Anda di halaman 1dari 9

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI

“ SKALA WAKTU GEOLOGI ”

TUGAS

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evolusi yang diampu oleh
Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M. Pd.
Dra. Ammi Syulasmi, MS.

oleh:
Kelompok 5
Pendidikan Biologi A 2015

Aulia Fuji Yanti 1501665


Husna Dita Rahmah 1505468
Naufal Ahmad Muzakki 1505601
Resti Wulandari 1500510
Suchi Handayani K 1506770
Zakia Nurhasanah 1505985

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
1. Mengapa jarang sekali ditemukan fosil yang utuh yang memberikan
gambaran akurat tentang kehidupan di masa lalu?
Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan nomor 1, kita harus mengetahui bagaimana fosil
itu terbentuk, tergantung apa yang terjadi setelah organisme tersebut mati.
Kebanyakan organisme yang telah mati dimakan oleh binatang atau hancur
karena organisme lainnya. Selain itu proses dekomposisi dapat juga
menghancurkan organisme tersebut. Proses tersebut kadang sangat aktif,
sehingga dapat menghilangkan sama sekali jejak-jejak dari organisme yang
telah mati. Tetapi pada kondisi tertentu sisa dan atau jejak dari organisme yang
mati tersebut dapat terawetkan dan menjadi fosil.
a. Fosil yang terbentuk oleh proses pengawetan
Proses pengawetan adalah proses yang menyebabkan suatu organisme
baik seluruh atau sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit
perubahan sifat kimia maupun fisikanya. Di Siberia pernah ditemukan
bayi mammoth (gajah purba) yang berumur sekitar 44.000 tahun
terawetkan pada tanah yang membeku. Tubuh mammoth tersebut
ditemukan lengkap dengan kulit dan bulunya. Daging mammoth yang
telah terawetkan tersebut ternyata masih tetap segar dan merupakan salah
satu hidangan yang disajikan pada pertemuan para ahli geologi dan ahli
biologi telah mempelajari informasi genetik dari sel yang mengalami
pembekuan. Organisme kecil semacam insekta dapat pula membentuk
fosil. Organisme kecil tersebut dapat terjebak dalam lapisan-lapisan
kayu, dan apabila kayu tersebut mengalami fosilisasi dan membentuk
material yang sebut amber, organisme tersebut dapat terawetkan
didalamnya.
Pada lingkungan gurun, sisa-sisa binatang dapat mengalami proses
dehidrasi yang disebut proses mummifikasi. Salah satu contoh dari fosil
yang mengalami mummifikasi pernah dijumpai di New Meksiko. Kulit
dari organisme tersebut masih tetap ada dan tulang-tulangnya masih
terikat satu dengan lainnya oleh ligament.
Bagian organisme yang keras seperti tulang, gigi atau cangkang pada
umumnya tahan terhadap proses dekomposisi, dan apabila lingkungan
fisika dan kimia memungkinkan, bagian-bagian tersebut terawetkan
untuk jangka waktu yang cukup lama.
b. Mineralisasi
Pengawetan tanpa perubahan sifat fisika dan kimia sangat jarang terjadi
dan fosil dengan tipe ini sangat jarang terjadi. Pada kondisi lain, seluruh
atau sebagian dari tubuh organisme mengalami penggantian oleh mineral
yang disebut proses mineralisasi. Meski material yang menyusun
organisme tersebut telah digantikan oleh mineral, struktur sel organisme
tersebut masih dapat terlihat jelas dengan menggunakan mikroskop.
Proses mineralisasi dapat terjadi dengan bermacam cara, yaitu
rekristalisasi, permineralisasi dan penggantian (replacement).
Rekristalisasi. Kebanyakan cangkang dari organisme invertebrata laut
seperti koral, kerang dan oyster terutama disusun oleh Kalsium karbonat.
Kebanyakan invertebrata yang masih hidup menyerap kalsium karbonat
untuk membuat rangkanya dengan menghasilkan mineral aragonit.
Setelah organisme tersebut mati, struktur kristal aragonit akan berubah
menjadi mineral kalsit yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena
atom-atom penyusun mineral aragonit akan menyesuaikan diri dan
membentuk kristal yang lebih solid. Fosil yang telah mengalami proses
rekristalisasi akan mempunyai bentuk dan struktur dalam yang tetap
hanya komposisi mineralnya yang berubah.
Permineralisasi. Pada tulang dan cangkang binatang kadang dijumpai
rongga arau lubang yang saluran darah, syaraf dan bagian lunak
organisme lainnya. Ketika organisme tersebut mati, air dapat mengalir
melalui rongga-rongga tersebut. Jika air masuk ke dalam rongga tersebut
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida
besi, ion-ion tersebut akan mengalami presipitasi dan mengisi rongga-
rongga tersebut dengan mineral. Proses tersebut disebut proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari
organisme tidak mengalami perubahan. Tetapi karena adanya
mineralisasi di dalam rongga dan pori-porinya, maka fosil organisme
tersebut lebih berat dan lebih tahan. Proses permineralisasi dapat juga
terjadi pada bagian lunak dari tumbuhan. Air yang membawa larutan
silika masuk ke dalam jaringan tumbuhan yang tumbang dan mengkristal
membentuk mineral kuarsa. Fosil yang dihasilkan dari proses tersebut
disebut fosil kayu atau petrified wood. Lingkaran tahun dan jaringan
pada fosil kayu ini sama dengan yang terdapat pada pohon yang hidup
jutaan tahun yang lalu.
Replacement. Material yang menyusun organisme dapat mengalami
pelarutan dan digantikan oleh mineral lainnya. Proses ini disebut dengan
replacement atau penggantian. Selama proses tersebut volume dan bentuk
organisme yang asli tetap tetapi material penyusunnya mengalami
perubahan. Sebagai contoh cangkang binatang yang tadinya tersusun oleh
kalsium karbonat, pada waktu menjadi fosil cangkang tersebut sudah
mengalami perubahan disusun oleh silika atau pirit.
c. Mold dan Cast
Bayangkan cangkang binatang yang tertinggal di dasar laut dan tertutupi
oleh sedimen. Kemudian sedimen tersebut mengalami kompaksi dan
membentuk batuan sedimen, dan cangkang tersebut mengalami pelarutan
dan meninggalkan cetakan pada batuan sedimen tersebut yang disebut
mold. Apabila yang tercetak adalah bagian luar dari cangkang tersebut di
sebut eksternal mold, sedangkan bila yang tercetak bagian dalamnya
disebut internal mold. Bila cetakan tersebut terisi oleh material lain maka
akan terbentuk cast.
d. Carbonisasi
Fosil dapat juga terbentuk oleh proses karbonisasi. Pada proses ini
bagian-bagian lunak dari organisme seperti daun, ubur-ubur dan cacing,
pada waktu mati dengan cepat mengalami penimbunan oleh sedimen.
Karena penimbunan tersebut material mengalami kompresi sehingga
komponen yang berupa gas akan menghilang, meninggalkan unsur
karbon yang tercetak pada batuan sedimen yang terbentuk.
e. Fosil Jejak
Beberapa fosil tidak terdiri dari sisa tubuh organismenya, tetapi
organisme tersebut meninggalkan jejak, lubang atau sarang atau tanda-
tanda lain yang dibuatnya. Apabila jejak-jejak tersebut terawetkan, maka
disebut fosil jejak (trace fossils). Jejak-jejak binatang telah banyak
dijumpai pada batuan sedimen. Fosil jejak tersebut dapat memberikan
informasi kepada kita bagaimana organisme tersebut bergerak semasa
hidupnya, apakah organisme tersebut berjalan dengan dua kaki atau
empat kaki dan memberikan petunjuk bagaimana kebiasaan hidup dari
organisme tersebut (rahmawati, 2016).
Sumber :
https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/mata-
pelajaran/3910-pembentukan-fosil-dan-evolusinya
2. Mengapa metode jam radioaktif dianggap sebagai penentuan waktu yang
paling akurat dalam menentukan usia bumi ?
Jawab :
Karena metode jam radioaktif menentukan umur bumi berdasakan pada masuk
keluarnya zat radio aktif dari dalam tubuh. Peluruhan zat radio aktif berbeda-
beda, tergantung zat radio aktif yang digunakan.
3. Perhatikan tabel 2.3, kapankah terjadi glasiasi dalam evolusi kehidupan
di bumi?
berikan penjelasan mengapa dapat terjadi perubhahan iklim pada masa
itu?
Jawab :
a. Glasiasi terjadi pada eon phanerozoic, era kuarter- cenozoik, periode 0,5-3
juta tahun, kurun pleistocen 3.
b. Perubahan iklim pada kala pleistocen disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:

1) Proses glasiasi, Berakibat pendangkalan air laut sehingga menjadi


daratan dan menjadi jembatan perpindahan hewan untuk bermigrasi
karena perubahan musim.
2) Proses interglasiasi / post glasiasi (pencairan kembali air laut) Berakibat
naiknya permukaan air laut daerah tropis menjadi lembab, penyempitan
wilayah jelajah fauna sehingga terjadi pengkerdilan fauna tertentu.
3) Proses pembentukan daratan karena tenaga endogen dan eksogen.
4) Aktifitas vulkanisme
Berakibat terbentuknya daratan-darataan baru dan dapat merubah
keadaan alam sebelumnya.
4. Kapankah kemunculan ikan placoderm dan berikan penjelasan mengapa
ikan tersebut punah pada periode Permian?
Jawab:
Ikan Placoderm adalah kelompok pertama vertebrata berahang dan
mendominasi ekosistem perairan antara 430 dan 360 juta tahun yang lalu.
Periode Permian berlangsung selama kurun waktu 286 juta sampai dengan 248
juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode akhir dari masa
Paleozoikum. Dunia pada saat ini di dominasi oleh super benua yang dikenal
sebagai Pangaea yang dikelilingi oleh lautan maha luas yang disebut sebagai
Panthalassa (Laut universal).
Penelitian mengemukakan bahwa adanya erupsi gunung berapi di
kawasan yang kini di sebut Siberia memungkinkan membuat lapisan batu bara
terpicu ledakan. Mereka berasumsi pada Periode Permian terjadi erupsi dari
basal yang sebelumnya mengendap di area batuan vulkanik yang luas, yang
disebut Siberian Trap. Basal adalah batuan beku hasil lelehan gunung berapi
yang biasanya berwarna kehitam-hitaman. Erupsi tersebut kemungkinan
memicu terbakarnya lapisan batu bara, mengirim debu abu terbang dalam
jumlah sangat besar hingga lebih dari 20 kilometer ke atmosfer. Bahkan,
beberapa erupsi besar diperkirakan melebihi jarak 40 kilometer. Artinya, erupsi
ini cukup kuat untuk mengirim abu ke lapisan stratosfer. Abu yang ringan
diperkirakan menyebar secara global dengan bantuan angin, sebelum akhirnya
jatuh dari stratosfer. Abu itu kemudian bercampur dengan air dengan sangat
perlahan-lahan dan membentuk cairan seperti bubur yang membatasi penetrasi
cahaya. Sementara itu, logam beracun dan elemen radioaktif yang
terkonsentrasi dalam abu, menciptakan kondisi yang sangat beracun. Tim
peneliti juga menganalisis karbon erestrial yang ditemukan di sedimen laut
dalam yang seusia Periode Permian. Mereka menyatakan, batuan - batuan
penunjuk keberadaan sejumlah penting batu bara yang gosong, telah
diendapkan sebelum kepunahan hewan - hewan laut terjadi. Para peneliti
melakukan analisis geokimia dan petrologi arang. Arang tersebut kemungkinan
besar berasal dari pembakaran batu bara Siberia dan dari sedimen yang kaya
zat -zat organik.
Selama kepunahan di Zaman Permian yang juga dikenal sebagai periode
" Great Dying", siklus biogeokimia terganggu secara global. Gangguan ini
menyebabkan kematian sekitar 80 persen hewan-hewan darat, dan 90 persen
kehidupan laut.
5. Berdasarkan skala waktu geologi, kapankah mulai ada kehidupan darat?
Beri penjelasan
Jawab:
Sekitar 500 juta tahun yang lalu, Era Paleozoikum Periode Ordovisium. Ada
bukti fosil yang menunjukkan bahwa sianobakteri dan prokariota-prokariota
fotosintetik lain melapisi permukaan daratan yang lembab lebih semiliar tahun
lalu. Usaha evolusioner yang bertahap untuk keluar dari lingkungan air ini
berasosiasi dengan adaptasi di daratan dan adaptasi yang membantu mencegah
dehidrasi. Misalnya, tumbuhan yang berevolusi dari alga hijau, memiliki
system vascular untuk mengangkut zat-zat dalam tubuhnya dan lapisan lilin
kedap-air di daun yang memperlambat hilangnya air ke udara. Tanda-tanda
awal dari adaptasi ini muncul 420 juta tahun lalu, ketika sudah ada tumbuhan
kecil (setinggi kira-kira 10 cm) yang memiliki system vaskuler namun tidak
berakar maupun berdaun sejati. Sekitar 50 juta tahun kemudian, tumbuhan
telah sangat berdiversifikasi dan mencakup buluh serta tumbuhan serupa pohon
dengan akar dan daun sejati.
Hewan darat yang paling tersebar luas dan beraneka ragam adalah artropoda
(terutama serangga dan laba-laba) dan tetrapoda. Tetrapoda paling awal
ditemukan dalam catatan fosil hidup sekitar 365 juta tahun lalu dan tampaknya
berevolusi dari kelompok ikan bersirip daging.
6. Pada periode karbonifera, mulai muncul reptilia pertama. Kapankah
populasi reptilia raksasa menguasai daratan dan mengapa akhirnya
punah pada periode kretasea?
Jawab:
Populasi reptilia raksasa menguasai daratan pada Periode Jurasik. Beberapa
ahli berpendapat bahwa reptilia raksasa ini mengalami kepunahan pada Periode
Kertasea disebabkan oleh meteor raksasa yang menabrak bumi, tepatnya jatuh
di Meksiko, Amerika Utara 65 juta tahun yang lalu menyisakan pecahan bumi.
Walau beberapa ada yang berpendapat kepunahan ini akibat perubahan cuaca
jangka panjang.
7. Mengapa kemunculan mamalia tidak bersamaan dengan reptilia raksasa?
Jawab:
Karena mamalia berevolusi dari sejenis reptil. Leluhur mamalia merupakan
salah satu di antara hewan terapsida, yang merupakan bagian dari cabang
sinapsida dari filogeni reptilia. Terapsida menghilang saat dinosaurus
berlimpah, tetapi mamalia yang berasal dari terapsida hidup berdampingan
dengan dinosaurus selama zaman Mesozoikum. Sebagian besar mamalia
zaman Mesozoikum berukuran kecil dan sebagain besar mungkin merupakan
pemakan serangga. Beragam bukti, seperti ukuran lubang mata, menyiratkan
bahwa mamalia kecil adalah hewan nokturnal. Setelah kepunahan massal di
masa Kretasesus, saat zaman Senozoikum datang, mamalia sedang melakukan
radiasi adaptif besar-besaran. Keanekaragaman itu diwakili oleh tiga kelompok
utama, yaitu monotrema (mamalia bertelur), marsupial (mamalia berkantung),
dan mamalia eutheria (mamalia berplasenta).
8. Jelaskan efek glasiasi dan deglasiasi terhadap kehidupan dan perubahan
muka bumi!
Jawab:
Dalam sejarah evolusi bumi, glasiasi terjadi berkali-kali sebagai akibat
perubahan iklim di bumi dan kondisi bumi yang masih labil. Dalam kurun
waktu tertentu, kehidupan di bumi mengalami perkembangan baik secara
geologi maupun biologi, yang ditandai dengan kemunculan dan kepunahan
spesies, perubahan muka bumi, pemisahan benua, dan pergeseran daratan.
Saat efek glasiasi berlangsung terjadi siklus yaitu air lautan mendingin dan
penguapan air menjadi berkurang. Hal itu lalu mengakibatkan jumlah awan
berkurang dan curah hujan menurun sehingga tumbuhan berkurang dan gurun
bertambah luas. Lapisan es di kutub bertambah tebal dan meluas ke daerah
iklim sedang, sampai sepertiga permukaan bumi tertutup es. Karena banyak air
berubah menjadi es, maka permakaan air laut surut di beberapa tempat. Efek
langsung dari glasiasi, yaitu: kematian massal akibat dari perubahan habitat,
perubahan makanan, berkurangnya sumber air. Sedangkan efek taklangsung
dari glasiasi, yaitu: pembentukan lembah, sungai, dan air terjun (perubahan
muka bumi). Sebaliknya saat efek deglasiasi, suhu bumi kembali naik. Hal
tersebut menyebabkan naiknya muka air laut, lapisan es mencair, dan garis
pantai maju (trangresi) mengakibatkan terjadinya pendalaman. Deglagasi
menyebabkan melelehnya bagian bawah lapisan es dan hujan bertambah
sehingga tumbuhan pun bertambah dan terjadinya persebaran fauna
9. Saat ini terjadi pergeseran musim yang juga dialami di Indonesia.
Samakah penyebabnya dengan perubahan iklim berdasarkan tabel 2.3?
Berikan penjelasannya.
Jawab:
Tidak, penyebab pergeseran musim pada saat ini khususnya di Indonesia
disebabkan oleh dampak dari pemanasan global yang terjadi di muka bumi,
seperti efek rumah kaca, meningkatnya gas rumah kaca, penggunaan CFC yang
tidak terkontrol, pengrusakan hutan, dan masih banyak lagi penyebabnya.
Sedangkan perubahan iklim yang terjadi pada masa glasiasi dan deglasiasi
disebabkan oleh suhu yang menurun dalam jangka masa yang lama dalam
iklim bumi, menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub
dan gletser gunung.

Anda mungkin juga menyukai