Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKOLEGAL

“HAK DAN KEWAJIBAN BIDAN”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata kuliah Etikolegal

DISUSUN OLEH:

 DESYANA RAHMAWATI P1337424516001


 KUN KHIKMATUL A P1337424516002
 RIAZKI WINARNI P1337424516003
 AYU RIZQI K P1337424516004
 SITI ULFATUL N P1337424516005
 IFANA DANI M P1337424516006
 HELMI UTAMI P1337424516009
 AFITA ISMI S P1337424516010

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah Etikolegal yang diberikan
oleh dosen dengan bersumber dari media cetak maupun elektronik yang dapat saling
melengkapi satu sama lain sehingga menghasilkan informasi yang lengkap dan dapat
dijadikan sebagai media pengetahuan tambahan bagi mahasiswa untuk mengetahui
lebih dalam tentang Hak dan Kewajiban Bidan
Penulis menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, Sehingga kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik.
Demikian makalah ini disusun semoga dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran baik bagi pembaca maupun bagi penulis khususnya.

Magelang, 11 Agustus 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang
melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena
tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan
sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta
kode etik yang dimilikinya. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang merupakan salah
satu dari praktik kebidanan tentunya seorang bidan memiliki hak dan kewajiban. Dalam
hal ini asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien
atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara : a. Bertahap dan sistematis. b.
Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Bidan?

2. Apa Pengertian Hak dan Kewajiban?

3. Apa saja Hak dan Kewajiban Bidan?

4. Apa saja Hak dan Kewajiban Pasien?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Bidan

2. Mengetahui Pengertian Hak dan Kewajiban

3. Mengetahui Hak dan Kewajiban Bidan

4. Mengetahui Hak dan Kewajiban Pasien


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bidan

Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with woman”(bersamawanita,


mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage femme (Bidan) berarti “
wanita bijaksana”,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti”berkaitan
dengan wanita”. Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who mayor may not
formally trained and is a physician, that delivers babies and providesassociated maternal
care” (seorangpetugas kesehatan yang terlatih secara formalataupun tidak dan bukan
seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan maternal terkait)

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1:Bidan adalah


seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulusujian sesuai
persyaratan yang berlaku.Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara
regular dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis,
dimana iaditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh
izinmelaksanakan praktek kebidanan.INTERNATIONAL CONFEDERATION of
MIDWIFE Bidan adalah seseorang yangtelah menyelesaikan pendidikan bidan yang
diakui oleh negara serta memperolehkualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan
praktek kebidanan di negara itu.

Sedangkan definisi terbaru dari ICM (International Confederation of Midwives)[1]


yang dikeluarkan pada Juni 2011, bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan (lulus)
program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh negaranya serta berdasarkan
kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari standar
global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai “bidan”, serta mampu
menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan. Definisi yang terakhir ini adalah
definisi yang berlaku saat ini hingga ditinjau kembali oleh ICM pada Tahun 2017[2].

Dahulu definisi bidan hanyalah sebagai sebutan bagi orang yang belajar di sekolah
khusus untuk menolong perempuan saat melahirkan. Penyebutan “menolong perempuan”
bukan berarti seorang bidan dapat dipersepsikan layaknya sebagai seorang pembantu.
Penolong di sini dapat diartikan sebagai orang yang memberikan pertolongan berupa
layanan kesehatan yang memadai kepada Ibu yang sedang melahirkan atau persalinan.
Persalinan yang sesungguhnya adalah menempatkan seorang Ibu sebagai pelaku utama
sedangkan orang-orang yang disekitarnya berstatus sebagai penolong, termasuk di
dalamnya adalah bidan dan dokter spesialis kandungan. Persalinan yang ditolong bidan
adalah persalinan yang normal. Bila ditemui adanya kelainan maka seorang bidan harus
merujuk ke dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan (Dokter Sp.O.G.) untuk
melakukan pertolongan lanjutan dalam mengatasi kelainan tersebut.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan adalah seorang perempuan
yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan [3].

Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, bidan


adalah tenaga kesehatan yang dikelompokkan ke dalam tenaga kebidanan, memiliki
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Di dalam keadaan
tertentu yakni suatu kondisi tidak adanya Tenaga Kesehatan yang memiliki kewenangan
untuk melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak
dimungkinkan untuk dirujuk maka seorang bidan dapat memberikan pelayanan kedokteran
dan/atau kefarmasian di luar kewenangannya dalam batas tertentu.

Profesi Bidan

Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan yang


bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan [3].

Seorang bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan


kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak.

Persepsi modern tentang profesi bidan memberikan penekanan bahwa di dalam


melakukan praktiknya, bidan profesional berperan dalam:

a. memantau aspek fisik, psikologi dan sosial dari seorang perempuan yang hamil,
bersalin, dan juga periode setelah melahirkan (post-partum)
b. bertindak sebagai seorang pendidik dan konselor kesehatan ibu dan anak, serta bagi
keluarga dan komunitas. Bidan memberikan edukasi, konseling, perawatan kehamilan,
dengan terlibat membantu secara penuh hingga periode setelah melahirkan.
c. melakukan minimisasi tindakan medis, sehingga lebih mengarahkan seluruh upaya
sesuai kompetensinya agar persalinan berjalan secara normal / alami.
d. melakukan identifikasi secara dini dan merujuk klien yang membutuhkan pertolongan
dokter SpOG.

2.2 Pengertian Hak dan Kewajiban


Hak didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum
lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang
benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau
untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Hak seorang manusia merupakan fitrah
yang ada sejak mereka lahir.Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan
kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada
misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. Hak seorang manusia merupakan
fitrah yang ada sejak mereka lahir.Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai
hak dan kewajiban hak seorang manusia merupakan fitrah yang ada sejak mereka
lahir.Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap
manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya, jabatan
atau kedudukan dalam masyarakat.

Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan


(sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Di dalam perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih
muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban, walaupun sebelumnya telah lahir .
Tema hak baru “lahir” secara formal pada tahun 1948 melalui Deklarasi HAM PBB,
sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu lahir melalui ajaran agama
di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik terhadap sesama.

Pengertian hak dan kewajiban. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika
memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya
menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan
undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan
masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right). Pada akhir
Abad Pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu
kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan
sesuatu(right, bukan law). Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak yang subjektif
merupakan pantulan dari hukum dalam arti objektif. Hak dan kewajiban mempunyai
hubungan yang sangat. Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang
selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait
dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan
kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.hak merupakan sesuatu yang urgen dalam
kehidupan ini. setiap orang berhak mendapatkan hak setelah memenuhi kewajiban.

2.3 Hak dan Kewajiban Bidan

Hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterima, sedangkan
bidan memiliki kewajiban untuk pasien. Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien,
sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak
yang harus diterima oleh bidan dan ada kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.

a) Hak Bidan

Bidan dalam melaksanakan praktik mempunyai hak, sebagai berikut:

1. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan


kompetensi, kode etik, standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari klien dan/atau
keluarganya;
3. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar
profesi,standar pelayanan,standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. Menerima imbalan jasa atas pelayanan kebidanan yang telah diberikan;
5. Memperoleh fasilitas kerja; dan
6. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi.

b) Kewajiban Bidan

Sedangkan kewajiban bidan dalam melaksanakan praktik, sebagai berikut:

1. memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kode etik, standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan kebidanan
kepada klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya;
3. memperoleh persetujuan dari klien atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan;
4. merujuk klien yang tidak dapat ditangani ke tenaga medis atau fasilitas pelayanan
kesehatan;
5. membuat dan menyimpan catatan dan dokumen mengenai pemeriksaan,
asuhankebidanan, dan pelayanan lain;
6. menjaga kerahasiaan kesehatan klien;
7. menghormati hak klien;
8. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatanlain sesuai
dengan kompetensi bidan;
9. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah pusat;
10. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;dan/atau
11. meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau
pelatihan.

2.4 Hak dan Kewajiban Pasien

a) Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien:

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
dirumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
5. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
6. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
7. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses persalinan berlangsung.
8. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawat sesuai dengan keinginannya dan sesuai
dengan peraturan yang ada dirumah sakit.
9. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
mendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
10. Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter
yang merawat.
11. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
1) Penyakit yang diderita.
2) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
3) Alternatif terapi lainnya
4) Prognosanya
5) Perkiraan biaya pengobatan
12. Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
13. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit.
14. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
15. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
16. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit.
17. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual
18. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas tejadinya kasus mal praktek.
19. Hak untuk menentukan diri sendiri (the right to self determination), merupakan dasar
dari seluruh hak pasien.
20. Pasien berhak melihat rekam medik

b) Kewajiban Pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau intitusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala intruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
3. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan kesehatan, dokter bidan dan perawat.
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/ perjanjian yang dibuatnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidanyang


diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikanstudi terkait serta
memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izinformal untuk praktek
bidan.Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khasyang khusus. Sebagai
pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam
meningkatkan kesehatan perempuan

3.2 Saran

Agar pemerintah terus berupaya mendukung profesi bidan dengan


carameningkatkan kwalitas SDM bidan melalui penyediaan fasilitas pendidikan bagi
bidan.

Bagi organisasi diharapkan agar terus berupaya mengembangkan pelayanan dan


pengetahuan bagi semua bidan secara adil dan merata.

Bidan sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif


dalamorganisasi dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuaidengan etika
profesi
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Hak dan Kewajiban. http://repository.ujy.ac.id(diakses 10 Agustus 2018)

Bidan.2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Bidan

Mhd. 2012. Makala Hak Dan Kewajiban Seorang Bidan Dalam Memberikan Pelayanan.
https://id.scribd.com/document/109945643/Makala-Hak-Dan-Kewajiban-Seorang-
Bidan-Dalam-Memberikan-Pelayanan(diakses 10 Agustus 2018)

Rahayu, Siti Muji. 2016. Hak dan Kewajiban Bidan. http://sitimujirahayu.blogspot.com


(diakses 10 Agustus 2018)

Erniawati, Eka Septi. 2015. hak dan Kewajiban Bidan Maupun Pasien.
http://ekaseptierniawati.blogspot.com

Hak. 2018. https://id.wikipedia.org/wiki/hak

Anda mungkin juga menyukai