“HIPOGLIKEMIA”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah menyelesaikan makalah mengenai
“Hipoglikemia”. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Keperawatan Kritis 4 dari Ibu Ni Putu Sumartini, M.Kep, selaku
dosen pembimbing.
Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Oleh karena
itu, kami meminta maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam kata-kata
maupun penulisan.
Penyusun
Keperawatan Kritis 3 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusah Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hipoglikemia .......................................................................... 6
B. Klasifikasi Hipoglikemia...................................................................... 7
C. Etiologi Hipoglikemia .......................................................................... 8
D. Faktor Resiko Dari Hipoglikemia ........................................................ 11
E. Tanda dan Gejala Hipoglikemia ........................................................... 12
F. Patofisiologi Hipoglikemia .................................................................. 14
G. Pathway Hipoglikemia ......................................................................... 15
H. Penatalaksanaan Hipoglikemia............................................................. 16
I. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemi .................................................. 18
J. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipoglikemia ................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan Kritis 3 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak
segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah <50
mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang
disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-
sel otot. Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada
pengidap diabetes dependent insulin (IDDM).
Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan
dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali
atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita
demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat
hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang
memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada
pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi
16% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih.
(Soemadji, 2007)
Penyebab adanya Hipoglikemia adalah dosis suntikan insulin terlalu
banyak.Lupa makan atau makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum
alkohol tanpa disertai makan, menggunakan tipe insulin yang salah pada
malam hari, penebalan di lokasi suntikan, kesalahan waktu pemberian obat dan
makanan, penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa,
gangguan hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat hipoglikemia
sebelumnya.
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa
menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia, 2011). Hipoglikemi
adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera teratasi,
dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah <50 mg/dl.
Keperawatan Kritis 3 3
Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai
olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot.
Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap
diabetes dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai
sumber energi utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ
pertama yang terkena dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala
akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma.
Selain itu, hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis
yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia. Sehingga
pentingnya penanganan asuhan keperawatan gawat darurat yang tepat. Dari
latar belakang diatas penulis ingin membahas tentang asuhan keperawatan
gawat darurat dengan hipoglikemi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud hipoglikemia ?
2. Apa saja klasifikasi hipoglikemia ?
3. Bagaimana etiologi hipoglikemia ?
4. Apa saja faktor resiko dari hipoglikemia ?
5. Apa saja tanda dan gejalahipoglikemia ?
6. Bagaimana patofisiologi dari hipiglikemia ?
7. Bagaimana pathway dari hipoglikemia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang hipoglikemia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipoglikemia ?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian dari hipoglikemia.
2. Untuk memahami klasifikasi hipoglikemia.
3. Untuk memahami etiologi hipoglikemia.
4. Untuk memahami faktor resiko dari hipoglikemia.
5. Untuk memahami tanda dan gejala hipoglikemia.
6. Untuk memahami patofisiologi dari hipiglikemia.
Keperawatan Kritis 3 4
7. Untuk memahami pathway dari hipoglikemia.
8. Untuk memahami penatalaksanaan hipoglikemia.
9. Untuk memahami pemeriksaan penunjang hipoglikemia.
10. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien hipoglikemia.
Keperawatan Kritis 3 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala
klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan
menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia adalah komplikaasi diabetes tipe 1 yang mudah dikenali
pada pasien. Masalah hipoklikemia di dokumentasikan denganbaik pada
diabetes control dan kimplikation trial (DCCT) penting, yaitu penderita
diabetes yang mempertahankan terapi ketat dan intensif memiliki insiden
tiga kali lebih besar untuk mengalami hipoglikemia berat dari pada pasien
yang mendapat protocol pengobatan kurang tepat. United kingdom
prospective diabeters study (UKPDS) menununjukkan beberapa
peningkatan insiden hipoglikemia diantara penderita diabetes tipe 2,
meskipun beberapa kasus berat yang mengancam jiwa di dikumen pasikan
dalam studi ini (Morton, 2017).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari
2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang
lebih tinggi (Price, 2006).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true
glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar
glukosa darah di bawah 60 mg% (Wiyono,2008).
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau
kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini
dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen
Keperawatan Kritis 3 6
oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose
darah (Kowalak, 2011).
Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh
sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena
dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan
aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. hipoglikemia juga
menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa
lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia (Corwin,2000).
2. Klasifikasi
Tipe hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni (Price, 2006):
a. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yang
besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi
pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemi klasik sementara (classic transient neonatal) : terjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c. Sekunder (scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
d. Berulang (recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolism.
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai (Kowalak,
2011):
a. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
Keperawatan Kritis 3 7
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan
ingin pingsan.
c. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya.
Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.
3. Etiologi Hipoglikemia
Etiologi Hipoglikemia(Price, 2006) yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi dosis,
seharusnya penderita diabetes militus melakukan pengecekan gula dalam
Keperawatan Kritis 3 8
darah (GDS) sebelum menyuntikan insulin sehingga pasien mengetahui
dosis yang akan digunakan.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan.Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang
dikonsumsi.Jika makanan yang dikonsumsi kurang maka keseimbangan
ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olahraga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin.Pada saat berolahraga,tubuh akan menggunakan glukosa darah
yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu,
olahraga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah
tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan untuk
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika salah mengkonsumsi obat misalnya meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan
mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu
lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan.
Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan.Penderita harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
Keperawatan Kritis 3 9
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus.Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu
ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang terlanjur
beredar, ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum
glukosa yang baru menggantikannya.
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi
terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini penderuta merasa sudah
sehat akantetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia
lagi.
Keperawatan Kritis 3 10
4. Faktor Resiko (Sudoyo, 2006)
a. Bayi dari ibu dengan Diabetes Mellitus (IDM).
b. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK).
c. Bayi prematur dan lebih bulan.
d. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan
glikogen hati dan lemak tubuh.
e. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang
melebihi cadangan kalori.
f. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia).
g. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan
glikogen, intoleransi glukosa).
h. Neonatus puasa.
i. Neonatus dengan polisitemia.
j. Neonatus dengan eritroblastosis.
Keperawatan Kritis 3 11
k. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta
blocker.
Keperawatan Kritis 3 12
c. Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur
atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Adapun gejala-gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
a. Perubahan tingkah laku.
b. Serangan sinkop yang mendadak.
c. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi.
d. Keringat berlebihan waktu tidur malam.
e. Bangun malam untuk makan.
f. Hemiplegi/ afasia sepintas.
Keperawatan Kritis 3 13
6. Patofisiologi Hipoglikemia
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar.Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan
glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.Untuk
melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai
glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut (Smeltzer,
2001).
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal
akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida
selama periode waktu 24 jam (Smeltzer, 2001).
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di
ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan
insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut,
badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolic (Smeltzer, 2001).
Ketergantungan otak menit-demi-menit pada suplai glukosa melalui
sirkulasi diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam
lemak bebas rantai panjang kekurangan cadangan glukosa sebagai glikogen
di dalam otak orang dewasa dan ketidak tersediaan keton. Otak mengenali
defisiensi energi tersebut ketika kadar glukosa serum turun secara tiba-tiba
samapi kadar sekitar 45 mg/dl. Istilah neuroglikopenia menunjukkan derajat
Keperawatan Kritis 3 14
hipoglikemia yang cukup dapat menyebabkan disfungsi otak yang
megakibatkan perubahan kepribadian dan kemunduran intelektual. Namun,
kadar yang tepat yang dapat menyebabkan gejala sangan bervariasi antara
satu orang dan orang yang lain dan kadar serendah 30-35 mg/dl biaa terjadi
(mis; selama tes toleransi glukosa) tanpa gejala apapun yang terjadi pada
pasien diabetes jangka panjang (Morton, 2017).
Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap
hipoglikemia atau dari respon neoroglikopenik. Hipotalamus bereaksi
terhadap kadar glukosa yang rendah untuk meningkatkan respon adrenergic,
yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan kecemasan. Tujuannya
adalah mengaktifkan hormon pengatur keseimbangan (glukagon,
katekolamin, kortisol, hormone pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar
glukosa dan melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai
dengan glikogenlisis dan glukoneogenesis (Morton, 2017).
7. Pathway
Keperawatan Kritis 3 15
8. Penatalaksanaan Hipoglikemia
a. Pengobatan Hipoglikemia
1) Glukosa Oral
Pengobatan reaksi insulin selalu glukosa. Jika pasien dapat
menelan, cara terbaik memberikan glukosa adalah dengan
memberikan minuman yang mengandung glukosa atau sukrosa karena
dalam bentuk ini, glukosa dapat melewati lambung dan diabsorpsi di
dalam usus dalam waktu yang paling pendek. Jika pasien terlalu
gemetar, dalam keadaan stupor, atau tidak kooperatif untuk minum,
berikan desktrose bolus 25 gr dari 50% selama beberapa menit. Jika
jalur ini atau dosis ini tidak tersedia, berikan 1 mg glukagon secara
subkutan atau intramuskular untuk meredakan gejala dengan memicu
pemecahan dan pelepasan cepat glukosa ke dalam aliran darah dari
simpanan glikogen hati (Morton, 2017).
Keperawatan Kritis 3 16
makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gram
karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan
keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau
gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2) Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan
tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan
oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah
besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut
sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar
pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20
gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram
karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glukagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung
selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu 5
sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi
yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang
terjadi.
3) Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian
glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10-25 cc setiap 10-20
menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
b. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang
sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
Keperawatan Kritis 3 17
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes
maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan
yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka
diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus
diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat
untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid).
Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat
menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi
kecil.
Keperawatan Kritis 3 18
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu.
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
Keperawatan Kritis 3 19
kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai
dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
b. Pengkajian Sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1) Keluhan utama :
Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan
lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2) Riwayat :
a) ANC
b) Perinatal
c) Post natal
d) Imunisasi
e) Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f) Pemakaian parenteral nutrition
g) Sepsis
h) Enteral feeding
i) Pemakaian Corticosteroid therapi
j) Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k) Kanker
3) Data focus
a) Data Subyektif:
Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
Rasa lapar (bayi sering nangis)
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel
b) Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang,
kaku,
Keperawatan Kritis 3 20
Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea,
nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar,
menolak makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr/%
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat penyakit sekarang
e) Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan
kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-
obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah,
penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
f) Pola pengkajian fungsional (Doengus, 2012)
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan istrahat/tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi/disorientasi, koma.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas
dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.
Keperawatan Kritis 3 21
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat
berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia
berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,
adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare).
Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat
badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan
diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton).
Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap
lanjut dari DKA).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat.
Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Keperawatan Kritis 3 22
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis
otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam)
Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten
pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii
steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan
: Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
aliran darah ke otak menurun.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
aliran darah ke otak menurun
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Keperawatan Kritis 3 23
muncul akibat nyeri secara
kerusakan jaringan komprehensif
yang aktual atau Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
karakteristik, durasi
potensial atau o Mampu frekuensi, kualitas
digambarkan dalam hal mengontrol nyeri dan faktor presipitasi
kerusakan sedemikian (tahu penyebab o Observasi reaksi
rupa (International nyeri, mampu nonverbal dan
Association for the menggunakan ketidaknyamanan
tehnik o Gunakan teknik
study of Pain): awitan
nonfarmakologi komunikasi terapeutik
yang tiba-tiba atau untuk mengurangi untuk mengetahui
lambat dan intensitas nyeri, mencari pengalaman nyeri
ringan hingga berat bantuan) pasien
dengan akhir yang o Melaporkan o Kaji kultur yang
dapat diantisipasi atau bahwa nyeri mempengaruhi respon
diprediksi dan berkurang dengan nyeri
menggunakan o Evaluasi pengalaman
berlangsung 6 bulan
manajemen nyeri nyeri masa lampau
o Mampu mengenali o Evaluasi bersama
nyeri (skala, pasien dan tim
intensitas, kesehatan lain tentang
frekuensi dan ketidakefektifan
tanda nyeri) kontrol nyeri masa
Menyatakan rasa Iampau
Batasan nyaman setelah o Bantu pasierl dan
Karakteristik : nyeri berkurang keluarga untuk
mencari dan
o Perubahan selera menemukan
makan dukungan
o Perubahan tekanan o Kontrol lingkungan
darah yang dapat
o Perubahan mempengaruhi nyeri
frekwensi jantung seperti suhu ruangan,
o Perubahan pencahayaan dan
frekwensi kebisingan
pernapasan o Kurangi faktor
o Laporan isyarat presipitasi nyeri
o Diaforesis o Pilih dan lakukan
o Perilaku distraksi penanganan nyeri
(mis,berjaIan (farmakologi, non
mondar-mandir farmakologi dan inter
mencari orang lain personal)
dan atau aktivitas o Kaji tipe dan sumber
lain, aktivitas yang nyeri untuk
berulang) menentukan
o Mengekspresikan intervensi
perilaku (mis, o Ajarkan tentang
Keperawatan Kritis 3 24
gelisah, merengek, teknik non
menangis) farmakologi
o Masker wajah (mis, o Berikan anaIgetik
mata kurang untuk mengurangi
bercahaya, tampak nyeri
kacau, gerakan o Evaluasi keefektifan
mata berpencar kontrol nyeri
atau tetap pada satu o Tingkatkan istirahat
fokus meringis) o Kolaborasikan
o Sikap melindungi dengan dokter jika
area nyeri ada keluhan dan
o Fokus menyempit tindakan nyeri tidak
(mis, gangguan berhasil
persepsi nyeri, o Monitor penerimaan
hambatan proses pasien tentang
berfikir, penurunan manajemen nyeri
interaksi dengan Analgesic
orang dan Administration
lingkungan)
o Indikasi nyeri yang o Tentukan lokasi,
dapat diamati karakteristik, kualitas,
o Perubahan posisi dan derajat nyeri
untuk menghindari sebelum pemberian
nyeri obat
o Sikap tubuh o Cek instruksi dokter
melindungi tentang jenis obat,
o Dilatasi pupil dosis, dan frekuensi
o Melaporkan nyeri o Cek riwayat alergi
secara verbal o Pilih analgesik yang
o Gangguan tidur diperlukan atau
kombinasi dari
Faktor Yang analgesik ketika
Berhubungan : pemberian lebih dari
satu
Agen cedera (mis, o Tentukan pilihan
biologis, zat kimia, analgesik tergantung
fisik, psikologis) tipe dan beratnya
nyeri
o Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
o Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
o Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
Keperawatan Kritis 3 25
pemberian analgesik
pertama kali
o Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
Keperawatan Kritis 3 26
berhubungan: membantu pasien
Kehilangan volume makan
cairan secara aktif Tawarkan snack (jus
Kegagalan buah, buah segar)
mekanisme Kolaborasi dokter jika
pengaturan tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
Keperawatan Kritis 3 27
Perubahan EKG Level kelemahan seperti kursi roda, krek
yang mencerminkan Mampu berpindah: Bantu untuk
iskemia mengidentifikasi
dengan atau tanpa
aktivitas yang disukai
Ketidaknyamanan bantuan alat Bantu klien untuk
setelah beraktivitas Status membuat jadwal
Dipsnea setelah kardiopulmunari latihan diwaktu luang
beraktivitas adekuat Bantu pasien/keluarga
Menyatakan merasa Sirkulasi status untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
letih baik
beraktivitas
Menyatakan merasa Status respirasi : Sediakan penguatan
lemah pertukaran gas dan positif bagi yang aktif
ventilasi adekuat beraktivitas
Bantu pasien untuk
Faktor Yang mengembangkan
Berhubungan : motivasi diri dan
penguatan
Tirah Baring atau Monitor respon fisik,
imobilisasi emosi, social dan
Kelemahan umum spiritual
Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup
monoton
Keperawatan Kritis 3 28
intake makanan yang Mampu dan vitamin C
kurang dari RDA mengidentifika Berikan substansi gula
(Recomended Daily si kebutuhan Yakinkan diet yang
Allowance) nutrisi dimakan mengandung
Membran mukosa Tidak ada tanda tinggi serat untuk
dan konjungtiva pucat tanda mencegah konstipasi
Kelemahan otot yang malnutrisi Berikan makanan yang
digunakan untuk Tidak terjadi terpilih ( sudah
menelan/mengunyah penurunan dikonsultasikan dengan
Luka, inflamasi pada berat badan ahli gizi)
rongga mulut yang berarti Ajarkan pasien
Mudah merasa bagaimana membuat
kenyang, sesaat catatan makanan
setelah mengunyah harian.
makanan Monitor jumlah nutrisi
Dilaporkan atau fakta dan kandungan kalori
adanya kekurangan Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan
Dilaporkan adanya nutrisi
perubahan sensasi Kaji kemampuan
rasa pasien untuk
Perasaan mendapatkan nutrisi
ketidakmampuan yang dibutuhkan
untuk mengunyah
makanan Nutrition Monitoring
Miskonsepsi BB pasien dalam batas
Kehilangan BB normal
dengan makanan Monitor adanya
cukup penurunan berat badan
Keengganan untuk Monitor tipe dan
makan jumlah aktivitas yang
Kram pada abdomen biasa dilakukan
Tonus otot jelek Monitor interaksi anak
Nyeri abdominal atau orangtua selama
dengan atau tanpa makan
patologi Monitor lingkungan
Kurang berminat selama makan
terhadap makanan Jadwalkan pengobatan
Pembuluh darah dan tindakan tidak
kapiler mulai rapuh selama jam makan
Diare dan atau Monitor kulit kering
steatorrhea dan perubahan
Kehilangan rambut pigmentasi
yang cukup banyak Monitor turgor kulit
(rontok) Monitor kekeringan,
Suara usus hiperaktif rambut kusam, dan
Kurangnya informasi, mudah patah
Keperawatan Kritis 3 29
misinformasi Monitor mual dan
muntah
Faktor-faktor yang Monitor kadar albumin,
berhubungan : total protein, Hb, dan
Ketidakmampuan kadar Ht
pemasukan atau Monitor makanan
mencerna makanan atau kesukaan
mengabsorpsi zat-zat gizi Monitor pertumbuhan
berhubungan dengan dan perkembangan
faktor biologis, Monitor pucat,
psikologis atau ekonomi. kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.
Keperawatan Kritis 3 30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur
dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai
hilang kesadaran (syok hipoglikemia).
Hipoglikemia diklasifikasikan menjadi hipoglikemia ringan (glukosa darah
50-60 mg/dL), hipoglikemia sedang (glukosa darah <50-60 mg/dL),
hipoglikemia berat (glukosa darah <35 mg/dL).
B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan
darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/
protokol yang dapat digunakan setiap hari. Diharapkan kepada pembaca
sekalian dapat menjadikan makalah “asuhan keperawatan hipoglikemia”
sebagai salah satu acuan yang bermanfaat, walaupun masih penuh dengan
keterbatasan dan kekurangan yang sangat perlu kritik dan saran dari pembaca.
Keperawatan Kritis 3 31
CHECKLIST
PEMERIKSAAN GULA DARAH
DENGAN ALAT ACCUTREND GLUCOSE MATER
Keperawatan Kritis 3 32
4. Tekanan oksigen darah yang bervariasi
5. Klien mendapat terapi non-glukosa konsentrasi tinggi
6. Nilai bilirubin yang tinggi
7. Nilai hematocrite yang ekstrem
8. Hiperlipidemia.
Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien :
a. Memperkenalkan diri
b. Bina hubungan saling percaya
c. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan
ruangan
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
f. Menyepakati waktu yang akan di gunakan
2. Persiapan alat dan bahan :
• Accutrend Glucose Meter
• Glukosa stick/strippaket test
• Kapas dan alcohol 70%
• Lancets steril
• Sarung Tangan
• Bengkok
3. Persiapan Lingkungan :
• Sampiran
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
Keperawatan Kritis 3 33
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
2. Siapkan peralatan dekat klien
3. Buka strip test dengan menyobek secara diagonal
4. Keluarkan strip test dari pembungkus
5. Masukkan strip test kedalam Accutrend Glucose Mater
6. Kemudian dorong strip test sampai batas yang ditentukan,
layar Accutrend Glocose Mater akan hidup secara otomatis
7. Desinfeksi ujung jari tangan dengan kapas alcohol, biarkan
kering sampai beberapa saat
8. Ambil lancets dan tusukkan pada ujung jari yang telah
didesinfeksi
9. Darah yang keluar ditempatkan pada area target strip test
sampai batas yang ditentukan
10. Tekan bekas tusukan pada ujung jari dengan kapas alcohol
sampai darah berhenti
11. Tunggu 20 detik, hasil test glukosa darah akan tampak pada
layar Accutrend Glocose Mater
12. Kemudian catat hasil test glukosa darah pada status klien
13. Rapikan dan bereskan peralatan
14. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna
Keperawatan Kritis 3 34
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III. Jakarta: FKUI
Keperawatan Kritis 3 35