Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FISIKA TERAPAN

SUHENDRA

160204004

Judul jurnal The potential of agricultural banana waste for bioethanol production
“Potensi limbah pisang pertanian untuk produksi bioetanol”
Jurnal Fuel
Volume dan halaman 213 : 176 – 185
Tahun 2018
Penulis Ana Belén Guerrero, Ignacio Ballesteros, dan Mercedes Ballesteros
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini memproduksi bioetanol dari limbah pisang
pertanian bagian pseudostem dan rachis dengan kondisi yang
optimal secara daya dan waktu.
Metode penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode sakarifikasi dan
Fermentasi.
Hasil penelitian Hasil dari penelitian ini melihat kondisi hidrolisis enzimatis yang
optimal pada rachis dan pseudostem masing – masing adalah 17,6%
pada pemuatan padat dan 16,0 FGU/g dosis enzim glukan dan 15,1%
dari pemuatan padat dan 14,9 FGU/g dosis enzim glukan. Selain itu,
dari proses konfigurasi waktu hidrolisis secara sakarifikasi dan
secara fermentasi mencapai produktivitas etanol volumetrik tertinggi
selama 8 jam. Selain itu pada proses Fermentasi menghasilkan 112
liter etanol dari pseudostem, sedangkan rachis menghasilkan 103
liter. Kondisi ini menyebabkan proses produksi etanol dapat berlaku
secara maksimum.
Kesimpulan Kondisi sakarifikasi dan fermentasi residu lignoselulosa pisang
untuk produksi bioetanol dioptimalkan dengan mencari kondisi yang
memadai yang dapat diterapkan pada tingkat industri. Ini berarti
pemuatan padat yang tinggi, dosis enzim yang rendah dan proses
konversi yang singkat. Ledakan uap asam yang dikatalisis dengan
bahan pretreatment dari rachis dan pseudostem tidak memerlukan
langkah pencucian sebelum hidrolisis enzimatik, dan fraksi cair
dapat digunakan dalam langkah selanjutnya karena toksisitasnya
yang rendah. Pengaturan hidrolisis enzimatik untuk kedua bahan
dioptimalkan pada pembebanan padatan tinggi (> 15%) dan dosis
enzim rendah ((15 FPU. G. − 1 glukan). Selain itu, fermentasi
dipelajari dengan dosis rendah inokulum (0,25 g/l sel S. cerevisiae)
dan tidak ada suplementasi garam mineral dalam medium.
Konfigurasi PSSF (8 jam) dan fermentasi SSF memungkinkan
memperoleh larutan etanol 4,8% dan 4,0% (v / v) dari pisang rachis
dan pseudostem, masing-masing, yang sesuai dengan 87% dan 74%
dari hasil etanol maksimum yang dapat dicapai. Penelitian lebih
lanjut akan difokuskan pada peningkatan hasil etanol menggunakan
formulasi koktail enzimatik yang lebih baik dan strain ragi yang
lebih kuat.

Jawaban pertanyaan :
1. Apakah jenis limbah
Pada jurnal penelitian ini menggunakan limbah pisang pertanian sebagai
produksi bioetanol. Dimana pisang sendiri menghasilkan sejumlah besar residu
lignoselulosa yang dapat digunakan sebagai bahan bietanol.
2. Apakah sumber limbah
Dalam penelitian ini menggunakan limbah pisang pertanian bagian
pseudostem dan rachis yang berasal dari Institute of Agricultural Research
3. Bagaimana sifat limbah
Pada limbah pisang pertanian bagian pseudostem dan rachis. memiliki
kandungan masing-masing : pseudostem (20,1% pati, 20,1% selulosa, 9,6%
hemiselulosa, 10,1% lignin, 18,5% abu dan 14,7% ekstraktif) sedangkan Rachis
(selulosa 26,1%, hemiselulosa 11,2%, lignin 10,8%, abu 29,9% dan 18,2% ekstraktif).
Sehingga dengan kandungan ini, berpotensi menjadikan limbah pisang pertanian
pseudostem dan rachis sebagai bioetanol.
4. Perundang-undangan yang mengatur limbah tersebut
Dalam peeraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 18 tahun 2015 dalm
bidang pisang.

5. Teknik pengolahan limbah


Dalam penelitian ini menggunakan limbah pisang pertanian lignoselulosa
(rachis dan pseudostem) yang diperoleh dari institut penelitian pertanian Canarian.
dimana dalam penelitian ini menggunakan dua proses berupa sakarifikasi dan
fermentasi dengan mengoptimalkan sumber daya dan waktu. Dalam tahapannya,
penelitian ini dimulai dari pengecilan ukuran dari masing-masing bahan baku utama
menjadadi 10mm. Setelah ukuran diperkecil dilakukan dengan penambahan katalis
asam dengan ledakan uap sebanyak 2 liter. Dengan penambahan katalis asam berupa
H2SO4 selama 5 menit pada pseudostem terjadi peningkatan glukosa menjadi 91,0%.
Sementara pada bahan baku rachis memperoleh kadar glukosa keseluruh sebanyak
87,1%. Setelah ledakan uap. Diperoleh bubur dan disaring menggunakan vakum
untuk memisahkan fraksi cair dan fraksi Water Insoluble Solid (WIS). Setelah itu,
fraksi cair dianalisis untuk gula dan fenol total; dan WIS (tidak dicuci) dianalisis
untuk kadar gula, lignin dan abu, seperti yang dijelaskan dalam Bagian 2.4.
Selanjutnya, disimpan pada suhu 4 ° C sampai digunakan.
Setelah proses preperasi selesai, maka dilakukan analisa hidrolisis enzim. Dari
analisa ini memperhatikan jenis variabel analisa berupa dosis enzim (7,5-22,5 FPU/g
glukan) dan pembebanan padat (10-20% b / b). Aktivitas enzim diukur mengikuti
prosedur standar menurut prosedur analitik Laboratorium Energi Terbarukan Nasional
NREL / TP-510-42628.
Selanjutnya dilakukan pengujian konfigurasi fermentasi. Dalam proses ini
dilakukan dengan 2 tahapan, yang pertama melakukan analisa secara mikroorganisme
dan pertumbuhan dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae Ethanol Red yang
berasal dari (Fermentis, Prancis). Tahapan kedua yaitu proses tes konfigurasi, dalam
tes ini menganalisi 3 jenis kinerja fermentasi berupa (Hidrolisis dan fermentasi
terpisah) SHF, (Simultan sakarifikasi dan fermentasi) SSF dan (Prehidrolisis dan
sakarifikasi dan fermentasi simultan) PSSF.
Setelah selesai dilakukan analisa metode dengan karakteristik oleh
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC), menggunakan kromatografi cair Waters
2695 dengan detektor indeks bias. Kolom LEAD CARBOSep CHO-782
(Transgenomic, Omaha, NE) digunakan, beroperasi pada 70 ° C dengan Milli-Q air
(Millipore) sebagai mobilephase (0,5 mL / menit). ada tahap fermentasi, produksi
etanol dikuantifikasi oleh Gas Chromatography (GC) menggunakan Agilent 7890A
GC System (Waldbronn, Jerman) yang dilengkapi dengan detektor ionisasi api dan
kolom Carbowax 20 M pada 85 ° C

6. Apakah sesuai dengan baku mutu dan parameter kualitas limbah


Dalam baku mutu air limbah nomor 5 tahun 2014. Pada kegiatan pengolahan
nuah-nuahan dan/atau sayuran. Dapat di analisa dengan beberapa jenis parameter
seerti pH, TSS, BOD, COD, Kualitas air limbah.

Anda mungkin juga menyukai