1701103010006
Auditing I
Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor untuk merencanakan audit atas
laporan keuangan. SA ini ditulis dalam konteks audit berulang. Pertimbangan tambahan
dalam perikatan audit tahun pertama diidentifikasi secara terpisah.
Perencanaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara menyeluruh untuk
perikatan tersebut dan proses pengembangan rencana audit. Sifat dan luas aktivitas suatu
perencanaan audit akan bervariasi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas entitas (klien),
pengalaman terdahulu anggota tim perikatan dengan entitas, serta perubahan kondisi yang
terjadi selama perikatan audit.
Perencanaan yang cukup bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam
beberapa hal, sebagai berikut :
1. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit.
2. Membantu auditor dalam identifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang
potensial dengan tepat waktu.
3. Membantu auditor dalam mengorganisasi dan mengelola perikatan audit dengan baik.
4. Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan dengan tingkat kemampuan dan
kompetensi yang tepat dan penugasan pekerjaan yang tepat sesuai dengan kompetensi
anggota perikatan tersebut.
5. Membantu (jika relevan) dalam pengkoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
2. Aktivitas Perencanaan Audit
Aktivitas Perencanaan
Penetapan strategi audit secara keseluruhan perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan, melalui
strategi audit secara keseluruhan dapat membantu auditor dalam menentukan:
Sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti penggunaan aggota
tim dengan pengalaman yang tepat untuk area berisiko tinggi.
Jumlah anggota sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti
menentukan jumlah anggota tim yang ditugasi untuk mengamati perhitungan fisik
persediaan yang sifatnya material.
Kapan sumber daya tersebut dialokasikan.
Bagaimana sumber daya tersebut dikelola, diarahkan dan disupervisi, seperti kapan
akan dimulai dan diakhiri sebuah rapat tim.
Berikut adalah penetapan strategi audit secara keseluruhan yang harus dilakukan oleh
auditor ketika akan melakukan audit, antara lain:
Rencana Audit
Rencana audit merupakan proses yang lebih rinci daripada strategi audit secara
menyeluruh, hal ini dikarenakan rencana audit akan mencakup sifat, saat dan luas prosedur
audit yang akan dilaksanakan oleh anggota tim perikatan. Dalam pengembangan rencana
audit, auditor harus mempertimbangkan hal berikut:
Perencanaan atas prosedur audit akan dilakukan selama pelaksanaan audit seiring
dengan perkembangan rencana audit untuk perikatan tersebut. Contohnya adalah
perencanaan atas prosedur penilaian risiko oleh auditor terjadi pada awal proses audit, akan
tetapi perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya yang spesifik bergantung
pada hasil prosedur penilaian risiko.
Sebagai akibat dari berbagai peristiwa yang tak terduga, maka auditor dimungkinkan
akan memodifikasi strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit. Adanya modifikasi
tersebut juga akan berdampak sifat, saat dan luas prosedur audit yang telah direncanakan,
sehingga juga perlu dimodifikasi. Salah satu penyebab adanya perisiwa yang tak terduga
tersebut mungkin disebabkan adanya perbedaan informasi (sifatnya signifikan) yang menjadi
perhatian auditor dengan informasi yang tersedia ketika auditor merencanakan prosedur
audit. Contohnya adalah bukti audit yang diperoleh melalui pelaksanaan prosedur subtantif
mungkin bertentangan dengan bukti audit audit yang diperoleh melalui pengujian
pengendalian.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk sifat, saat dan luas arahan;
dan supervisi anggota tim perikatan, dan penelaahan yang bervariasi:
3. Dokumentasi
Dalam proses perencanaan atas suatu audit laporan keuangan, auditor harus
memasukan hal-hal berikut ini dalam dokumentasi audit:
Strategi audit secara keseluruhan. Contohnya adalah auditor dapat meringkas strategi
audit secara keseluruhan dalam bentuk suatu memorandum yang berisikan keputusan-
keputusan utama tentang ruang lingkup, saat, dan pelaksanaan audit secara
keseluruhan.
Rencana audit. Dokumentasi atas rencana audit dapat berupa suatu catatan atas sifat,
saat, dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan dan prosedur audit lanjutan
pada tingkat asersi sebagai respon atas risiko yang dinilai.
Setiap perubahan signifikan yang dilakukan selama perikatan audit terhadap strategi
audit atau rencana audit secara keseluruhan, dan alasan atas perubahan tersebut.
4. Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan Audit Tahun Pertama
Auditor perlu melakukan aktivitas berikut sebelum melakukan atau memulai audit
tahun pertama:
Selain itu, berikut adalah pertimbangan tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh
auditor untuk perikatan audit tahun pertama terkait dengan strategi audit secara keseluruhan
dan rencana audit, antara lain:
Standar Audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi
dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan
asersi, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas, oleh karena itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan
mengimplementasikan respon terhadap risiko yang ditetapkan atas kesalahan penyajian
material tersebut.
Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar
bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan
bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar opini audit.
a) Permintaan keterangan dari manajemen ,dan personel lain dalam entitas yang
menurut pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin
membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena
kecurangan atau kesalahan.
b) Prosedur analitis.
c) Observasi dan inspeksi
Jika rekan perikatan telah melaksanakan perikatan lain untuk entitas tersebut, rekan
perikatan harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh relevan untuk
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.
Namun, jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dengan entitas tersebut dan dari prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut relevan
dengan audit kini pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang diharuskan, termasuk
pengendalian internal entitas.
Oleh karena itu, sebelum melakukan pengauditan terhadap klien, seorang auditor
harus memperoleh suatu pemahaman berikut:
a) Manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
telah menciptakan dan memelihara suatu budaya jujur dan perilaku etis.
b) Kekuatan dalam unsur lingkungan pengendalian secara kolektif menyediakan fondasi
yang semestinya untuk komponen lain pengendalian internal, dan apakah komponen
lain tersebut tidak dirusak oleh defisiensi dalam lingkungan pengendalian.
Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah entitas memiliki suatu
proses untuk:
Setelah memiliki pemahaman mengenai entitas klien, maka auditor dapat melakukan
prosedur – prosedur dalam mengaudit yaitu :
Pengalaman sebelumnya auditor dengan entitas dan prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit sebelumnya dapat menyediakan bagi auditor informasi tentang hal-hal seperti
berikut:
Kesalahan penyajian periode lalu dan apakah kesalahan penyajian tersebut telah
dikoreksi secara tepat waktu.
Sifat entitas dan lingkungannya, dan pengendalian internal entitas (termasuk
defisiensi dalam pengendalian internal).
Perubahan signifikan yang kemungkinan telah terjadi dalam entitas atau operasinya
sejak periode keuangan lalu, yang dapat membantu auditor dalam memperoleh suatu
pemahaman yang cukup tentang entitas untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material.
1. Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan merujuk pada
risiko yang berhubungan secara persuasif dengan laporan keuangan secara
keseluruhan dan secara potensial berdampak pada banyak asersi. Risiko tersebut tidak
perlu berupa risiko yang dapat diidentifikasi dengan asersi spesifik pada tingkat
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan. Melainkan risiko tersebut
mewakili kondisi yang dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi, sebagai contoh, melalui pengabaian pengendalian internal oleh
manajemen.
2. Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi untuk golongan transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan perlu dipertimbangkan karena pertimbangan tersebut
secara langsung membantu dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit
lebih lanjut pada tingkat asersi yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Adapun asersi yang digunakan oleh auditor dalam
mempertimbangkan jenis-jenis kesalahan penyajian potensial yang berbeda yang
dapat terjadi digolongkan kedalam tingakat kategori dan dapat berbentuk sebagai
berikut :
a) Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit :
Keterjadian (occurence) yaitu transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan
telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh transaksi dan peristiwa yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
Keakurasian (accuracy) yaitu jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan
dengan transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan
tepat.
Pisah batas (cut-off) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam
periode akuntansi yang tepat.
Klasifikasi (classification) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan
dalam akun yang tepat.
b) Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:
Eksistensi (existence) yaitu asset, liabilitas, dan ekuitas ada.
Hak dan kewajiban (rights and obligations) yaitu entitas memiliki atau
mengendalikan hak atas asset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) yaitu aset,
liabilitas,dan ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang
tepat dan penyesuaian penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan
dengan tepat.
c) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations)
yaitu peristiwa, transaksi, dan hal-hal lainnya yang diungkapkan, telah terjadi
dan berkaitan dengan entitas.
Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh pengungkapan yang seharusnya
tercantum dalam laporan keuangan telah disajikan.
Klasifikasi dan keterpahaman (classification and understandability) yaitu
informasi keuangan disajikan dan dijelaskan secara tepat, serta pengungkapan
disajikan dengan jelas.
Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation) yaitu informasi keuangan
dan informasi lainnya diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.
D. Dokumentasi
Materi penerapan pengendalian internal di bawah ini disajikan dalam empat bagian
sebagai berikut :
Entitas yang lebih kecil dapat menggunakan cara yang kurang terstruktur serta proses
dan prosedur yang lebih sederhana untuk mencapai tujuan mereka.
Fungsi audit internal entitas kemungkinan relevan dengan audit jika sifat tanggung
jawab dan aktivitas fungsi audit internal terkait dengan pelaporan keuangan entitas, dan
auditor mengharapkan untuk menggunakan hasil pekerjaan auditor internal untuk
memodifikasi sifat atau waktu, atau mengurangi luas prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Jika auditor menentukan bahwa fungsi audit internal kemungkinan relevan dengan audit,
maka SA 610 berlaku.
Tujuan fungsi audit internal serta sifat dan status fungsi audit internal dalam
organisasi bervariasi dan bergantung pada ukuran dan struktur entitas, kebutuhan manajemen
dan jika relevan, kebutuhan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Tanggung jawab
fungsi audit internal dapat mencakup, sebagai contoh, pemantauan pengendalian internal,
pengelolaan risiko, dan penalaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Di lain pihak, tanggung jawab fungsi audit internal mungkin terbatas hanya pada, sebagai
contoh penelaahan ekonomi serta efisiensi dan efektivitas operasi, dan oleh karena itu, belum
tentu berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas
Jika sifat tanggung jawab fungsi audit internal terkait dengan pelaporan keuangan
entitas, pertimbangan auditor eksternal atas aktivitas yang dilaksanakan, atau akan
dilaksanakan, oleh fungsi audit internal, dapat mencakup penelaahan atas rencana audit
fungsi audit internal untuk periode berjalan, jika ada, dan pembahasan rencana tersebut
dengan auditor internal.
STANDAR AUDIT 320
MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN AUDIT
Standar Audit 320 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk menerapkan
konsep materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan. Tujuan
SA 320 ini, materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang
ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya
kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang secara
agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika berlaku,
materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih rendah
daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu.
Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor adalah
untuk mendapatkan perikatan yang memberikan keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, oleh karena itu memungkinkan auditor
untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material,
telah disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan untuk
melaporkan laporan keuangan tersebut serta mengomunikasikan temuan-temuan auditor
sebagaimana disyaratkan oleh SA.
a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat;
b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan atas
peristiwa masa depan;
d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan.
Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang
ukuran kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut menyediakan suatu basis untuk:
Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu
yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitas
laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan memengaruhi
keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan keuangan tersebut,
maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan terhadap golongan
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut. Auditor harus menetapkan
materialitas pelaksanaan untuk menilai risiko kesalahan penyajian material dan menentukan
sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
Jika auditor menyimpulkan bahwa materialitas yang lebih rendah daripada tingkat
materialitas yang ditentukan pertama kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan
(dan, jika berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu) adalah tepat, maka auditor harus menentukan apakah revisi terhadap materialitas
pelaksanaan perlu dilakukan dan apakah sifat, saat dan luas prosedur audit lebih lanjut masih
tepat.
E. Dokumentasi
Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor adalah untuk
mendapatkan perikatan yang memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan, oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material, telah disusun sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan untuk melaporkan laporan keuangan
tersebut serta mengomunikasikan temuan-temuan auditor sebagaimana disyaratkan oleh SA.
Dalam kasus entitas sektor publik, pembuat undang-undang dan badan pengatur
merupakan pengguna utama laporan keuangan. Di samping itu, laporan keuangan mungkin
digunakan untuk membuat keputusan selain keputusan ekonomi. Oleh karena itu, penentuan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika berlaku, tingkat
materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu) dalam audit
atas laporan keuangan entitas sektor publik juga dipengaruhi oleh peraturan perundang-
undangan atau kewenangan lain, dan oleh kebutuhan informasi keuangan para pembuat
undang undang dan masyarakat umum dalam kaitannya dengan program sektor publik.
Contoh tolok ukur yang tepat, tergantung pada kondisi entitas yang bersangkutan,
meliputi kategori penghasilan yang dilaporkan seperti laba sebelum pajak, jumlah
pendapatan, laba bruto dan jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai aset bersih. Laba sebelum
pajak dari operasi berjalan sering kali digunakan oleh entitas yang berorientasi laba. Jika laba
sebelum pajak dari operasi berjalan berfluktuasi, tolok ukur lain mungkin lebih sesuai, seperti
laba bruto dan jumlah pendapatan.
Dalam hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data keuangan yang relevan
biasanya meliputi hasil dan posisi keuangan periode sebelumnya, hasil dan posisi keuangan
periode berjalan dan anggaran atau prakiraan untuk periode berjalan, yang disesuaikan
dengan adanya perubahan signifikan yang terjadi di entitas tersebut (sebagai contoh, adanya
akuisisi bisnis yang signifikan) dan perubahan kondisi industri atau lingkungan ekonomi
yang relevan, yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh, jika sebagai titik
awal, materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan suatu entitas ditentukan
berdasarkan suatu persentase terhadap laba sebelum pajak dari operasi berjalan, kondisi-
kondisi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan laba yang luar biasa dapat
mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa penentuan tingkat materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan akan lebih tepat jika ditentukan dengan menggunakan angka
laba sebelum pajak dari operasi berjalan yang telah dinormalisasi berdasarkan hasil masa
lalu.
I. Materialitas Pelaksanaan
Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika berlaku, tingkat
materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu) mungkin
perludirevisi sebagai akibat dari perubahan kondisi yang terjadi selama proses audit (sebagai
contoh, keputusan untuk melepaskan suatu bagian signifikan bisnis entitas), adanya informasi
baru, atau perubahan pemahaman auditor atas entitas dan operasinya yang timbul akibat
pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut. Sebagai contoh, jika selama audit ditemukan bahwa
hasil keuangan aktual kemungkinan akan berbeda secara substansial dengan hasil keuangan
yang pada awalnya digunakan untuk menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, maka auditor harus merevisi materialitas tersebut.
STANDAR AUDIT SA 330
RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI
Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang
dan menerapkan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan
dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan
dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan
respons yang tepat terhadap risiko tersebut.
Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah berikut mempunyai arti yang dijelaskan seperti di
bawah ini:
a) Prosedur substantif: Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi kesalahan
penyajian material pada tingkat asersi.
Prosedur substantif terdiri dari:
i. Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan)
ii. Prosedur analitis substantif.
b) Pengujian pengendalian: Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mengevaluasi
efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi,
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.
Prosedur Audit Sebagai Repons Terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material Yang
Telah Dinilai Pada Tingkat Asersi
Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang
sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko kesalahan
penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi.
Pengujian Pengendalian
a) Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
mencakup suatu harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif
b) Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada
tingkat asersi.
Jika auditor memperoleh bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian selama
periode interim, auditor harus:
(a) Memperoleh bukti audit tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut
setelah tanggal periode interim tersebut; dan
(b) Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh setelah periode interim sampai
dengan tanggal laporan posisi keuangan.
Dalam menentukan tepat atau tidak tepatnya untuk menggunakan bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian yang diperoleh dalam audit sebelumnya, dan, jika demikian,
lamanya periode waktu yang mungkin telah berlalu sebelum pengujian ulang suatu
pengendalian, auditor harusmempertimbangkan hal-hal berikut:
Ketika menilai efektivitas operasi pengendalian yang relevan, auditor harus menilai
apakah kesalahan penyajian yang telah dideteksi oleh prosedur substantif menunjukkan
bahwa pengendalian tidak beroperasi secara efektif. Namun, tidak adanya kesalahan
penyajian yang dideteksi oleh prosedur substantif, tidak memberikan bukti audit bahwa
pengendalian yang bersangkutan dengan asersi yang telah diuji adalah efektif.
Prosedur Substantif
Tanpa memperhatikan risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material,
auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang material.
Auditor harus mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal harus dilaksanakan
sebagai prosedur audit substantif.
Prosedur Substantif yang Berkaitan dengan Proses Tutup Buku Laporan Keuangan
Prosedur substantif yang dilakukan auditor harus mencakup prosedur audit berikut
yang berkaitan dengan proses tutup buku laporan keuangan:
(a) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
melandasinya; dan
(b) Memeriksa entri jurnal yang material dan penyesuaian lainnya yang dibuat selama
penyusunan laporan keuangan.
Jika auditor telah menentukan bahwa risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan
prosedur substantif yang secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Ketika pendekatan
terhadap risiko signifikan hanya terdiri dari prosedur substantif, prosedur tersebut harus
mencakup pengujian rinci.
Saat Prosedur Substantif
Jika prosedur substantif dilaksanakan pada tanggal interim, auditor harus mengecek
setelah periode interim sampai dengan tanggal laporan posisi keuangan dengan
melaksanakan:
Berdasarkan atas prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh,
auditor harus mengevaluasi sebelum menyimpulkan suatu audit, apakah penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi tetap relevan. Auditor harus menyimpulkan
apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh. Dalam menyatakan suatu opini,
auditor harus mempertimbangkan semua bukti audit relevan, tanpa memperhatikan apakah
bukti tersebut mendukung atau bertentangan dengan asersi dalam laporan keuangan.
Jika auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk suatu asersi
laporan keuangan yang material, auditor harus berusaha untuk memperoleh bukti audit
lanjutan. Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus
menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat terhadap
laporan keuangan tersebut.
Dokumentasi
(a) Respons keseluruhan untuk menanggapi risiko kesalahan penyajian material yang
telah dinilai pada tingkat laporan keuangan, dan sifat, saat, dan luas prosedur audit
lebih lanjut yang dilaksanakan;
(b) Hubungan antara prosedur audit dengan risiko yang telah dinilaipada tingkat asersi;
dan
(c) Hasil prosedur audit, termasuk kesimpulan ketika prosedur audit belum memberikan
hasil yang jelas.
Respons Keseluruhan
Penilaian risiko yang telah diidentifikasi oleh auditor pada tingkat asersi memberikan
suatu basis untuk mempertimbangkan pendekatan audit yang tepat untuk merancangdan
melaksanakan prosedur audit lebih lanjut. Misalnya, auditor dapat menentukan bahwa:
(a) Dengan melakukan pengujian pengendalian saja, auditor dapat mencapai respons
yang efektif untuk risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai untuk asersi
tertentu;
(b) Melaksanakan prosedur substantif saja adalah tepat untuk asersi tertentu dan, oleh
karena itu, auditor mengabaikan dampak pengendalian dari penilaian risiko yang
relevan.
(c) Kombinasi pendekatan dengan menggunakan pengujian pengendalian dan prosedur
substantif merupakan suatu pendekatan yang efektif.
Sifat suatu prosedur audit mengacu kepada tujuan dilakukannya prosedur tersebut dan
tipe prosedur audit tersebut. Sifat prosedur audit tersebut merupakan hal yang paling penting
dalam merespons risiko yang telah dinilai.
Saat prosedur audit mengacu kepada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau
periode atau tanggal bukti audit tersebut berlaku. Luas prosedur audit mengacu kepada
kuantitas prosedur yang dilaksanakan, misalnya ukuran sampel atau jumlah observasi
terhadap aktivitas pengendalian. Perancangan dan pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut
yang sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi memberikan kaitan yang
jelas antara prosedur audit lebih lanjut dan penilaian risiko yang dilakukan oleh auditor.
Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai pada Tingkat Asersi
Sifat
Risiko yang telah dinilai auditor mungkin dapat berdampak terhadap pemilihan
berbagai tipe prosedur audit yang akan dilaksanakan maupun kombinasinya. Misalnya, ketika
risiko yang telah dinilai tinggi, auditor dapat melakukan konfirmasi atas kelengkapan
ketentuan kontrak dengan pihak ketiga, sebagai tambahan atas inspeksi terhadap dokumen
kontrak. Lebih lanjut, prosedur audit tertentu mungkin lebih tepat untuk beberapa asersi
dibandingkan dengan prosedur audit lainnya.
Saat
Pertimbangan spesifik bagi entitas yang lebih kecil. Untuk audit entitas yang sangat
kecil, tidak terdapat banyak aktivitas pengendalian yang dapat diidentifikasi oleh auditor,
atau luas keberadaan atau operasinya yang telah didokumentasikan oleh entitas mungkin
terbatas. Dalam beberapa kasus, akan lebih efisien bagi auditor untuk melaksanakan prosedur
audit lanjutan yang mengutamakan prosedur substantif.
Penentuan Risiko Lebih Tinggi
Ketika memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan karena penilaian risiko yang
lebih tinggi, auditor dapat meningkatkan kuantitas bukti, atau memperoleh bukti yang lebih
relevan atau andal, misalnya, dengan menekankan pada pemerolehan bukti dari pihak ketiga
atau dengan memperoleh bukti penguat dari sejumlah sumber yang independen.
Suatu tingkat keyakinan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui efektivitas operasi
pengendalian ketika pendekatan yang diterapkan terutama terdiri dari pengujian
pengendalian, khususnya jika tidak mungkin atau tidak praktis untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat hanya dari prosedur substantif.
Sifat dan Luas Pengujian Pengendalian Prosedur audit lainnya yang dikombinasikan
dengan permintaan keterangan
Ketika dibutuhkan bukti audit yang lebih meyakinkan berkaitan dengan efektivitas
pengendalian, adalah semestinya dilakukan dengan menambah pengujian atas pengendalian.
Untuk meningkatkan keyakinan terhadap pengendalian, hal-hal yang juga dapat
dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan pengujian pengendalian mencakup berikut
ini:
Dalam kondisi tertentu, mungkin diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
mendukung efektivitas operasi pengendalian tidak langsung. Oleh karena proses pengolahan
teknologi informasi mempunyai sifat konsistensi, bukti audit tentang implementasi
pengendalian aplikasi otomatis, pada saat dipertimbangkan dalam kombinasi dengan bukti
audit tentang efektivitas operasi pengendalian umum entitas (secara khusus, perubahan
pengendalian), dapat juga memberikan bukti audit penting tentang efektivitas operasi.
Bukti audit yang relevan hanya pada waktu tertentu mungkin cukup untuk tujuan auditor.
Penggunaan bukti audit yang diperoleh selama periode interim. Faktor relevan dalam
menentukan bukti audit tambahan apa yang diperoleh tentang pengendalian yang
dioperasikan selama periode sisa setelah suatu periode interim mencakup:
Signifikansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi.
Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan perubahan penting
atas pengendalian tersebut sejak pengendalian tersebut diuji, termasuk perubahan
dalam sistem informasi, proses, dan karyawan.
Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
Lamanya sisa periode.
Luas prosedur substantif lebih lanjut yang auditor ingin kurangi berdasarkan
keyakinan auditor atas pengendalian.
Lingkungan pengendalian.
Dalam kondisi tertentu, bukti audit yang diperoleh dari audit periode lalu dapat
memberikan bukti audit ketika auditor melakukan prosedur audit untuk membuat pengacuan
untuk audit periode kini.
Perubahan dapat memengaruhi relevansi bukti audit yang diperoleh dalam audit
sebelumnya seperti kemungkinan tidak lagi sebagai basis untuk diandalkan secara
berkelanjutan. Misalnya, perubahan dalam suatu sistem yang memungkinkan entitas untuk
menerima suatu laporan baru dari dari sistem yang kemungkinan tidak mempengaruhi
relevansi bukti audit yang diperoleh dalam audit sebelumnya; namun, perubahan yang
menyebabkan data yang diakumulasi atau dihitung dengan cara yang berbeda mempunyai
pengaruh atas relevansi bukti audit.
Keputusan auditor mengenai apakah akan mengandalkan pada bukti audit yang
diperoleh dari audit periode lalu untuk:
(a) Pengendalian yang belum berubah sejak terakhir kali diuji; dan
(b) Pengendalian yang bukan merupakan pengendalian yang menurunkan suatu risiko
signifikan, merupakan suatu pertimbangan profesional.
Secara umum, makin tinggi risiko kesalahan penyajian material, atau makin besar
kepercayaan yang diandalkan pada pengendalian, maka makin pendek jeda waktu untuk
pengujian kembali. Faktor yang dapat mengurangi periode pengujian kembali pengendalian,
atau mengakibatkan tidak diandalkannya bukti audit yang diperoleh dalam audit periode lalu,
mencakup hal berikut ini:
Suatu defisiensi dalam lingkungan pengendalian.
Defisiensi dalam pemantauan pengendalian.
Adanya unsur proses manual yang signifikan dalam pengendalian relevan tersebut.
Pergantian karyawan yang berdampak signifikan terhadap aplikasi pengendalian.
Perubahan kondisi yang menunjukkan perlunya perubahan dalam pengendalian.
Defisiensi dalam pengendalian umum teknologi informasi.
Prosedur Substantif
(a) penilaian risiko oleh auditor merupakan suatu pertimbangan dan mungkin tidak dapat
mengidentifikasi semua risiko kesalahan penyajian material; dan
(b) terdapat keterbatasan bawaan dalam pengendalian internal, termasuk di dalamnya
pengabaian pengendalian oleh manajemen.
Sifat dan Luas Prosedur Substantif
Sesuai dengan kondisi, auditor dapat menentukan bahwa:
Hanya melaksanakan prosedur analitis substantif saja sudah cukup untuk menurunkan
risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima. Misalnya, ketika penentuan risiko
auditor didukung oleh bukti audit yang diperoleh dari pengujian pengendalian.
Hanya pengujian rinci yang sudah memadai.
Kombinasi prosedur analitis substantif dan pengujian rinci merupakan prosedur yang
paling responsif terhadap risiko yang telah dinilai.
Prosedur analitis substantif secara umum lebih dapat diterapkan untuk transaksi
dalam jumlah yang besar yang cenderung dapat diperkirakan setiap waktu. SA520
menetapkan ketentuan dan panduan tentang penerapan prosedur analitis selama audit.
Pertimbangan Apakah Prosedur Konfirmasi Eksternal Dilaksanakan
Prosedur konfirmasi eksternal sering kali relevan ketika ditujukan ke asersi yang
berkaitan dengan saldo akun dan unsurnya, tetapi tidak terbatas pada saldo akun dan
unsurnya tersebut. Misalnya, auditor dapat meminta konfirmasi eksternal tentang syarat-
syarat perjanjian, kontrak, atau transaksi antara entitas dengan pihak lain. Prosedur
konfirmasi eksternal juga dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti audit tentang tidak
adanya beberapa kondisi. Misalnya, suatu permintaan mungkin khusus untuk mendapatkan
penegasan tidak adanya “perjanjian tambahan (side agreement)” yang mungkin relevan untuk
asersi pisah batas pendapatan entitas. Situasi lainnya di mana prosedur konfirmasi eksternal
mungkin merupakan bukti audit yang relevan dalam merespons risiko yang telah dinilai atas
kesalahan penyajian material mencakup:
Saldo bank dan informasi lain yang relevan dengan hubungan perbankan.
Saldo piutang usaha dan syarat-syaratnya.
Sediaan yang berada di tangan pihak ketiga dalam gudang kawasan berikat untuk
diproses lebih lanjut atau dalam kondisi konsinyasi.
Akta kepemilikan properti yang dipegang oleh pengacara atau konsultan keuangan
untuk penyimpanan yang aman atau sebagai jaminan.
Investasi yang dipegang oleh pihak ketiga untuk keamanan penyimpanan, atau dibeli
dari pialang saham namun belum diterima pada tanggal laporan posisi keuangan.
Jumlah yang terutang kepada kreditur, termasuk ketentuan yang relevan untuk
pembayaran dan ketentuan pembatasannya (covenants).
Saldo utang usaha dan ketentuannya.
Faktor yang dapat membantu auditor dalam menentukan apakah prosedur konfirmasi
eksternal perlu dilakukan sebagai prosedur audit substantif mencakup:
Sifat, dan juga luas, pemeriksaan auditor atas entri jurnal dan penyesuaian lainnya
tergantung pada sifat dan kompleksitas proses pelaporan keuangan entitas dan risiko
kesalahan penyajian material yang terkait.
Dalam hampir semua situasi, bukti audit dari prosedur audit substantif periode lalu
memberikan sedikit atau tidak memberikan sama sekali bukti audit untuk periode kini.
Namun, ada beberapa pengecualian, misalnya, opini hukum yang diperoleh dalam audit
periode lalu yang berkaitan dengan struktur perubahan aset menjadi sekuritas yang tidak ada
perubahan yang terjadi, yang mungkin masih relevan untuk periode audit kini. Dalam hal ini,
merupakan hal yang tepat untuk menggunakan bukti audit dari prosedur substantif audit
periode lalu jika bukti tersebut dan hal pokok yang terkait di dalamnya tidak berubah secara
fundamental, dan prosedur audit telah dilakukan untuk membuat pengacuan untuk audit
periode kini.
Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Suatu Periode Interim
Dalam kondisi tertentu, auditor dapat menentukan bahwa merupakan hal efektif untuk
melakukan prosedur substantif pada suatu tanggal interim, dan untuk membandingkan dan
merekonsiliasi informasi tentang saldo pada akhir periode dengan informasi yang dapat
dibandingkan pada saat tanggal interim tersebut untuk:
Jika auditor menyimpulkan bahwa sifat, saat, dan luas prosedur substantif yang
direncanakan yang mencakup periode di antara tanggal interim dan tanggal laporan posisi
keuangan perlu dimodifikasi sebagai akibat dari kesalahan penyajian yang tidak diperkirakan
terjadi pada tanggal interim, modifikasi tersebut mungkin berupa perluasan atau pengulangan
prosedur yang telah dilakukan pada tanggal interim tersebut pada tanggal laporan posisi
keuangan.
Audit atas laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif dan berulang. Selama
auditor melakukan prosedur audit yang direncanakan, bukti audit yang diperoleh dapat
menyebabkan auditor untuk melakukan modifikasi sifat, saat, serta luas prosedur lain yang
direncanakan. Suatu informasi dapat menjadi perhatian auditor karena berbeda secara
signifikan dengan informasi yang menjadi basis penilaian risiko.
Dalam kondisi demikian, auditor mungkin perlu untuk mengkaji ulang prosedur audit
yang telah direncanakan, berdasarkan atas pertimbangan yang telah diubah atas risiko yang
telah ditetapkan untuk seluruh atau sebagian golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan dan asersi terkait. SA315 memberikan panduan lebih lanjut dalam merevisi
penilaian risiko auditor.
Pertimbangan auditor untuk menentukan bukti audit cukup dan layak dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut ini:
Dokumentasi