Anda di halaman 1dari 46

Kriteria

Sistem Jaminan Halal


1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur tertulis untuk aktivitas kritis
8. Kemampuan Telusur
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
10. Audit Internal
11. Kaji Ulang Manajemen
BAHAN
Bahan mencakup bahan baku (raw material), bahan
tambahan (additive) & bahan penolong (processing aid)
 Bahan Baku dan Bahan Tambahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk &
menjadi bagian dari komposisi produk (ingredient)
 Bahan Penolong
Bahan yang digunakan untuk membantu produksi tetapi tidak menjadi bagian
dari komposisi produk (ingredient)
Contoh: pelarut, katalis, enzim, air pencucian, kuas kue, pemurni minyak

Bagaimana jika ada ada menu konsinyasi/titipan, menu rekanan,


dan menu yang dibeli dari pihak lain (misal AMDK, soft drink, es krim)?

Menu Bersertifikat Halal Menu Tidak Bersertifikat Halal


Menu didaftarkan sebagai Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat menu
bahan, misal lemper didaftarkan sebagai bahan, misal bahan pembuat
lemper: beras ketan, garam, santan, merica, ayam
Kriteria Bahan
• Kriteria Bahan 1 : memenuhi kriteria terkait asal usul atau penggunaannya
(a) Bahan tidak boleh berasal dari bahan haram/najis
(b) Bahan bebas dari kontaminasi bahan haram/najis
(c) Bahan yang merupakan produk mikrobial harus memenuhi persyaratan
(d) Alkohol/etanol dan hasil sampingnya harus memenuhi persyaratan
(e) Bahan untuk produk luar harus memenuhi persyaratan
(f) Bahan untuk produk obat harus memenuhi persyaratan
(g) Bahan untuk barang gunaan harus memenuhi persyaratan

• Kriteria Bahan 2 : persyaratan kecukupan dokumen pendukung bahan


• Kriteria Bahan 3 : tersedia mekanisme untuk menjamin keberlakuan
dokumen pendukung bahan
Kriteria Bahan 1.a
Bahan tidak boleh berasal dari bahan haram/najis

i. Babi dan produk turunannya


Contoh bahan vitamin yang dilapisi dengan gelatin babi, seasoning yang
menggunakan lemak babi, pepton yang dihidrolisis enzim babi
ii. Bulu, rambut dan seluruh bagian dari anggota tubuh manusia
iii. Khamr (minuman beralkohol)
Bahan yang termasuk khamr: rhum, angciu, mirin
iv. Hasil samping khamr yang diperoleh dari pemisahan secara fisik
v. Darah
vi. Bangkai atau hewan yang disembelih tidak sesuai dengan hukum Islam
vii. Hewan lain yang diharamkan seperti hewan buas atau bertaring,
hewan menjijikkan, hewan yang hidup di dua alam
Catatan: Pengecualian untuk bahan pada produk mikrobial (akan dijelaskan
pada slide berikutnya)
FATWA MUI TERKAIT BAHAN
Bahan Fatwa
Semua binatang yang hidup di laut/air Halal
Pewarna dari serangga cochineal selama hanya menggunakan
Halal
bahan halal dalam proses produksi
Shellac : resin yang diperoleh dari sekresi serangga Laccifer lacca Halal
Kerr
Bulu, rambut, dan tanduk didapat dari hewan halal yang masih
Halal
hidup

Haram tapi tidak najis,


jadi bisa digunakan
Bulu, rambut, dan tanduk didapat dari bangkai binatang halal
sebagai bahan untuk
produk luar

Kopi luwak : selama kulit ari masih utuh dan dicuci dengan air
Halal
untuk memisahkan kotoran luwak dari biji kopi

GMO: jika gen bukan berasal dari manusia dan hewan haram Halal
FATWA MUI TERKAIT BAHAN
Bahan Fatwa
Kelinci yang disembelih berdasarkan Hukum Islam Halal
Kepiting: asalkan tidak berbahaya Halal
Kanguru yang disembelih berdasarkan Hukum Islam Halal
Vinegar yang hanya menggunakan bahan tambahan
Halal
yang halal
Haram untuk dikonsumsi, tetapi
dibolehkan digunakan sebagai
Siput dan sekresi siput
bahan untuk kosmetik halal
(eksternal)
Jangkrik Halal
Partikel Emas sebagai bahan kosmetik pria Boleh

Sarang walet: yang dicuci sebelum dikonsumsi Halal

Bahan yang diproduksi oleh lebah: madu, royal jelly, bee


Halal
pollen, propolis, lilin lebah, apitoxin, dll
Kriteria Bahan 1.b
Bahan bebas dari kontaminasi bahan haram/najis

i. Bahan tidak boleh bercampur dengan bahan najis atau haram


 berasal dari bahan tambahan, bahan penolong dan fasilitas produksi
ii. Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga
digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi atau
turunannya sebagai salah satu bahannya
Contoh bahan yang memiliki potensi diproduksi di fasilitas yang sama
dengan bahan dari babi/turunannya adalah minyak dan seasoning
 perlu pernyataan pork free facility dari produsennya

Pernyataan pork free facility  pernyataan dari produsen bahwa fasilitas produksi,
termasuk peralatan pembantu, tidak digunakan secara bergantian untuk
menghasilkan produk halal dan produk yang mengandung babi/turunannya.
Pernyataan yang dimaksud juga harus menjamin bahwa personel yang menangani
produksi produk halal tidak menangani produksi produk babi/turunannya.
Kriteria Bahan 1.c
Persyaratan Bahan yang Merupakan Produk Mikrobial
a) Kultur/starter mikroba:
 Bukan hasil rekayasa genetika dengan gen babi atau manusia
 Tidak pernah bersentuhan dengan bahan babi
b) Bahan media pertumbuhan harus halal  mencakup media penyegaran,
pengembangan inokulum, media produksi dan bahan penolong dalam media
Pengecualian jika produk diperoleh dengan pemisahan (fisik/kimiawi) dari
media pertumbuhannya dan proses berikutnya ada pencucian syar’i* maka
media pertumbuhan boleh berasal dari bahan najis/haram selain babi
(misalnya darah, pepton sapi yang tidak halal)
*) Cara pencucian syar’i: mengucurkan air ke produk atau merendam produk
dalam air minimal 270 liter hingga hilangnya bau dan warna dari najis
c) Bahan aditif yang ditambahkan setelah produk mikrobial diperoleh harus
halal. Contoh: flavor pada yoghurt, gula pada nata de coco
d) Produk mikrobial tidak berbahaya bagi manusia
Kriteria Bahan 1.d
Persyaratan Alkohol/Etanol dan Hasil
Sampingnya
a. Etanol tidak berasal dari industri khamr (minuman beralkohol)
 Etanol dari sumber yang lain seperti dari fermentasi singkong, jagung,
molases, beet root dan sintetik (petrokimia) dapat digunakan
 Etanol dapat digunakan sebagai pelarut atau bahan untuk sanitasi
b. Produk cair dari hasil samping industri khamr yang diperoleh hanya dengan
pemisahan secara fisik tidak boleh digunakan. Contoh: fusel oil & turunannya
(butanol, isoamil alkohol, air dan alkohol sekunder)
c. Produk cair dari hasil samping industri khamr kemudian direaksikan dengan
bahan lain atau dilakukan proses biotransformasi (oleh enzim/mikroba)
menghasilkan produk baru, maka produk baru ini dapat digunakan
d. Produk padat yang berasal dari hasil samping industri khamr dapat
digunakan setelah dicuci dengan air hingga hilang bau dan warna minuman
beralkoholnya. Contoh: ragi dari industri bir (brewer yeast)
Contoh Proses Biotransformasi dari
Produk Hasil Samping Industri Khamr

Fusel oil
HARAM HALAL
rectification

Isoamyl alcohol Isovaleric acid


oxidation

reacted with acid reacted with alcohol

Isoamyl acetate Ethyl iso-valerate


Isoamyl butyrate Amyl iso-valerate
etc… etc…
HALAL HALAL
Kriteria Bahan 1.e
Persyaratan Bahan untuk Produk Luar

Produk luar : produk digunakan di luar dan tidak dikonsumsi, baik


berupa kosmetik, obat dan jamu. Contoh: krim wajah, salep, sabun.
Bahan berikut dapat digunakan di produk luar:
a. Plasenta hewan halal
b. Bulu, rambut dan tanduk dari bangkai hewan halal, termasuk yang
tidak disembelih secara syar’i (tidak ada Sertifikat halal)
c. Bekicot
d. Kokon/kepompong ulat sutra
e. Partikel emas untuk laki-laki  dimaksudkan untuk kepentingan yang
dibolehkan secara syar’i, ada kemanfaatan dan tidak membahayakan
Kriteria Bahan 1.f
Persyaratan Bahan untuk Produk Obat

Produk obat adalah produk digunakan untuk obat, baik


dikonsumsi maupun tidak dikonsumsi (produk luar).
Bahan berikut dapat digunakan di produk obat:
a. Plasma darah  berasal dari darah hewan halal, tidak berasal dari
darah manusia
b. Cacing
c. Telur ayam yang berembrio (embryonated chicken eggs)  boleh
digunakan sebagai media pertumbuhan pada proses mikrobial
selama produk yang dihasilkan dapat dipisahkan dari media
pertumbuhannya dan dalam tahapan proses selanjutnya ada
pencucian produk yang tathir syar’i
Kriteria Bahan 1.g
Persyaratan Bahan untuk Barang Gunaan
Barang gunaan adalah barang yang diperuntukkan sebagai perlengkapan
atau perhiasan seseorang seperti tas, ikat pinggang, sepatu, jaket dll
Bahan berikut dapat digunakan di barang gunaan:
a. Kulit dari bangkai hewan setelah dilakukan penyamakan*, baik dari
hewan halal maupun hewan tidak halal selain anjing dan babi
b. Bulu, rambut dan tanduk dari bangkai hewan halal, termasuk yang
tidak disembelih secara syar’i
*) Penyamakan  proses pensucian terhadap kulit hewan dengan ketentuan :
• Menggunakan bahan halal untuk menghilangkan lendir dan bau anyir yang
menempel pada kulit, misalnya bahan kimia atau enzimatis
• Menghilangkan kotoran yang menempel di permukaan kulit
• Membilas kulit yang telah dibersihkan untuk mensucikan dari najis
Kriteria Bahan 2: Kecukupan Dokumen Bahan
Kategori Bahan Kecukupan Dokumen Bahan Contoh Bahan
1. Tidak Kritis Tidak perlu dokumen. SK LPPOM MUI terkait positive list
(Positive List) umum, flavor dan fragrance*
Contoh: tanaman segar, air
2. Kritis dan SH MUI atau lembaga yang • Daging dan produk turunan hewani,
harus ber- diakui MUI* contoh sosis, beef powder, gelatin
Sertifikat Halal SH MUI bisa diganti dengan • Bahan dengan proses rumit atau
(SH) printscreen pencarian produk bahan yang banyak, contoh flavor,
halal di database LPPOM MUI, fragrance, seasoning
Jurnal Halal atau aplikasi • Bahan yang sulit ditelusuri
kehalalannya, contoh whey, laktosa
3. Kritis namun Dokumen diterbitkan oleh Selain bahan no. 1 & 2.
tidak harus ber- produsen dan ada informasi Contoh: soya lechitin, bawang goreng,
Sertifikat Halal sumber semua bahan kritis. emulsifier nabati, gelatin ikan, produk
Contoh: spesifikasi, flowchart, mikrobial sederhana
statement, MSDS, kuesioner

*) Bisa dilihat di www.halalmui.org pada menu sertifikasi halal


Contoh Hasil Printscreen
Pencarian Produk Halal
Sertifikat Halal yang Diterbitkan oleh Selain MUI

LIST OF APPROVED FOREIGN HALAL CERTIFICATION BODIES

1. LPPOM MUI mengakui Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Lembaga


Sertifikasi Halal yang disetujui untuk produk yang diproduksi di negara
dimana lembaga sertifikasi halal tersebut berada (kecuali SH dari lembaga
sertifikasi halal di Eropa berlaku untuk produk yang diproduksi di Eropa).
2. LPPOM MUI masih memungkinkan meminta dokumen pendukung lainnya
untuk mengklarifikasi titik kritis produk tertentu.
3. Masa efektif berlakunya persetujuan Lembaga Sertifikasi adalah 2 tahun
dan lembaga tersebut dimonitoring/dievaluasi sekali per tahun.
4. Ada 45 Lembaga Sertifikasi dari 26 negara yang disetujui oleh LPPOM MUI :
 Slaughtering / Penyembelihan (37 Lembaga Sertifikasi)
 Raw Material / Bahan Baku (40 Lembaga Sertifikasi)
 Flavour (16 Lembaga Sertifikasi )
5. Update Oktober 2019 (terdapat di website www.halalmui.org pada menu
sertifikasi halal, submenu Daftar Lembaga Sertifikasi Halal)
Ketentuan Persetujuan Bahan yang
disertifikasi oleh lembaga sertifikasi halal
yang statusnya Delisted / Suspended

Sertifikatnya masih dinilai cukup sebagai dokumen


pendukung bahan selama sertifikat tersebut
diterbitkan sebelum tanggal delisted/suspended
Contoh Sertifikat Halal
Non MUI yang valid
Informasi produsen &
Lokasi produsen

Informasi Produk

Informasi Nomor &


Masa berlaku sertifikat Halal
Persyaratan logo halal
CONTOH: SH VALID, namun tidak diakui
Daging Impor
harus didukung dokumen/kondisi :
• Sertifikat Halal (umumnya per pengapalan/
per shipment)
• Dokumen lain (dokumen pengapalan,
dokumen kesehatan dll).
• Sertifikat Halal cocok dengan dokumen lain
• Dokumen memiliki lot number, plant
number, date of slaughtering, dll yang
sesuai.
• Dokumen sesuai dengan kemasan/label
CONTOH SH per
shipment
Informasi pada dokumen harus
sesuai dengan informasi pada label :
– Negara dimana pabrik berada
– Logo Halal
– Plant number
– Tanggal produksi / Lot number /
Tanggal penyembelihan (daging)
Persyaratan Dokumen Pendukung
yang Bukan Berupa Sertifikat Halal
a. Harus diterbitkan oleh produsen bahan
b. Harus memuat informasi sumber semua bahan kritis yang digunakan
sehingga status kehalalannya dapat ditentukan
 Kecukupan dinilai berdasarkan kehalalan semua bahan (bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong) yang digunakan dan pemenuhan persyaratan
fasilitas produksi
Contoh: bahan maltodekstrin memiliki dokumen diagram alir proses, yang di
dalamnya dijelaskan bahwa pembuatan maltodekstrin menggunakan enzim 
harus dilengkapi dokumen pendukung enzim dan surat pernyataan konsistensi
penggunaan enzim serta pernyataan bahwa perubahan sumber enzim akan
diinformasikan kepada pengguna. Perusahaan pengguna maltodekstrin akan
meminta pembaruan dokumen konsistensi setiap dua tahun
CONTOH SPESIFIKASI sebagai dokumen pendukung

SPEC belum
jelas

Informasi yang diperlukan


a. Sumber pelarut capsicum
extract
b. Sumber Glyceryl Monooleate
c. Statement animal free untuk
vegetable oil
SPECIFICATION sebagai dokumen pendukung

SPEC jelas
FPC sebagai dokumen pendukung Sertifikasi Halal

FPC belum
jelas

Informasi yang diperlukan


a. Informasi bahan
penghidrolisa. Jika
bahan kimia  OK
Hydrolysis b. Jika enzim, minta
Agent dokumen pendukung
dan Pernyataan dari
produsen HVP tentang
penggunaan bahan
penghidrolisis yang
hanya berasal dari
produsen tersebut.
CoA sebagai dokumen pendukung Sertifikasi Halal

 Tidak menjelaskan
proses bahan

CoA
jelas
bahan
CoA belum haram
jelas

CoA menginformasikan nama produsen


Questionnaire sebagai dokumen pendukung Sertifikasi Halal

Questionnaire
jelas bahan
haram
Standar Dokumen Bahan Mikrobial
Persyaratan
Produk Mikrobial Media Kecukupan Dokumen Minimum
Pertumbuhan
1 Diperoleh tanpa pemisahan Harus bahan
dari media pertumbuhannya. halal
- komposisi lengkap dan sumber media
2 Diperoleh dengan pemisahan Harus bahan pertumbuhan* serta bahan lain,
dari media pertumbuhannya halal - jika mengandung bahan hewani maka
namun dalam tahapan proses perlu Sertifikat halal
selanjutnya tidak ada proses
pencucian syar’i
3 Diperoleh dengan pemisahan Boleh berasal - komposisi lengkap dan sumber media
dari media pertumbuhannya dari bahan pertumbuhan* serta bahan lain,
dan dalam tahapan proses najis/ haram - Informasi pencucian/purifikasi produk
selanjutnya ada proses selain babi - jika mengandung bahan haram/najis
pencucian syar’i selain babi dibolehkan

(*) Media pertumbuhan mencakup media penyegaran, pengembangan inokulum,


media produksi dan bahan penolong dalam media
FPC jelas

Bahan dapat
digunakan
Kriteria Bahan 3:
Mekanisme untuk menjamin keberlakuan
dokumen pendukung bahan
 Harus tersedia mekanisme untuk memastika dokumen pendukung bahan
yang digunakan selalu masih berlaku dan diterbitkan oleh pihak yang diakui
 Mekanisme dapat berupa pemeriksaan secara berkala masa berlaku sertifikat
halal bahan atau sistem peringatan dini (early warning system) yang
memberitahukan jika masa berlaku dokumen bahan akan segera berakhir 
selanjutnya memintakan sertifikat halal terbaru.
Sertifikat halal bahan yang sudah kadaluarsa masih dapat dianggap sebagai
dokumen pendukung yang cukup bila bahan tersebut diproduksi pada masa
berlaku sertifikat.
Khusus untuk bahan dengan sertifikat halal MUI, jika bahan diproduksi
setelah masa berlaku sertifikat habis, maka bahan tersebut masih dapat
digunakan jika dilengkapi dengan Surat Keterangan dalam Proses
Perpanjangan (SKPP).
Produk
Produk pada industri pengolahan: produk
yang didaftarkan untuk sertifikasi halal,
baik berupa produk retail, non retail,
produk akhir, produk antara (intermediet)

Produk pada restoran/katering: semua


menu yang disajikan, baik dibuat sendiri
oleh perusahaan maupun menu yang dibeli
dari pihak lain, termasuk menu titipan/
rekanan, menu musiman dan menu ekstra
Kriteria Produk

(a) Nama produk


(b) Karakteristik/profil sensori produk
(c) Bentuk produk
(d) Merk/brand pada produk retail
(e) Kadar etanol
(f) Produk kosmetik
(g) Produk yang dikemas ulang (repacked) atau diberi label ulang
(relabeled)
(a) Nama Produk
 Tidak menggunakan nama minuman beralkohol
Contoh: rootbeer, es krim rasa rhum raisin, bir 0% alkohol
 Tidak menggunakan nama babi dan anjing serta turunannya
Contoh: babi panggang, beef bacon dan hot dog
 Tidak menggunakan nama setan
Contoh: rawon setan, es pocong, mi ayam kuntilanak
 Tidak mengarah pada hal yang menimbulkan kekufuran/kebatilan
Contoh: coklat valentine, biskuit natal, mie Gong Xi Fa Cai
 Tidak menggunakan kata yang berkonotasi erotis, vulgar atau porno

 Nama produk yang telah dikenal luas dan tidak mengandung bahan
haram dapat digunakan, contoh bir pletok, bakso, bakmi, bakpia,
bakpao
(b) Karakteristik/profil sensori produk
Tidak memiliki bau/rasa yang mengarah kepada produk haram
Contoh: minuman yang memiliki bau/rasa bir tidak dapat disertifikasi
meskipun dibuat dari bahan halal

(c) Bentuk produk


 Tidak menggunakan bentuk babi atau anjing
 Tidak menggunakan bentuk produk, bentuk kemasan atau label
yang menggambarkan sifat erotis, vulgar atau porno
(d) Merk/brand pada produk retail
Khusus untuk produk retail  jika suatu produk dengan
merk/brand tertentu didaftarkan, maka semua varian atau
produk lain dengan merk/brand yang sama harus didaftarkan
 Produk dengan merk/brand yang sama dengan produk yang sudah
disertifikasi harus sudah memperoleh sertifikat halal sebelum diedarkan
 Pada kasus produk non retail atau intermediet, aplikasi sertifikasi dapat
dilakukan untuk sebagian atau seluruh produk

(e) Kadar etanol


 Produk akhir minuman: maksimal 0,5 %
 Produk selain minuman : tidak dibatasi selama secara medis
tidak membahayakan. Contoh : Kosmetik, Jamu, Obat
(f) Produk Kosmetik

 Produk kosmetik yang mengklaim tahan air (waterproof) 


harus lulus uji analisa laboratorium daya tembus air
 Produk kosmetik yang tidak tembus air dapat disertifikasi
dengan syarat: (i) Produk yang penggunaannya terbatas
waktunya, seperti sunblock khusus untuk berenang, (ii)
Perusahaan harus memberikan catatan cara penggunaan bagi
pengguna yang akan beribadah shalat ketika menggunakan
kosmetika tersebut, misalnya dengan membuat leaflet khusus,
penulisan di kemasan atau pembedaan warna kemasan.
Penempatan harus jelas dan mencolok termasuk di box kemasan
 Pewarna rambut bisa disertifikasi untuk seluruh warna
(g) Produk yang dikemas ulang (repacked)
atau diberi label ulang (relabeled)

Dapat diajukan untuk disertifikasi dengan syarat


produk tersebut bersertifikat halal MUI atau produk
termasuk kategori produk tidak beresiko (No Risk)

Catatan: Dapat disertifikasi bersamaan dengan produk asalnya


jika produk asal tidak bersertifikat halal MUI atau produk
bukan termasuk kategori produk tidak beresiko (No Risk)
Penulisan Nama Produk
Produk Flavor / Seasoning / Fragrance
Semua nama dagang (fantasy name) harus didaftarkan untuk disertifikasi
walaupun memiliki formula yang sama. Contoh flavor apel memiliki 3
fantasy name yaitu apel AL00, apel GF200 dan apel MU101

Produk Non Retail yang memiliki banyak Nama/Kode/Varian


 Produk ditulis rinci untuk semua nama/kode/varian produk; atau
 Produk dituliskan secara umum, misal produk series  dengan syarat:
(i) Akad biaya dengan sistem kontrak, (ii) Semua varian produk series
yang sama harus disertifikasi halal

Menu Katering & Restoran


 Menu katering boleh dituliskan kelompok menu secara umum, contoh
menu sayur olahan, ayam olahan, nasi olahan
 Paket menu restoran tidak harus disertifikasi  cukup menu satuannya
Fasilitas Produksi
Semua lini produksi dan peralatan
pembantu yang digunakan untuk
menghasilkan produk, baik milik sendiri
atau menyewa dari pihak lain
 mencakup bangunan, ruangan, mesin,
peralatan utama, peralatan pembantu
sejak penyiapan bahan, proses utama,
hingga penyimpanan produk

Produksi halal hanya dibolehkan di fasilitas


produksi yang BEBAS NAJIS
KATEGORI FASILITAS PRODUKSI
HALAL  Fasilitas yang hanya digunakan untuk produksi halal
DEDICATED  WAJIB untuk Rumah Potong Hewan, produk olahan
FACILITY daging, dan dapur (restoran, hotel, katering)
 Harus bebas babi (pork free)
 Harus ada pencucian sebelum
Fasilitas kontak
digunakan untuk produksi produk
bahan/produk
halal
 Contoh: wadah penimbangan, tangki
SHARING mixing, peralatan pengambilan sampel
FACILITY
Fasilitas tidak  Boleh digunakan bersama
kontak dengan dengan bahan/produk babi
bahan/produk  Contoh: gudang bahan/produk, ruang
sampling, transportasi produk
terkemas

Fasilitas yang digunakan secara bersama untuk bahan/produk halal dan tidak halal
→ Selama dapat menjamin bahan/produk halal tidak terkontaminasi najis
Pencucian Fasilitas yang Terkena Najis
 Dicuci dengan air atau non air sampai najis hilang
PENCUCIAN  Pencucian dengan bahan non air diperbolehkan jika:
NAJIS (i) Pencucian dengan air dapat menyebabkan kerusakan
SEDANG fasilitas, produk atau kesulitan teknis lain
(ii) Fasilitas terbuat dari bahan yang tidak menyerap
najis atau bersifat inert

 Dicuci 7 kali dengan air dan salah satunya dengan tanah,


PENCUCIAN sabun, deterjen atau bahan kimia yang dapat
NAJIS BERAT menghilangkan bau dan warna najis
 Setelah pencucian ini, fasilitas tidak boleh kontak lagi
dengan bahan/produk turunan babi
Pendaftaran Fasilitas Produksi

Semua fasilitas produksi harus didaftarkan dalam aplikasi sertifikasi:


 Industri pengolahan  semua pabrik yang menghasilkan produk yang
didaftarkan dan dipasarkan di Indonesia, baik milik sendiri atau pihak lain
 Produk retail  pabrik yang menghasilkan produk dengan merk/brand
yang sama yang dipasarkan di Indonesia.
 Produk non retail  pabrik yang menghasilkan produk yang dipasarkan
di Indonesia
 Restoran  dapur (pusat/cabang), outlet, gudang (pusat/cabang), termasuk
fasilitas yang digunakan untuk membuat menu konsinyasi/titipan atau menu
yang dibeli yang belum memiliki sertifikat halal
 Katering  dapur (pusat/cabang), gudang (pusat/cabang), termasuk fasilitas
yang digunakan untuk membuat menu rekanan atau menu yang dibeli yang
belum memiliki sertifikat halal
Studi Kasus Fasilitas
Kondisi
Fasilitas Sharing, Sharing, Status Persyaratan
bebas babi terdapat babi
Gudang √ X OK -
Bahan
X √ OK Tidak ada kontaminasi silang
Ruang √ X OK Alat yang digunakan sekali pakai
Sampling atau jika dipakai berulang harus
disertakan pencucian

X √ OK Alat yang digunakan sekali pakai


atau dedicated babi (berbeda)
Ruang √ X OK -
Pencucian
X √ TIDAK OK
Mesin √ X OK Selama ada pencucian
mixing
X √ TIDAK OK

Anda mungkin juga menyukai