontorti dua) dan
tubulus urinarius (papila vateri).
Ginjal berfungsi:
1. Mengatur volume cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan
oleh ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air menyebabkan
urin yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan
volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal
dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan atau pengeluaran ion
yang abnormal akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare,
muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion yang penting.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolisme protein. Ginjal menyekresi urin dengan perubahan
pH yang ada.
2
4. Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (peptida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai
peranan penting mengatur tekanan darah membentuk eritropoesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan ureum
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
2.3 Patofisiologi
Gangguan klirens renal muncul sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal.
Retensi cairan dan natrium sebagai akibat ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal, respon ginjal yang sesuai dengan perubahan asupan
cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Ini meningkatkan resiko edma, gagal
jantung kongestif, dan hipertensi.
Asidosis metabolik terjadi seiring dengan ketidakmapuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Ini terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk mensekresikan amonia (NH3) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3).
3
Anemia sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan mengalami pendarahan akibat
status uremik pasien.
Penyakit tulang uremik, sering disebut osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan
kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.
Kardiovaskular
Hipertensi Neurologi
Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
Kelemahan dan keletihan
Edema periorbital
Konfusi
Friction rub perikardial
Disorientasi
Pembesaran vena leher
Kejang
Pulmoner Kelemahan pada tungkai
Rasa panas pada telapak kaki
Krekels
Perubahan perilaku
Sputum kental dan liat
Nafas dangkal Muskuloskeletal
Pernafasan kussmaun
Kram otot
Gastrointestinal Kekuatan otot hilang
Fraktur tulang
Nafas berbau amonia
Foot drop
Ulserasi dan perdarahan pada mulut
Reproduktif
Anoreksia, mual dan muntah
Amenore
Konstipasi dan diare
Atrofi testikuler
Perdarahan dari GI
4
2.5 Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia
pasien. Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi.
Namun, produk sampah uremik dimungkinkan sebagai penyebabnya.
Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi, gagal jantung kongestif, dan edema
pulmoner dan perikarditis.
Gejala dermatologi, mencakup rasa gatal yang parah kecuali jika ditangani secara dini.
Gejala gastrointestinal, mencakup anoreksia, mual, muntah dan cegukan.
Perubahan neuromuskuler, mencakup perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, kedutan otot, dan kejang.
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis
selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal kronis dan faktor yang dapat
dipulihkan diidentifikasi dan ditangani.
Komplikasi dapat dicegah dengan pemberian antihipertensif, eritropoetin, suplemen
besi, agens pengikat fosfat, dan kadar aluminium. Pasien juga perlu mendapat penanganan
dialisis yang adekuat untuk menurunkan kadar sampah uremiik dalam darah.
5
2.7 Intervensi Keperawatan
Pasien gagal ginjal kronis memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menghindari komplikasi akibat menurunya fungsi renal dan stres serta cemas dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini. Diagnosa keperawatan potensial untuk
pasien ini mencakup :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
2. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi program penanganan.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri dan disfungsi seksual.
1. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk membantu perubahan dan
mengevakuasi intervensi
2. Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urin, dan respon terhadap
terapi
3. Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
4. Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
5. Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet
6. Higiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut
Rasional:
8
Diagnosa Keperawatan: Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan
2. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat
3. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
4. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan:
a. Perubahan peran
b. Perubahan gaya hidup
c. Perubahan dalam pekerjaan
d. Perubahan seksual
e. Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
5. Gali cara alternatif untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual
6. Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan
Rasional:
1. Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
2. Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
3. Pada koping yang telah efektif di masa lalu mungkin potensial destruktif ketika
memandang pembatasan yang ditetapkan akibat penyakit dan penanganan
4. Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya
5. Bentuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima
6. Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap
maturitasnya
1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin
lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan
9
2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan
3. Mencari konseling profesional jika perlu untuk menghadapi perubahan akibat gagal
ginjal
4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan ureum (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).
11
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer and Brenda G. Bare (eds). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Vol.2, Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002.
12