Anda di halaman 1dari 5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Tunjuk Lokasi Penelitian ditunjukkan 4

oleh kotak merah

Gamabr 1.2. Bagan Alir Penelitian 10

Gambar 2.1. Satuan Geomorfologi Pedataran Sangat Landai 14

Denudasional dengan Arah Foto N 345 ̊ W

pada stasiun 89

Gambar 2.2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Agak Curam 16

Denudasional dengan arah foto N 30 ̊ W

pada stasiun 87

Gambar 2.3. Kenampakan kondisi batuan penyusun daerah 17

sekitar yang mengalami pelapukan kimia, ditandai

oleh perubahan pada warna batuan, dengan arah

foto N 45 ̊ E pada stasiun 59

Gambar 2.4. Satuan Geomorfologi Perbukitan Curam Denudasional 19

dengan arah foto N 140 ̊ E pada stasiun 92

Gambar 2.5. Kenampakan profil lembah dilapangan dengan arah 19

foto N 85 ̊ W pada stasiun 34

Gambar 2.6. Kenampakan Debris Slide dilapangan dengan arah 20

foto N 32 ̊ W pada stasiun 36

Gambar 2.7. Kenampakan kondisi batuan penyusun daerah 21

sekitar yang mengalami pelapukan kimia, ditandai

ix
oleh perubahan pada warna batuan dengan arah

foto N 87 ̊ E

Gambar 2.8. Satuan Geomorfologi Perbukitan Curam Struktural 22

dengan arah foto N 83 ̊ W pada stasiun 91

Gambar 2.9. Kenampakan microfold pada batuan di lokasi penelitian 23

dengan arah foto N 10 ̊ E pada stasiun 70

Gambar 2.10. Kenampakan rekahan pada batuan di lokasi peneltian 23

pada stasiun 23

Gambar 2.11. Kenampakan struktur Augen pada batuan metamorf 24

dilapangan dengan arah foto N 5 ̊ E pada stasiun 71

Gambar 2.12. Klasifikasi Pola Aliran Sungai, Zink dkk. 2016 ; 26

Jaya & Maulana, 2018

Gambar 2.13. Peta Pola Aliran Sungai Daerah Toriapes dan Sekitarnya 27

Gambar 2.14. Kenampakan Tipe genetik Subsekuen pada daerah 28

penelitian dengan arah foto N 87 ̊ E

Gambar 2.15. Kenampakan Tipe genetik Konsukuen pada daerah 29

penelitian dengan arah foto N 223 ̊ E

Gambar 2.16. Kenampakan Tipe genetik Obsekuen pada daerah 29

penelitian dengan arah foto N 326 ̊ E

Gambar 2.17. Kenampakan Profil Sungai pada satuan geomorfologi 31

Pedataran Sangat Landai Denudasional dan Point Bar (x)

dengan arah foto N 30 ̊ E pada stasiun 45

x
Gambar 2.18. Kenampakan Profil Sungai pada satuan geomorfologi 32

Perbukitan Agak Curam Denudasional dengan arah foto

N 88 ̊ E pada stasiun 01

Gambar 2.19. Kenampakan Profil Sungai pada satuan geomorfologi 33

Perbukitan Curam Denudasional dan Point Bar (x) yang

berada disisi kiri dan kanan dengan arah foto N 224 ̊ E

Gambar 2.20. Kenampakan Profil Sungai pada satuan geomorfologi 34

Perbukitan Curam Struktural dengan arah foto N 96 ̊ E

pada stasiun 70

Gambar 3.1. Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Oleh 39

Rab Sukamto, 1973.

Gambar 3.2. Singkapan batuan filit pada stasiun 20 dengan arah 42

foto N 86 ̊ E

Gambar 3.3. Singkapan batuan filit pada stasiun 66 dengan arah 42

foto N 96 ̊ E

Gambar 3.4. Pengamatan petrografi filit kode sampel F/20/BM, 43

(kiri) kenampakan nikol sejajar (kanan) kenampakan

nikol silang dengan menggunakan perbesaran

Gambar 3.5. Singkapan batuan sekis pada stasiun 23 dengan arah 46

foto N 337 ̊ E

Gambar 3.6. Pengamatan petrografi sekis kode sampel F/75/BM, 46

(kiri) kenampakan nikol sejajar (kanan) kenampakan

nikol silang dengan menggunakan perbesaran

xi
Gambar 3.7. Singkapan batuan diorit pada stasiun 53 dengan arah 50

foto N 235 ̊ E\

Gambar 3.8. Pengamatan petrografi diorit kuarsa kode sampel F/79/BB, 50

(kiri) kenampakan nikol sejajar (kanan) kenampakan nikol

silang dengan menggunakan perbesaran.

Gambar 3.9. Singkapan endapan alluvium pada channelbar di sekitar 53

anak sungai dari kuala Alu Pute, dengan arah foto

N 273 ̊ E. Pada stasiun 44

Gambar 3.10. Singkapan Endapan alluvium berukuran lempung pada 54

stasiun 43 di sekitar anak sungai kuala Alu Pute dengan

arah foto N 93 ̊ E

Gambar 4.1. Jenis-jenis kekar (a) kekar regangan, (b) kekar gerus, dan 59

(c) kekar hybrid (McClay, 1987)

Gambar 4.2. Kekar gerus pada stasiun 37dengan arah foto N 10 ̊ W 60

pada litologi sekis

Gambar 4.3. Analisis kekar gerus pada stasiun 37 menggunakan 61

stereograph

Gambar 4.4. Klasifikasi dinamik struktur sesar ( normal, strike slip dan 62

reverse) berdasarkan konsep Anderson’s 1951 dengan proyeksi

komponens stress state (atas), masing-masing ditunjukkan

proyeksi stereografi dengan focalmechanism (bawah),

(Fossen, 2010).

Gambar 4.5. Analisis kekar gerus pada stasiun 12 menggunakan 63

stereograph

xii
Gambar 4.6. Analisis kekar gerus pada stasiun 73 menggunakan 64

stereograph

Gambar 4.7. Interpretasi sesar geser didaerah penelitian berdasarkan 65

kelurusan dari data DEM

Gambar 4.8. Mekanisme terjadinya sesar berdasarkan Riedel dalam 66

(McClay, 1987)

Gambar 4.9. Mekanisme Struktur Geologi Daerah Penelitian 68

Gambar 6.1. Kenampakan singkapan diorit pada stasiun 78 dengan 73

arah foto N 291 ̊ E

Gambar 6.2. Kenampakan urat kuarsa pada daerah penelitian dan 74

alterasi pada batuan, a). Urat kuarsa yang mengisi

direkahan pada batuan diorit, b) Kenampakan mineralisasi

pada urat kuarsa, c) Kenampakan batuan diorit yang

telah teralterasi, d) Kenampakan batuan diorit yang

telah teralterasi.

xiii

Anda mungkin juga menyukai