Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

IMPETIGO

Disusun Oleh:
Kelompok 10

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO


PARAKAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
IMPETIGO

Disusun Oleh:
1. Daniel Yosvransa (2017.1564)
2. Erlangga Deseva (2017.1572)
3. Renata Edens. V (2017.1588)

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO


PARAKAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Pada kesempatan
kali ini kami membahas“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
IMPETIGO”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan.
Namun dengan usaha kami dalam mengerjakan penyusunan makalah sehingga
kami dapat menyelesaikan.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Parakan, 27 november2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Pengertian bronchitis
B. Patogenesis
C. Pathway
D. Manifiestasi Klinis
E. Evaluasi Diagnostik
F. Penatalaksanaan Medis
G. Pengkajian Keperawatan
H. Diagnosis Keperawatan (NANDA)
I. Intervensi Keperawatan (NOC & NIC)
BAB III Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Impetigo adalah suatu pioderma yang menyerang lapisan superfisialis epidermis
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, atau
keduanya. Penyakit ini sangat menular dan sering dijumpai pada anak-anak pra-
sekolah. Impetigo sering terjadi pada daerah iklim tropis dan di dataran rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian dan karakteristik
usia, jenis kelamin, jenis impetigo, predileksi lesi dan pengobatan pasien impetigo
di Rumah Sakit Al-islam Bandung. Penelitian menggunakan metode deskriptif
observasional. Subjek penelitian ini adalah data rekam medis pasien impetigo di
Poliklinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung
periode 1 Januari – 31 Desember 2013 sebanyak 43 pasien. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa angka kejadian impetigo sebesar 1,72%. Usia terbanyak
mengenai kelompok usia early childhood period (48,8%), diikuti middle
childhood period (46,5%). Jenis kelamin tidak ada perbedaan yang signifikan
antara laki-laki (53,5%) dan perempuan (46,5%). Jenis impetigo tersering adalah
impetigo kontagiosa (53,5%). Lokasi lesi tersering pada wajah (20,9%).
Pengobatan yang sering diberikan yaitu mupirosin dan amoksisilin + asam
klavulanat (18,6%). Simpulan penelitian, angka kejadian impetigo pada anak-
anak di Poliklinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Al-
Islam Bandung yaitu sebesar 1,72% dengan karakteristik jenis impetigo tersering
yaitu impetigo kontagiosa, usia tersering adalah early childhood period, jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang signifikan, lokasi tersering pada wajah dan
pengobatan tersering yaitu diberikan mupirosin dan amoksisillin + asam
klavulanat.
Dampakyangterjadijikapenyakitkulitimpetigoinitidakditanganidenganbaik
makaakanterjadikomplikasiseperti:

1). Selulitismerupakan infeksi bakteri yang terjadi di lapisan kulit dalam.


2). Glomerulonefritis merupakan infeksi di pembuluh darah kecil di ginjal.
3). Septikemia, infeksi bakteri yang terjadi di dalam darah.
4). Psoriasis gutata, kondisi ini sering muncul setelah terjadi infeksi kulit.
5). Demam Scarlet, demam langka yang disertai ruam merah di seluruh tubuh.
6). Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), infeksi kulit yang membuat
kulit terlihat melepuh seperti tersiram air panas.
7). Penyakit ektima, terjadi ketika infeksi menyebar lebih jauh ke dalam lapisan
kulit dan dapat meninggalkan bekas luka permanen.
B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Impetigo


2. Mengetahui patogenesis terjadinya impetigo
3. Mengetahui pathway impetigo
4. Mengetahui manifestasi klinis impetigo
5. Mengetahui evaluasi diagnostik impetigo
6. Mengetahui penatalaksanaan medis impetig
7. Mengetahui pengkajian keperawatan impetigo
8. Mengetahui diagnosis keperawatan yang diberikan pada klien
9. Mengetahui intervensi keperawatan
C. Manfaat
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca
2. Mengetahui bagaimana cara keperawatan yang benar pada klien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Impetigo merupakan infeksi bakteri pada kulit superfisial yang menular
berbentuk nonbolus dan bolus yang dapat berkomplikasi menjadi cacar air ,
eksim dan penyakit kulit lainnya yang ditandai dengan lesi terbuka, yang sering
muncul pada wajah, lengan, dan tungkai. (kimberly, 2011)
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri
sel gram positif dengan ukuran 1 um,berbentuk bulat,biasanya tersusun dalam
kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan dan berbentuk rantai juga
bisa didapatkan.
Impetigo dibagi menjadi 2 yaitu impetigo nonbolussa (krustosa) dan
impetigo bolusa. Impetigo krustosa adalah jenis impetigo yang menyerang
epidermis, gambaran yang dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning
kecoklatan seperti madu yang berlapis-lapis, biasanya keluhan utamanya rasa
gatal. Biasanya terjadi pada anak-anak dan lebih sering terjadi di daerah tropis.
Kebersihan yang kurang dan higien yang buruk (anemia dan malnutrisi) dan
terjadi di daerah tubuh seperti wajah (hidung dan mulut), tangan ,leher dan
ektremitas. Sedangkan Impetigo bolusa adalah suatu bentuk impetigo dengan
gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang,
terkadang tampak hipopion. Penyebab utama disebabkan oleh stafilokokus sering
menyerang pada anak-anak dan dewasa. Impetigo ini lebih banyak terjadi di
daerah tropis dengan udara panas dengan bnyak debu memicu timbulnya impetigo
ini biasanya dijumpai pada ketiak, dada, dan ekremitas atas maupun bawah.

B. Patogenesis
Impetigo merupakan penyakit menular dan dapat menyebar ke bagian kulit pasien
yang lain atau ke anggota keluarga yang menyentuh pasien atau memakai
handukatau sisir yang tercemar pleh eksudat lesi. Meskipun impetigo dijumpai
pada segala usia, namun penyakit ini terutama ditemukan diantara anak-anak yang
hidup dalam kondisi higiene yang buruk. Sering kali impetigo terjadi skunder
akibat pediculosis capitis (trauma kepala), scabies (penyakit kudis)
, herpes simpleks, gigitan serangga, getah tanaman yang beracun (poison ivy),
atau eczema. Kesehatan yang buruk, hygiene yang buruk, dan malnutrisi dapat
menjadi predisposisi terjadinya impetigo pada orang dewasa. Daerah-daerah
tubuh, wajah, tangan, leher, danekstermitas yang terbuka merupakan bagian yang
paling sering terkena.
Impetigo bulosa. Bentuk dari impetigo bulosa merupakan kondisi yang lebih
jarang terjadi dibandingkan bentuk nonbulosa. Agen penyebab impetigo bulosa
adalah staphylococcus aureus yang menghasilkan eksotoksin eksfoliatif
ekstraseluler disebut exoliatins A dan B. eksotoksin ini menyebabkan timbulnya
suatu bula dan pengelupasan dari epidermis.

C. Pathway

Predisposisi adanya kontak dengan Invasi bakteri plogenik


penderita impetigo, kesehatan yang buru,
dan malnutrisi
Macula yang rupture
menjadi krusia

Respon inflasi lokal Resppon inflasi Respon psikologi


sistemik

Kerusak Kerusakan Peningkatan suhu Kondisi kerusakan


an saraf integeritas tubuh jaringan kulit
perifer jaringan

hipertermi Ganguan citra


nyeri tubuh

D. Manifestasi Klinis
1. Impetigo Krutosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah, terutama
sekitar lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber infeksi dari daerah
tersebut. Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu anggota gerak (kecuali
telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi umumnya terbatas, walaupun
penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005). Biasanya
mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman dapat
terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe
regional lebih sering disebabkan oleh Streptococcus. Kelainan kulit didahului
oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm.
Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan
meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal
berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu
(honey colour).
Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit disekitarnya. Lesi
tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat
dengan mudah menyebar secara autoinokulasi (Boediardja, 2005).
2. Impetigo Bolusa
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada,
punggung.. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel
(gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit
yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel
berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari
bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya.
Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan
memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang
ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).

Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat
menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat
lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang
lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening di dekat lesi. (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008). Pada
bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang
sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang. (Yayasan Orang
Tua Peduli, 1:2008).
E. Evaluasi diagnostik

F. Penatalaksanaan medis
1. Rendam bagian kulit yang sakit dalam air sabun selama 15-20 menit.
Lakukan 2-3 kali sehari untuk melunturkan kerak pada kulit.
2. Gunakan sabun obat seperti betadin. Gosoklah kulit sakit yang mengering.
3. Oleskan salep obat seperti polysporin pada kulit yang sakit. Lakukan 2-3
kali sehari setelah kerak pada kulit hilang.
4. Tutup kulit yang sakit dengan perban yang bersih. Jangan biarkan anak
menyentuh atau menggaruk.
5. Lakukan beberapa hal berikut ini untuk menghentikan penyebaraan
impetigo.
a. Cuci tangan anda dengan sabun setelah menyentuh kulit , pakaian
dan handuknya.
b. Cuci tangan anak sampai bersih. Potong kuku tangan anaknya.
c. Jaga agar tangan anak untuk tidak menyentuh hidung.
d. Simpan pakaian, handuk dan barang-barang anak terpisah dengan
anggota keluarga yang lain. Cucilah dengan iar panas.
Terapi yang diberikan dari segi perawatan yaitu :
1. Terapi nonmedikamentosa
a. Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30
menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk.
b. Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat menutup
daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku
anak.
c. Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh.
d. Dapat dilakukan dengan kompres menggunakan larutan NaCL 0,9
% pada impetigo krustosa.
2. Terapi medikamentosa
a. Terapi topikal
Pengobatan topical sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta
sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotic. Pada pengobatan
topical impetigo bolusa disa dilakukan bisa dilakukan dengan pemberian
antiseptic atau salep antibiotik (djuanda,57:2005).
1). Antiseptik
mampu untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat infeksi
Staphylococcus aureus (Suswati, 6:2003).
2). Antibiotic topical
a) Mupirocin merupakan salah satu antibiok. Mupirocin bekerja
dengan menghambat sistem RNA dan protein dari bakteri.
b) Fusidic Acid
c) Ratapamulin
Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada
protein L3 dekat dengan peptidil transferase yang pada
akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri (Buck,
1:2007).

G. Pengkajian keperawataan
1. Identitas pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat, umur, tanggal masuk rumah sakit (penting untuk di kaji
melihat perkembangan dari pengobatan), penanggung jawab pasien (
agar pengobatan dapat dilakukan dengan persetujuan dari pihak pasien
dan petugas kesehatan).
2. Keluhan utama
Luka gerakan di region lumbal posterior dekxtra
3. Riwayat penyakit sekarang
Penderita impetigo biasanya gejala yang dialami seperti gataldan berupa
lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan di kulit
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah menderta penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluargaa
Ada atau tidak yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
6. Riwayat alergi
Kaji apakah ada riwayat alergi makanan, obat atau cuaca dan jenis alergi
lainnya.
7. Pemeriksaan fisik
a. Impetigo nonbolussa
a) Vesikel atau macula yang kecil dan bewarna merah
menjadi pustule dalam beberapa jam
b) Terbentuk krusta dengan sifat yang tebal dan
bewarna madu akibat adanya eksudat
c) Lesi satelit autoinokulasi
b. Impetigo bolus
a) Vesikel berbanding tipis
b) Terbentuk krusta jernih dan tipis akibat adanya
eksudat
c) Lesi muncul seperti bagian tengah yang bersih dan
dibatasi oleh cincin luar
8. Hasil laboratorium
a. Pewarnaan gram cairan vesicular menunjukkan
organisme penyebab infeksi.
b. Pemeriksaan kultur dan sensitivitasneksudat atau krusta
yang mengelupas memperlihatkan organisme penyebab
infeksi
c. Hitung lekosit meningkat

H. Diagnosis keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera mekanik (
garukan pada kulit gatal)
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit

I. Intervensi keperawatan

Dx. 1 :Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera mekanik ( garukan


pada kulit gatal)
tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan kulit pasien terlihat normal
kriteria hasil :
1) Integritas kulit baik atau normal ( elastisitas, suhu kulit dan sensasi yang
dirasakan)
2) Mampu mempertahankan kelembapan kulit
3) Menunjukkan perbaikan atau penyembuhan luka atau lesi
4) Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman
5) Mendemonstrasikan regimen perawatan kulit yang tepat
Intervensi :
1) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : baju yang longgar bisa mengurangi gesekan pada kulit
2) Anjurkan penggunaan teknik mencuci tangan yang tepat
Rasional : agar tidak terkontaminasi dengan bakteri lain dan tidak menular
3) Hilangkan krusta yang mengeras dengan kompres dingin
Rasional : agar tubuh pasien bisa merasa lebih nyaman
4) Berikan obat yang diprogramkan
Rasional : agar pasien bisa cepat sembuh
5)
Dx 2 :Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan citra tubuh pasien
kriteria hasil :
1). Pasien akan mengungkapkan perasaan mengenai perubahan citra tubuh

Intervensi
1). Bantu mengungkapkan perasaan mengenai citra tubuh
Rasional :
2). Dorong pasien melakukan perawatan diri
Rasional : untuk meningkatkan rasa kemandirian dan kontrol

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
streptokokkus aureus. Impetigo dibagi menjadi 2 yaitu impetigo
nonbolusa dan bolusa. Pengobatan impetigo bisa dilakukan dengan
antibiotik seperti pemberian salep atau obat oral, serta dengan cara
menjaga kebersihan diri untuk mencegah terjadinya impetigo pada
anak dan orang dewasa.
2. Saran

Kami berharap dengan makalah diatas dapat menambah wawasan


bagi pembaca dan dapat mengaplikasikan dalam lingkungan masyarakat
sehingga dapat mencegah terjadinya impetigo.
Khususnya untuk perawat agar bisa memberi edukasi kepada
masyarakat agar lebih paham terhadap penyakit ini dan mengetahui cara
pencegahan serta perawat mampu memberikan tindakan keperawatan
secara optimal, sehingga masalah keperawatan pada klien bisa teratasi dan
bisa sembuh kembali.

DAFTARPUSTAKA

Bilotta Kimberly A.J. kapita selektan penyakit dengan implikasi


keperawatan.(edisi 2). Jakarta : EGC,2011

Anda mungkin juga menyukai