Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi....................................................................................2

2.2 Pengertian Gagal Ginjal Kronis .....................................................................3

2.3 Patofisiologi ...................................................................................................3

2.4 Tanda dan Gejala ...........................................................................................4

2.5 Manifestasi Klinis ..........................................................................................5

2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................5

2.7 Intervensi Keperawatan .................................................................................6

2.8 Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis ....................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Makalah yang berjudul “Gagal Ginjal Kronis” ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini dapat menjadi
penuntun yang isinya dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kesempatan ini,
penyusun juga tidak lupa mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,


mencurahkan segala pikiran dan kemampuan diri yang dimiliki, makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam penyusunan makalah lainnya sangat kami harapkan.

Serang, April 2010

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia dibangun oleh beberapa sistem organ yang tidak dapat terlepas dari
sisitem yang satu dengan sistem yang lainnya. Tanpa salah satu sistem ini, manusia
dipastikan tidak akan hidup. Salah satu dari sistem organ yang berperan dalam kehidupan
manusia adalah sistem urinaria.
Sistem urinaria (perkemihan) ini merupakan tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan tubuh. Organ utama dari sistem ini adalah ginjal yang
memegang peranan penting dalam metabolisme cairan tubuh, sehingga apabila terjadi
gangguan pada ginjal akan sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Karena
peranannya yang sangat penting inilah penyusun membuat makalah yang berjudul “Gagal
Ginjal Kronis” yang merupakan penyakit ginjal tahap-tahap akhir.

1.2 Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah sekaligus sebagai referensi mahasiswa dalam pembelajaran.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Ginjal terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritonium pada


kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk
ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri
dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdapat lapisan korteks (substansia
kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk
kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil yang disebut papila renalis. Masing-masing piramid saling dilapisi oleh
kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah. Garis-garis yang terlihat pada piramid disebut
tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerolus,
tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubuli kontorti dua) dan
tubulus urinarius (papila vateri).

Ginjal berfungsi:

1. Mengatur volume cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan
oleh ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air menyebabkan
urin yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan
volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal
dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan atau pengeluaran ion
yang abnormal akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare,
muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion yang penting.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolisme protein. Ginjal menyekresi urin dengan perubahan
pH yang ada.

2
4. Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (peptida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai
peranan penting mengatur tekanan darah membentuk eritropoesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah.

2.2 Pengertian Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan ureum
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus


(glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi
traktus urinarius, dll). Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal
kronis adalah timah, kadmium, merkuri dan kromium. Dialisis atau transplantasi ginjal
kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien.

2.3 Patofisiologi

Fungsi renal menurun, produk aktif metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ka dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka semakin berat gejala.

 Gangguan klirens renal muncul sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal.
 Retensi cairan dan natrium sebagai akibat ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal, respon ginjal yang sesuai dengan perubahan asupan
cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Ini meningkatkan resiko edma, gagal
jantung kongestif, dan hipertensi.
 Asidosis metabolik terjadi seiring dengan ketidakmapuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Ini terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk mensekresikan amonia (NH3) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3).

3
 Anemia sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan mengalami pendarahan akibat
status uremik pasien.
 Penyakit tulang uremik, sering disebut osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan
kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.

2.4 Tanda dan Gejala

Kardiovaskular

 Hipertensi Neurologi
 Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
 Kelemahan dan keletihan
 Edema periorbital
 Konfusi
 Friction rub perikardial
 Disorientasi
 Pembesaran vena leher
 Kejang
Pulmoner  Kelemahan pada tungkai
 Rasa panas pada telapak kaki
 Krekels
 Perubahan perilaku
 Sputum kental dan liat
 Nafas dangkal Muskuloskeletal
 Pernafasan kussmaun
 Kram otot
Gastrointestinal  Kekuatan otot hilang
 Fraktur tulang
 Nafas berbau amonia
 Foot drop
 Ulserasi dan perdarahan pada mulut
 Reproduktif
 Anoreksia, mual dan muntah
 Amenore
 Konstipasi dan diare
 Atrofi testikuler
 Perdarahan dari GI

4
2.5 Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia
pasien. Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi.
Namun, produk sampah uremik dimungkinkan sebagai penyebabnya.
Manifestasi kardiovaskuler, mencakup hipertensi, gagal jantung kongestif, dan edema
pulmoner dan perikarditis.

 Gejala dermatologi, mencakup rasa gatal yang parah kecuali jika ditangani secara dini.
 Gejala gastrointestinal, mencakup anoreksia, mual, muntah dan cegukan.
 Perubahan neuromuskuler, mencakup perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, kedutan otot, dan kejang.

2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis
selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal kronis dan faktor yang dapat
dipulihkan diidentifikasi dan ditangani.
Komplikasi dapat dicegah dengan pemberian antihipertensif, eritropoetin, suplemen
besi, agens pengikat fosfat, dan kadar aluminium. Pasien juga perlu mendapat penanganan
dialisis yang adekuat untuk menurunkan kadar sampah uremiik dalam darah.

 Hiperfosfatemia dan hiperkalemia ditangani oleh antasida yang mengandung alumunium


yang mengikat fosfat makanan di saluran gastrointestinal.
 Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensi kontrol volume
intravaskuler.
 Hiperkalemia dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai pengambilan
kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi
oral maupun intravena. Pasien diharuskan diet rendah kalium.
 Abnormalitas neurologi dapat terjadi dan memerlukan observasi dini terhadap tanda-
tanda seperti kedutan, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari
cidera dengan menempatkan pembatas tempat tidur. Diazepam intravena (valium) atau
fenitoin (dilantin) biasanya diberikan untuk mengendalikan kejang.
 Anemia ditangani dengan epogen. Terapi epogen diberikan untuk memperoleh nilai
hematokrit sebesar 33%, yang biasanya memulihkan gejala anemia.

5
2.7 Intervensi Keperawatan
Pasien gagal ginjal kronis memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menghindari komplikasi akibat menurunya fungsi renal dan stres serta cemas dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini. Diagnosa keperawatan potensial untuk
pasien ini mencakup :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
2. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi program penanganan.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri dan disfungsi seksual.

2.8 Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

 Diagnosa Keperawatan: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan


haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensi Keperawatan:

1. Kaji status cairan:


 Timbang berat badan harian
 Keseimbangan masukan dan haluaran
 Turgor kulit dan adanya edema
 Distensi vena leher
 Tekanan darah, denyut dan irama nadi
2. Batasi masukan cairan
3. Identifikasi sumber potensial cairan:
 Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan: oral dan intravena
 Makanan
4. Jelaskan pada pasien dan remaja rasional pembatasan
5. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
6. Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering
6
Rasional:

1. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk membantu perubahan dan
mengevakuasi intervensi
2. Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urin, dan respon terhadap
terapi
3. Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
4. Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
5. Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet
6. Higiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut

Hasil yang diharapkan:

1. Menunjukan perubahan-perubahan berat badan yang lambat


2. Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
3. Menunjukan turgor kulit normal tanpa edema
4. Menunjukan TTV normal
5. Menunjukan tidak adanya distensi vena leher
6. Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi nafas pendek
7. Melakukan higiene oral dengan sering
8. Melaporkan penurunan rasa haus
9. Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut

 Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

Tujuan: Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi dan penanganan


Intervensi Keperawatan:

1. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan penangananya:


 Penyebab gagal ginjal pasien
 Pengertian gagal ginjal
 Pemahaman tentang fungsi renal
 Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal
 Rasional penanganan (hemodialisis, dialisis peritonial, transplantasi)
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan
pasien untuk belajar
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara untuk memahami perubahan akibat penyakit dan
penanganan yang mempengaruhi hidupnya
7
4. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat mengenai:
 Fungsi dan kegagalan renal
 Pembatasan cairan dan diet
 Medikasi
 Melaporkan masalah, tanda, dan gejala
 Jadwal tindak langsung
 Sumber di komunitas
 Pilihan terapi

Rasional:

1. Merupakan instruksi untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut


2. Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima
3. Pasien dapat melihat bahwa kehidupanya tidak harus berubah karena penyakit
4. Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah

Hasil yang Diharapkan:

1. Menyatakan hubungan antara penyebab dan konsekuensinya


2. Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal
3. Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan
kata-kata sendiri
4. Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
5. Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin
6. Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan
mencari informasi tambahan

8
 Diagnosa Keperawatan: Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan
2. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat
3. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
4. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan:
a. Perubahan peran
b. Perubahan gaya hidup
c. Perubahan dalam pekerjaan
d. Perubahan seksual
e. Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
5. Gali cara alternatif untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual
6. Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan

Rasional:

1. Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
2. Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
3. Pada koping yang telah efektif di masa lalu mungkin potensial destruktif ketika
memandang pembatasan yang ditetapkan akibat penyakit dan penanganan
4. Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya
5. Bentuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima
6. Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap
maturitasnya

Hasil yang Diharapkan:

1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin
lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan

9
2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan
3. Mencari konseling profesional jika perlu untuk menghadapi perubahan akibat gagal
ginjal
4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan ureum (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).

Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus


(glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi
traktus urinarius, dll). Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal
kronis adalah timah, kadmium, merkuri dan kromium. Dialisis atau transplantasi ginjal
kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien.

11
DAFTAR PUSTAKA

H. Syaifuddin, AMK. Drs. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.


Jakarta: EGC. 2006.

Suzanne C. Smeltzer and Brenda G. Bare (eds). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Vol.2, Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai