Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

BAHAN GALIAN

Bahan galian ditujukan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam dan

energi secara efisien untuk memenuhi kehidupan manusia masa kini dan masa

mendatang (Noor, 2008). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27

Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian terbagi atas tiga golongan:

a. Golongan bahan galian yang strategis adalah minyak bumi, bitumen cair,

lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara

muda, uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif

lainnya, nikel, kobalt dan timah.

b. Golongan bahan galian yang vital adalah besi, mangan, molibden, krom,

wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina,

perak, air raksa, intan, arsin, antimon, bismut, yitrium, rhutenium, cerium

dan logam-logam langka lainnya, berillium, korundum, zirkon, kristal

kuarsa, klorit, flourar, barit, yodium, brom, khlor, belerang.

c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a tau b (golongan

C) adalah nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite), asbes, talk,

mika, grafit, magnesium, yarosit, leusit, tawas (alum), oker, batu permata,

batu setengah permata, pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit, batu

apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fuller earth),

marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal,

trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur

71 | B a h a n g a l i a n
mineral golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau

dari segi ekonomi pertambangan.

6.1. Keberadaan dan Potensi Bahan Galian di Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi geologi pada daerah

penelitian, maka jenis batuan ataupun material yang dapat dimanfaatkan sebagai

bahan galian pada daerah penelitian adalah batuan beku diorit sebagai bahan galian

non logam dan mineral ekonomis yang diindikasikan dengan adanya keterdapatan

urat kuarsa serta alterasi yang terjadi pada batuan. Keberadaan bahan galian ini

diidentifikasi berdasarkan singkapan yang dijumpai dalam pengamatan lapangan,

serta letak dan kesampaian daerahnya.

Penyebaran batuan diorit ini menempati sekitar 30,28 % daerah penelitian dari

luas daerah penelitian atau penyebaran secara horisontal seluas 9,34 km2. Batuan

ini tersingkap dengan baik di daerah sungai alupute, sungai toriapes beberapa

disungai posona dan pegunungan dijalan trans kasimbar-tambu.

72 | B a h a n g a l i a n
Gambar 6.1. Kenampakan singkapan diorit pada stasiun 78 dengan arah foto N
291 ̊ E

Keberadaan mineral ekonomis pada daerah penelitian diindikasikan dengan

keterdapatan urat kuarsa dan alterasi yang terjadi dibeberapa titik dilapangan.

a) b)

73 | B a h a n g a l i a n
c) d)

Gambar 6.2. Kenampakan urat kuarsa pada daerah penelitian dan alterasi pada
batuan, a). Urat kuarsa yang mengisi direkahan pada batuan diorit,
b) Kenampakan mineralisasi pada urat kuarsa, c) Kenampakan
batuan diorit yang telah teralterasi, d) Kenampakan batuan diorit
yang telah teralterasi.

Dari hasil kenampakan dilapangan, satuan diorit memiliki nilai yang cukup

ekonomis dikarenakan cakupan sebaran yang cukup luas sedangkan untuk mineral

ekonomis pada daerah penelitian dibutuhkan tinjauan yang lebih mendalam untuk

memastikan keberadaan mineral ekonomis yang dimaksud.

74 | B a h a n g a l i a n

Anda mungkin juga menyukai