Anda di halaman 1dari 37

Nazila Nazwa

1701103010006
Auditing I

STANDAR AUDIT 300 “PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS


LAPORAN KEUANGAN”
Ruang Lingkup SA 300

Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor untuk merencanakan audit atas
laporan keuangan. SA ini ditulis dalam konteks audit berulang. Pertimbangan tambahan
dalam perikatan audit tahun pertama diidentifikasi secara terpisah.

1. Definisi dan Peran dari Perencanaan Audit Atas Laporan Keuangan

Perencanaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara menyeluruh untuk
perikatan tersebut dan proses pengembangan rencana audit. Sifat dan luas aktivitas suatu
perencanaan audit akan bervariasi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas entitas (klien),
pengalaman terdahulu anggota tim perikatan dengan entitas, serta perubahan kondisi yang
terjadi selama perikatan audit.

Perencanaan yang cukup bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam
beberapa hal, sebagai berikut :

1. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit.
2. Membantu auditor dalam identifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang
potensial dengan tepat waktu.
3. Membantu auditor dalam mengorganisasi dan mengelola perikatan audit dengan baik.
4. Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan dengan tingkat kemampuan dan
kompetensi yang tepat dan penugasan pekerjaan yang tepat sesuai dengan kompetensi
anggota perikatan tersebut.
5. Membantu (jika relevan) dalam pengkoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
2. Aktivitas Perencanaan Audit

Aktivitas Awal Perikatan


Auditor harus melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini pada awal perikatan audit periode
kini:

a. Melaksanakan prosedur yang dipersyaratkan oleh SA 220 tentang keberlanjutan


hubungan dengan klien dan perikatan audit tertentu;
b. Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan etika yang relevan, termasuk
independensi, sesuai dengan SA 220.
c. Menetapkan suatu pemahaman atas ketentuan perikatan, seperti yang ditentukan oleh
SA 210.

Aktivitas Perencanaan
Penetapan strategi audit secara keseluruhan perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan, melalui
strategi audit secara keseluruhan dapat membantu auditor dalam menentukan:

 Sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti penggunaan aggota
tim dengan pengalaman yang tepat untuk area berisiko tinggi.
 Jumlah anggota sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti
menentukan jumlah anggota tim yang ditugasi untuk mengamati perhitungan fisik
persediaan yang sifatnya material.
 Kapan sumber daya tersebut dialokasikan.
 Bagaimana sumber daya tersebut dikelola, diarahkan dan disupervisi, seperti kapan
akan dimulai dan diakhiri sebuah rapat tim.

Berikut adalah penetapan strategi audit secara keseluruhan yang harus dilakukan oleh
auditor ketika akan melakukan audit, antara lain:

 Mengidentifikasi karateristik perikatan yang mendefinisikan ruang lingkupnya.


Contohnya adalah mengidentifikasi kerangka pelaporan keuangan yang menjadi dasar
penyusunan informasi atas laporan keuangan yang diaudit; mengidentifikasi cakupan
audit yang diharapkan, termasuk jumlah dan lokasi komponen yang dicakup; dan sifat
segmen bisnis yang diaudit.
 Memastikan tujuan pelaporan perikatan untuk merencanakan waktu audit dan sifat
komunikasi yang disyaratkan. Contohnya adalah memastikan jadwal pelaporan
entitas, seperti pelaporan interim dan pelaporan final; dan melakukan pembahasan
dengan manajemen tentang komunikasi yang diharapkan atas status pekerjaan audit
selama perikatan berlangsung.
 Mempertimbangkan faktor-faktor yang menurut pertimbangan profesional auditor
signifikan dalam mengarahkan usaha tim perikatan. Contohnya adalah penentuan
tingkat materialitas; dan cara auditor menekankan kepada anggota tim perikatan
tentang kebutuhan untuk selalu memiliki sikap kritis dalam berpikir serta
menggunakan skeptisme profesional dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
audit.
 Memastikan sifat, saat, dan luas sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
perikatan. Contohnya adalah penanggaran perikatan, termasuk pertimbangan yang
tepat atas lamanya waktu yang dibutuhkan untuk area yang mengandung risiko
kesalahan penyajian material yang lebih tinggi.

Rencana Audit

Rencana audit merupakan proses yang lebih rinci daripada strategi audit secara
menyeluruh, hal ini dikarenakan rencana audit akan mencakup sifat, saat dan luas prosedur
audit yang akan dilaksanakan oleh anggota tim perikatan. Dalam pengembangan rencana
audit, auditor harus mempertimbangkan hal berikut:

 Sifat, saat, dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan.


 Sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan yang direncanakan pada tingkat asersi.
 Prosedur audit lainnya yang direncanakan dan harus dilaksanakan agar perikatan
tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan oleh SA.

Perencanaan atas prosedur audit akan dilakukan selama pelaksanaan audit seiring
dengan perkembangan rencana audit untuk perikatan tersebut. Contohnya adalah
perencanaan atas prosedur penilaian risiko oleh auditor terjadi pada awal proses audit, akan
tetapi perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya yang spesifik bergantung
pada hasil prosedur penilaian risiko.

Perubahan Terhadap Keputusan Perencanaan Selama Pelaksanaan Audit

Sebagai akibat dari berbagai peristiwa yang tak terduga, maka auditor dimungkinkan
akan memodifikasi strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit. Adanya modifikasi
tersebut juga akan berdampak sifat, saat dan luas prosedur audit yang telah direncanakan,
sehingga juga perlu dimodifikasi. Salah satu penyebab adanya perisiwa yang tak terduga
tersebut mungkin disebabkan adanya perbedaan informasi (sifatnya signifikan) yang menjadi
perhatian auditor dengan informasi yang tersedia ketika auditor merencanakan prosedur
audit. Contohnya adalah bukti audit yang diperoleh melalui pelaksanaan prosedur subtantif
mungkin bertentangan dengan bukti audit audit yang diperoleh melalui pengujian
pengendalian.

Arahan, Supervisi, dan Penelaahan

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk sifat, saat dan luas arahan;
dan supervisi anggota tim perikatan, dan penelaahan yang bervariasi:

 Ukuran dan kompleksitas entitas.


 Area audit.
 Risiko kesalahan penyajian material yang dinilai.
 Kemampuan dan kompetensi setiap anggota tim perikatan dalam melaksanakan
pekerjaan audit.

3. Dokumentasi

Dalam proses perencanaan atas suatu audit laporan keuangan, auditor harus
memasukan hal-hal berikut ini dalam dokumentasi audit:

 Strategi audit secara keseluruhan. Contohnya adalah auditor dapat meringkas strategi
audit secara keseluruhan dalam bentuk suatu memorandum yang berisikan keputusan-
keputusan utama tentang ruang lingkup, saat, dan pelaksanaan audit secara
keseluruhan.
 Rencana audit. Dokumentasi atas rencana audit dapat berupa suatu catatan atas sifat,
saat, dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan dan prosedur audit lanjutan
pada tingkat asersi sebagai respon atas risiko yang dinilai.
 Setiap perubahan signifikan yang dilakukan selama perikatan audit terhadap strategi
audit atau rencana audit secara keseluruhan, dan alasan atas perubahan tersebut.
4. Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan Audit Tahun Pertama

Auditor perlu melakukan aktivitas berikut sebelum melakukan atau memulai audit
tahun pertama:

1. Melaksanakan prosedur terkait dengan penerimaan hubungan dengan klien dan


perikatan audit tertentu (SA 220).
2. Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu, jika terjadi pergantian auditor.

Selain itu, berikut adalah pertimbangan tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh
auditor untuk perikatan audit tahun pertama terkait dengan strategi audit secara keseluruhan
dan rencana audit, antara lain:

a) Kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, membuat kesepakatan dengan


auditor pendahulu. Contohnya adalah menelaah kertas kerja auditor pendahulu.
b) Mendiskusikan isu-isu utama yang ditemukan selama proses seleksi awal auditor,
dengan manajemen, serta mengkomunikasikan isu-isu tersebut kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan bagaimana isu-isu tersebut mempengaruhi
strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit.
c) Prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang tepat dan cukup
tentang saldo awal.
d) Prosedur-prosedur lain yang disyaratkan oleh sistem pengendalian mutu KAP untuk
perikatan audit tahun pertama. Contohnya adalah sistem pengendalian mutu KAP
yang mungkin mengharuskan adanya keterlibatan individu senior untuk menelaah
strategi audit secara keseluruhan sebelum memulai prosedur audit yang signifikan.
STANDAR AUDIT 315 “PENGINDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN
RISIKO KESALAHAN PENYAJIAN MATERIAL MELALUI
PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA”

Standar Audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi
dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan
asersi, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas, oleh karena itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan
mengimplementasikan respon terhadap risiko yang ditetapkan atas kesalahan penyajian
material tersebut.

A. Prosedur Penilaian Risiko Dan Aktivitas Terkait

Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar
bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan
bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar opini audit.

Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut :

a) Permintaan keterangan dari manajemen ,dan personel lain dalam entitas yang
menurut pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin
membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena
kecurangan atau kesalahan.
b) Prosedur analitis.
c) Observasi dan inspeksi

Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh dari proses


penerimaan atau keberlanjutan hubungan dengan klien relevan untuk mengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian material.

Jika rekan perikatan telah melaksanakan perikatan lain untuk entitas tersebut, rekan
perikatan harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh relevan untuk
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.
Namun, jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dengan entitas tersebut dan dari prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut relevan
dengan audit kini pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang diharuskan, termasuk
pengendalian internal entitas.

Oleh karena itu, sebelum melakukan pengauditan terhadap klien, seorang auditor
harus memperoleh suatu pemahaman berikut:

a) Faktor-faktor industri, peraturan, dan eksternal lain termasuk kerangka pelaporan


keuangan yang berlaku.
b) Sifat entitas, termasuk:
 Operasinya;
 Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
 Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh
entitas, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus.
 Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas tersebut dibiayai,
untuk memungkinkan auditor memahami golongan transaksi, saldo akun,
dan pengungkapan yang diharapkan ada dalam laporan keuangan.
c) Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk alasan
perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah
tepat untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam industri yang relevan.
d) Tujuan dan strategi entitas dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material.
e) Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas.

Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian internal yang


relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar pengendalian yang relevan dengan audit
kemungkinan berhubungan dengan pelaporan keuangan, namun tidak semua pengendalian
yang berhubungan dengan pelaporan keuangan relevan dengan audit. Ini merupakan hal yang
berkaitan dengan pertimbangan profesional auditor apakah suatu pengendalian, secara
individual atau bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan dengan audit.
Pada waktu memperoleh suatu pemahaman tentang pengendalian yang relevan
dengan audit, auditor harus mengevaluasi rancangan pengendalian tersebut dan menentukan
apakah pengendalian tersebut telah diimplementasikan, dengan melaksanakan prosedur
sebagai tambahan terhadap permintaan keterangan dari personel entitas.

Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas lingkungan pengendalian. Sebagai


bagian dari pemerolehan pemahaman ini, auditor harus mengevaluasi apakah:

a) Manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
telah menciptakan dan memelihara suatu budaya jujur dan perilaku etis.
b) Kekuatan dalam unsur lingkungan pengendalian secara kolektif menyediakan fondasi
yang semestinya untuk komponen lain pengendalian internal, dan apakah komponen
lain tersebut tidak dirusak oleh defisiensi dalam lingkungan pengendalian.

Auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah entitas memiliki suatu
proses untuk:

a) Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;


b) Mengestimasi signifikansi risiko.
c) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
d) Memutuskan tentang tindakan untuk menangani risiko tersebut.

Setelah memiliki pemahaman mengenai entitas klien, maka auditor dapat melakukan
prosedur – prosedur dalam mengaudit yaitu :

 Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat


mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor dan dapat
membantu dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar menyediakan suatu
basis untuk perancangan dan pengimplementasian respons terhadap risiko yang
dinilai, yang mencakup baik informasi keuangan maupun informasi non keuangan.
Beberapa entitas yang lebih kecil mungkin tidak memiliki informasi keuangan yang
dapat digunakan untuk tujuan prosedur analitis. Dalam kondisi ini, meskipun auditor
mungkin dapat melaksanakan prosedur analitis terbatas untuk tujuan perencanaan
audit atau memperoleh beberapa informasi melalui permintaan keterangan, auditor
mungkin perlu merencanakan pelaksanaan prosedur analitis untuk mengidentifikasi
dan menilai risiko kesalahan penyajian material ketika draft awal laporan keuangan
entitas tersedia.
B. Informasi yang Diperoleh dalam Periode Lalu

Pengalaman sebelumnya auditor dengan entitas dan prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit sebelumnya dapat menyediakan bagi auditor informasi tentang hal-hal seperti
berikut:

 Kesalahan penyajian periode lalu dan apakah kesalahan penyajian tersebut telah
dikoreksi secara tepat waktu.
 Sifat entitas dan lingkungannya, dan pengendalian internal entitas (termasuk
defisiensi dalam pengendalian internal).
 Perubahan signifikan yang kemungkinan telah terjadi dalam entitas atau operasinya
sejak periode keuangan lalu, yang dapat membantu auditor dalam memperoleh suatu
pemahaman yang cukup tentang entitas untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material.

Auditor diharuskan untuk menentukan apakah informasi yang diperoleh dalam


periode lalu tetap relevan, jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi tersebut
untuk tujuan audit periode kini.

C. Resiko Kesalahan Penyajian

1. Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan merujuk pada
risiko yang berhubungan secara persuasif dengan laporan keuangan secara
keseluruhan dan secara potensial berdampak pada banyak asersi. Risiko tersebut tidak
perlu berupa risiko yang dapat diidentifikasi dengan asersi spesifik pada tingkat
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan. Melainkan risiko tersebut
mewakili kondisi yang dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi, sebagai contoh, melalui pengabaian pengendalian internal oleh
manajemen.
2. Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi untuk golongan transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan perlu dipertimbangkan karena pertimbangan tersebut
secara langsung membantu dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit
lebih lanjut pada tingkat asersi yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Adapun asersi yang digunakan oleh auditor dalam
mempertimbangkan jenis-jenis kesalahan penyajian potensial yang berbeda yang
dapat terjadi digolongkan kedalam tingakat kategori dan dapat berbentuk sebagai
berikut :
a) Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit :
 Keterjadian (occurence) yaitu transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan
telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
 Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh transaksi dan peristiwa yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
 Keakurasian (accuracy) yaitu jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan
dengan transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan
tepat.
 Pisah batas (cut-off) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam
periode akuntansi yang tepat.
 Klasifikasi (classification) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan
dalam akun yang tepat.
b) Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:
 Eksistensi (existence) yaitu asset, liabilitas, dan ekuitas ada.
 Hak dan kewajiban (rights and obligations) yaitu entitas memiliki atau
mengendalikan hak atas asset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
 Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) yaitu aset,
liabilitas,dan ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang
tepat dan penyesuaian penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan
dengan tepat.
c) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations)
yaitu peristiwa, transaksi, dan hal-hal lainnya yang diungkapkan, telah terjadi
dan berkaitan dengan entitas.
 Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh pengungkapan yang seharusnya
tercantum dalam laporan keuangan telah disajikan.
 Klasifikasi dan keterpahaman (classification and understandability) yaitu
informasi keuangan disajikan dan dijelaskan secara tepat, serta pengungkapan
disajikan dengan jelas.
 Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation) yaitu informasi keuangan
dan informasi lainnya diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.

D. Dokumentasi

Auditor harus memasukkan ke dalam dokumentasi audit:

a) Diskusi di antara tim perikatan sebagaimana diharuskan dan keputusan signifikan


yang dicapai.
b) Unsur kunci atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan
lingkungannya, setiap komponen pengendalian internal, sumber informasi yang
digunakan dalam memperoleh pemahaman tersebut dan prosedur penilaian risiko
yang dilaksanakan.
c) Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai pada tingkat
laporan keuangan dan pada tingkat asersi.
d) Risiko yang teridentifikasi, dan pengendalian yang berkaitan yang atasnya auditor
telah memperoleh suatu pemahaman

E. Pengendalian Internal Entitas

Suatu pemahaman atas pengendalian internal membantu auditor dalam


mengidentifikasi tipe-tipe kesalahan penyajian yang potensial dan faktor-faktor yang
memengaruhi risiko kesalahan penyajian material, serta dalam merancang sifat, saat, dan luas
prosedur audit lebih lanjut.

Materi penerapan pengendalian internal di bawah ini disajikan dalam empat bagian
sebagai berikut :

 Sifat dan Karakteristik Umum Pengendalian Internal.


 Pengendalian yang Relevan dengan Audit.
 Sifat dan Luas Pemahaman tentang Pengendalian yang Relevan.
 Komponen Pengendalian Internal.

Pengendalian internal dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara untuk merespons


risiko bisnis yang teridentifikasi yang mengancam pencapaian setiap tujuan entitas yang
berkaitan dengan:

 Keandalan pelaporan keuangan entitas.


 Efektivitas dan efisiensi operasi entitas.
 Kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Pengendalian internal dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara melalui berbagai


cara yang bergantung pada ukuran dan kompleksitas entitas.

Entitas yang lebih kecil dapat menggunakan cara yang kurang terstruktur serta proses
dan prosedur yang lebih sederhana untuk mencapai tujuan mereka.

Pengendalian internal, terlepas bagaimanapun efektifnya, hanya dapat memberikan


suatu keyakinan memadai bagi entitas tentang pencapaian tujuan pelaporan keuangan entitas.
Kemungkinan pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan inheren
pengendalian internal. Keterbatasan tersebut mencakup realitas bahwa pertimbangan manusia
dalam pembuatan keputusan dapat salah dan kelemahan (breakdowns) dalam pengendalian
internal dapat terjadi karena kesalahan manusia. Sebagai contoh, kemungkinan terdapat suatu
kesalahan dalam rancangan atas, atau dalam perubahan pada, suatu pengendalian. Sama
halnya, operasi suatu pengendalian kemungkinan tidak efektif, seperti ketika informasi yang
dihasilkan untuk tujuan pengendalian internal (sebagai contoh, suatu laporan penyimpangan)
tidak digunakan secara efektif karena individu yang bertanggung jawab untuk menelaah
informasi tersebut tidak memahami tujuan informasi tersebut atau gagal dalam melakukan
tindakan tepat.

F. Fungsi Audit Internal

Fungsi audit internal entitas kemungkinan relevan dengan audit jika sifat tanggung
jawab dan aktivitas fungsi audit internal terkait dengan pelaporan keuangan entitas, dan
auditor mengharapkan untuk menggunakan hasil pekerjaan auditor internal untuk
memodifikasi sifat atau waktu, atau mengurangi luas prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Jika auditor menentukan bahwa fungsi audit internal kemungkinan relevan dengan audit,
maka SA 610 berlaku.

Tujuan fungsi audit internal serta sifat dan status fungsi audit internal dalam
organisasi bervariasi dan bergantung pada ukuran dan struktur entitas, kebutuhan manajemen
dan jika relevan, kebutuhan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Tanggung jawab
fungsi audit internal dapat mencakup, sebagai contoh, pemantauan pengendalian internal,
pengelolaan risiko, dan penalaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Di lain pihak, tanggung jawab fungsi audit internal mungkin terbatas hanya pada, sebagai
contoh penelaahan ekonomi serta efisiensi dan efektivitas operasi, dan oleh karena itu, belum
tentu berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas

Jika sifat tanggung jawab fungsi audit internal terkait dengan pelaporan keuangan
entitas, pertimbangan auditor eksternal atas aktivitas yang dilaksanakan, atau akan
dilaksanakan, oleh fungsi audit internal, dapat mencakup penelaahan atas rencana audit
fungsi audit internal untuk periode berjalan, jika ada, dan pembahasan rencana tersebut
dengan auditor internal.
STANDAR AUDIT 320
MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN AUDIT

Standar Audit 320 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk menerapkan
konsep materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan. Tujuan
SA 320 ini, materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang
ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya
kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang secara
agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika berlaku,
materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih rendah
daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu.

Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor adalah
untuk mendapatkan perikatan yang memberikan keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, oleh karena itu memungkinkan auditor
untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material,
telah disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan untuk
melaporkan laporan keuangan tersebut serta mengomunikasikan temuan-temuan auditor
sebagaimana disyaratkan oleh SA.

A. Materialitas Dalam Konteks Audit

Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep materialitas dalam


konteks penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka pelaporan
keuangan mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda-
beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa:
 Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna
laporan keuangan tersebut;
 Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai
kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan
penyajian, atau kombinasi keduanya;
 Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang
diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan
dampak kesalahan penyajian terhadap pengguna laporan keuangan individual
tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan

B. Penentuan dan Pertimbangan Materialitas

Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional,


dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah masuk akal bagi auditor untuk
mengasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan:

a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat;
b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan atas
peristiwa masa depan;
d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan.
Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang
ukuran kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut menyediakan suatu basis untuk:

a) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko;


b) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material;
c) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
Materialitas yang ditetapkan pada tahap perencanaan audit tidak semena-mena
menentukan bahwa kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, secara individual atau
gabungan di bawah materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak material. Kondisi-
kondisi yang berkaitan dengan beberapa kesalahan penyajian dapat menyebabkan auditor
menilai kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian material walaupun
kesalahan penyajian tersebut berada di bawah tingkat materialitas. Walaupun tidak
praktis untuk merancang prosedur audit untuk mendeteksi kesalahan penyajian material
yang hanya berdasarkan sifatnya, auditor tidak boleh hanya mempertimbangkan ukuran,
tetapi juga sifat kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, dan keadaan-keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian tersebut, pada saat mengevaluasi
dampak kesalahan penyajian tersebut terhadap laporan keuangan.

C. Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit

Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu
yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitas
laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan memengaruhi
keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan keuangan tersebut,
maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan terhadap golongan
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut. Auditor harus menetapkan
materialitas pelaksanaan untuk menilai risiko kesalahan penyajian material dan menentukan
sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.

D. Revisi Sejalan dengan Progres Audit

Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan


(dan, jika berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu) pada saat auditor menyadari adanya informasi selama audit yang mungkin saja
menyebabkan auditor menentukan jumlah materialitas yang berbeda dari jumlah
materialitas yang pertama kali ditetapkan.

Jika auditor menyimpulkan bahwa materialitas yang lebih rendah daripada tingkat
materialitas yang ditentukan pertama kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan
(dan, jika berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu) adalah tepat, maka auditor harus menentukan apakah revisi terhadap materialitas
pelaksanaan perlu dilakukan dan apakah sifat, saat dan luas prosedur audit lebih lanjut masih
tepat.

E. Dokumentasi

Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya jumlah-jumlah di


bawah ini beserta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuannya:

a) Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan


b) Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu
c) Materialitas pelaksanaan
d) Revisi yang dibuat sejalan dengan progres audit
F. Materialitas dan bukti audit

Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor adalah untuk
mendapatkan perikatan yang memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan, oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material, telah disusun sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan untuk melaporkan laporan keuangan
tersebut serta mengomunikasikan temuan-temuan auditor sebagaimana disyaratkan oleh SA.

Auditor memperoleh perikatan yang memberikan keyakinan memadai dengan


memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor menyatakan opini yang
tidak tepat ketika terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Risiko
audit merupakan fungsi gabungan risiko kesalahan penyajian material dan risiko deteksi.
Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya
pada saat:

1. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material


2. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya
3. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap
laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.

G. Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit


Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik

Dalam kasus entitas sektor publik, pembuat undang-undang dan badan pengatur
merupakan pengguna utama laporan keuangan. Di samping itu, laporan keuangan mungkin
digunakan untuk membuat keputusan selain keputusan ekonomi. Oleh karena itu, penentuan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika berlaku, tingkat
materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu) dalam audit
atas laporan keuangan entitas sektor publik juga dipengaruhi oleh peraturan perundang-
undangan atau kewenangan lain, dan oleh kebutuhan informasi keuangan para pembuat
undang undang dan masyarakat umum dalam kaitannya dengan program sektor publik.

H. Penggunaan Tolok Ukur dalam Menentukan Materialitas untuk Laporan


Keuangan secara Keseluruhan

Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan pertimbangan profesional. Sebagai


langkah awal dalam menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan,
persentase tertentu sering kali diterapkan pada suatu tolok ukur yang telah dipilih. Faktor-
faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat mencakup:

 Unsur-unsur laporan keuangan (sebagai contoh, aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan,


beban),
 Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan
keuangan suatu entitas tertentu (sebagai contoh, untuk tujuan pengevaluasian kinerja
keuangan, pengguna laporan keuangan cenderung akan fokus pada laba, pendapatan
maupun aset bersih)
 Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan
ekonomi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi
 Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas (sebagai contoh, jika pendanaan sebuah
entitas hanya dari utang dan bukan dari ekuitas, maka pengguna laporan keuangan
akan lebih menekankan pada aset dan klaim atas aset tersebut daripada pendapatan
entitas)
 Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.

Contoh tolok ukur yang tepat, tergantung pada kondisi entitas yang bersangkutan,
meliputi kategori penghasilan yang dilaporkan seperti laba sebelum pajak, jumlah
pendapatan, laba bruto dan jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai aset bersih. Laba sebelum
pajak dari operasi berjalan sering kali digunakan oleh entitas yang berorientasi laba. Jika laba
sebelum pajak dari operasi berjalan berfluktuasi, tolok ukur lain mungkin lebih sesuai, seperti
laba bruto dan jumlah pendapatan.
Dalam hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data keuangan yang relevan
biasanya meliputi hasil dan posisi keuangan periode sebelumnya, hasil dan posisi keuangan
periode berjalan dan anggaran atau prakiraan untuk periode berjalan, yang disesuaikan
dengan adanya perubahan signifikan yang terjadi di entitas tersebut (sebagai contoh, adanya
akuisisi bisnis yang signifikan) dan perubahan kondisi industri atau lingkungan ekonomi
yang relevan, yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh, jika sebagai titik
awal, materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan suatu entitas ditentukan
berdasarkan suatu persentase terhadap laba sebelum pajak dari operasi berjalan, kondisi-
kondisi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan laba yang luar biasa dapat
mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa penentuan tingkat materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan akan lebih tepat jika ditentukan dengan menggunakan angka
laba sebelum pajak dari operasi berjalan yang telah dinormalisasi berdasarkan hasil masa
lalu.

I. Materialitas Pelaksanaan

Perencanaan audit yang hanya ditujukan untuk mendeteksi kesalahan penyajian


material secara individual mengabaikan fakta bahwa gabungan atas kesalahan penyajian yang
tidak material secara individual dapat mengakibatkan kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan dan juga tidak meninggalkan celah bagi adanya kemungkinan kesalahan
penyajian yang tidak terdeteksi. Materialitas pelaksanaan (yang sebagaimana yang
didefinisikan merupakan satu atau lebih dari satu jumlah) ditetapkan untuk mengurangi ke
tingkat rendah yang dapat diterima kemungkinan bahwa kesalahan penyajian yang tidak
terkoreksi dan tidak terdeteksi dalam laporan keuangan tidak melebihi materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan. Begitu juga, materialitas pelaksanaan yang berkaitan dengan
tingkat materialitas yang ditentukan untuk golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang dapat diterima
kemungkinan bahwa gabungan kesalahan penyajian yang tidak terkoreksi dan tidak
terdeteksi dalam golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu melebihi tingkat
materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan. Penentuan materialitas
pelaksanaan bukan merupakan suatu perhitungan mekanis yang sederhana dan membutuhkan
adanya pertimbangan profesional. Penentuan ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas
entitas, yang dimutakhirkan selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko dan sifat serta
luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam audit sebelumnya serta harapan auditor
berkaitan dengan kesalahan penyajian dalam periode berjalan.

J. Revisi Sejalan dengan Progres Audit

Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika berlaku, tingkat
materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu) mungkin
perludirevisi sebagai akibat dari perubahan kondisi yang terjadi selama proses audit (sebagai
contoh, keputusan untuk melepaskan suatu bagian signifikan bisnis entitas), adanya informasi
baru, atau perubahan pemahaman auditor atas entitas dan operasinya yang timbul akibat
pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut. Sebagai contoh, jika selama audit ditemukan bahwa
hasil keuangan aktual kemungkinan akan berbeda secara substansial dengan hasil keuangan
yang pada awalnya digunakan untuk menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, maka auditor harus merevisi materialitas tersebut.
STANDAR AUDIT SA 330
RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI

Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang
dan menerapkan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan
dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 dalam suatu audit atas laporan keuangan.

Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan
dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan
respons yang tepat terhadap risiko tersebut.

Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah berikut mempunyai arti yang dijelaskan seperti di
bawah ini:

a) Prosedur substantif: Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi kesalahan
penyajian material pada tingkat asersi.
Prosedur substantif terdiri dari:
i. Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan)
ii. Prosedur analitis substantif.
b) Pengujian pengendalian: Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mengevaluasi
efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi,
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.

Prosedur Audit Sebagai Repons Terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material Yang
Telah Dinilai Pada Tingkat Asersi

Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang
sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko kesalahan
penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi.
Pengujian Pengendalian

Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk


memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendalian
yang relevan jika:

a) Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi
mencakup suatu harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif
b) Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada
tingkat asersi.

Dalam merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus


memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan ketika auditor ingin lebih mengandalkan
efektivitas pengendalian.

Sifat dan Luas Pengujian Pengendalian

a) Dalam merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus:


Melaksanakan prosedur audit lain yang dikombinasikan dengan permintaan
keterangan untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian
b) Menentukan apakah pengendalian yang diuji bergantung pada pengendalian lain
(pengendalian tidak langsung) dan, jika demikian, apakah perlu untuk memperoleh
bukti audit yang mendukung efektivitas operasi pengendalian tidak langsung
tersebut.

Saat Pengujian Pengendalian

Ketika auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian, auditor harus


menguji pengendalian tersebut untuk waktu tertentu, atau sepanjang periode yang
diaudit,tergantung pada paragraf 12 dan 15 berikut ini, untuk memberikan basis yang tepat
bagi auditor.

Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Periode Interim

Jika auditor memperoleh bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian selama
periode interim, auditor harus:
(a) Memperoleh bukti audit tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut
setelah tanggal periode interim tersebut; dan
(b) Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh setelah periode interim sampai
dengan tanggal laporan posisi keuangan.

Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh dalam Audit Sebelumnya

Dalam menentukan tepat atau tidak tepatnya untuk menggunakan bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian yang diperoleh dalam audit sebelumnya, dan, jika demikian,
lamanya periode waktu yang mungkin telah berlalu sebelum pengujian ulang suatu
pengendalian, auditor harusmempertimbangkan hal-hal berikut:

(a) Efektivitas unsur lain pengendalian intern


(b) Risiko yang timbul dari karakteristik pengendalian
(c) Efektivitas pengendalian umum atas teknologi informasi;
(d) Efektivitas pengendalian dan penerapannya oleh entitas
(e) Dalam hal terdapat perubahan kondisi dan
(f) Risiko kesalahan penyajian material dan tingkat kepercayaan terhadap pengendalian.

Pengendalian atas Risiko Signifikan

Jika auditor merencanakan untuk mengandalkan pengendalian terhadap suatu risiko


yang auditor telah tentukan sebagai risiko signifikan, auditor harus menguji pengendalian
tersebut dalam periode sekarang.

Penilaian atas Efektivitas Operasi Pengendalian

Ketika menilai efektivitas operasi pengendalian yang relevan, auditor harus menilai
apakah kesalahan penyajian yang telah dideteksi oleh prosedur substantif menunjukkan
bahwa pengendalian tidak beroperasi secara efektif. Namun, tidak adanya kesalahan
penyajian yang dideteksi oleh prosedur substantif, tidak memberikan bukti audit bahwa
pengendalian yang bersangkutan dengan asersi yang telah diuji adalah efektif.

Prosedur Substantif
Tanpa memperhatikan risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material,
auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang material.
Auditor harus mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal harus dilaksanakan
sebagai prosedur audit substantif.

Prosedur Substantif yang Berkaitan dengan Proses Tutup Buku Laporan Keuangan

Prosedur substantif yang dilakukan auditor harus mencakup prosedur audit berikut
yang berkaitan dengan proses tutup buku laporan keuangan:

(a) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
melandasinya; dan
(b) Memeriksa entri jurnal yang material dan penyesuaian lainnya yang dibuat selama
penyusunan laporan keuangan.

Prosedur Substantif Sebagai Respons terhadap Risiko Signifikan

Jika auditor telah menentukan bahwa risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan
prosedur substantif yang secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Ketika pendekatan
terhadap risiko signifikan hanya terdiri dari prosedur substantif, prosedur tersebut harus
mencakup pengujian rinci.
Saat Prosedur Substantif

Jika prosedur substantif dilaksanakan pada tanggal interim, auditor harus mengecek
setelah periode interim sampai dengan tanggal laporan posisi keuangan dengan
melaksanakan:

(a) Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan pengujian pengendalian dalam


periode tersebut; atau
(b) Hanya prosedur substantif yang memberikan basis memadai untuk memperluas
kesimpulan audit dari tanggal interim sampai dengan tanggal laporan posisi
keuangan, jika auditor menentukan bahwa hal tersebut sudah cukup.

Kecukupan Penyajian dan Pengungkapan

Auditor harus melaksanakan prosedur audit untuk menilai apakah penyajian


menyeluruh laporan keuangan, termasuk pengungkapan yang bersangkutan, adalah sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti audit

Berdasarkan atas prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh,
auditor harus mengevaluasi sebelum menyimpulkan suatu audit, apakah penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi tetap relevan. Auditor harus menyimpulkan
apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh. Dalam menyatakan suatu opini,
auditor harus mempertimbangkan semua bukti audit relevan, tanpa memperhatikan apakah
bukti tersebut mendukung atau bertentangan dengan asersi dalam laporan keuangan.

Jika auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk suatu asersi
laporan keuangan yang material, auditor harus berusaha untuk memperoleh bukti audit
lanjutan. Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus
menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat terhadap
laporan keuangan tersebut.
Dokumentasi

Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi audit:

(a) Respons keseluruhan untuk menanggapi risiko kesalahan penyajian material yang
telah dinilai pada tingkat laporan keuangan, dan sifat, saat, dan luas prosedur audit
lebih lanjut yang dilaksanakan;
(b) Hubungan antara prosedur audit dengan risiko yang telah dinilaipada tingkat asersi;
dan
(c) Hasil prosedur audit, termasuk kesimpulan ketika prosedur audit belum memberikan
hasil yang jelas.

MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN

Respons Keseluruhan

Respons keseluruhan untuk menanggapi risiko kesalahan penyajian material yang


telah dinilai pada tingkat laporan keuangan dapat mencakup:

 Penekanan kepada tim audit atas perlunya mempertahankan skeptisisme profesional.


 Penugasan staf berpengalaman atau personel yang mempunyai kemampuan khusus
atau penggunaan pakar.
 Penyediaan supervisi tambahan.
 Pemasukan tambahan prosedur audit yang tidak dapat diprediksi dalam pemilihan
prosedur lebih lanjut.
 Perubahan umum atas sifat, saat, atau luas prosedur audit, Misalnya: pelaksanaan
prosedur substantif pada akhir periode bukan pada saat tanggal interim; atau
modifikasi sifat prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan.
Prosedur Audit sebagai Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang
Telah Dinilai pada Tingkat Asersi

Sifat, Saat, dan Luas Prosedur Audit Lebih Lanjut

Penilaian risiko yang telah diidentifikasi oleh auditor pada tingkat asersi memberikan
suatu basis untuk mempertimbangkan pendekatan audit yang tepat untuk merancangdan
melaksanakan prosedur audit lebih lanjut. Misalnya, auditor dapat menentukan bahwa:

(a) Dengan melakukan pengujian pengendalian saja, auditor dapat mencapai respons
yang efektif untuk risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai untuk asersi
tertentu;
(b) Melaksanakan prosedur substantif saja adalah tepat untuk asersi tertentu dan, oleh
karena itu, auditor mengabaikan dampak pengendalian dari penilaian risiko yang
relevan.
(c) Kombinasi pendekatan dengan menggunakan pengujian pengendalian dan prosedur
substantif merupakan suatu pendekatan yang efektif.

Sifat suatu prosedur audit mengacu kepada tujuan dilakukannya prosedur tersebut dan
tipe prosedur audit tersebut. Sifat prosedur audit tersebut merupakan hal yang paling penting
dalam merespons risiko yang telah dinilai.

Saat prosedur audit mengacu kepada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau
periode atau tanggal bukti audit tersebut berlaku. Luas prosedur audit mengacu kepada
kuantitas prosedur yang dilaksanakan, misalnya ukuran sampel atau jumlah observasi
terhadap aktivitas pengendalian. Perancangan dan pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut
yang sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi memberikan kaitan yang
jelas antara prosedur audit lebih lanjut dan penilaian risiko yang dilakukan oleh auditor.
Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai pada Tingkat Asersi

Sifat

Risiko yang telah dinilai auditor mungkin dapat berdampak terhadap pemilihan
berbagai tipe prosedur audit yang akan dilaksanakan maupun kombinasinya. Misalnya, ketika
risiko yang telah dinilai tinggi, auditor dapat melakukan konfirmasi atas kelengkapan
ketentuan kontrak dengan pihak ketiga, sebagai tambahan atas inspeksi terhadap dokumen
kontrak. Lebih lanjut, prosedur audit tertentu mungkin lebih tepat untuk beberapa asersi
dibandingkan dengan prosedur audit lainnya.

Saat

Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian atau prosedur substantif pada


suatu tanggal interim atau pada akhir periode. Untuk risiko kesalahan penyajian material
yang lebih tinggi, kemungkinan besar auditor memutuskan akan lebih efektif untuk
melaksanakan prosedur substantif pada saat lebih mendekati, atau pada saat akhir periode
dibandingkan pada tanggal yang lebih awal, atau untuk melaksanakan prosedur audit tanpa
pemberitahuan atau pada waktu yang tidak dapat diprediksi. Hal ini sangat relevan pada saat
mempertimbangkan respons terhadap risiko atas kecurangan.

Luas prosedur audit

Luas prosedur audit perlu ditentukan setelah mempertimbangkan materialitas, risiko


yang telah dinilai, dan tingkat keyakinan yang ingin diperoleh auditor. Ketika tujuan audit
tercapai dengan kombinasi berbagai prosedur, luas setiap prosedur dipertimbangkan secara
terpisah. Secara umum, prosedur audit akan lebih luas sejalan dengan meningkatnya risiko
kesalahan penyajian material.

Pertimbangan spesifik atas entitas sektor publik

Pertimbangan spesifik bagi entitas yang lebih kecil. Untuk audit entitas yang sangat
kecil, tidak terdapat banyak aktivitas pengendalian yang dapat diidentifikasi oleh auditor,
atau luas keberadaan atau operasinya yang telah didokumentasikan oleh entitas mungkin
terbatas. Dalam beberapa kasus, akan lebih efisien bagi auditor untuk melaksanakan prosedur
audit lanjutan yang mengutamakan prosedur substantif.
Penentuan Risiko Lebih Tinggi

Ketika memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan karena penilaian risiko yang
lebih tinggi, auditor dapat meningkatkan kuantitas bukti, atau memperoleh bukti yang lebih
relevan atau andal, misalnya, dengan menekankan pada pemerolehan bukti dari pihak ketiga
atau dengan memperoleh bukti penguat dari sejumlah sumber yang independen.

Pengujian Pengendalian Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian

Pengujian atas pengendalian dilaksanakan hanya untuk pengendalian yang auditor


yakini tepat dirancang untuk mencegah, atau mendeteksi, dan mengoreksi kesalahan
penyajian material atas suatu asersi. Jika terdapat pengendalian yang sangat berbeda yang
digunakan pada waktu yang berbeda selama periode audit, maka setiap pengendalian tersebut
dianggap sebagai hal yang terpisah.

Bukti Audit dan Keandalan yang Ingin Dituju

Suatu tingkat keyakinan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui efektivitas operasi
pengendalian ketika pendekatan yang diterapkan terutama terdiri dari pengujian
pengendalian, khususnya jika tidak mungkin atau tidak praktis untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat hanya dari prosedur substantif.

Sifat dan Luas Pengujian Pengendalian Prosedur audit lainnya yang dikombinasikan
dengan permintaan keterangan

Permintaan keterangan saja tidak cukup untuk menguji efektivitas operasi


pengendalian. Oleh karena itu prosedur audit lain dilakukan dengan mengombinasikan
dengan permintaan keterangan. Oleh karena itu, permintaan keteranganyang dikombinasikan
dengan inspeksi atau pengulangan prosedur pelaksanaan kembali (reperformance) mungkin
dapat menghasilkan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan
keterangan dan obervasi, karena observasi hanya relevan pada waktu tertentu pada saat
observasi tersebut dilakukan.

Luas Pengujian Pengendalian

Ketika dibutuhkan bukti audit yang lebih meyakinkan berkaitan dengan efektivitas
pengendalian, adalah semestinya dilakukan dengan menambah pengujian atas pengendalian.
Untuk meningkatkan keyakinan terhadap pengendalian, hal-hal yang juga dapat
dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan pengujian pengendalian mencakup berikut
ini:

 Frekuensi dilakukannya pengendalian oleh entitas selama periode tersebut.


 Lamanya waktu selama periode audit yang di dalamnya auditor dapat mengandalkan
efektivitas pengendalian operasi.
 Tingkat penyimpangan yang diharapkan dari suatu pengendalian.
 Relevansi dan keandalan bukti audit yang diperoleh yang berkaitan dengan efektivitas
operasi pengendalian tersebut pada tingkat asersi.
 Luasnya bukti audit yang diperoleh dari pengujian atas pengendalian lainnya terhadap
asersi. SA 530 berisi panduan lebih lanjut tentang luas pengujian tersebut.

Pengujian atas pengendalian tidak langsung

Dalam kondisi tertentu, mungkin diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
mendukung efektivitas operasi pengendalian tidak langsung. Oleh karena proses pengolahan
teknologi informasi mempunyai sifat konsistensi, bukti audit tentang implementasi
pengendalian aplikasi otomatis, pada saat dipertimbangkan dalam kombinasi dengan bukti
audit tentang efektivitas operasi pengendalian umum entitas (secara khusus, perubahan
pengendalian), dapat juga memberikan bukti audit penting tentang efektivitas operasi.

Saat Pengujian Pengendalian Periode kepercayaan yang dituju

Bukti audit yang relevan hanya pada waktu tertentu mungkin cukup untuk tujuan auditor.
Penggunaan bukti audit yang diperoleh selama periode interim. Faktor relevan dalam
menentukan bukti audit tambahan apa yang diperoleh tentang pengendalian yang
dioperasikan selama periode sisa setelah suatu periode interim mencakup:

 Signifikansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi.
 Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan perubahan penting
atas pengendalian tersebut sejak pengendalian tersebut diuji, termasuk perubahan
dalam sistem informasi, proses, dan karyawan.
 Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
 Lamanya sisa periode.
 Luas prosedur substantif lebih lanjut yang auditor ingin kurangi berdasarkan
keyakinan auditor atas pengendalian.
 Lingkungan pengendalian.

Bukti audit tambahan dapat diperoleh, misalnya, dengan menambah pengujian


pengendalian atas sisa periode atau menguji pemantauan oleh entitas terhadap pengendalian.

Penggunaan bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya

Dalam kondisi tertentu, bukti audit yang diperoleh dari audit periode lalu dapat
memberikan bukti audit ketika auditor melakukan prosedur audit untuk membuat pengacuan
untuk audit periode kini.

Pengendalian yang telah berubah dari audit sebelumnya

Perubahan dapat memengaruhi relevansi bukti audit yang diperoleh dalam audit
sebelumnya seperti kemungkinan tidak lagi sebagai basis untuk diandalkan secara
berkelanjutan. Misalnya, perubahan dalam suatu sistem yang memungkinkan entitas untuk
menerima suatu laporan baru dari dari sistem yang kemungkinan tidak mempengaruhi
relevansi bukti audit yang diperoleh dalam audit sebelumnya; namun, perubahan yang
menyebabkan data yang diakumulasi atau dihitung dengan cara yang berbeda mempunyai
pengaruh atas relevansi bukti audit.

Pengendalian yang tidak berubah dari audit periode lalu

Keputusan auditor mengenai apakah akan mengandalkan pada bukti audit yang
diperoleh dari audit periode lalu untuk:

(a) Pengendalian yang belum berubah sejak terakhir kali diuji; dan
(b) Pengendalian yang bukan merupakan pengendalian yang menurunkan suatu risiko
signifikan, merupakan suatu pertimbangan profesional.

Secara umum, makin tinggi risiko kesalahan penyajian material, atau makin besar
kepercayaan yang diandalkan pada pengendalian, maka makin pendek jeda waktu untuk
pengujian kembali. Faktor yang dapat mengurangi periode pengujian kembali pengendalian,
atau mengakibatkan tidak diandalkannya bukti audit yang diperoleh dalam audit periode lalu,
mencakup hal berikut ini:
 Suatu defisiensi dalam lingkungan pengendalian.
 Defisiensi dalam pemantauan pengendalian.
 Adanya unsur proses manual yang signifikan dalam pengendalian relevan tersebut.
 Pergantian karyawan yang berdampak signifikan terhadap aplikasi pengendalian.
 Perubahan kondisi yang menunjukkan perlunya perubahan dalam pengendalian.
 Defisiensi dalam pengendalian umum teknologi informasi.

Penilaian terhadap Efektivitas Operasi Pengendalian

Kesalahan penyajian material yang diidentifikasi oleh prosedur audit merupakan


indikator yang kuat akan adanya defisiensi signifikan dalam pengendalian internal.
Konsep efektivitas operasi pengendalian mengakui bahwa penyimpangan dapat terjadi dalam
berbagai cara yang diterapkan oleh entitas tersebut. Penyimpangan dari pengendalian yang
telah ditentukan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pergantian karyawan utama,
fluktuasi musiman signifikan dalam jumlah transaksi, dan kesalahan manusia. Tingkat
penyimpangan yang terdeteksi, khususnya ketika dibandingkan dengan tingkat
penyimpangan yang diharapkan, dapat mengindikasikan bahwa pengendalian tidak dapat
diandalkan untuk menurunkan risiko pada tingkat asersi sebagaimana yang telah dinilai oleh
auditor.

Prosedur Substantif

Paragraf 18 mensyaratkan auditor untuk merancang dan melaksanakan prosedur


substantif untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, tanpa
memperhatikan risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material. Ketentuan ini
mencerminkan fakta bahwa:

(a) penilaian risiko oleh auditor merupakan suatu pertimbangan dan mungkin tidak dapat
mengidentifikasi semua risiko kesalahan penyajian material; dan
(b) terdapat keterbatasan bawaan dalam pengendalian internal, termasuk di dalamnya
pengabaian pengendalian oleh manajemen.
Sifat dan Luas Prosedur Substantif
Sesuai dengan kondisi, auditor dapat menentukan bahwa:

 Hanya melaksanakan prosedur analitis substantif saja sudah cukup untuk menurunkan
risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima. Misalnya, ketika penentuan risiko
auditor didukung oleh bukti audit yang diperoleh dari pengujian pengendalian.
 Hanya pengujian rinci yang sudah memadai.
 Kombinasi prosedur analitis substantif dan pengujian rinci merupakan prosedur yang
paling responsif terhadap risiko yang telah dinilai.

Prosedur analitis substantif secara umum lebih dapat diterapkan untuk transaksi
dalam jumlah yang besar yang cenderung dapat diperkirakan setiap waktu. SA520
menetapkan ketentuan dan panduan tentang penerapan prosedur analitis selama audit.
Pertimbangan Apakah Prosedur Konfirmasi Eksternal Dilaksanakan

Prosedur konfirmasi eksternal sering kali relevan ketika ditujukan ke asersi yang
berkaitan dengan saldo akun dan unsurnya, tetapi tidak terbatas pada saldo akun dan
unsurnya tersebut. Misalnya, auditor dapat meminta konfirmasi eksternal tentang syarat-
syarat perjanjian, kontrak, atau transaksi antara entitas dengan pihak lain. Prosedur
konfirmasi eksternal juga dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti audit tentang tidak
adanya beberapa kondisi. Misalnya, suatu permintaan mungkin khusus untuk mendapatkan
penegasan tidak adanya “perjanjian tambahan (side agreement)” yang mungkin relevan untuk
asersi pisah batas pendapatan entitas. Situasi lainnya di mana prosedur konfirmasi eksternal
mungkin merupakan bukti audit yang relevan dalam merespons risiko yang telah dinilai atas
kesalahan penyajian material mencakup:

 Saldo bank dan informasi lain yang relevan dengan hubungan perbankan.
 Saldo piutang usaha dan syarat-syaratnya.
 Sediaan yang berada di tangan pihak ketiga dalam gudang kawasan berikat untuk
diproses lebih lanjut atau dalam kondisi konsinyasi.
 Akta kepemilikan properti yang dipegang oleh pengacara atau konsultan keuangan
untuk penyimpanan yang aman atau sebagai jaminan.
 Investasi yang dipegang oleh pihak ketiga untuk keamanan penyimpanan, atau dibeli
dari pialang saham namun belum diterima pada tanggal laporan posisi keuangan.
 Jumlah yang terutang kepada kreditur, termasuk ketentuan yang relevan untuk
pembayaran dan ketentuan pembatasannya (covenants).
 Saldo utang usaha dan ketentuannya.

Faktor yang dapat membantu auditor dalam menentukan apakah prosedur konfirmasi
eksternal perlu dilakukan sebagai prosedur audit substantif mencakup:

 Pengetahuan pihak yang akan dikonfirmasi tentang hal pokok


 Kemampuan atau kesediaan pihak yang dikonfirmasi untuk memberikan respon
 Dalam situasi tersebut, pihak yang dikonfirmasi dapat tidak memberikan respons,
memberikan respons secara tidak resmi, atau mungkin berusaha membatasi
pengandalan terhadap respons tersebut.
 Objektivitas pihak yang dikonfirmasi: jika pihak yang dikonfirmasi adalah pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan entitas, respons atas permintaan konfirmasi
mungkin menjadi kurang andal.

Prosedur Substantif Terkait dengan Proses Tutup Buku Laporan Keuangan

Sifat, dan juga luas, pemeriksaan auditor atas entri jurnal dan penyesuaian lainnya
tergantung pada sifat dan kompleksitas proses pelaporan keuangan entitas dan risiko
kesalahan penyajian material yang terkait.

Prosedur Substantif yang Responsif terhadap Risiko Signifikan

Paragraf 21 SA ini mensyaratkan auditor untuk melakukan prosedur substantif yang


secara khusus memberikan respons atas risiko yang telah ditetapkan auditor sebagai risiko
yang signifikan. Bukti audit dalam bentuk konfirmasi eksternal yang diterima langsung oleh
auditor dari pihak yang dikonfirmasi dapat membantu auditor untuk memperoleh bukti audit
dengan tingkat keandalan tinggi yang diperlukan auditor untuk merespons risiko signifikan
atas kesalahan penyajian material, yang disebabkan karena kecurangan atau kesalahan.

Saat Prosedur Substantif

Dalam hampir semua situasi, bukti audit dari prosedur audit substantif periode lalu
memberikan sedikit atau tidak memberikan sama sekali bukti audit untuk periode kini.
Namun, ada beberapa pengecualian, misalnya, opini hukum yang diperoleh dalam audit
periode lalu yang berkaitan dengan struktur perubahan aset menjadi sekuritas yang tidak ada
perubahan yang terjadi, yang mungkin masih relevan untuk periode audit kini. Dalam hal ini,
merupakan hal yang tepat untuk menggunakan bukti audit dari prosedur substantif audit
periode lalu jika bukti tersebut dan hal pokok yang terkait di dalamnya tidak berubah secara
fundamental, dan prosedur audit telah dilakukan untuk membuat pengacuan untuk audit
periode kini.
Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Suatu Periode Interim

Dalam kondisi tertentu, auditor dapat menentukan bahwa merupakan hal efektif untuk
melakukan prosedur substantif pada suatu tanggal interim, dan untuk membandingkan dan
merekonsiliasi informasi tentang saldo pada akhir periode dengan informasi yang dapat
dibandingkan pada saat tanggal interim tersebut untuk:

(a) Mengidentifikasi jumlah yang tampak tidak biasa;


(b) Menginvestigasi jumlah yang tidak biasa tersebut; dan
(c) Melakukan prosedur analitik substantif atau pengujian rinci untuk menguji periode
antara periode interim sampai dengan tanggal laporan posisi keuangan.

Kesalahan penyajian yang diketahui pada suatu tanggal interim

Jika auditor menyimpulkan bahwa sifat, saat, dan luas prosedur substantif yang
direncanakan yang mencakup periode di antara tanggal interim dan tanggal laporan posisi
keuangan perlu dimodifikasi sebagai akibat dari kesalahan penyajian yang tidak diperkirakan
terjadi pada tanggal interim, modifikasi tersebut mungkin berupa perluasan atau pengulangan
prosedur yang telah dilakukan pada tanggal interim tersebut pada tanggal laporan posisi
keuangan.

Kecukupan Penyajian Dan Pengungkapan

Penilaian terhadap penyajian keseluruhan laporan keuangan, termasuk pengungkapan


terkait, berkaitan dengan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan sedemikian rupa
dengan cara menyajikan penggolongan dan penjelasan informasi keuangan, serta bentuk,
pengaturan, dan isi laporan keuangan serta catatan yang ditambahkandengan tepat. Hal ini
mencakup, misalnya, istilah yang digunakan, jumlah rincian yang diberikan, klasifikasi pos
dalam laporan keuangan, serta basis jumlah yang ditetapkan.
Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti audit

Audit atas laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif dan berulang. Selama
auditor melakukan prosedur audit yang direncanakan, bukti audit yang diperoleh dapat
menyebabkan auditor untuk melakukan modifikasi sifat, saat, serta luas prosedur lain yang
direncanakan. Suatu informasi dapat menjadi perhatian auditor karena berbeda secara
signifikan dengan informasi yang menjadi basis penilaian risiko.

Dalam kondisi demikian, auditor mungkin perlu untuk mengkaji ulang prosedur audit
yang telah direncanakan, berdasarkan atas pertimbangan yang telah diubah atas risiko yang
telah ditetapkan untuk seluruh atau sebagian golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan dan asersi terkait. SA315 memberikan panduan lebih lanjut dalam merevisi
penilaian risiko auditor.

Auditor tidak dapat menganggap bahwa kecurangan atau kesalahan merupakan


kejadian yang terisolasi. Oleh karena itu, pertimbangan mengenai bagaimana mendeteksi
kesalahan penyajian dapat memengaruhi risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai adalah penting dalam menentukan apakah penilaian risiko kesalahan penyajian masih
tepat.

Pertimbangan auditor untuk menentukan bukti audit cukup dan layak dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut ini:

 Signifikansi potensi kesalahan penyajian dalam asersi dan kemungkinan kesalahan


penyajian tersebut berdampak material, baik secara individu maupun gabungan
dengan potensi kesalahan penyajian lainnya, terhadap laporan keuangan.
 Efektivitas respons dan pengendalian manajemen untuk menangani risiko tersebut.
 Pengalaman yang diperoleh selama audit sebelumnya yang berkaitan dengan
kesalahan penyajian potensial yang sama.

Dokumentasi

Bentuk dan luasnya dokumentasi audit merupakan masalah pertimbangan profesional,


dan dipengaruhi oleh sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas serta pengendalian internalnya,
ketersediaan informasi dari entitas dan metodologi audit serta teknologi yang digunakan
dalam audit.

Anda mungkin juga menyukai