Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR OTAK”

Dosen pengampu : Ditha Astuti P.,M.kep

Disusun oleh :

Messy Henny Supriyani SR172110038

Jihan milenia trivani SR172110058

Mitha syarah SR172110046

Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Muhammadiyah Pontianak

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Tumor
Otak”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bu Ditha selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang sudah memberikan kepercayaan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami pun menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
C. TUJUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 4
A. DEFINISI ................................................................................................. 4
B. ETIOLOGI ............................................................................................... 5
C. KLASIFIKASI ......................................................................................... 6
D. PATOFISIOLOGI .................................................................................... 9
E. PATHWAY ............................................................................................ 11
F. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................... 12
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .......................................................... 13
H. PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI ................................................ 14
I. PENATALAKSANAAN ........................................................................... 32
BAB III ................................................................................................................. 34
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 34
A. PENGKAJIAN ....................................................................................... 34
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................ 36
C. INTERVENSI KEPERAWATAN ......................................................... 37
D. EVALUASI ............................................................................................ 47
BAB IV ................................................................................................................. 48
PENUTUP ............................................................................................................. 48
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 48
B. SARAN .................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa
tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor
dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa
tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan
destruksi dari jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per
100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit
tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang.
Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor
jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih
besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di
dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat
belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1,
sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel
ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor

1
dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala,
nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui.
Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung
jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu
faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada
juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari
trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980;
Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah
usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode
yang dapat digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan
chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa,
hingga intervensi yang harus diberikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Apa manifestasi klinis dari tumor otak?
3. Bagaimana etiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita
tumor otak?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
7. Apa saja komplikasi dari tumor otak?
8. Bagaimana prognosis dari tumor otak?
9. Bagaimana woc (web of caution) dari tumor otak?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
tumor otak?

2
C. TUJUAN

11. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.


12. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.
13. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus tumor otak.
14. Mengetahui dan memahami patofisiologi tumor otak.
15. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.
16. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan tumor otak.
17. Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.
18. Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.
19. Mengetahui dan memahami WOC tumor otak.
20. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/berkas
organ yang karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang
ada di sekitarnya, sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan)
jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak. Oleh
karena penderita tumor otak datang dengan berbagai gejala yang
membingungkan, maka diagnosis menjadi sukar. Tumor otak dapat terjadi
pada semua umur, tidak jarang menyerang anak-anak di bawah usia 10
tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa selama dekade
kelima dan keenam.
Tumor otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang mungkin
paling mudah dipahami adalah klasifikasi menurut kernahan dan seyre, di
mana diberi nama sesuai dengan nama sel yang terserang, baik sel pada
susunan saraf orang dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan
perkembangan (kongenital). Stadium keganasannya diberi tingkatan dari I
sampai IV (IV adalah yang paling ganas)
Tumor tertentu lebih sering terjadi pada suatu kelompok tertentu.
Pada masa bayi dan anak-anak, tumor fosa superior jauh lebih sering dari
pada lesi suprantentorial (fossa media atau anterior) yang lebih sering
djumpai pada orang dewasa. Tumor otak pada anak kemungkinan besar
adalah astrositoma ganas dari serebelum tingkat I atau II. Pada individu
setengah umur atau tua, tumor otak yang paling sering adalah glioblastoma
mutiforme, yaitu jenis glioma yang paling ganas, ditandai oleh kecepatan
pertumbuhan tmor yang cepat.

4
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat
dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi karsinogenik

5
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala

C. KLASIFIKASI
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
1) Acoustic neuroma
2) Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada
di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering
terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat
dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3) Pituitary adenoma
4) Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
1) Astrocytoma (grade 2,3,4)
2) Oligodendrogliom
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling
bersifat kemosensitif.

3) Apendymoma

6
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering
terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini
lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor.
Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.

2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1) Glioma
a) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum.
b) Astroscytoma
c) Oligodendrogliom
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2) Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid.Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang
dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove

7
(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%),
dan Cerebello-Pontine angle.
Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di
sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma
konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan
menyebabkan gangguan visus yang progresif.
a) Tumor Infratentorial
b) Schwanoma akustikus
c) Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna,
tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dura.
3) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.

8
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progesif. Gejala-gejala
terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu
perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk

9
menjadi efektif dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila
girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial
oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon
menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi
serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi
dengan cepat. Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

10
E. PATHWAY

11
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala tumor otak terlihat sangat mirip seperti penyakit sehari-hari lainnya, dari
sakit kepala sampai depresi. Itu sebabnya, gejala tumor otak mungkin sulit untuk
didetksi sejak dini. Namun secara umum, berikut tanda dan gejala kanker otak
yang biasanya muncul:

1. Sakit kepala yang sering dan parah


Bisa sangat sulit untuk bisa membedakan mana sakit kepala biasa yang
disebabkan kondisi lain dan mana yang timbul sebagai gejala tumor otak,
bahkan bagi dokter sekalipun.
2. Mual dan muntah tanpa alasan yang jelas
Mual dan muntah adalah hal yang biasa. Namun jika Anda terus menerus
mual dan muntah tanpa sebab, apalagi jika Anda tidak sedang hamil, ini
patut diwaspadai. Mual dan muntah tanpa alasan yang jelas bisa menjadi
gejala tumor otak yang patut Anda waspadai.
3. Penglihatan kabur
Penglihatan kabur, penglihatan ganda, dan kehilangan penglihatan
bertahap semuanya terkait dengan gejala tumor otak.
4. Sensasi kebas atau mati rasa
5. Kesulitan mengendalikan ekspresi wajah, sulit menelan, dan sensasi baal
di bagian tubuh atau wajah adalah sesuatu yang harus Anda curigai
sebagai gejala tumor otak yang berasal dari batang otak tempat di mana
otak Anda terhubung dengan sumsum tulang belakang Anda.
6. Kesulitan berbicara
Ada dua pusat bicara di otak yang terletak di sisi kiri — area Wernicke,
yang memungkinkan kita untuk mengerti dan memahami ucapan, dan area
Broca, yang mengaktifkan otot yang menciptakan suara. Ketika tumor
hadir di otak, kedua kemampuan tersebut seringkali terhambat.
7. Badan lemas dan lesu tanpa sebab
Gejala tumor otak biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri di
sekujur tubuh. Namun, kaki kiri atau kanan atau tangan Anda mungkin

12
tidak merespon sebaik atau secepat biasanya, atau malah bisa tidak
merespon sama sekali. Jadi, begitu Anda menyadari badan lemas tiba-tiba
tak menentu dan tidak kunjung sembuh, sebaiknya kunjungi dokter untuk
konsultasi.
8. Kebingungan melakukan hal sehari-hari
9. Kehilangan kesimbangan
Fungsi motorik dikendalikan oleh area batang otak. Jika Anda mulai
merasa sulit berjalan, terutama dalam kegelapan, dan Anda cenderung
berdiri miring bersandar ke satu sisi, ini bisa menjadi gejala yang
disebabkan oleh tumor di otak kecil
10. Kejang
Kejang sering menjadi salah satu gejala tumor otak yang pertama kali
muncul, terutama jika Anda tidak memiliki riwayat kondisi ini
sebelumnya.
11. Masalah pendengaran
Lobus temporal yang terletak di bagian tengah bawah korteks di belakang
pelipis berperan agar Anda bisa mendengar suara, serta memahami bahasa
dan percakapan.
12. Masalah dengan ingatan
Jika belakangan ini Anda makin sering lupa-lupa ingat, sebaiknya
konsultasikan ke dokter untuk memastikan gejala tumor otak. Orang
dengan tumor lebih cenderung memiliki masalah mengingat sesuatu,
merasa bingung, atau mengalami masalah berpikir.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada

13
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan
melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.

H. PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI


A. MENINGEAL SIGN

a. RANGSANG SELAPUT OTAK

Saat terdapat peradangan pada selaput otak (meningitis) atau terdapat


benda asing (darah, pada perdarahan sub arahnoid) maka akan terjadi iritasi
meningeal dan menimbulkan rangsang selaput otak. Manifestasi subyektif dari
keadaan ini adalah berupa sakit kepala, kuduk terasa kaku, fotofobia, dan
hiperakusis.

1. KAKU KUDUK

2. KERNIG

14
3. BRUDZINSKY 1 = tanda leher, pemeriksaan ini dapat dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan kaku kuduk

CARA:

- Tangan ditempatkan dibawah kepala pasien yg sedang berbaring, kemudian


tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada

- Tangan yang satu SEBAIKNYA ditempatkan di dada px utk mencegah


diangkatnya badan

+ jika fleksi kedua kaki

Lihat ada kelumpuhan/ tdk karena akan dapat memberikan gejala - palsu

b. LASEGUE

Paisen berbaring, ekstensikan kedua kaki kemudian Fleksikan sendi panggul salah
satu kaki dan kaki lain tetap ekstensi

N : mencapai 70 derajad sblm timbul rasa sakit, pd or tua hanya 60 derajat

+ Pd Px rangsangan selaput otak, iscialgia, iritasi plexus lumbosakral (HNP


lumbalis)

B. NERVUS CRANIALIS

Sensoris khusus:

- N. I ~ Pembauan

- N. II ~ Penglihatan

- N. VII dan N. IX ~ Perasa

- N. VIII ~ Pendengaran

Motorik khusus:

- Gerakan Bola Mata N. III; IV; VI

15
- Ekspresi Muka N. VII

- Menelan N. IX; X dan XII

- Bicara N. IX; X dan XII

- Motorik Leher dan Shoulder N. XI

- Sensoris muka dan mengunyah N. V

1. N. OLFAKTORIUS [N. I]

SYARAT:

^ Airway bebas, tidak ada atropi & pasien dalam kondisi GCS 4-5-6

^ Bahan yg digunakan dikenal oleh pasien, tdk iritatif / merangsang &


menimbulkan sekresi kelenjar yang mengakibatkan hidung buntu.

CARA:

Px menutup mata, kemudian periksa masing2 hidung dg tembakau, kopi, teh,


vanili, atau jeruk.

2. N. OPTIKUS [N. II]

Pemeriksaan ini meliputi:

- VISUS

Penglihatan jauh: kartu snellen

Penglihatan dekat: rosenbaum pocked eye chart, hitung jari, lambaian tangan,
cahaya lampu

Pinhole ~ untuk menghilangkan refractory error

- YOJANA PENGLIHATAN/ KONFRONTASI

3. N.III. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, & ABDUSENS [III, IV, VI]

a. Pemeriksaan kedudukan bola mata saat diam

apakah bola mata di tengah atau bergeser ke lateral?

16
b. Pemeriksaan gerak bola mata

c. Pemeriksaan celah mata

- ada tidaknya ptosis (lumpuh m.levator palpebra)

+ miastenia gravis

Pemeriksaan exophtalmos

- bandingkan kedua bola mata dari samping

d. Pemeriksaan pupil

- bentuk, lebar, & perbedaan lebar

- reaksi cahaya langsung dan konsensuil

- reaksi akomodasi dan konvergensi

e. Reaksi cahaya langsung dan konsensuil

pemeriksaan refleks cahaya langsung, mata yang diperiksa dilakukan peyinaran


dengan senter dari arah lateral ke medial.

f. Reflek akomodasi dan konvergensi

4. N TRIGEMINUS [N.V]

a. SENSORIK

distribusi perifer: N V1,V2,V3 nyeri, suhu, dan raba [sensibilitas]

Cabang sensorik I : di daerah dahi

Cabang sensorik II : di daerah pipi

Cabang sensorik III : di daerah rahang bawah

b. MOTORIK

- Otot masseter

- Otot temporal

- Otot pterigoideus int/ext

17
Otot Maseter, otot Temporal, otot Pterygoideus internus/eksternus

5. N. FASIALIS [N.VII]

1. MOTORIK

^ kondisi DIAM

bandingkan asimetri pd lipatan dahi, tinggi alis, sudut mata, lipatan nasolabial, dll

^ kondisi BERGERAK

bandingkan asimetri saat mengerutkan dahi, menutup mata, mecucu bersiul,


mperlihatkan gigi, dll

2. SENSORIK

a. Lakrimasi

b. Refleks Stapedius

Memasang stetoskop pd teling px dan dilakukan pengetukan lembut difragma


stetoskop atau dengan menggetarkan garpu tala 256 Hz dekat stetoskop

c. Pengecapan 2/3 anterior lidah

Dites rasa pada lidah, dengan menggunakan rasa manis, asin, asam, dan pahit
dalam bentuk larutan dalam jumlah sedikit setiap larutan diletakkan disisi lidah
yang dijulurkan. Pasien diminta menunjukkan kata-kata manis, asin, asam, dan
pahit yang tercantum pada sehelai kertas.

6. N.STATOAKUSTIKUS/VESTIBULOKOKLEARIS [N.VIII]

18
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Menilai ada tidaknya tuli konduksi atau persepsi

Pemeriksaan meliputi:

- Suara bisik

- Arloji

- Garpu tala [weber,schawbach,rinne]

Tes Schwabach.

Garputala dibunyikan kemudian ditempatkan di procesus mastoideus


penderita.Kemudian pasien diminta untuk memberitahu bila bunyi garpu tala
berhenti. Setelah itu pemeriksa menempatkan garpu tala di procesus mastoideus
telinganya. Bila si pemeriksa masih dapat menangkap bunyi garpu tala maka
pendengaran pasien berkurang. Jika si pemeriksa juga tidak dapat mendengar
bunyi garpu tala itu, maka pendengaran pasien adalah normal.

RINNE

Garpu tala yang sudah dibunyikan ditempatkan di atas tulang mastoid


pasien. Kemudian pasien diminta untuk memberitahu bila bunyi garpu tala itu
sudah tidak terdengar lagi. Lalu pada saat itu si pemeriksa menempatkan ujung
garpu tala di dekat lubang telinga pasien.Krn penghantaran melalui udara lebih
baik (normal), maka bunyi garpu tala itu masih terdengar, paling sedikit 2 kali
lebih lama daripada waktu bunyi garpu tala terdengar melalui tulang.

WEBER

Bilamana telinga kedua sisi baik, maka garpu tala yang ditempatkan di
verteks akan terdengar sama kerasnya, baik untuk telinga kiri maupu untuk telinga
kanan. Bila salah satu telinga tuli, maka bunyi garpu tala akan terdengar lebih
keras oleh salah satu telinga. Fenomen ini dikenal sebagai lateralisasi
(pendengaran)

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

19
Vertigo-- hallpike manuver

Cara membangkitkan nistagmus ialah sebagai berikut. Pertama pasien


diperiksa dalam posisi telentang, kepala di tengadahkan jatuh ke belakang dgn
sudut 30° dari horizon. Kepala dimiringkan ke kanan selama 30 sampai 60 detik
dan si pemeriksa mengamat-amati timbulnya nistagmus ritmik, Kemudian
nistagmus posisional diamati-amati pada posisi kepala miring ke kiri, dalam posis
kepala ke depan dan ke belakang.

Tinitus -- keluhan teling berdengung

Tes kalori --

Untuk rangsangan dingin dengan menggunakan suhu 30°C, sedangkan


untuk suhu hangat dengan suhu 42°C. responnya terhadap rangsangan dingin
timbul nistagmus (fase cepatnya) ke sisi kontralateral dari rangsangan, sedangkan
pada rangsangan dengan air hangat menimbulkan nistagmus searah dengan arah
rangsangan (COWS = cold opposite, warm same side). Bila secara bersamaan
kedua telinga diberi rangsang dingin, akan timbul nistagmus ke arah bawah,
sedangkan bila diberi rangsangan air hangat secara bersamaan pada kedua telinga
akan timbul nistagmus ke atas.

7. N.GLOSSOPHARINGEUS & N. VAGUS [ IX, X ]

Terdiri dari:

Inspeksi oropharing dalam keadaan istirahat

Inspeksi oropharing saat berfonasi

Refleks:

- refleks muntah/batuk

- refleks okulo-kardiac

- refleks carotico-cardiac

Sensorik khusus  pengecapan 1/3 belakang lidah

20
Suara serak/parau  gangguan murni di N.X

Menelan  sukar menelan cair daripada padat [ggg oesph]

Detak jantung & bising usus

Refleks muntah/batuk/ refleks pharing dengan menekan dinding belakang


pharing.

Refleks oculo-cardiac dengan menekan bola mata responnya dengan bradicardia


tapi tidak lebih dari 5-8 perlambatannya.

Refleks carotico-cardiac dengan penekanan atau masase pada sinus caraticus pada
kondisi normal tidak menyebabkan perubahan fungsi otonom, tapi pada individu
rentan biasanya pada atheroselerosis atau hipertensi menyebabkan perlambatan
heart rate, turunnya tekanan darah, turunnya cardiac output dan vasodilatasi
perifer. Pada kondisi patologis, menimbulkan vertigo, purcat, hilangnya kesadaran
(Carotid Sinus Syncope) & kadang-kadang kejang. Oleh karenanya pada dugaan
hiperaktivitas refleks ini atau adanya stenosis a. carotis maka tekanan sinus atau
arteri dilakukan dengan hati-hati dan hanya satu sisi saja.

8. N. ACCESORIUS [ XI ]

Pemeriksaan kekuatan m.trapezius

cara:

Pasien mengangkat bahu & tangan pemeriksa menahannya

Pemeriksaan kekuatan m.sternokleidomastoideus

cara: px memalingkan kepala ke arah kanan utk memeriksa


sternokleidomastoideus kiri dg tangan pemeriksa menahannya dan sebaliknya

9. HIPOGLOSUS [XII]

Pemeriksaan otot lidah dalam keadaan:

DIAM → dengan membuka mulut

ada parese/paralise sisi sakit  lidah akan deviasi ke sisi sehat

karena pada lidah yg parese/paralise tonusnya menurun atau hilang

21
BERGERAK → dg menjulurkan lidah

pada parese/paralise KIRI → lidah akan deviasi ke KIRI

karena pada sisi lesi tidak ada kontraksi [yg berpengaruh bukan tonus otot tapi
KEKUATAN KONTRAKSI]

C. SENSORIK

1. Eksterosptik/protopatik

- Nyeri tajam

-Panas

-Dingin

- Raba halus

2. Proprioseptik

- Gerak/posisi

- Getar

- Tekan

3. Enteroseptik

- Referred pain -- ditekan pada daerah columna lumbosakral

4. Kombinasi

- Stereognosis

- Barognosis

D. MOTORIK

22
Sindrom lower motor neuron mempunyai gejala:

- Lumpuh

- Atoni

- Atrofi

- Arefleksi

Didapatkan pada kerusakan neuron motorik, neuraksis, neuron motorik (pleksus,


saraf spinal, saraf perifer)

Sindrom upper motor neuron:

pada kerusakan sistem piramidal:

- Lumpuh,

- Hipertoni,

- Hiperrefleksi,

- Klonus.

- Reflek patologi

Pada gangguan gerak yang disebabkan oleh karena sistem ekstra piramidal dan
cerebellar maka ita kita tidak akan menemukan adanya kelumpuhan.

Pada gangguan sistem ekstra piramidal didapatkan gangguan pada tonus otot,
gerakan otot abnormal yang tidak dapat dikendalikan, gangguan pada kelancaran
gerakan otot volunter, dan gangguan gerakan otot asosiatif.

Ganggguan pada cerebellum akan mengakibatkan gangguan gerak berupa


gangguan sikap dan tonus. Selain itu juga kan terjadi ataksia, dismetria, dan
tremor intensi ( Tiga ungsi utam serebellum yaitu untuk keseimbangan, tonus otot,
dan gerakan volunter).

23
Pemeriksaan:

1. Inspeksi

sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerak abnormal yang tidak dapat dikendalikan,
gaya berjalan,

GERAKAN INVOLUNTER

Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat positif, yaitu
dikeluarkan aktivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis
yang kehilangan kontrol akibat lesi pada nukleus pengontrolnya. Susunan
ekstrapiramidal ini mencakup kortex ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus
pallidus, putamen, corpus luysi, substansia nigra, nukleus ruber, nukleus
ventrolateralis thalami substansia

retikularis dan serebelum.

• Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi pada corpus
striatum ( nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan
penghubungnya ) misalnya kerusakan substansia nigra pada sindroma Parkinson.

• Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga tremor serebellar, disebabkan


gangguan mekanisme “feedback” oleh serebellum terhadap aktivitas kortes
piramidalis dan ekstrapiramidal hingga timbul kekacauan gerakan volunter.

• Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan,


eksplosif, cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya
terhenti pada waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum,
substansia nigra dan corpus subthalamicus.

24
• Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atau
tangan yang agak lambat dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi
ekstensi atau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Gerakan
ini dianggap sebagai manifestasi lesi di nukleus kaudatus.

• Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra,


hingga menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini
dihubungkan dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan
berkas porel.

• Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang
masih sehat pada otot

yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak sebagai keduten


keduten dibawah kulit.

• Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten tidak secepat fasikulasi dan


berlangsung lebih lama dari fasikulasi.

• Myokloni : gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsung sejenak,
aritmik, dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot skelet dan
pada setiap waktu, waktu bergerak maupun waktu istirahat.

2. Palpasi

Pengukuran besar otot.

• Nyeri tekan.

• Kontraktur.

• Konsistensi ( kekenyalan ).

• Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada.

– Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.

– Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).

– Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).

25
– Kontraktur otot.

• Konsistensi otot yang menurun terdapat pada.

– Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.

– Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”.

3. perkusi

Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan
berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.

• Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi ( biasanya terdapat


pada pasien mixedema,pasien dengan gizi buruk ).

• Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh
karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pGerakan aktifada biasa..

4. Gerakan aktif dan Gerakan pasif

5. Koordinasi gerak

TONUS OTOT

Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian


ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan
lutut . Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar.

• Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan LMN).

• Hipotoni : tahanan berkurang.

• Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai pada
kelumpuhan UMN.

• Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.

KEKUATAN OTOT

Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua
cara:

– Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa


menahan gerakan ini.

26
– Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh
menahan.

Cara menilai kekuatan otot :

• Dengan menggunakan angka dari 0-5.

– 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

– 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada


persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

– 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (


gravitasi ).

– 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.

– 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan
yang diberikan.

– 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

Cara menilai kekuatan otot ada dua cara.

Dengan menggunakan angka dari 0 – minus 4

– Nilai 0 -1 -2 -3 -4

– Gerakan bebas + + + + -

– Melawan gravitasi + + + - -

– Melawan pemeriksa + + - - -

Nilai O berarti normal, -1 = parese ringan, -2 = parese

moderat, -3= parese hebat, -4 paralisis.

D. REFLEKS

Reflek merupakan jawaban atas rangsang. Reflek neurologik bergantung


pada suatu lengkungan yang terdiri dari jalur aferen yang dicetuskan oleh resptor
dan jalur eferen yang mengaktivasi organ efektor. hal ini dinamakan lengkung
reflek. Selain lengkung reflek diatas, didapatkan pula hubungan dengan pusat-
pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi reflek tersebut. bil

27
hubungan dengan pusat yang lebih tinggi terputus, misalnya karena kerusakan
pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan reflek meninggi.

E. GAIT DAN KESIMBANGAN

Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum. Serebelum


adalah pusat yang paling penting untuk mengintegrasikan aktivitas motorik dari
kortex, basal ganglia, vertibular apparatus dan korda spinalis. Lesi organ akhir
sensorik dan lintasan– lintasan yang mengirimkan informasi ke serebelum serta
lesi pada serebelum dapat mengakibatkan gangguan fungsi koordinasi atau sering
disebut “Cerebellar sign"

- Jari tangan- jari tangan

Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan


diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat
ditengah-tengah bidang horizontal tersebut. Pertama dengangerakan perlahan
kemudian dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.

- Jari tangan- hidung

Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan
posisi abduksi dan ektensi secarakomplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh
ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan
gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan
tertutup.

- Ibu jari kaki- jari tangan

Pasien diminta untuk menunujuk jari kakinya dengan telunjuk tangan


kemudian diarahkan jari tangan yang lain secara bergantian

- Tapping dengan jari-jari tangan

Dilakukan dengan menepuk pinggiran meja/paha dengantelapak tangan


secara berselingan bagian volar dan dorsal tangan dengan cepat atau dengan
tepukan cepat jari- jari tangan

- Tapping dengan jari-jari kaki

Penderita diminta untuk secara bergantian mengetuk ngetuk lantai dengan


jari2 kaki bergantian kanan dan kiri

- Jalan di atas tumit

Penderita diminta untuk berjalan dengan bertumpu hanya pada tumitnya

28
- Jalan di atas jari kaki

Penderita diminta untuk jalan berjinjit dengan tumpuan jari2 kaki

- Tandem walking

Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai, dengan cara
menempatkan satu tumit langsungdi depan ujung jari kaki yang berlawanan, baik
dengan mata terbuka atau tertutup

- Jalan lurus lalu berputar

Penderita diminta untuk berjalan kemudian berputar arah berlawanan


dengan pada saat dia berjalan

- Jalan mundur

Penderita disuruh berjalan mundur

- Hopping

Penderita diminta untuk melompat

- Berdiri dengan satu kaki

Penderita diminta berdiri hanya dengan satu kaki sedang satu kaki yang
lainnya diangkat

- Romberg test

Penderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat. Pertama kali
dengan mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya. Pemeriksa
menjaga jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuhpenderita. Hasil positif
didapatkan apabila penderita jatuh pada satu sisi.

F. FUNGSI LUHUR

1. APRAKSIA

sebelumnya kita kan membahas mengenai "praksis"

PRAKSIS

Praksis merupakan integrasi motorik yang digunakan untuk melakukan


gerakan kompleks yang bertujuan. Praksis konstruksional dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menggambar atau membangun gambara atau bentuk 2
atau 3 dimensi. kemampuan ini dapat digunakan untuk mndeteksi gangguan otak

29
organik. Kemampuan konstruksional merupakan fungsi kortikal yang terintegrasi
tinggi yang primer dilaksanakan oleh lobus frontalis.

Apraksia merupakan gangguan yang didapat pada gerakan motorik yang


dipelajari dan berurutan, yang bukan disebabkan oleh gangguan elementer pada
tenaga, koordinasi, sensorik, atau kurangnya pemahaman atau atensi.

1. Apraksia ideomotor

merupakan jenis apraksia yang sering dijumpai, pada gangguan ini pederita tidak
dapat melakukan gerakan motorik yang sebelumnya ia pernah pelajari, secara
akurat. dalam hal ini terdapat ketidak mampuan lobus frontalis untuk
mennerjemahkan aksi menjadi gerakan motorik. Gerakan dapat dilihat dari otot
bukofasial, ekstremitas atas atau bawah, aau oot badan. misalnya pasien tidak
dapat mengikuti perintah " peragakan bagaimana minum dengan menggunakan
sedotan"

2. Apraksia ideasional

gangguan perencanaan motorik yang kompleks, yang lebih tinggi dari ideomototr.
dalam hal ini pasien gagal dalam menjalani aktivitas yag berurutan. contoh :
lasien tidak dapat menuangkan air dari dalam teko ke gelas, kemudian
meminumnya. dalam hal ini pasien langsung minum dari teko. kelainan ini
merupakan disabilitas komplek yang biasa dijumpai pada pasen dengan penyakit
otak blateral. penyakit korikal yang difus terutama pada lobu parietal.

2. ALEKSIA, merupakan kata yang digunakan untuk menyatakan kehilangan


kemampuan membaca yang sebelumnya ia mampu.

3. AGRAFIA, gangguan pada bahasa yang ditunjukkan dalam penulisan

4. ACALCULIA

pangenalan dan manipulasi intelektual simbol matematik dipengaruhi oleh


integritas girus angularis di hemisfer yang dominan.

acalculia: gagal memanfaatkan simbol matematik

diskalkulia: kesulitan dalam berhitung , mengurangi dan menambah sederhana

30
5. FINGERAGNOSIA, kesulitan mengenal jari tangan

6. MEMBEDAKAN KANA N DAN KIRI

G.REFLEK PRIMITIF

SUCKING REFLEKS

Sentuhan pd bibir

Respon: gerakan bibir, lidah, & rahang seolah-olah menyusu

SNOUT REFLEKS

Ketukan pd bibir atas

Respon: kontraksi otot-otot disekitar bibir/dibawah hidung

GRASP REFLEKS

Penekanan jari pemeriksa pd telapak tangan px

Respon: tangan px mengepal

terdapat pada lesi di lobus frontalis

PALMO-MENTAL REFLEKS

Goresan ujung pena/ibu jari tangan pemeriksa thd kulit telapak tangan bagian
thenar px

Respon: kontraksi otot mentalis & orbicularis oris ipsilateral

H. AUTONOM

- BAB

- BAK

- Sekresi keringat

31
I. PENATALAKSANAAN
1. Radioterapi
Radioterapi bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor, dengan cara
membunuh sel-sel tumor menggunakan energi radiasi. Sinar radiasi dapat
dihasilkan oleh alat khusus di luar tubuh (radiasi eksternal) atau dipasang
di dekat lokasi tumor (brakiterapi). Terdapat juga teknik radioterapi yang
dinamakan radiosurgery (gamma knife surgery), dengan energi yang
lebih besar tetapi lebih terarah.
2. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel tumor menggunakan obat-
obatan yang dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Beberapa
contoh obat yang digunakan untuk kemoterapi
adalah temozolomide dan vincristine. Kemoterapi dapat dikombinasikan
dengan radioterapi agar sel-sel tumor dapat dibasmi secara maksimal.
3. Operasi pengangkatan tumor
Operasi bertujuan mengangkat jaringan tumor sebanyak mungkin tanpa
merusak jaringan sehat di sekitarnya. Tindakan ini memerlukan proses
pencukuran rambut sebelum melubangi bagian yang memiliki tumor.
Pembiusan akan dilakukan sebelum proses ini dilakukan.Untuk membantu
mengatasi gejala yang disebabkan oleh tumor, penderita tumor otak akan
diberikan obat-obatan sebelum dan sesudah menjalani pengobatan tumor.
Contoh obat yang diberikan adalah:
a. Antikonvulsan untuk mengatasi
b. Kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan otak.
c. Pereda nyeri untuk mengatasi sakit kepala.
d. Obat-obatan untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
4. Pemulihan
Setelah menjalani operasi tumor otak, penderita akan membutuhkan
penyesuaian dalam berbagai aktivitas kesehariannya, misalnya:
a. Mengemudi
Sebaiknya penderita tidak mengemudi sampai diijinkan oleh dokter
saraf yang menangani. Dokter saraf akan menilai mampu tidaknya

32
penderita mengemudi berdasarkan gejala yang dialami, tingkatan tumor
otak, letak tumor, dan jenis pengobatan yang dilakukan.
b. Bekerja
Penderita akan merasa lebih mudah lelah setelah menjalani pengobatan
tumor otak. Tergantung jenis pekerjaan, penderita dapat disarankan untuk
bekerja paruh waktu terlebih dahulu, sebelum siap bekerja purna waktu.
c. Berhubungan seksual
Hubungan seks bisa dilakukan setelah dokter menyatakan hal itu aman
untuk dilakukan. Khusus bagi wanita, disarankan untuk terus memakai alat
kontrasepsi selama 6 bulan hingga setahun setelah kemoterapi atau
radioterapi.
d. Berolahraga
Penderita perlu mendapat persetujuan dari dokter jika ingin memulai
kembali kegiatan berolahraga. Penderita tidak diperbolehkan melakukan
olahraga yang melibatkan kontak fisik atau berenang tanpa ada
pengawasan, setidaknya selama satu tahun setelah pengobatan.
e. Untuk membantu mempercepat proses pemulihan, penderita akan
disarankan untuk mengikuti program fisioterapi. Program fisioterapi ini
bertujuan untuk:
f. Memulihkan kekuatan otot dan kemampuan motorik
g. Memampukan penderita untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri
h. Mengatasi gangguan dalam bicara atau menelan
i. Memulihkan daya ingat dan kemampuan berpikir

33
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
3. Keluhan utama
4. Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
5. Riwayat penyakit saat ini
6. Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman
atau diplopia.
7. Riwayat penyakit dahulu
8. Klien pernah mengalami pembedahan kepala
9. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
10. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.

34
11. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
12. Sebaiknya dilakukan per system (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkandengan
keluhan-keluhan dari klien.
a. B1 (Breathing) : Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan
adanya kompresi padamedulla oblongata didapatkan adanya
kegagalan pernafasan.Pengkajian inspeksi pernafasan pada klien
tanpa kompresi medullaoblongata didapatkan tidak ada kelainan.
Palpasi thoraks didapatkan taktilpremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafastambahan.
b. B2 (Blood) : Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya
kompresi pada medullaoblongata didapatkan adanya kegagalan
sirkulasi . pengkajian pada klientanpa kompresi medulla oblongata
didapatkan tidak ada kelainan. TD biasanormal, tidak ada
peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain) : Tumor otak sering menyebabkan berbagai deficit
neurology tergantung darigangguan fokal dan adanya peningkatan
TIK. Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih
lengkap dibandingkan dengan pengkajian padasystem lainnya.
Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri kepala, muntahdan
papiledema.
d. B4 (Bladder) : Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis yangluas
e. B5 (Bowel) : Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makan menurun, mualdan muntah pada fase akut. Mual dan
muntah terjadi sebagai akibatrangsangan pusat muntah pada
medulla oblongata. Muntah paling seringterjadi pada anak-anak
dan berhubungan dengan peningkatan tekananintracranial disertai
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpadidahului mual
dan dapat berupa muntah proyektil.

35
f. B6 (Bone) : Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan , kehilangan sensorik ,mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak
ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral.
2. Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,
vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat
kompresi/ perubahan tempat jaringan otak.
3. Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi danketidakpastian
masa yang akan datang
4. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuanuntuk
melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-
harisekunder akibat kerusakan sensorik-motorik.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang
kurang, mual,muntah.
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-
motorik.
7. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/
perubahantempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
8. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
muntahsekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial

36
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengandesak ruang
oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral.

Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien

Kriteria hasil : klien tidak gelisah , klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-
muntah, dan muntah GCS :4,5,6, tidak terdapat papilidema,TTV dalam batas
normal

INTERVENSI RASIONAL

Kaji factor penyebab dari situasi /keadaan Deteksi dini untuk memprioritaskanintervensi,
dari individu / penyebab koma / penurunan mengkaji status neurologis /tanda-tanda
perfusi jaringan dankemungkinan penyebab kegagalan untuk menentukan perawatan
peningkatanTIK kegawatan atautindakan pembedahan
Monitor ttv tiap 4 jam Suatui keadaan normal bila sirkulasiserebral
terpelihara dengan baik ataufluktasi ditandai
dengan tekanan darahsistemik, penurunan dari
otoregulator kebanyakan merupakan tanda
penurunandifusi local vaskularisasi darah
serebral.Dengan peningkatan tekanan
darah(diastolic) maka dibarengi
dengan peningkatan tekanan darah
intracranial.Adanya peningkatan tekanan
darah, bradikardi, distrimia,
dispneamerupakan tanda terjadinya
peningkatanTIK
Evaluasi pupil Reaksi pupil dan pergerakan kembalidari
pergerakan bola mata merupakantanda dari
gangguan saraf jika batangotak terkoyak.
Keseeimbangan saraf antara simpatik dan
parasimpatikmerupakan respons reflex saraf

37
cranial.
Monitor temperature dan pengaturansuhu Panas merupakan reflex
lingkungan darihipotalamus.Peningkatan kebutuhan
metabolism danO akan menunjang
peningkatan TIK
Berikan periode istirahat antara Tindakan terus-menerus dapatmeningkatkan
tindakan perawatan dan batasi lamanya TIK oleh efek rangsangankumulatif
prosedur
Kurangi rangsangan ekstra dan berikanrasa Memberikan suasana yang tenang
nyaman seperti massage dapatmengurangi respon psikologis
punggung,lingkungan , lingkungan yang danmemberikan istirahat
tenang,sentuhan yang ramah, dan suasana untuk mempertahankan TIK yang rendah
yangtidk gaduh
Cegah / hindarkan terjadinya Mengurangi tekanan intrathorakal
valsavamaneuver. danintraabdominal sehingga
menghindarkan peningkatan TIK
Bantu klien jika batuk,muntah Aktivitas ini dapat meningkatkan intra
thoraks/tekanan dalam thoraks dantekanan
dalam abdomen dimanaaktivitas ini dapat
meningkatkan tekananTIK.
Kaji peningkatan istirahat dan tingkahlaku Tingkah nonverbal ini dapat
pada pagi hari. merupakanindikasi peningkatan TIK
ataumemberikan repleks nyeri di mana
klientidak mampu mengungkapkan
keluhansecara verbal, nyeri yang tidak
menurundapat meningkatkan TIK
Palpasi pada pembesaran atau Dapat meningkatkan respon otomatisyang
pelebaran bladder , pertahankan drainase potensial menaikkan TIK
urinesecara paten jika digunakan dan
jugamonitor terdapatnya konstipasi
Berikan penjelasan pada pasien dankeluarga Meningkatkan kerjasama dalammeningkatkan
tentang sebab akibat peningkatan TIK perawatan klien danmengurangi kecemasan.

38
Observasi tingkat kesadaran GCS Perubahan kesadaran
menunjukkan peningkatan TIK dan
bergunamenentukan lokasi dan
perkembangan penyakit
Kolaborasi pemberian O2 sesuai Mengurangi hipokemia, dimana
indikasi dapatmeningkatkan vasodilatasi serebral ,
danvolume darah serta menaikkan TIK
Berikan obat deuritik osmotic Deuretik mungkin digunakan pada faseakut untuk
contohnyadexametason, metal prednisolon mengalirkan air dari sel otak dan mengurangi
edema serebral danTIK.
Berikan analgesic narkotik contohkodein Untuk menurunkan inflamasi (radang)dan
mengurangi edema jaringan

Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada pusat


pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,kegagalan
fungsi pernapasan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan adanya peningkatan


pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil : pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang


efektif,mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi
factor-faktor penyebab

INTERVENSI RASIONAL

Berikan posisi yang nyaman , Meningkatkan inspirasi


biasanyadengan peninggian kepala maksimalmeningkatkan ekspansi paru
tempat tidur.Baik kesisi yang sakit. danventilasi pada sisi yang tidak sakit
Dukung klien untuk duduk klien untuk
duduk sebanyak mungkin
Observasi fungsi pernapasan , Disters pernapasan dan perubahan pada
catatfrekuensi pernapasan , dispnea tanda vital dapat terjadi sebagaiakibat
atau perubahan TTV stres fisiologi dan nyeri ataudapat

39
menunjukkan terjadinya
syok sehubungan dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa Pengetahuan apa yang diharapkandapat
tindakantersebut dilakukan untuk mengurangi ansietas
menjaminkeamanan danmengembangkan kepatuhan
klienterhadap rencana terapeutik.
Pertahankan prilaku tenang, bantu Membantu klien mengalami
klienuntuk mengontrol diri efek fisiologi hipoksia yang
denganmenggunakan pernapasan lebih dapatdimanifestasikan sebagai
lambat dandalam ketakutan /ansietas.
Taruhlah kantung resusitasi di Kantung resusitasi / manual
sampingtempat tidur dan manual ventilasisangat berguna
ventilasi untuk sewaktu-waktu dapat untuk mempertahankan fungsi
digunakan pernapasan jika terjadi gangguan pada
alatventilator secara mendadak
Kolaborasi dengan tim kesehatan Kolaborasi dengan tim kesehatan
lainmisalnya dokter, radiologi, dan lainuntuk mengevaluasi
fisioterapi. perbaikankondisi klien atas
Pemberian antibiotic pengembangan parunya.
Pemberian analgesic
Fisioterapi dada
Konsul foto thorak

Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,

vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan


tempat jaringan otak.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadicedera.

Kriteria hasil : Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibatdalam


kemungkinan cidera.Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup
untuk menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri daricedera.Mengubah
lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkankeamanan

40
INTERVENSI RASIONAL

Usahakan lantai tidak licin dan basah Meminimalkan klien jatuh


Pasang side rail Menghindari klien terjatuh pada
saatistiraha
Anjurkan pada keluarga klien Untuk meningkatkan menjagakeamanan
untuk selalu menemani klien
dalam beraktivitas

Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi danketidakpastian masa


yang akan datang.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan rasa cemas


klien berkurang

Kriteria hasil : klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa


takutmengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasitampak rileks dan
melaporkan ansietas berkurang sampai padatingkat dapat diatasi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji status mental tingkat ansietas Gangguan tingkat kesadaran


dari pasien/keluarga.Catat adanya tanda- dapatmempengaruhi ekspresi rasa
tanda verbal ataunon verbal takut tetapitidak menyangkal
keberadaannya. Derajatansietas akan
dipengaruhi bagaimanainformasi
tersebut diterima oleh individu
Jelaskan dan siapkan u/ Dapat meringankan ansietas
tindakan prosedur sebelum dilakukan terutamaketika pemeriksaan tersebut
melibatkanotak
Berikan kesempatanpasien Mengungkapkan rasa takut secara
u/mengungkapkan isi pikiran terbukadimana rasa takut dapat
dan perasaan takutnya titujukan

41
Berikan dukungan terhadap perencanaan Meningkatkan perasaan akan
gaya hidup yang nyatasetelah sakit keberhasilandalam penyembuhan
dalam dalamketerbatasannya tetapi
sepenuhnyamenggunakan kemampuan/
kapasitas pasien

Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuanuntuk


melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-harisekunder
akibat kerusakan sensorik-motorik.

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan personal


hygieneterpenuhi

Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan


merawatdiriKlien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuaidengan
tingkat kemampuan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan Membantu dalam mengantisipasi


dalam melakukan ADL danmerencanakan pertemuan
kebutuhanindividual
Menyadarkan tingkah laku / Klien memerlukan empati, tetapi
sugestitindakan pada perlumengetahui perawatan yang
penindungankelemahan. Pertahankan konsistendalam menangani klien.
support pola pikir, izinkan klien Sekaligusmeningkatkan harga diri,
melakukan tugas, beri umpan balik memandirikanklien, dan menganjurkan
positif untuk usahanya klien untuk terusmencoba
Rencanakan tindakan untuk menangani Klien akan mampu melihat dan
defisit penglihatan memakanmakanan, akan mampu
melihat keluar masuknya orang ke
ruangan

42
Beri kesempatan untuk menolong Mengurangi ketergantungan
diriseperti ekstensi untuk berpijak
padalantai atau ke toilet
Kaji kemampuan komunikasi Ketidakmampuan berkomunikasi
untuk BAK dengan perawat dapat menimbulkan
masalah pengosongan kandung kemih
oleh karenamasalah neurogenik
Identifikasi kebiasaan BAB. Meningkatkan latihan dan
Anjurkanminum dan meningkatkan menolongmencegah konstipasi
istirahat
Pemberian supositoria dan Pertolongan utama terhadap fungsi
pelumasfeses / pencahar bowellatau BAB
Konsul ke dokter terapi okupasi Untuk mengembangkan terapi
danmelengkapi kebutuhan khusus
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan pemakaian energi
untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang, mual,muntah.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisiklien


terpenuhi.

Kriteria hasil: Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi


tubuh.Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboraturium

INTERVENSI RASIONAL

Evaluasi kemampuan makan klien Klien dengan tracheostomy tube


mungkinsulit untuk makan, tetapi klien
denganendotracheal tube dapat
menggunakanmag slang atau member
makanan parenteral
Monitor keadaan otot yang Menunjukkan indikasi kekurangan
menurundan kehilangan lemak energyotot dan mengurangi fungsi otot-
subkutan ototpernapasan

43
Kajilah fungsi system Fungsi system gastrointestinal
gastrointestinalyang meliputi suara sangat penting untuk memasukan
bising usus, catatterjadi perubahan di makanan.Ventilator dapat menyebabkan
dalam lambungseperti mual dan kembung pada lambung dan perdarahan
muntah. Observasi perubahan lambung
pergerakan usus misalnyadiare ,
konstipasi
Anjurkan pemberian cairan Mencegah terjadinya dehidrasi
2500cc/hari selama tidak terjadi akibat penggunan ventilator selama
gangguan jantung tidak sadar dan mencegah terjadinya
konstipasi.
Kolaborasi Diet tinggi kalori, protein,
a.Aturlah diet yang diberikan karbohidratsangat diperlukan selama
sesuaikeadaan klien b.Lakukan pemasanganventilator untuk
pemeriksaan laboratoriumyang mempertahankan fungsiotot-otot
diindikasikan seperti serum,transferin, respirasi. b.Memberikan informasi yang
BUN/Creatinin, danglukosa tepattentang keadaan nutrisi yang
dibutuhkanklien

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Klien


mampumelaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil:

Tidak terjadi kontraktur sendi

Bertambahnya kekuatan otot

Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan

44
secarafungsional/luasnya kerusakan dandapat memberikan informasi
awaldan dg cara yang teratur mengenai pemulihan
Letakkan pada posisi telungkup Membantu mempertahankan
satuatau dua kali sehari jika pasien ekstensi pinggul fungsional
dapatmentoleransinya
Mulailah melakukan laihan Meminimalkan atropi otot,
rentanggerak aktif dan pasif pada meningkatkansirkulasi, membantu
semuaekstrimitas saat masuk mencegah kontraktur
Sokong ekstrimitas dalam Mencegah kontraktur dan
posisifungsionalnya, gunakan papan memfasilitasikegunaannya jika
kakiselama periode paralisis flaksid berfungsi kembal
Tempatkan bantal di bawah aksila Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
u/malakukan abduksi pada tangan
Posisikan lutut dan panggul Mempertahankan posisi fungsional
dalam posisi ekstensi

Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahantempat


jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri dapat berkurang


/ hilang

Kriteria hasil :secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau


dapatmengidentifikasikan aktivitas yang meningkat ataumenurunkan nyeri, klien
tidak gelisah, skala nyeri 0

INTERVENSI RASIONAL

elaskan dan bantu klien Pendekatan dengan menggunakan


dengantindakan pereda nyeri non nonfarmakologi telah menunjukkan
farmakologidan non invasive keefektifandalam mengurangi nyeri
Ajarkan teknik relaksasi masase Dapat melancarkan peredaran darah

45
sehinggakebutuhan oksigen oleh
jaringan akanterpenuhi dan akan dapat
menguranginyerinya
Ajarkan metode distraksi selama Mengalihkan perhatian ke hal-hal
nyeriakut yangmenyenangkan
Observasi nyeri dan tingkat Untuk mencegah kemungkinan
responmotorik klien komplikasidan melakukan intervensi
yang tepat
Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri
sehingganyeri akan berkurang

Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntahsekunder


akibat peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan


cairanterpenuhi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan


olehhaluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran mukosalembab, turgor
kulit baik

Awasi tanda vital, pengisian kapiler, Indikator keadekuatan volume sirkulasi.


statusmembran mukusa, turgor kulit
Diskusikan strategi untuk Membantu pasien menerima
menghentikanmuntah dan penggunaan perasaan bahwa akibat muntah
laktasik/ diuretik dan/atau penggunaan laksatif/ diuretik
mencegahkehilangan cairan lanjut
Identifikasi rencana untuk Melibatkan pasien dalam rencana
meningkatkanatau mempertahankan untuk memperbaiki ketidakseimbangan
keseimbangancairan optimal misal akanlebih besar kesempatan
jadwal masukancairan untuk berhasilnya.

46
D. EVALUASI
Dx 1 : Klien tidak gelisah.Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan
muntah.GCS :4,5,6, TTV dalam batas normal.Tidak terdapat papilidema.

Dx 2: Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.Terjadi perbaikan


pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor faktor penyebab.

Dx 3:Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat


dalamkemungkinan cidera.Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.Mengubah
lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Dx 4 : Klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut.Mengungkapkan


keakuratan pengetahuan tentang situasi.Tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang sampai pada tingkatdapat diatasi.

Dx 5 : Klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.Klien


mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkatkemampuan.

Dx 6 : Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.Memperlihatkan


kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboraturium.

Dx 7 : Tidak terjadi kontraktur sendi.Bertambahnya kekuatan otot.Klien


menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Dx 8 : Pasien melaporkan nyeri berkurang.Pasien dapat mengidebtifikasi activitas


yang meningkatkan ataumengurangi nyeri.Pasien tampak relaks.Skala nyeri 0.

Dx 9 : Haluaran urine adekuat.Tanda vital stabil.Membran mukosa lembab.Turgor


kulit baik

47
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume
sekitar 1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta
sel saraf atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total
konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya
tapi otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung
yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh
(Lumantobing, 2001).

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
(price, A. Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum
diketahui, tetapi sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa
embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala.
Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan,
kemoterapi, dan radioterapi.

B. SARAN
Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam
mengenai penyakit tersebut.

Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan


serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.

48
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,Diace C dan Joann C. Hackley.2000. Buku Saku Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006. Patofisologi Konsep Klins Proses


Proses Penyakit Vol 2. Jakarta : EGC

Judha,Mohamad.2011. Sistem Persarafan dalam asuhan keperawatan. Yogyakarta


: Gosyen Publishing.

https://www.alodokter.com/tumor-otak/pengobatan

49

Anda mungkin juga menyukai