Abstrak
Terdapat kasus seorang pria, 39 tahun dengan demyelinating inflammatory polyneuropathy akut. Pada perawatan
intensif terdapat keluhan kelemahan kaki dan otot pernapasan, sehingga diperlukan alat bantu napas. Selama
delapan hari, sebelum masuk rumah sakit keluhan yang dirasakan kaki lemas saat berjalan dan sering tersedak air
liur saat tidur. Hari ke-9 keluhan yang dirasakan demam, diare, sakit kepala, kemudian pasien didiagnosis vertigo.
Keluhan satu hari kemudian adalah kelelahan, demam, sulit bangun dan perlu bantuan saat berjalan. Selanjutnya,
pasien didiagnosis menderita myasthenia gravis atau stroke, dan dirawat selama tujuh hari, namun tidak ada
perbaikan, pasien diminta untuk dipulangkan. Satu hari sebelum masuk RSCM, kondisi pasien di rumah semakin
lemah, banyak mengeluarkan liur, kesulitan bernapas, dan sering tersedak. Akhirnya pasien dirujuk ke RSCM
menggunakan ambulans klinik dengan bantuan ventilator. Di RSCM pasien didiagnosis “imunitas polineuropati
akut”. Pasien dipasang kateter double-lumen di paha kiri, diintubasi dengan respirator, dipindahkan ke unit
perawatan intensif selama tujuh hari, serta dilakukan plasmafaresis sebanyak empat kali. Terdapat perubahan
signifikan pada hari ke-3, kemudian ventilator dilepas. Plasmaferesis dilakukan dalam perawatan Guilain Barre
Syndrome (GBS) dengan tujuan memperbaiki atau mengurangi kelemahan anggota gerak di bawah ventilasi
mekanis dan mengurangi lama tinggal di ICU.
There is the case of a 39-year-old man with acute demyelinating inflammatory polymneuropathy. In intensive care
there are complaints of legs and respiratory muscle weakness, so it takes a breathing devices. For eight days, before
admission to hospital complaints are felt legs limp while walking and often choking on saliva while sleeping. Day
nine complaints are fever, diarrhea, headache, then the patient diagnosed with vertigo by the doctor. Complaints
one day later are fatigue, fever, and difficulty getting up and need help when walking. After the patient went to
the hospital, the patient was diagnosed with myasthenia gravis or stroke, and was treated for seven days, but no
improvement, the patient was asked to be discharged. One day before entering RSCM, the patient’s condition
at home was getting weaker, often drool, difficulty breathing and frequent choking. Eventually the patient was
referred to the RSCM using a clinic ambulance with the help of a ventilator. At the RSCM the patient was diagnosed
“acute immunity polineuropathy”. The patient mounted a double-lumen catheter on the left thigh, intubated with a
respirator, and transferred to the intensive care unit for seven days, and performed four times with plasmapheresis.
There was a significant change on the 3rd day, then the ventilator was removed. Plasmapheresis is performed in the
treatment of Guilain Barre Syndrome (GBS) with the aim of repairing or reducing the movement members under
mechanical ventilation and reducing the length of stay in the ICU.
Korespondensi:Cecep Hidayat,dr.,SpAn Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta,Jl. H.A.M.M Rifaddin
Kel Loa Janan Ilir,Email chevynazwa@yahoo.co.id
77
78
oleh infeksi saluran napas bagian atas, dan akhir- tidak ada. Pengobatan utama ditujukan untuk
akhir ini selalu dihubungkan dengan vaksinasi suportif dan beberapa laporan menganjurkan
rabies dan influenza.1 Dari sekian banyak laporan pemakaian kortikosteroid.1,16,19,20 Sebagian besar
mengenai morbiditas dari sindroma ini, hanya kasus tidak menjadi progresif (75%) dan berakhir
dua laporan yang bisa dipercaya yaitu Olmstead dengan remisi spontan, tetapi 25% menjadi
Cauntry dari Minesota dan San Joaquin Country progresif dengan kelumpuhan bulber dan otot
dari California yang menyatakan bahwa insidens pernapasan.1 Kasus ini harus ditanggulangi di
sindrom ini 1– 2/100.000 populasi pertahun. Di ICU, sehingga dengan alasan itu laporan kasus
negara berkembang angka kejadian penyakit ini dibuat untuk didiskusikan bersama.
GBS kurang lebih 0,6 – 1,6 setiap 10.000 – 40.000
penduduk. Perbedaan angka kejadian di negara Tata Laksana Kasus SGB di ICU
maju dan berkembang tidak nampak. Kasus ini
cenderung lebih banyak pada pria disbanding Indikasi perawatan di ICU untuk SGB adalah
dengan wanita. Data RS Cipto Mangunkusumo parese yang sangat progresif dan cepat dan bila
(RSCM) Jakarta menunjukkan pada akhir tahun disertai tanda-tanda paralisis bulber atau respi
2010–2011 tercatat 48 kasus GBS dalam satu rasi.1,16,17,21Penatalaksanaan terutama ditujukan
tahun dengan berbagai varian jumlahnya per kepada pemeliharaan pernapasan, pemeliharaan
bulan. Pada Tahun 2012 berbagai kasus di RSCM faktor metabolik, dan mencegah serta memantau
mengalami kenaikan sekitar 10%.15,16 dengan ketat komplikasi yang terjadi.1,17
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi dari Pemeliharaan fungsi pernapasan, terutama
hasil penelitian pada tahun 1966 dilaporkan dilakukan fisioterapi rongga dada dan pengawasan
bahwa lebih dari 100 kondisi dan predileksi yang ketat terhadap kapasitas ventilasi dengan
yang dapat menimbulkan sindroma ini, antara melakukan pengukuran memakai spirometri
lain disebabkan infeksi, gangguan alergi dan setiap jam, sehingga segera dapat diketahui saat
sistem imun, iatrogenic dari obat-obatan, dibutuhkan bantuan pernapasan sebelum terjadi
gangguan endokrin dan metabolik, keracunan komplikasi akibat kegagalan respirasi.1,17
dan neoplasma.1,17,18 Indikasi pengunaan ventilasi mekanik bila
Gambaran klinik utama tidak berubah seperti didapati kapasitas vital kurang dari 10–15 mL/
yang dilaporkan penelitian tahun 1859 yaitu kgBB atau pada pemeriksaan analisis gas darah
dengan akut dan progresif terjadinya kelemahan menunjukkan adanya gangguan respirasi Pa
sampai paralise motor bilateral, dengan tanda- CO2 kurang dari 50 mmHg, adanya kelumpuhan
tanda lesi lower motor neuron disertai dengan bulber yang parah sehingga ditakutkan terjadinya
gangguan sensorik, dengan absennya demam aspirasi.1,10,17,19,20,22 Trankeostomi dilakukan
karena meningitis.1,17 Pemeriksaan laboratorium secara elektif bila diperkirakan intubasi lebih dari
yang terpenting adalah terhadap LCS di mana 10 hari. Pemeliharaan metabolic mengutamakan
akan dijumpai adanya pertambahan protein untuk menjaga keseimbangan cairan dan
dengan absennya reaksi selular yang dikenal elektrolit, serta memperbaiki nutrisi. Sebaiknya
sebagai dissosiasi albumin sitologik.1,6,7,16,17 air dan diet diberikan melalui NGT, kecuali
Perubahan patologi yang terjadi berupa bila ada gangguan sistem saraf otonom dimana
degenerasi saraf spinal, kranial, degenerasi sebaiknya dilakukan nutrisi parental.1,17
retrograd sel motor spinal, dan medulla berupa Pencegahan komplikasi, dengan melakukan
infiltrasi sel mononuklear dan demielinisasi fisioterapi yang efektif dan teratur, perubahan
segmental, rantai simpatik bisa juga terkenal posisi setiap 2 jam, aspirasi cairan trakeal yang
degenerasi.1,15–17 Keadaan ini dapat menyebabkan teratur, gerakan pasif terhadap persendian untuk
tetraplegia, paraplegi, kelemahan sistem bulber mencegah kontraktur dan penilaian tonus otot
dan kelumpuhan otot pernapasan. Rata-rata yang teratur setiap hari.1,16,17 Pemberian heparin
waktu yang diperlukan pada kasus yang progresif 5000 unit subkutan 2 kali sehari, kultur rutin dari
dari mulai gejala awal sampai terjadi kelumpuhan urin dan cairan trachea, Bila penderita mengalami
pernapasan adalah 12 hari.6,16,17 Terapi spesifik retensi dipasang kateter menetap, dan bila
terdapat tanda infeksi diberi antibiotika dengan keluhan tidak dapat berdiri dan berjalan. Sepuluh
dosis adekuat.1,17 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan yang
Gangguan psikis harus diatasi dengan dirasa adalah demam, pusing berobat ke dokter
perawat yang berdedikasi tinggi dan terampil, didiagnosa vertigo. Delapan hari sebelum masuk
dan fisioterapi terhadap otot dilakukan sejak rumah sakit keluhan pada pasien adalah bicara
awal. Perawatan terhadap mata dengan kompres pelo, diare, demam, lemas, sulit bangun dan
dan pemberian tetes mata juga perlu dilakukan. butuh bantuan untuk berjalan, ke UGD rumah
Komplikasi otonomik berupa hipertensi, sakit A dirawat selama tujuh hari belum ada
hipotensi, takikardi, keringat yang berlebihan, perbaikan dan pulang atas permintaan pasien.
hiperslivasi dan paralitik ileus yang bisa terjadi Satu hari sebelum masuk rumah sakit, kondisi
harus diawasi dan ditangani segera.1,3,6,23 Untuk pasien semakin lemah, liur banyak keluar, sulit
itu selalu dilakukan pemeriksaan EKG secara napas dan sering tersedak, dari praktek dokter di
teratur dan pemantauan tekanan darah yang rujuk ke UGD RSCM kemudian dipasang alat
teratur dan terus menerus. bantu napas.
Keluhan utama adalah demam, napas terasa
Laporan Kasus memberat±satu minggu sebelum masuk rumah
sakit, ±satu minggu pasien batuk, pilek, demam
Seorang laki-laki usia 39 tahun, masuk rumah naik terus, mencret (+). Riwayat keluhan sekarang
sakit pada tanggal 19 Agustus 2016, dengan adalah kurang lebih satu minggu sebelum masuk
Tabel 2 Ventilasi
Hari ke 1 2 3 4 5 6 7
(19/08/16) (20/08/16) (21/08/16) (22/08/16) (23/08/16) (24/08/16) (25/08/16)
MOV PSIMV PS 8/-5/40 SM 6 lpm SM 6 lpm SM 6 lpm SM 6 lpm NK 3 lpm
12/12/5/40
AGD 7,421/29,6 7,431/33,3 7,386/34,2 / 7,444/35,6 / 7,452/28,3 / 7,469/29,8 7,449/31/
/ 114,3/- / 144,1/-0,7/ 166,8/ -3,2/ 141,3/ 1,5/ 147,4/-2,4/ / 151,6/- 218,7/ -1,0
3,4/19,4/ 22,4/99,3 20,5/99,3 25,8/99,3 19,9/99,2 0,6/ / 21,7/99,7
98,6 21,9/99,4
Mixed Vein 7,373/41,7 7,389/40,4 7,449/37,9 7,421/39,5 7,400/38,4
/ 43,5/-0,2/ / 45/ / 39,4/ 3,0 / / 40,0/2,1/ / 47,3/0,0/
24,5 0,2/24,6/ 26,5/ 76,3 26/75,9 24/82,8
80,1
Keterangan: Pressure support (PS), Intermittent minute volume (IMV), Simple Mask (SM), Nasal Kanul (NK)
rumah sakit pasien demam, diare, lemah dan dibawa ke RS A tujuh hari, pada saat perawatan
kesemutan kedua tungkai bawah, kedua kelopak pasien kesulitan menelan hingga dipasang
mata cenderung turun, bicara cenderung tidak selang nasogastrik (NGT), dan juga mengeluh
jelas, sering tersedak air liur, pasien kemudian mata sakit untuk melihat. Pasien dilakukan
Elektrolit 132/4,2/ 108 134/4,7/ 133/5,0/ 133/5,0/99 128/4,4/ 101 134/4,5/ 132/4,2/
102 101 108 (pagi), 100
128/4,1/ 106
(18,00)
Ureum/ 40,4/0,581 36,9/ 0,681 37,3/0,596 27,8/0,66
Creatinin
SGOT/ 143/406 196/457 350/779 114/501 547/934 179/530
SGPT
eGFR
GDS 107 128 113 66 122 108 69
Bilirubin 1,22/0,51/ 3,65/2,77/
T/D/I 0,71 0,88
PT/APTT 10,4 (1,5)/ 11,1 11 12 (10,6)/51,8
30,6 (35,9) (10,3)/36,2 (10,4)/40,2 (35,2)
(35) (33,4)
Protein
T/A/G
CK/CK-
MB
TropT
Ca darah/ 8,1/1,19/ 8,1/1,17/ 8/1,13/2,35 8,1/1,12/ 7,7/1,14/ 1,7 7,7/1,1/1,82
Ca ion/ 2,22 2,18 2,16
Mg
Fibrin 402,3
D-dimer 0,3
Albumin 3,24 3,05 3,07
Kultur
Laktat 1,0 1,5 0,8 0,8 0,8 0,6 1,2
CD3 (%/
absolut)/
CD4 (%/
absolut)
PCT 39 30,16
Amilase
Pankreatik
Lipase UL : kuning
Darah agak keruh,
BJ 1,020, pH
6,5, protein/
glukosa/
keton negatif,
darah/hb
+2, bilirubin
negatif,
urobilinogen
3,2, nitrit/
esterase
leukosit
negatif,
epitel +1,
leukosit 0-2,
eritrosit 10-
12, silinder/
kristal/lain-
lain negatif,
bakteri +
T3/T4/ hbsag/anti
TSH hcv/anti hiv
non reaktif
Diagnosa kerja: Guillain Barre Syndrome. hari yang menunjukkan pemantauan dan suportif
Pengobatan: obat: Delacin 2 x 200 mg; Oradexon terapi yang dilakukan di ICU cukup baik. Dengan
3 x 1 amp; ATP 2 x 1 amp; Bisolvon 3 x 1 amp; pertimbangan tersebut pada hari ke-1,2,3 dan
Alinamin F 1 x 1 amp; Diet: makan cairan 1800 hari ke-5, 6 diputuskan dilakukan plasmafaresis
kal. Untuk melihat follow up dan terapi penyokong dengan menarik cairan 2200 mL yang diganti
hari ke-1 sampai ke-7 dapat dilihat pada tabel 1. dengan albumin 5% 1500 mL.
Plasmafaresis adalah metode pemurnian
Pembahasan darah yang dirancang untuk membuang substrat
dengan berat molekul tinggi meliputi toksin,
Indikasi rawat penderita ini di ICU dari UPP antibodi, kompleks imun dan lain-lain. Ada dua
Neurologi adalah adanya paraparese inferior dan tipe plasmafaresis yaitu sentrifugal dan filtrasi.
kelemahan bulber namun belum dijumpai suatu Mesin sentirifugal dapat mengumpulkan eritrosit
kelemahan pernapasan. Dilihat dari perjalanan mencapai hematocrit 80% atau lebih, low blood
penyakitnya dimana perjalanan GBS pada flow melalui vena sentral atau perifer, memproses
penderita ini termasuk ke dalam yang progresif, 1,5 kali volume darah untuk mengeluarkan 1,2
dalam waktu sembilan hari dari simptom awal kali volume plasma. Larutan pengganti dapat
terjadi kelemahanhan bulber yang sesuai dengan menggunakan albumin 5% atau plasma darah.
kepustakaan, selanjutnya progresif SGB ini dapat Larutan ini dapat dilengkapi dengan NaCl 0,9%
dilihat, dalam waktu dua hari penderita sudah atau cairan kristaloid lainnya.
susah untuk dapat berjalan, Bila kita melihat Plasmafaresis telah digunakan sebagai terapi
kepustakaan maka sebenarnya penderita ini harus utama beberapa penyakit autoimun seperti GBS
lebih cepat dirawat ke ICU untuk perawatan dan dan Myastenia Gravis. Indikasi plasmafaresis
pemantauan yang lebih teliti untuk mendapat berkembang kepada kasus-kasus neurologi,
diagnosa yang baik. Penderita ini dirawat di ICU hematologi, metabolik, gangguan ginjal, sepsis,
selama tujuh hari dan keluar dengan tanda vital gagal hati, gigitan ular, dan berbagai kasus
yang baik dan perbaikan fungsi neorologisnya, keracunan.
dengan dilakukan bantuan pernapasan beberapa Indikasi plasmafaresis menurut American
Society for Apheris (ASFA) di dalam “Guideline gangguan apheresis diterima sebagai terapi lini
on the Use of Therapeutic Apheresis in pertama, baik sebagai perawatan mandiri primer
Clinical Practice-Evidence-Based Approach”, atau bersama dengan model perawatan lain,
direkomendasikan 4 kategori yaitu: kategori I: kategori II: gangguan apheresis diterima sebagai
terapi lini kedua, baik sebagai pengobatan mandiri on myelinated fibers e/c Infeksi Compylobacter
atau bersama dengan model perawatan lainnya, jejuni merupakan faktor yang paling sering
kategori III: peran optimal terapi apheresis mencetuskan timbulnya GBS. Plasmaparesis atau
belum ditetapkan, Pengambilan keputusan harus plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan
bersifat individual, kategori IV: gangguan di faktor autoantibodi yang beredar. Pemakaian
mana bukti yang dipublikasikan menunjukkan plasmaparesis pada GBS memperlihatkan hasil
atau menyarankan apheresis menjadi tidak efektif yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih
atau berbahaya. Persetujuan internal review board cepat, penggunaan alat bantu napas yang lebih
diinginkan jika perlakuan apheresis dilakukan singkat, dan lama perawatan yang lebih pendek.
dalam situasi. Pengendalian infeksi, immunoterapi spesifik
Volume plasma yang dikeluarkan adalah 1 atau (plasmapheresis), dan manajemen respirasi di
1,5 kali taksiran volume plasma. Volume plasma ICU merupakan modalitas dalam mengurangi
=0,07 x berat badan dalam kg x (1- Ht). Dosis morbiditas dan mortalitas akibat GBS.
albumin (gr) = kadar albumin (gr) / 100 x volume
penggantian cairan, pada pasien ini, plasmafaresis Daftar Pustaka
I dikeluarkan 2046 mL plasma, diganti dengan 6
x 250 mL albumin 5% dan NaCl 0,9% sebagai 1. Willison HJ, Jacobs BC, van Doorn, PA.
cairan pelengkap. Proses berlangsung selama Guillain-Barré syndrome. Lancet, 2016
3 jam. Setelah plasmafaresis pertama, terlihat August 13, 388: 717–27.
perbaikan gejala-gejala neuroparalitik secara 2. Huizinga R, van den Berg B, van Rijs W, et
relatif linier. Gerakan kelopak dan bola mata al. Innate immunity to Campylobacter jejuni
mendekati normal, kekuatan otot motorik in Guillain-Barre syndrome. Ann Neurol
tungkai atas dan bawah meningkat bertahap 2015. 78: 343–54.
namun kelihatan tungkai bawah lebih dominan. 3. Fokke C, van den Berg B, Drenthen J,
Dilanjutkan plasmafaresis kedua setelah tiga Walgaard C, et al. Diagnosis of Guillain-
hari kemudian untuk mencapai kondisi optimal, Barre syndrome and validation of Brighton
Plasmafaresis kedua dikeluarkan cairan plasma criteria. Brain. 2014. 137: 33–43.
2200 mL, diganti dengan albumin 5% 7x250 4. Lim JP, Devaux J, Yuki N. Peripheral nerve
mL dan NaCl 0,9 % sebagai cairan pelengkap. proteins as potential autoantigens in acute
Pasien diekstubasi dua hari setelah plasmafaresis and chronic infl ammatory demyelinating
II. Pasien mengalami gangguan psikologis polyneuropathies. Autoimmun Rev. 2014. 13:
berupa cemas, mimpi buruk, dan waham. Hal ini 1070–78.
mungkin disebabkan critical illness atau dampak 5. Munandar A. Laporan Kasus Sindroma
psikologis yang menimbulkan trauma psikologis. Guillan-Barre dan Tifus abdominalis.
Kemungkinan lain adalah efek toksin pada sel Unit Neurologi RS Husada Jakarta. 2013.
otak, Bungarotoxin mungkin melewati blood [diunduh 26 September 2016] tersedia dari:
brain barrier pada dosis rendah.9,11,12 namun Available from: URL: http://www.kalbe.co.id/
belum jelas apakah berkaitan dengan gejala files/cdk/files/14SindormGuillain Barre93.
psikologis,Gangguan psikologis ini tidak pdf/14SindromGuillainBarre93.html.
terlalu sulit diatasi dengan memberikan terapi 6. van den Berg B, Walgaard C, Drenthen J,
farmokologi dan psikoterpi. Selama lebih kurang Fokke C, et al. Guillain-Barre syndrome:
3 hari perawatan kondisi mental pasien kembali pathogenesis, diagnosis, treatment and
pulih bersamaan normalnya fungsi motorik dan prognosis. Nat Rev Neurol. 2014. 10: 469–82.
hemodinamik. 7. Willison HJ, Goodyear CS. Glycolipid
antigens and autoantibodies in autoimmune
Simpulan neuropathies. Trends Immunol. 2013. 34:
453–59.
Penangan dini infeksi atau immunologic attack 8. Willison HJ. Biomarkers in experimental