Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. GAMBARAN RONA AKHIR


Berdasarkan hasil analisis optimalisasi yang telah dilaksanakan Adaro maka
cadangan batubara yang terdapat di daerah Adaro dari Tahun 2022 hingga Tahun
2042 dapat dilihat Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1. Cadangan Batubara Adaro


Tahun
No. Item
2022 2032 2042
1. Cadangan 2.314.484.406 1,340,470,522 498,719,158
2. Total batubara
974.013.884 841,750,842 497,001,263
tertambang
3. Sisa cadangan 1.340.470.522 498,719,158 1,717,896
4. Dimensi Panjang Lebar Luas Panjang Lebar Luas Panjang Lebar Luas
tambang (m) (m) (ha) (m) (m) (ha) (m) (m) (ha)
Tutupan 3.68 4.97
19.052 2.490 19.600 5.850 4.970 19.600 5.850
8 0
Wara 1 7.886 1.233 547 7.780 1.420 900 7.780 1.420 900
Wara 2 1.516 996 131 2.010 1.900 310 2.790 1.900 400
Wara 3 2.459 804 184 4.090 2.660 750 4.320 2.800 860
5. Dimensi
tambang yang Luas Luas Luas
Presentase Presentase Presentase
dapat ditutup (ha) (ha) (ha)
kembali
Tutupan 1.507 41% 1.725 35% 1.953 39%
Wara 1 419 77% 635 71% 635 71%
Wara 2 27 21% 0 0% 185 46%
Wara 3 93 51% 248 33% 541 63%
6. Dimensi
Luas Luas Luas
tambang yang Presentase Presentase Presentase
(ha) (ha) (ha)
terbuka
Tutupan 2.181 59% 3.245 65% 3.017 61%
Wara 1 128 23% 265 29% 265 29%
Wara 2 104 79% 310 100% 215 54%
Wara 3 91 49% 502 67% 319 37%
7. Dimensi Panjan
Panjang Lebar Luas Panjang Lebar Luas Lebar Luas
disposal g (ha)
(m) (m) (ha) (m) (m) (ha) (m)
(m)
Tutupan 6.49 7.59 7.5
9.685 5.508 9.685 5.508 9.260 4.600
0 0 90
Wara 1 3.276 .627 295 9.685 5.508 700 5.300 1.450 700
Wara 2 1.107 1.133 82 2.690 1.450 290 2.690 1.450 290
Wara 3 1.473 1.061 138 7.120 1.440 650 7.270 1.440 650
8. Dimensi settling Luas Kapasitas Luas Kapasitas Luas Kapasitas
pond (ha) (m3) (ha) (m3) (ha) (m3)

52
53
Lanjutan Tabel 4.1.

Tutupan 438 7.639.000 457 8.656.000 457 8.656.000


Wara 1 44 768.000 50 955.000 50 955.000
Wara 2 44 775.000 51 867.000 52 987.000
Wara 3 31 533.00 41 768.000 41 784.000
Tahun
9 Reklamasi 2022 2032 2042
Luas (ha) Luas (ha) Luas (ha)
Tutupan 7.887 8.322 8.322
Wara 1 662 927 927
Wara 2 104 290 290
Wara 3 221 895 1.099
Sumber : Dokumen Studi Kelayakan Tambang Batubara PT. Adaro (2011)

Tabel 4.2 menunjukkan potensi perubahan morfologi yang mungkin terjadi


pada lahan sebelum kegiatan penambangan batubara dan perkiraan sesudah
kegiatan penambangan batubara di wilayah Adaro.

Tabel 4.2. Perubahan Morfologi Lahan Sebelum Tambang dan Perkiraan Sesudah
Tambang
Morfologi
No. Lokasi
Sebelum Tambang Sesudah Tambang
1 Tutupan Relatif datar hingga bergelombang di bagianBervariasi terutama di sekitar lubang
barat dengan kemiringan lereng (0-5%) dan tambang.
ketinggian wilayah 10-50m dpl.Relief yang terbentuk bervariasi dan
bergelombang hingga berbukit (5-15%) relatif datar yaitu bekas stockpile dan
dengan relief 30-75m dpl di bagian tengah jalan hingga yang berbukit yaitu
dan berbukit dengan kelerengan 15-25% dan pada timbunan overburden hingga
relief 70-200m dpl pada bagian timur laut cekungan yang dalam bekas lubang
wilayah tambang. tambang yang tidak direklamasi.
2 Paringin Umumnya tergolong sebagai wilayah dengan Bervariasi dari yang datar (<3%),
topografi datar hingga berbukit. cekungan berupa danau dengan
lubang yang dalam hingga deretan
perbukitan bekas timbunan
overburden bekas penggalian
tambang dengan ketinggian 30-50m
dan kemiringan lereng 20-40%.
Selain danau juga terdapat kolam
untuk penampungan sedimen dan
pengolahan air limbah tambang.
3 Wara Tergolong bergelombang (<5%) hingga Bervariasi dari cekungan berupa
berbukit (5-25%) danau, deretan perbukitan dengan
ketinggian 20-35m dan kemiringan
20-40%.
4 Di sekitar Umumnya mempunyai topografi yang Tidak banyak mempengaruhi
jalan tergolong datar hingga bergelombang (0-8%). topografi wilayah di sekitarnya.
angkutan Di beberapa tempat lahannya berupa rawa
batubara dengan topografi berupa cekungan yang terisi
air dan tumpukan bahan organik tanaman air.
Sumber: Kajian Kelayakan Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun, 2011
54

4.2. PROGRAM PASCATAMBANG


Program Pascatambang pada PT adaro berdasarkan Peraturan Menteri dan
Sumber Daya Mineral no 18 tahun 2008 dan no 78 tahun 2010 tentang reklamasi
dan penutupan tambang terdiri dari 4 aspek utama yaitu reklamasi, pemeliharaan
dan perawatan, sosial ekonomi, dan pemantauan. Rincian program pascatambang
pada PT Adaro dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Program pascatambang pada PT Adaro


No Program Pascatambang Keterangan
1. Reklamasi a. Tapak Bekas Tambang
1) Pembongkaran fasilitas tambang
2) Reklamasi lahan bekas fasilitas tambang
3) Pembongkaran dan reklamasi jalan tambang
4) Reklamasi lahan bekas tambang permukaan
5) Reklamasi lahan bekas kolam pengendap
6) Pengamanan semua bukaan tambang yang
berpotensi bahaya terhadap manusia
b. Fasilitas Pengolahan
1) Pembongkaran fasilitas pengolahan
2) Reklamasi lahan bekas fasilitas pengolahan
c. Fasilitas Penunjang
1) Reklamasi lahan bekas landfill
2) Pembongkaran sisa-sisa bangunan, transmisi
listrik, pipa, pelabuhan (udara dan air) dan fasilitas
iainnya
3) Reklamasi lahan bekas bangunan, transmisi listrik,
pipa, pelabuhan (udara dan air) dan fasilitas
lainnya
4) Pembongkaran peralatan, mesin, tangki bahan
bakar minyak dan pelumas
5) Penanganan sisa bahan bakar minyak, pelumas
serta bahan kimia
6) Lahan bekas sarana transportasi
7) Reklamasi lahan bekas bangunan dan fondasi beton
8) Pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi
bahan kimia, minyak dan B3
2. Pemeliharaan dan Perawatan Pemeliharaan dan perawatan terhadap tapak bekas tambang,
lahan bekas fasilitas pengolahan, dan lahan bekas fasilitas
penunjang
3. Sosial dan Ekonomi a. Penanganan pengurangan dan pemutusan hubungan
kerja, bimbingan, dan bantuan untuk pengalihan
pekerjaan bagi karyawan
b. Pengembangan usaha alternatif untuk masyarakat lokal
yang disesuaikan dengan program-program corporate
social responsibility
4. Pemantaun a. Kestabilan fisik
b. Air Permukaan dan Air Tanah
c. Flora dan Fauna
d. Sosial dan ekonomi
55

4.2.1. REKLAMASI
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Kegiatan reklamasi ini
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu penataan timbunan tanah penutup
(recontouring) termasuk pengendalian erosi dan sedimentasi, penanaman kembali
(revegetasi), pencegahan dan penanganan air asam tambang, pekerjaan sipil untuk
mendukung kegiatan pascatambang.

(1) Penataan timbunan tanah penutup, pengendalian erosi dan sedimentasi


Reklamasi lahan Adaro direncanakan setiap tahun dan lima tahunan
disesuaikan dengan perencanaan tambang pada saat penambangan batubara masih
berlangsung sedangkan pada masa pascatambang, reklamasi lahan ditujukan
untuk menata kembali lahan bekas tambang sesuai peruntukannya dan disesuaikan
dengan rencana pascatambang. Pekerjaan reklamasi meliputi aspek ekonomi dan
lingkungan. Pekerjaan reklamasi pascatambang dilakukan pada area: lahan bekas
fasilitas tambang, jalan tambang, lahan bekas tambang permukaan, bekas kolam
pengendapan.

Tabel 4.4. Rencana Reklamasi Lahan Bekas Tambang, Kolam Pengendap dan
Bekas Pembongkaran Fasilitas Tambang
No Komponen Dimensi Keterangan
Reklamasi Tapak Tambang di luar
1 Stock Pile dan Area IPPKH di luar 0 ha Area direklamasi
desain
Selama kegiatan operasional, bekas
37 Unit
2 Settling Pond (37 buah) Settling Pond ditimbun karena
(472,37 ha)
digunakan sebagai disposal area.
IPPKH di luar desain untuk ROM,
Workshop, Jalan, Area antara Crest
3 Area IPPKH di luar desain 1.742,9 Ha line pit dan disposal, DAM,
direklamasi sesuai undang-undang
kawasan hutan
Kegiatan reklamasi yang dilakukan
Workshop dan bangunan / fasilitas
4 4,36 Ha adalah reklamasi bekas
penunjang di luar tambang
pembongkaran weighting bridge
2.219,63 Ha
56

(2) Penanaman kembali (revegetasi)


Daerah revegetasi adalah tempat pembuangan Overburden, kemudian
ditanami berbagai jenis. Sebelum ditanami tanaman keras, untuk mempercepat
tumbuhnya tanaman penutup pada umumnya ditanami terlebih dahulu berbagai
jenis tanaman leguminacea dengan cara hydrooseding. Dengan berdasarkan 76
jenis tumbuhan yang tercatat dalam plot pengamatan, 8 jenis diantaranya
tergolong jenis tumbuhan yang dilindungi oleh peraturan di Indonesia.
Berdasarkan 8 jenis ini 7 diantaranya tergolong tumbuhan berkayu, sedangkan
satu jenis lainnya berupa tumbuhan herba yaitu kantung semar.
Revegetasi yang dilakukan Adaro adalah melakukan pembibitan berbagai
jenis tanaman yang bekerja sama dengan masyarakat setempat sebagai salah satu
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Adaro. Revegetasi
dilakukan setelah lokasi ditata dan dihampar dengan top/sub soil.
Tahapan dalam melakukan revegetasi diawali dengan menanam tanaman
penutup lahan seperti cover crops dan rerumputan. Fungsi revegetasi selain
mencegah erosi juga untuk meningkatkan kesuburan tanah. Metode penanaman
dengan teknik hydroseeding yang diterapkan pada lokasi berlereng. Pada lokasi
yang relatif datar, teknik penanaman menggunakan traktor atau manual (hand
seeding). Tahap selanjutnya adalah menanam pohon secara manual dengan
membuat lubang tanam. Ukuran lubang tanam 30 x 30 x 30cm dengan jarak
antara lubang 300 – 400 cm. Penanaman pohon biasanya dilakukan pada lereng
teras (bench) disposal, sedangkan pada lebar teras digunakan sebagai tempat
penyaliran dan jalan. Jenis dan jumlah bibit yang tersedia di nursery dapat dilihat
pada Tabel 4.5. di bawah ini.

Tabel 4.5. Jenis dan Jumlah Bibit Tanaman di Lokasi Nursery


NO. JENIS TANAMAN JUMLAH POHON
1. Akasia 10.802 pohon
2. Albazia / Sengon 10.293 pohon
3. Bambu 300 pohon
4. Cemara 165 pohon
5. Eukalyptus 232 pohon
6. Gamal - pohon
7. Jati Putih 650 pohon
8. Kelapa Sawit -
9. Terambesi 6.809 pohon
57

Lanjutan Tabel 4.5.

10. Waru 3.902 pohon


11. Buah – buahan 1.482 pohon
12. Tanaman lokal 2.277 pohon
Total 76.708 pohon
Sumber: Environmental Reclamation Adaro (2009)

(3)Pencegahan dan penanganan air asam tambang


Pengelolaan air asam tambang di PT Adaro Indonesia dilakukan dengan 2 cara
yaitu:
1. Penutupan (mengisolasi) batuan yang berpotensi menimbulkan air asam
tambang dengan batuan yang bersifat netral (maenggunakan metoda dry
cover)
2. Sebagian lubang tambang diupayakan ditimbun kembali dengan tanah
penutup.
3. Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran
mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan
menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup
dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindari terjadinya
proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah.
4. Adaro telah melakukan studi potensi air asam tambang dengan melakukan
pemboran inti lengkap (full core drilling) yang dilakukan bersamaan dengan
pemboran geoteknik. Beberapa lapisan kecil dimanfaatkan untuk keperluan
geoteknik. dan sebagian besar untuk analisis AMD (acid mine drainage).

(4) Pekerjaan sipil untuk mendukung kegiatan pascatambang


Adaro telah memiliki komitmen untuk meninggalkan kegiatan operasional
tambang batubara dengan baik, sehingga lokasi bekas wilayah operasional ini
dapat dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan produktif dalam rangka menunjang
perekonomian masyarakat terutama masyarakat sekitar wilayah penambangan
dengan peraturan pemerintah. Salah satu wujud komitmen Adaro itu adalah
menyesuaikan perencanaan pascatambang dengan tata ruang yang berlaku pada
saat itu.
58

Adapun rencana lokasi lahan pascatambang dibagi menjadi zone-zone


yaitu :
1. Zone lindung : hutan lindung
2. Zone pemanfaatan : lapangan tembak, area pemancingan, tambak, area
permukiman, area perkemahan, perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet
3. Zone wisata : wisata air, taman wisata, motorcros,
4. Zone penyangga : hutan lindung

4.2.1.1. TAPAK BEKAS TAMBANG


4.2.1.1.1. PEMBONGKARAN FASILITAS TAMBANG
Pada akhir penambangan, tidak seluruh fasilitas yang selama ini
digunakan untuk menunjang operasional dibongkar oleh Adaro. Fasilitas
tersebut dimiliki oleh kontraktor dan subkontraktor. Pada umumnya
konstruksi bangunan menggunakan konstruksi baja dan kombinasi beton
komposit. Fasilitas tersebut dipergunakan untuk kegiatan lain yang
berkaitan dengan rencana pemanfaatan lahan di bekas tapak tambang
Berhentinya operasi penambangan Adaro menghasilkan lahan yang cukup
luas, walaupun secara parsial dan langsung tidak dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umum. Oleh karena itu ketersediaan lahan memberikan peluang yang
cukup besar di masa yang akan datang terutama setelah masa pengakhiran
tambang pada tahun 2042.
Berbagai fungsi lahan pada area bekas penambangan batubara antara lain : area
hutan, pertanian, perkebunan, pemukiman, perkotaan, wisata, dan sebagainya.
 Pemanfaatan Kembali:
Pada pascatambang, prasarana dan sarana tambang dapat dimanfaatkan oleh
Pemerintah Daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku, misalnya
hauling road, pelabuhan, bendungan, nursery dan perkantoran.
 Pembongkaran dan pembersihan:
Prasarana dan sarana tambang yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
dibongkar agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan. Untuk
sarana dan prasarana yang mengandung limbah dilakukan pembersihan
(cleaning up) terlebih dahulu sebelum dibongkar. Limbah minyak/oli dari
59

workshop dikirimkan ke instansi yang mengelola limbah B3 sesuai perijinan


yang berlaku.
Pada Tabel 4.6. menunjukkan rincian pembongkaran fasilitas tambang
dari tahun 2022, 2032, sampai tahun 2042

Tabel 4.6. Pembongkaran Fasilitas Tambang dari tahun 2022, 2032, sampai tahun
2042
Luas Tahun
No Fasilitas Tambang Areal
(m2) 2022 2032 2042
Hauling KM 73 : Office Tutupan
1.
Station Wahyu 73 = 2°12'11.49430"S - 115°28'53.17961"E
Post Security 82 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Production & Annex 1594 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar

Adm - Mgt & Annex 1326 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar

Strategic & Annex 1514 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar

IT 168 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar


Canteen 841 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Multi Purpose 350 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Publik Hall 662 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Genset 287 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Fuel Tank 128 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Fuel & Radio Room 92 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Fuel Station 140 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Vehicle Washing 132 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Mosque 676 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
File Building 192 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Maintenance 240 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
TPS B3 54 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Desa Dahai : Office & Camp Dahai
2.
Station DH 01 = 2°15'39.31000"S - 115°28'44.19000"E
Tangki Air Utama 8.5 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Mes Paringin 175 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Mes Tutupan 230 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Mes Akasia 70 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Bangunan Laundry 40 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Shelter TV 3 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Mes Warukin 128 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Lapangan Badminton 138 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Mes Wara 11.5 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Gudang Museum 66 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
60

Lanjutan Tabel 4.6

Toilet Kantin 16 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar


Kantin 410 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar
Gudang Kantin 22.5 Tidak Bongkar Tidak Bongkar Bongkar

4.2.1.1.2. REKLAMASI LAHAN BEKAS FASILITAS TAMBANG


Kegiatan reklamasi terhadap lahan terganggu baik yang digunakan untuk
penambangan, penimbunan batuan penutup, kolam pengendap dan fasilitas
lainnya dilakukan dengan tahapan:
1) Penataan permukaan lahan
2) Pengaturan arah drainase dan pembuatan sarana kendali erosi
3) Penanaman tanaman penutup lahan untuk meminimalkan erosi
4) Penanaman tanaman tahunan
Pemilihan jenis tanaman tahunan disesuaikan dengan fungsi peruntukan
lahan. Reklamasi lahan bekas fasilitas tambang dilakukan setelah seluruh
bangunan dibongkar dan material dipindahkan.

4.2.1.1.3. PEMBONGKARAN DAN REKLAMASI JALAN TAMBANG


Jalan tambang yang dimaksud adalah jalan selain jalan angkut batubara
yang menghubungkan antara rom stock pile dengan Pelabuhan Kelanis, seperti:
jalan di dalam tambang, dan jalan inspeksi. Jalan yang akan dipertahankan adalah
jalan inspeksi dan jalan angkut batubara, dan akan dirawat agar berfungsi dengan
baik. Jalan angkut batubara pada saat pascatambang dikelola oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan masyarakat sekitar. Pemanfaatan jalan adalah :
sarana/jalan umum, akses masuk menuju tempat wisata di daerah Tanjung,
sebagai jalan angkut hasil hutan, sebagai jalan angkut hasil pertanian, perkebunan,
perikanan dan akses menuju daerah lain.
Sedangkan jalan ke arah disposal area pada masa pascatambang di
kategorikan menjadi dua yaitu dipertahankan, dibongkar dan direklamasi.
Reklamasi jalan dilakukan dengan cara melakukan penggemburan terlebih dahulu
(ripping) kemudian dilapisi top soil dan kemudian ditanami.
61

4.2.1.1.4. REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PERMUKAAN


Berdasarkan AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Per/tahun
Tambang Batubara Adaro (2011), program reklamasi yang telah dilakukan dan
akan berlanjut pada pascatambang adalah sebagai berikut :
(i) Pit Paringin
In-pit backfill (in-pit dump) di Blok 3.850 sampai dengan Blok 4.100
seluas 48,17ha. Rencana reklamasi seluas 48,17ha di in-pit dump. Jenis
tanaman revegetasi adalah sengon, eukaliptus, waru, akasia, lokal spesies
dan legume covercrops (fast growing).
(ii) Pit Tutupan
In-pit backfilling dilakukan di South Tutupan 1 yaitu block 2900 – 5200
dan untuk T-300 block 3450 – 4100 (kolam), block 4200 – 5700 (in-pit
backfill). Revegetasi di in-pit backfill area belum dilakukan karena masih
aktif ditimbun (belum final). Penataan lahan timbunan tanah penutup dan
revegetasi di out pit dump seluas 408,35ha di daerah low wall dan high
wall dengan jenis tanaman sungkai, sengon, jati putih, kaliandra, waru,
ketapang, covercrops, dan lain-lain.
(iii) Pit Wara
Rencana reklamasi seluas 15,61ha di out pit dump dengan jenis tanaman
sungkai, sengon, jati putih, kaliandra, waru, ketapang, legume covercrops,
dan lain-lain.

4.2.1.1.5. REKLAMASI LAHAN BEKAS KOLAM PENGENDAP


Reklamasi pada lahan bekas Kolam pengendapan dilakukan dengan cara
membuang air yang ada agar proses penimbunan dapat dilakukan dengan mudah
dan timbunan pada kolam menjadi lebih stabil. Reklamasi dilaksanakan setelah air
permukaan yang masuk ke Kolam pengendapan pada kondisi normal sesuai
dengan baku mutu (seperti parameter air: pH, TSS). Penimbunan bekas settling
pond dilakukan setinggi 2 m dari dasar. Daerah bekas Kolam pengendapan akan
menjadi lahan basah (wetland) dan ditanami dengan tanaman lahan basah seperti
tanaman sagu, talas dan lain-lain.
Pada akhir penambangan akan menyisakan lubang bekas tambang yang
62

digenangi air (kolam bekas tambang). Dinding kolam bekas tambang diharapkan
stabil dan mampu menampung air.
Upaya yang dilakukan untuk menjaga kestabilan dinding kolam
pengendapan yaitu :
1) Membentuk kemiringan dinding sesuai dengan kajian teknis dan desain
2) Membuat bangunan drainase yang baik untuk mengarahkan air dari catchment
area ke dalam kolam bekas tambang.
3) Membangun pintu air (spillway) yang aman dengan dimensi yang sesuai
peruntukannya.
4) Mengatur sistem drainase disekitar kolam
5) Menanam tanaman pada dinding yang tidak tergenang air
6) Membuat proteksi pada lokasi-lokasi yang tidak stabil.
7) Memasang rambu peringatan
8) Menetapkan lokasi tertentu untuk dapat diakses oleh umum.

Gambar a Gambar b

Gambar c Gambar d
Gambar 4.1.
Gambar a : Membentuk kemiringan dinding sesuai dengan kajian
teknis dan desain, Gambar b : bangunan drainase, Gambar c. Sistem drainase
disekitar kolam, Gambar d. Menanam tanaman pada dinding
63

4.2.1.1.6. PENGAMANAN SEMUA BUKAAN TAMBANG


Tabel 4.7 di bawah ini menunjukkan luas bukaan Tambang Tutupan Utara
dan Selatan. Semakin besar lubang terbuka akan semakin besar pula danau buatan
yang terbentuk.

Tabel 4.7. Perbandingan Luas Bukaan Tambang Tingkat Produksi 45 Juta dan 80
juta
Produksi 45 juta pertahun Produksi 80 juta pertahun
Luas Luas Lubang Luas Luas Lubang
AREA
Bukaan Backfill Terbuka Bukaan Backfill Terbuka
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
Tutupan Utara
Tutupan 2.903,49 1.495,22 1.408,27 3.689,00 1.507,00 2.181,00
Selatan
Wara-1 740,66 496,01 244,65 547,00 419,00 128,00
Wara-2 630,00 412,87 217,13 131,00 27,00 104,00
Wara-3 184,00 93,00 91,00
Paringin Utara 306,31 227,58 78,73 299,00 222,00 77,00
Paringin
Selatan 196,00 130,00 66,00
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang Batubara
Adaro, 2011

Untuk Wara – 1 ada penciutan luas bukaan karena penambangan


diarahkan ke arah dalam atau memperdalam lubang tambang. Untuk Wara – 2
luas bukaan semakin kecil karena kapasitas produksi diperkecil dari maksimum
12 juta/tahun menjadi hanya maksimum sebesar 1 juta ton/tahun. Untuk Paringin
Utara tidak banyak perubahan karena tingkat produksi sama maksimum 2 juta
ton/tahun.
Kawasan hutan produksi yang dimanfaatkan Adaro sesuai dengan izin
pinjam pakai adalah sebesar 8.408,17ha. Berdasarkan rencana penambangan
sampai dengan tahun 2042, sekitar 585,69ha atau 6,97% luas kawasan hutan tidak
dapat direklamasi dan membentuk void.
Studi mengenai pemanfaatan void sudah mulai dilakukan oleh Adaro
dengan melakukan pemantauan rutin di lokasi Pit Wara dan Pit Paringin. Khusus
studi pascatambang di Pit Paringin, Adaro telah memberikan contoh pengelolaan
wilayah bekas tambang yang telah direklamasi dan saat ini telah menjadi daerah
dengan vegetasi rapat. Dalam rencana pascatambang Adaro, void seluas 2.100ha
64

akan dimanfaatkan sebagai tempat cadangan air bagi masyarakat Tabalong dan
Balangan. Air tersebut berpotensi dimanfaatkan untuk:
1. Sumber air untuk irigasi area pesawahan.
2. Bahan baku untuk pengolahan air bersih.
3. Perikanan
4. Micro-hydropower (sedang dalam kajian)
Bekerjasama dengan LIPI Limnologi, Adaro tengah melakukan kajian
budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan udang sungai (Macrobrachium
rosenbergii).

Gambar 4.2.
Kolam Percobaan Budidaya Nila dan Udang Sungai dari Sumber Air Void
Tambang Paringin

4.2.1.2. FASILITAS PENGOLAHAN


4.2.1.2.1. PEMBONGKARAN FASILITAS PENGOLAHAN
Adaro mempunyai fasilitas pengolahan yang dipertahankan dan
tidak dibongkar. Fasilitas pengolahan tetap dipertahankan pada tahun 2022
dan 2032 karena jumlah cadangan batubara yang tersisa masih banyak
sehingga dimungkinkan untuk melanjutkan penambangan Sedangkan pada
tahun 2042 fasilitas pengolahan akan dibongkar. Tabel 4.8. menunjukkan
pembongkaran fasilitas pengolahan dari tahun 2022, 2032, sampai tahun 2042 .
65

Tabel 4.8. Pembongkaran Fasilitas Pengolahan dari tahun 2022, 2032, sampai
tahun 2042
Fasilitas
2022 2032 2042
Tambang Di
Kelanis Port Lokasi
Dan Bongkar Tidak Bongkar Tidak Bongkar Tidak
Processing
Crusher Barito Selatan √ √ √
Hopper Barito Selatan √ √ √
Stockpile Barito Selatan √ √ √
Tangki B3 Barito Selatan √ √ √
Tangki B3
Pama Pasar Barito Timur √ √ √
Panas
Tangki B3
Barito Timur √ √ √
office
Tangki B3 SIS
Barito Timur √ √ √
km. 35
TPS B3 Padat PT. SIS √ √ √
TPS B3 Cair PT. SIS √ √ √
Sampling
TPS LB3 √ √ √
Hauling km. 69
R.Bioremidiasi Area Wara √ √ √

4.2.1.2.2. REKLAMASI LAHAN BEKAS FASILITAS PENGOLAHAN


Reklamasi lahan bekas fasilitas pengolahan yaitu Crushing Plant akan
tetap dipertahankan pada tahun 2042 sesuai fungsinya saat ini. Uraian lahan bekas
pembongkaran fasilitas pengolahan yang tidak direklamasi dapat dilihat pada
Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Uraian Lahan Bekas Pembongkaran Fasilitas Pengolahan yang Tidak
Direklamasi
Jumlah
No Areal Komponen Luas Keterangan
(Unit)
Area crushing plant sudah
Crushing Plant masih
Crushing termasuk di area stockpile
1 Kelanis 3 dipertahankan sesuai
Plant Kelanis (conveyor K1 dan
fungsinya saat ini
K3)

4.2.1.3. FASILITAS PENUNJANG


4.2.1.3.1. REKLAMASI LAHAN BEKAS LANDFILL
Reklamasi lahan bekas landfill di areal disposal dilakukan dengan metode
hydroseeding. Metode ini berhasil mengontrol erosi pada bagian slope disposal.
Metode hydroseeding digunakan sebagai bagian permanen dalam program
66

rehabilitasi lahan sebagai upaya untuk perbaikan unsur hara tanah (sifat fisik,
kimia, dan biologi), sehingga diharapkan tanah telah/akan mengalami perbaikan.

4.2.1.3.2.PEMBONGKARAN SISA-SISA BANGUNAN, TRANSMISI


LISTRIK, PIPA, PELABUHAN
Prasarana dan sarana tambang yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
akan dibongkar agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan. Contoh
prasarana dan sarana tambang berupa pembongkaran fasilitas sisa bangunan,
pembongkaran transmisi listrik, dan pembongkaran fasilitas pelabuhan.

4.2.1.3.3.REKLAMASI LAHAN BEKAS BANGUNAN, TRANSMISI


LISTRIK, PIPA, PELABUHAN
Reklamasi lahan bekas bangunan, fasilitas penunjang transmisi listrik
berupa power house, comp room , genset, dan compresso serta pelabuhan pada
tahun 2042 bangunan fasilitas penunjang dan fasilitas penunjang transmisi listrik
akan dibongkar semua, dan lahan bekas bangunan sisa ini akan direklamasi sesuai
dengan peruntukkan lahannya. Sedangkan untuk pelabuhan yang berada di Barito
Selatan akan tetap dipertahankan dan dikembalikan ke pemerintah karena
pelabuhan ini dapat dipergunakan oleh masyarakat sekitar.

4.2.1.3.4. PEMBONGKARAN PERALATAN, MESIN, TANGKI BAHAN


BAKAR MINYAK DAN PELUMAS
Informasi Pembongkaran Fasilitas penunjang Peralatan, Mesin, Tangki
Bahan Bakar Minyak Dan Pelumas dirincikan dengan lokasi, luas areal, dan
kriteria pembongkaran dari tahun 2022, 2032, sampai tahun 2042 dapat dilihat
pada Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12.

Tabel 4.10. Pembongkaran Peralatan dari tahun 2022, 2032, sampai tahun 2042
Fasilitas Luas 2022 2032 2042
Penunjang Lokasi Areal
Peralatan (m2) Bongkar Tidak Bongkar Tidak Bongkar Tidak
Hauling KM
Vehicle
73 : Office 132 √ √ √
Washing
Tutupan
67

Tabel 4.11. Pembongkaran Mesin dari tahun 2022, 2032, sampai tahun 2042
Fasilitas 2022 2032 2042
Penunjang Lokasi
Mesin Bongkar Tidak Bongkar Tidak Bongkar Tidak
Rangkaian
Barito Selatan √ √ √
conveyor
Sampling
R. Genset √ √ √
Hauling km 69
Hauling Road
R. Genset √ √ √
km. 73

Tabel 4.12. Pembongkaran Tangki BBM dan Pelumnas dari tahun 2022, 2032,
sampai tahun 2042
Fasilitas 2022 2032 2042
Penunjang Luas Areal
Lokasi
BBM dan (m2) Bongkar Tidak Bongkar Tidak Bongkar Tidak
Pelumnas
Tempat Oil PT. RA (Disposal
60 √ √ √
Baru Central 7)
Tempat Oli Sampling Hauling
36 √ √ √
Baru km. 69
Rumah Pompa Disposal HW 1
120 √ √ √
& Oil Man Area Megashop
Fuel Storage 2 x
PIT Central 1925
500 KL
Fuel Storage 2 x
Km. 35 770
250 KL
Fuel Storage
Km. 33 1092
2500 KL
Depo-Fuel Sampling Hauling 225 √ √ √

4.2.1.3.5. PENANGANAN SISA BAHAN BAKAR MINYAK, PELUMAS


SERTA BAHAN KIMIA
Penanganan sisa bahan bakar minyak, pelumas, serta bahan kimia yang
mengandung limbah akan dilakukan pembersihan (cleaning up) terlebih dahulu
sebelum dibongkar. Limbah minyak/oli dari workshop dikirimkan ke instansi
yang mengelola limbah B3 sesuai perijinan yang berlaku, sedangkan limbah B3
lainnya dikirimkan ke instansi yang mengelola limbah B3. Peraturan mengenai
penanganan kontaminasi limbah B3 akan mengacu kepada Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemulihan
Lahan Terkontaminasi Limbah B3.
68

4.2.1.3.6. REKLAMASI LAHAN BEKAS SARANA TRANSPORTASI


Lahan bekas sarana transportasi akan tetap dipertahankan dan
dikembalikan kepada pemerintah karena masih dapat dipergunakan oleh
masyarakat sekitar.

4.2.1.3.7. REKLAMASI LAHAN BEKAS BANGUNAN DAN FONDASI


BETON
Pada umumnya fasilitas yang akan dibongkar terbuat dari
konstruksi baja yang masih mempunyai nilai ekonomi (nilai sisa). Proses
pembongkaran perlu memperhatikan aspek Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Pelaksanaan pembongkaran akan dilakukan setelah fasilitas tidak
digunakan lagi dan proses pembongkaran dilakukan hingga selesai (tidak
meninggalkan material sisa).

4.2.1.3.8.PEMULIHAN (REMEDIASI) TANAH YANG


TERKONTAMINASI BAHAN KIMIA, MINYAK DAN B3
Peraturan mengenai penanganan kontaminasi limbah B3 akan
mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30
Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
B3. Pada tahun 2022, prasarana dan sarana tambang ada yang dibongkar
dan ada yang tetap dipertahankan. Kegiatan pemulihan tanah
terkontaminasi di wilayah operasi Adaro dilakukan oleh subkontraktor.
Limbah B3 yang dipulihkan antara lain tumpahan oli dan filter oli di
workshop masing-masing. Kegiatan pemulihan limbah B3 dilakukan saat
operasi sampai berhentinya kegiatan penambangan. Pemulihan (remediasi)
tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan limbah B3 dapat
dilihat pada Tabel 4.13.

4.2.2. PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN


Pemeliharaan dan perawatan diperlukan dalam menunjang keberhasilan
reklamasi lahan tapak bekas tambang, bekas kolam pengendapan, bekas fasilitas
pengolahan, dan fasilitas penunjang.
69

Tabel 4.13. Pemulihan (Remediasi) Tanah yang Terkontaminasi Bahan Kimia, Minyak Dan Limbah B3
Panjang Lebar Tinggi Diameter Volume Kapasitas Sludge (0,10m) Keterangan
Perusa ha an Lo ka si Jumlah
(m) (m) (m) (m) ( m3 ) (liter) ( m3 ) (liter)
Kelanis (T-1) 1 - - 4,25 7,623 193,87 195.000 4,56 4.562
Kelanis (T-2) 1 - - 4,3 7,615 195,74 197.000 4,55 4.552
PT ADARO Kelanis (T-3 & T-4) 2 - - 3 3,049 21,89 20.000 0,73 730
Kelanis (T-1 & T-2) 2 - - 6 11,4 612,11 600.000 10,20 10.202
Kelanis (T-1 & T-2) 2 - - 10,97 13,59 1590,43 1.500.000 14,50 14.498

Pasar panas KM 35 2 - - 6 11,4 612,11 600.000 10,20 10.202


Wara 1 - - 6 11,46 618,57 600.000 10,31 10.310
Wara Workshop KM
2 - - 8,53 15,24 1555,21 1.500.000 18,23 18.232
PT PAMA 71
Wara MTW 2 1 - - 7,2 17,6 1750,76 1.000.000 24,32 24.316
T-3 Pasar Panas KM
1 - - 7,2 17,6 1750,76 1.000.000 24,32 24.316
35

Padang Panjang KM
2 7,32 9,7 540,66 500.000 7,39 7.386
70
PT BUMA 3 4,8 2,4 2,4 0 27,65 27.000 0,00 0
Area Kerja KM 76 2 6 1,85 2,48 0 27,53 27.000 0,00 0
1 6 2,48 1,85 0 27,53 27.000 0,00 0

1 - - 4,57 6 129,15 129.000 2,83 2.826


PT RA Workshop KM 68
2 - - 4,57 6,2 137,90 130.000 3,02 3.018
- -
Tutupan 2 - - 9,8 2,75 58,18 60.000 0 0 Tangki di
Pasar Panas KM 35 2 - 5 8,44 279,59 250.000 5,59 5.592 Tutupan sudah
PT SIS
diganti dengan
KM 82 4 9 17,1 2065,88 22,95 22.954 tangki di KM 82
163,69 163,695
Total
DRUM 818
70

Kegiatan pemeliharaan dan perawatan berupa pemeliharaan dan


perawatan lahan reklamasi di bekas tapak bekas tambang, pemeliharaan dan
perawatan kolam pengendap yang ditimbun dan direklamasi pasca
operasional, pemeliharaan dan perawatan reklamasi lahan bekas
fasilitas pengolahan dan fasilitas penunjang, pemeliharaan dan perawatan
pembangunan fasilitas di bekas tapak tambang. Kegiatan pemeliharaan dan
perawatan dapat dilihat pada Tabel 4.14, Tabel 4.15, Tabel 4.16 dan Tabel
4.17.

Tabel 4.14. Pemeliharaan dan Perawatan Lahan Reklamasi di Bekas


Tapak Bekas Tambang
Lokasi Kegiatan Periode
Bangunan kendali erosi s/d tahun ke-5
Perawatan tanaman s/d tahun ke-5
Disposal outpit dan in-
Pengkayaan tanaman s/d tahun ke-5
pit
Pengendalian hama dan penyakit
s/d tahun ke-5
tanaman
Perawatan kestabilan dinding kolam s/d tahun ke-5
Perawatan spillway s/d tahun ke-5
Perawatan sistem drainase menuju
Kolam Bekas Tambang s/d tahun ke-5
kekolam
Perawatan drainase ke perairan
s/d tahun ke-5
umum
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun
Tambang Batubara PT Adaro Indonesia, 2011

Tabel 4.15. Pemeliharaan Dan Perawatan Kolam Pengendap yang Ditimbun


dan Direklamasi Pasca Operasional
Lokasi Kegiatan Periode
Perawatan tanaman s/d tahun ke-5
Tutupan, Wara, dan Pengkayaan tanaman s/d tahun ke-5
Paringin Pengendalian hama dan
s/d tahun ke-5
penyakit tanaman
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun
Tambang Batubara PT Adaro Indonesia, 2011
71

Tabel 4.16. Pemeliharaan dan Perawatan Reklamasi Lahan Bekas


Fasilitas Pengolahan dan Fasilitas Penunjang
Pemeliharaan dan
Fasilitas Kegiatan Periode
Perawatan
Perawatan tanaman s/d tahun ke-3
Fasilitas Crushing dan
Pengkayaan tanaman s/d tahun ke-3
stockpile Pengendalian hama dan
s/d tahun ke-3
Fasilitas penyakit tanaman
Pengolahan Perawatan tanaman s/d tahun ke-3
Tangki BBC dan Pengkayaan tanaman s/d tahun ke-3
jembatan timbang Pengendalian hama dan
s/d tahun ke-3
penyakit tanaman
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang Batubara PT
Adaro Indonesia, 2011

Tabel 4.17. Pemeliharaan dan Perawatan Pembangunan Fasilitas


di Bekas Tapak Tambang
Kegiatan Lokasi Dimensi Satuan Periode
Pemeliharaaan dan Pemeliharaan dan
Perawatan fasilitas olah Perawatan
raga (sirkuit Motocross, T300, S1 1 set dilakukan oleh
lapangan golf, lapangan Pengelola
bola) bangunan
Lapangan Golf IBF-TTP SELATAN 1 set
Lapangan Bola S2-TTP 2 Bh Pemeliharaan dan
Perawatan
Lapangan Tenis S2-TTP 1
dilakukan oleh
Softball S2-TTP 1 bh
Pengelola
Futsal S2-TTP 2 bh bangunan
Sirkuit Motocross DISP-WARA BARAT 1 bh
Pemeliharaaan dan
TL-1, TL-2, TL-3,
Perawatan area
PL-1, PL-2, PL-3,
konservasi ikan (Menabur 9 klm s/d tahun ke-1
WL-1, WL- 2, DAM
ikan dikolam bekas
HW & LW
tambang)
Pemeliharaaan dan
Perawatan Mine Closure DISP-PRG 1 bh s/d tahun ke-1
Center
Pemeliharaaan dan
Perawatan kawasan
s/d tahun ke-1
wisata (Gazebo, Tempat
Bermain)
Bumi Perkemahan IBF-TTP TIMUR 1 Iks s/d tahun ke-1
IBF-TTP TIMUR, IBF-
Tempat Bermain WARA, IBF-TTP 3 Iks s/d tahun ke-1
SELATAN
Area Outbound IBF-TTP TIMUR 1 Iks s/d tahun ke-1
Pemeliharaaan dan
Perawatan area DISP-TTP TIMUR 1 Iks s/d tahun ke-1
konservasi hewan
Pemeliharaaan dan
Perawatan Spillway kolam PL-2 0.82 m s/d tahun ke-1
bekas tambang
OPEN CHANELL IBF-
Drain TL-3 TO TL-2 1,300 m s/d tahun ke-1
TTP & PIT WALL WARA
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang Batubara PT
Adaro Indonesia, 2011
72

4.2.3. PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


4.2.3.1.PENANGANAN PENGURANGAN DAN PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA, BIMBINGAN, DAN BANTUAN UNTUK
PENGALIHAN PEKERJAAN BAGI KARYAWAN
Jumlah tenaga kerja Adaro terus bertambah mengikuti peningkatan
produksi. Pada tahun 2000 dengan tingkat produksi 15,481 juta ton jumlah
tenaga kerja Adaro beserta kontraktor dan sub kontraktor mencapai 4.023 orang,
sedangkan pada tahun 2009 dengan tingkat produksi 40,590 juta ton total tenaga
kerja mencapai 12.623 orang. Peningkatan jumlah karyawan selaras dengan
peningkatan jumlah karyawan lokal dengan prosentase mencapai > 60%
Pemutusan hubungan kerja sebagai akibat berakhirnya masa operasional
tambang Adaro menyebabkan banyak masyarakat yang terlibat langsung sebagai
tenaga kerja (karyawan) menjadi kehilangan kesempatan kerja. Masyarakat yang
menyediakan berbagai layanan jasa (perumahan, telekomunikasi, warung, dan
lain-lain) untuk karyawan dan operasional Adaro serta kontraktor akan kehilangan
kesempatan berusaha.
Penanganan pemutusan hubungan kerja pasca penambangan dilakukan
dengan tujuan agar pelaksanaan pemutusan hubungan kerja tidak menyebabkan
gejolak sosial ekonomi. Penanganan yang dilakukan adalah merancang sistem
penataan tenaga kerja pasca operasional tambang dengan melibatkan semua pihak
yang terkait. Kegiatan ini akan disosialisasikan dan dilakukan pembinaan yang
lebih dini serta dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kapasitas produksi
tambang yang dijalankan.

Tabel 4.18. Jumlah Tenaga Kerja Adaro


Tenaga Tenaga Tingkat
Tenaga Kerja TOTAL
Tahun Kerja Lokal Kerja Produksi
Non Lokal (orang)
Asing (Juta Ton)
2000 2,788 1,228 7 4,023 15.481
2001 3,522 1,189 7 4,718 18.778
2002 4,018 1,848 5 5,871 21.236
2003 4,455 1,97 9 6,434 23.072
2004 4,627 2,04 10 6,677 25.120
2005 4,13 2,807 9 6,946 26.686
73
Lanjutan Tabel 4.18

2006 5,265 2,775 9 8,049 34.368


2007 5,636 3,021 11 8,668 36.038
2008 6,83 4,571 20 11,421 38.482
2009 8,382 4,233 8 12,623 40.590
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun
Tambang Batubara PT Adaro Indonesia, 2011

Karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja dan kehilangan


kesempatan kerja dapat mempersiapkan pekerjaan atau usaha lain sebagai sumber
pendapatan rumah tangga secara dini. Pengelolaan yang dilakukan antara lain
berupa:
1. Memberikan pelatihan kewirausahaan bagi pekerja yang akan terkena
pemutusan hubungan kerja akibat berakhirnya proyek.
2. Memberikan pesangon sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
3. Mengembangkan kegiatan pembinaan masyarakat sekitar dalam usaha
ekonomi produktif yang sesuai dengan potensi desa masing-masing dan
terintegrasi dengan kegiatan pengembangan masyarakat (CSR).
Menjelang berakhir waktu penambangan, maka terjadi penurunan produksi
batubara. Penurunan produksi ini akan mengakibatkan terjadinya pengurangan
tenaga kerja.

Tabel 4.19. Program Penanganan PHK, Bimbingan dan Bantuan untuk Pengalihan
Pekerjaan Bagi Karyawan
Program Frekuensi Periode

Membuat Prosedur Penanganan 3 tahun sebelum


1x
PHK dan Jadwal pascatambang
Sosialisasi Prosedur Pensiun 3 tahun sebelum
4x
Karyawan pascatambang
Pelatihan Usaha Menghadapi 3 tahun sebelum
12x
Masa Pensiun pascatambang
PHK dan Pembayaran hak-hak Sejumlah karyawan yang Sesuai dengan target
karyawan pensiun akan di-phk produksi tahun berjalan
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun
Tambang Batubara PT Adaro Indonesia, 2011
74

Tabel 4.20. Program Pengembangan Usaha Alternatif untuk Masyarakat Lokal


Bidang Program Jenis Kegiatan Frekuensi
Pembinaan Perkebunan Kebun Contoh, bantuan bibit Rutin selama operasional
Pembinaan Peternakan Pengembangan ternak Ayam, Sapi, Kambing, Babi berlangsung, sesuai program
Pembinaan Pertanian Bantuan alat pertanian. Pertanian terpadu CSR
Pembinaan Perikanan Budidaya ikan Mujair, ikan Lele, Nila, Patin
Pembinaan Meubelair Pinjaman Modal Usaha, Pelatihan
Pembinaan Perbengkelan Pelatihan, Pinjaman modal
Pembinaan Pengrajin Rotan Pelatihan, Pinjaman modal
Ekonomi Pembinaan LKM Penambahan Modal, pinjaman modal. bantuan komputer
Pemberdayaan Ekonomi Usaha, Pelatihan, Pendidikan
Masyarakat
Pembinaan Masyarakat Melalui Usaha, Pelatihan, Organisasi
Pemuda Pelopor
Pengembangan Komoditi Usaha, Pelatihan, Pembibitan
Unggulan
Spesial proyek Penggemukan Sapi, Peternakan Ayam
Kesehatan Operasi Katarak Operasi Geratis Rutin selama operasional
Peningkatan Kesehatan Promosi Kesehatan berlangsung, sesuai program
Masyarakat CSR
Penyediaan Sarana Air Bersih Pembuatan sumur Gali. Pengadaan Mesin pompa air
Pendidikan Peningkatan Kualitas Pendidikan Pelatihan Quantum Teaching & Quantum Learning, Seminar Pendidikan, Pembinaan Rutin selama operasional
Formal sekolah unggulan, Pengembangan Madrasah, Konferensi guru berlangsung. sesuai program
Bantuan lnfrastruktur dan Rehab bangunan sekolah, Bantuan Peralatan mengajar dan belajar,d11 CSR
Pembinaan Sekolah
Beaiswa Beasiswa untuk siswa berprestasi dan tidak mampu SD, SMP, SMA dan S1.
GN OTA Beasiswa untuk siswa berprestasi dan tidak mampu SD, SMP, SMA dan S1.
Spesial proyek Bimbingan Belajar Primagama
Sosial Budaya Pembinaan Olah Raga Pembinaan Persetab, Percasi, Kejuaraan tenis, balap Motor, Pembinaan Karate, dll Rutin selama operasionalberlangsung,
Pembinaan Keagamaan Penyelenggaraan MTQ, Pembinaan keagamaan melalui MUI, Pembinaan TKA/ TPA, sesuai program
Sekolah minggu serta pelatihan guru ngaji. CSR
Pembinaan Seni Budaya Pengadaan alathabsyi, Pembinaan Kesenian, dukungan Visit KalSel Year 2009.
Bina Desa Bantuan Masjid, Langgar, Gereja, Perbaikan Jalan, Pembangunan Pos kamling,
Bantuan Karang Taruna, dll.
Infra Struktur/Peralatan Pengadaan sound system Desa, pembuatan jembatan, titian ulin, dll
Spesial Proyek Pembentukan Desa Adaro Mandiri
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang Batubara PT Adaro Indonesia 2011.
76

4.2.3.2.PENGEMBANGAN USAHA ALTERNATIF UNTUK


MASYARAKAT LOKAL YANG DISESUAIKAN DENGAN
PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Pengembangan usaha alternatif untuk masyarakat lokal diarah kepada
pengembangan masyarakat mandiri. Usaha yang akan dikembangkan berdasarkan
pada keperluan masyarakat dan pasar dari komoditas yang akan
diusahakan.
Pengembangan masyarakat mandiri akan menggunakan sumberdaya alam
yang ada di luar wilayah operasi Adaro. Adapun, di wilayah operasi akan menjadi
pusat pengembangan yang akan menunjang unit-unit usaha masyarakat di luar
wilayah operasi. Program pengembangan usaha alternatif untuk masyarakat
local Dibagi menjadi 4 bidang utama yaitu ekonomi, kesehatan,
pendidikan dan sosial budaya. Program usaha alternative untuk
masyarakat.

4.2.4. PEMANTAUAN
4.2.4.1. KESTABILAN FISIK
Pemantauan kestabilan fisik dilakukan pada area bekas tambang Tutupan,
Paringin, dan Wara. Kestabilan fisik untuk morfologi area yang telah berubah dari
kondisi semula akibat kegiatan tambang bervariasi. Lokasi pemantauan meliputi
tingkat kestabilan lereng tambang dan disposal, sarana pengendali erosi, kolam
pengendapan dan spillway. Metoda pemantauan yang dilakukan adalah
pemantauan visual dan mengunakan alat monitoring.
Pada akhir penambangan pemantauan kestabilan lereng dan drainase
sangat penting untuk dilakukan. Hal ini berkaitan dengan morfologi lahan yang
telah mengalami perubahan bentuk akibat penambangan batubara. Pemantauan
dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan dari lereng tambang maupun
disposal serta fungsi setiap infrastruktur yang ada.
Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi
yang diinginkan, peralatan mekanis yang digunakan, material yang digali, jenis
pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas kedalaman
penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan sifat fisik
77

batuan unutk kestabilan lereng. Dimensi daripada jenjang adalah:


a. Panjang jenjang
Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari
areal penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang
direncanakan. Pada dasarnya adalah alat-alat mekanis yang digunakan
mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya.
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat mekanis
dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat angkut. Untuk
menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Wmin = 2R +JP + C + JA
Dimana:
W min = Lebar jenjang minimum
R = Radius putar alat muat excavator back hoe
JP = Jangkauan penumpahan BH
C = Lebar alat angkut
JA = Jarak aman
c. Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke puncak
jenjang tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari faktor keamanan suatu
lereng dan tinggi maksimum penggalian dari alat gali yang digunakan.
Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk
memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng.
Lereng pada daerah penambangan dapat mengalami kelongsoran apabila terjadi
perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan gaya ini dapat
terjadi karena pengaruh alam atau karena aktivitas penambangan.
Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving force) yaitu gaya
yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting force) yaitu gaya
penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut serta
tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng.
Menurut prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk
78

faktor keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:


Fk > 1 berarti lereng aman
Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang
Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabil
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lereng diantaranya
adalah:
1. Geometri lereng
2. Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan
3. Struktur geologi
4. Pengaruh air tanah
5. Pengaruh gaya-gaya luar
6. Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan
7. Faktor waktu.

Tabel 4.21. Pemantauan Kestabilan Lereng dan Drainase


Lokasi Program Lama Penanggung
Parameter Metode Frekuensi
Pemantauan Pemantauan Pemantauan jawab
Visual –
Lereng
Rekahan, Longsor Alat 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
tambang
Monitoring
Visual –
Disposal Rekahan, Longsor Alat 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Monitoring
Tambang
Sarana
Tutupan Kestabilan Bangunan Dan
Pengendali Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Fungsi
erosi
Kolam Kestabilan Bangunan Dan
Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Pengendap Fungsi
Kestabilan Bangunan Dan
Spillway Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Fungsi
Visual –
Lereng
Rekahan, Longsor Alat 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
tambang
Monitoring
Visual –
Disposal Rekahan, Longsor Alat 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Monitoring
Tambang Sarana
Kestabilan Bangunan Dan
Paringin Pengendali Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Fungsi
erosi
Kolam Kestabilan Bangunan Dan
Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Pengendap Fungsi
Kestabilan Bangunan Dan
Spillway Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Fungsi
Visual –
Lereng
Rekahan, Longsor Alat 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
tambang
Monitoring
Tambang Visual –
Wara Disposal Rekahan, Longsor Alat 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Monitoring
Sarana Kestabilan Bangunan Dan
Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Pengendali Fungsi
79

Lanjutan Tabel 4.21


erosi
Kolam Kestabilan Bangunan Dan
Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Pengendap Fungsi
Kestabilan Bangunan Dan
Spillway Visual 12x Pertahun 5 Tahun PT Adaro
Fungsi
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang
Batubara PT Adaro Indonesia, 2012

(1) Lereng Tambang


Lereng tambang adalah lereng yang terbentuk akibat kegiatan-kegiatan
penambangan batubara, yang terdiri dari tinggi jenjang, lebar jenjang dan sudut
kemiringan. Lereng tambang dapat terbentuk satu jenjang maupun lebih dari satu
jenjang.

Tabel 4.22. Pemantauan Lereng Tambang


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Terjadinya longsoran satu jenjang (single bench) atau banyak
Dipantau jenjang (multiple bench) pada lereng tambang.
Indikator :
Terbentuknya retakan-retakan, erosi-erosi pada lereng secara
kontinue yang semakin membesar, terbentuknya genangan-genangan
pada bench-benchnya.
Adanya tren pergerakan lereng yang progresif
2 Sumber Dampak Drainase yang mulai tidak terkontrol atau tidak mengikuti alur yang
sudah direncanakan sebelumnya, adanya penyumbatan atau
penutupan drainase oleh sedimentasi.
3. Parameter Banyaknya retakan-retakan, perkembangan erosi yang terbentuk,
Lingkungan yang kedalaman dan lebar erosi yang terbentuk, kesesuaian arah dan grade
Dipantau dari drainase, 80% keberhasilan tanaman penutup pada lereng
tambang.
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng tambang baik secara
Lingkungan visual maupun dengan data alat monitoring
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Jumlah retakan-retakan yang terjadi
2. Jumlah longsoran yang terjadi
3. Kesesuaian luasan area run off terhadap kapasitas atau jenis
drainase.
4. Arah dan grade dari setiap drainase
5. Jenis erosi yang terjadi (lembar, alur, parit) dan mengukur
lebar dan dalam dari setiap jenis erosi
6. Sedimentasi yang terjadi pada drainase
7. Mengindentifikasi penyebab tidak tumbuhnya tanaman
penutup pada lereng tambang
8. Pergerakan lereng dari data alat monitoring
Lokasi Pemantauan:
Lokasi bekas tambang di Tambang Tutupan, Tambang Wara, dan
Tambang paringin.
Jangka waktu Pemantauan:
Pemantauan visual terhadap kestabilan dilakukan setiap 3 bulan
sekali, bergantung pada intensitas hujan yang jatuh dilokasi tambang
dan dengan alat monitoring dilakukan daily atau 1 bulan sekali.
80

(2) Disposal
Disposal merupakan tempat penampungan buangan material penutup
batubara (OB) yang berlokasi di luar pit (external disposal) atau di dalam pit
(inpit dump). Disposal juga terbentuk secara berjenjang yang terdiri dari tinggi
jenjang, lebar jenjang dan sudut kemiringan jenjangnya. Lereng disposal dapat
terdiri dari satu jenjang maupun lebih dari satu jenjang.

Tabel 4.23. Pemantauan Disposal


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Terjadinya longsoran satu jenjang (single bench) atau banyak
Dipantau jenjang (multiple bench) pada lereng disposal.
Indikator :
Terbentuknya retakan-retakan, erosi-erosi pada lereng secara
kontinue yang semakin membesar, terbentuknya genangan-
genangan pada bench-benchnya.
Adanya tren pergerakan lereng yang progresif
2 Sumber Dampak Drainase yang mulai tidak terkontrol atau tidak mengikuti alur
yang sudah direncanakan sebelumnya, adanya penyumbatan atau
penutupan drainase oleh sedimentasi.
3. Parameter Banyaknya retakan-retakan, perkembangan erosi yang terbentuk,
Lingkungan yang kedalaman dan lebar erosi yang terbentuk, kesesuaian arah dan
Dipantau grade dari drainase, 80% keberhasilan tanaman penutup pada
lereng disposal.
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng tambang baik secara
Lingkungan visual maupun dengan data alat monitoring
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Jumlah retakan-retakan yang terjadi
2. Jumlah longsoran yang terjadi
3. Kesesuaian luasan area run off terhadap kapasitas atau
jenis drainase.
4. Arah dan grade dari setiap drainase
5. Jenis erosi yang terjadi (lembar, alur, parit) dan mengukur
lebar dan dalam dari setiap jenis erosi
6. Sedimentasi yang terjadi pada drainase
7. Mengindentifikasi penyebab tidak tumbuhnya tanaman
penutup
8. Pergerakan lereng dari data alat monitoring
Lokasi Pemantauan:
Lokasi disposal di Tambang Tutupan, Tambang Wara, dan
Tambang paringin.
Jangka waktu Pemantauan:
Pemantauan visual terhadap kestabilan dilakukan setiap 3 bulan
sekali, bergantung pada intensitas hujan yang jatuh dilokasi
disposal dan dengan alat monitoring dilakukan 1 bulan sekali.
81

(3) Peningkatan Erosi dan Sedimentasi


Erosi merupakan proses pelarutan partikel-partikel tanah pada lereng
tambang maupun disposal oleh air. Proses erosi terjadi karena kemiringan lereng
yang curam dengan partikel-partikel tanah yang tidak kompak (loose) dan tidak
adanya pelindung/penutup. Sedangkan sedimentasi adalah endapan partikel-
partikel tanah yang terjadi dalam suatu cekungan pengendapan atau perairan-
perairan yang lebih rendah.

Tabel 4.24. Pemantauan Peningkatan Erosi dan Sedimentasi


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Peningkatan debit air limpasan sehingga partikel tanah tidak
Dipantau kompak akan dihanyutkan dan diendapkan ke perairan sekitarnya
yang menimbulkan sedimentasi.
Indikator :
Terjadinya erosi-erosi pada permukaan lereng dan peningkatan
beban sedimentasi di sungai sekitar bekas kegiatan
2 Sumber Dampak Pada area yang tidak/kurang berhasil dalam penanaman tanaman
penutup, lereng yang mempunyai grade/kemiringan terlalu tinggi,
pembagian luasan area yang tidak seimbang terhadap kapasitas
aliran maupun kolam pengendapannya,
3. Parameter Banyaknya alur erosi yang terbentuk pada permukaan tanah (lahan
Lingkungan yang terbuka) serta tingkat sedimentasi pada saluran pembuangan air
Dipantau dan sungai.
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengetahui tingkat erosi dan jumlah sedimentasi yang
Lingkungan terjadi
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Jenis erosi yang terjadi (lembar, alur, parit) dan mengukur
lebar dan dalam alur erosi
2. Kesesuaian luasan area run off terhadap kapasitas atau
jenis drainase
3. Mengindentifikasi penyebab tidak tumbuhnya tanaman
penutup atau reklamasi
4. Sedimentasi yang terjadi disaluran penirisan, kolam
pengendapan dan sungai
Lokasi Pemantauan:
Lokasi bekas tambang di Tambang Tutupan, Tambang Wara, dan
Tambang paringin, daerah penimbunan
Jangka waktu Pemantauan:
Pemantauan terhadap erosi dilakukan setiap 6 bulan sekali,
bergantung pada intensitas hujan yang jatuh dilokasi tambang.

(4) Kolam Pengendap


Kolam pengendap (sediment pond) adalah tempat untuk menangkap runoff
dan menahan air yang juga berfungsi untuk mengendapkan material tersuspensi,
material berpotensi mengandung logam berat (Fe dan Mn) dan air yang
berpotensi mengandung asam (pH < 6).
82

Tabel 4.25. Pemantauan Kolam Pengendapan


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Pencemaran TSS (TSS yaitu padatan yang menyebabkan
Dipantau kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap,
terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih
kecil dari sedimen ) dan keasaman (pH<6 dikatakan asam dan pH
>6 dikatakan Basa) ke perairan umum / sekitarnya.
Indikator :
Terakumulasinya sedimentasi pada kolam pengendapan sehingga
menyebabkan kapasitas pengendapan berkurang, Tss tinggi atau
tingkat keasaman PH<6
2 Sumber Dampak Tingkat erosi yang tinggi pada area disposal yang sudah terbentuk,
kurang/tidak berhasil penanaman tanaman penutup, lereng-lereng
atau permukaan tanah yang mempunyai grade / kemiringan terlalu
tinggi, pembagian luasan area yang tidak seimbang terhadap
kapasitas aliran, penempatan material yang berpotensi Air Asam
Tambang tidak benar.
3. Parameter Akumulasi sedimentasi maksimum dalam jangka waktu tertentu
Lingkungan yang baik musim hujan maupun musim kemarau, nilai TSS, nilai
Dipantau keasaman, nilai logam berat.
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengatahui kesesuaian air dari kolam pengendapan
Lingkungan terhadap standard baku mutu sebelum di keluarkan ke perairan
umum.
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Mengukur kedalaman sedimentasi dalam kolam
pengendapan.
2. Sampling dan analisis nilai TSS.
3. Sampling dan analisis nilai keasaman
4. Sampling dan analisis nilai logam berat
Lokasi Pemantauan:
Lokasi kolam pengendapan di sekitar bekas tambang di Tambang
Tutupan, Tambang Wara, dan Tambang paringin
Jangka waktu Pemantauan:
Pemantauan terhadap kolam pengendapan dilakukan setiap 6
bulan sekali, bergantung pada intensitas hujan yang jatuh dilokasi
tambang.

Parameter pemantauan kolam pengendapan berdasarkan Keputusan


Menteri Lingkungan Hidup no 113 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi
usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara dapat dilihat pada tabel 4.26

Tabel 4.26. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batu Bara
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 400
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 113 tahun 2003
83

(5) Spillway
Spillway adalah sebuah lubang cukup besar di dalam kolam penampungan
air untuk mengendalikan pelepasan air dari kolam tersebut ke daerah hilir.
Spillway atau katup ini membantu mencegah banjir sehingga ketinggian air tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Pada saat normal, pintu air digunakan untuk
mengeluarkan air secara teratur, suplai air, irigasi dan sebagainya.

Tabel 4.27. Pemantauan Spillway


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Lingkungan Jenis Dampak:
Yang Dipantau Banjir atau tidak terkendalinya keluaran/pelepasan air dari kolam
penampungan
Indikator :
Tidak berfungsinya spillway, terjadinya kebocoran pada spillway
2 Sumber Dampak Kurang perawatan spillway, masa keausan dari spillway dan pelaksanaan
pengendalian pelepasan air dari kolam pengendapan yang tidak
kontinue/teratur.
3. Parameter Lingkungan Fungsi dari spillway dan pelaksanaan pengendalian pelepasan air dari
yang Dipantau kolam penampungan.
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengatahui fungsi dari spillway dan pelaksanaan pengendalian
Lingkungan pelepasan air dari kolam penampungan
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Masa perawatan spillway.
2. Masa keausan spillway
3. Kontinuitas pengendalian pelepasan air dari kolam
penampungan.
Lokasi Pemantauan:
Lokasi kolam penampungan di sekitar bekas tambang di Tambang
Tutupan, Tambang Wara, dan Tambang paringin
Jangka waktu Pemantauan:
Pemantauan terhadap spillway dilakukan setiap 6 bulan sekali, bergantung
pada intensitas hujan yang jatuh dilokasi tambang.

4.2.4.2. AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH


Pemantauan air permukaan dan air tanah akan dilaksanakan pada akhir
penambangan. Pemantauan ini disesuaikan berdasarkan PP RI N0. 82 Tahun
2001, KepMen. Neg. LH No. 113 Tahun 2003 dan Pergub Kalsel No. 36 Tahun
2008. Pelaporan akan dilaksanakan empat kali dalam satu tahun. Pada tabel 4.28.
menunjukkan pemantauan kualitas dan kuantitas air permukaan dan pemantauan
kualitas dan kuantitas air tanah berdasarkan komponen lingkungan yang dipantau,
sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan.
84

Tabel 4.28. Pemantauan Air Permukaan dan Air Tanah


Titik Lama Penanggung
Pemantauan Parameter Metode Frekuensi
Pantau Pemantauan jawab
Air Limbah di Setiap
pH, TSS, Fe-larut, 4x Dinas
Outlet Settling AAS Settling 5 Tahun
dan Mn-total Setahun Terkait
Pond Pond
pH, TSS, TDS,
BOD, COD, Fe-
4x Dinas
Air Sungai total, SO4, Mn-total, AAS 12 5 Tahun
Setahun Terkait
dan minyak/lemak,
debit air sungai
pH, TSS,
Fe-total, Kekeruhan,
Mn-total, Sulfat, Hg,
Air Sumur
Kesadahan (CaCO3), 4x Dinas
Penduduk AAS 2 5 Tahun
Klorida, Pb, MPN Setahun Terkait
sekitar tambang
Coliform
dan MPN Coli Tinja,
tinggi muka air tanah
Pengu Setiap
Kecepatan debit air,
kuran Sungai 4x Dinas
Debit Air Luas daerah, dan 5 Tahun
dilapa sekitar Setahun Terkait
waktu
ngan tambang
Pengu Setiap
Tinggi Muka Kedalaman dan kuran sumur 4x Dinas
5 Tahun
Air Tanah tinggi muka air tanah dilapa sekitar Setahun Terkait
ngan tambang
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang Batubara PT Adaro
Indonesia, 2012
Tabel 4.29. Pemantauan Kualitas Air Permukaan
No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Kualitas dan kwantitas air permukaan
Dipantau Indikator :
Terjadinya penurunan kualitas dan penurunan/penambahan
kuantitas air permukaan
2 Sumber Dampak Kurang/tidak berhasil kegiatan reklamasi dan revegetasi pasca
operasi, Menyempit atau meluasnya luasan area run off akibat
penambangan terhadap luasan area run off sebelum ditambang.
3. Parameter Aspek kualitas air dengan tolak ukur dampak yang digunakan
Lingkungan yang peningkatan kadar parameter zat padat tersuspensi (TSS),
Dipantau kekeruhan, pH, sulfat, COD, BOD, dan Fe sedangkan aspek
kuantitas berkurang/bertambahnya flow rate / debit air sungai
4. Tujuan Pemantauan 1. Mengetahui dampak terhadap kualitas dan kuantitas air sungai
Lingkungan dan luas persebarannya
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan water sampler di
lokasi pemantauan yang telah ditentukan kemudian contoh air
dimasukkan ke dalam botol polipropylene. Selanjutnya contoh air
ini dianalisa di laboratorium yang telah ditunjuk. Pengukuran
parameter tersebut adalah:
1. H diukur langsung ditempat pengambilan contoh
2. Kekeruhan dengan metode formazin turbidimetrik dengan
alat spektrofotometrik atau alat turbidimeter (FTU),
pengukuran kekeruhan air dan muatan padatan
tersuspensi ini dilakukan kurang dari delapan jam setelah
85

Lanjutan Tabel 4.29

pengambilan contoh air


3. Kadar sulfat dengan cara kolorometrik (mg/l)
4. Padatan tersuspensi dengan cara menentukan kandungan
padatan tersuspensi (mg/l) dalam air secara gravimetrik
dengan menggunakan alat timbang analitik
5. Pengukuran kadar logam besi (Fe) dilakukan dengan
menggunakan alat AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometer)
6. Analisis COD dilakukan secara titrimetrik dengan
K2Cr2O7 dan indicator feroin
7. Pengukuran debit / flowrate yang masuk di sungai yang
berada di sekitar area pasca penambangan.
Lokasi Pemantauan:
Sungai yang berada di area wilayah Adaro
Jangka waktu Pemantauan:
Dilakukan sejak dimulainya kegiatan tahap pasca operasi dan
dilakukan setiap 6 bulan sekali. Untuk parameter pH, pengukuran
dilakukan setiap hari

Tabel 4.30. Pemantauan Turunnya Muka Air Tanah


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Turunnya muka air tanah
Dipantau Indikator :
Terjadinya penurunan muka air tanah
2 Sumber Dampak Adanya penyaliran air tanah dan terpotongnya lapisan aquifer pada
saat penambangan, Kurang/tidak berhasil kegiatan reklamasi dan
revegetasi pasca operasi
3. Parameter Dalamnya muka air tanah
Lingkungan yang
Dipantau
4. Tujuan Pemantauan Mengevaluasi keberhasilan pengelolaan lingkungan reklamasi
Lingkungan lahan bekas tambang
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan Melakukan observasi langsung di lapangan dengan mengukur
kedalaman muka air tanah
Lokasi Pemantauan:
Pada sumur masyarakat sekitar tambang Adaro
Jangka waktu Pemantauan:
Setelah kegiatan penambangan Adaro berakhir, memantau muka
air tanah tambang berlangsung dengan frekuensi 6 bulan sekali

Gambar 4.3.
Pemantauan Kualitas Air Permukaan
86

Gambar 4.4.
Pengukuran pH insitu pada Setlingpond

4.2.4.3. FLORA DAN FAUNA


Pemantauan flora dan fauna untuk akuatik dan terestrial. Detail jenis biota,
parameter, titik dan lama pemantauan dapat dilihat pada Tabel 4.31. dan Tabel
4.32.

Tabel 4.31. Pemantauan Flora Fauna Akuatik


Titik Lama Penanggung
Jenis biota Parameter Metode Frekuensi
Pantau Pemantauan jawab
Kelimpahan,
A. Zooplankton Visual 15 4x Pertahun 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman ,
Kelimpahan,
B. Fitoplankton Visual 15 4x Pertahun 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman ,
Kelimpahan,
C.Benthos Visual 15 4x Pertahun 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman ,
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang
Batubara Adaro, 2012

Gambar 4.5
Pemantauan Fauna Akuatik
87

Gambar 4.6.
Pemantauan Biota Air (Sampling benthos)

Tabel 4.32. Pemantauan Flora Fauna Terestrial


Titik Lama Penanggung
No. Jenis biota Parameter Metode Frekuensi
Pantau Pemantauan jawab
A. FAUNA
Kelimpahan, 1x
1. AVES Visual 15 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman Pertahun
Kelimpahan, 1x
2. MAMALIA Visual 15 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman Pertahun
Kelimpahan, 1x
3. REFTIL Visual 15 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman Pertahun
Kelimpahan, 1x
4. AMPHIBI Visual 15 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman Pertahun
Kelimpahan, 1x
B. FLORA Visual 15 3 Tahun PT Adaro
Keanekaragaman Pertahun
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang Batubara Adaro,
2012

Gambar 4.7.
Pemantauan Flora Terestrial

Pada Tabel 4.33. dan Tabel 4.34. menunjukkan pemantauan flora darat dan
pemantauan fauna darat berdasarkan komponen lingkungan yang dipantau,
sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan.
88

Tabel 4.33. Pemantauan Flora Darat


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Peningkatan keanekaragaman flora darat dilokasi bekas
Dipantau penambangan
Indikator :
Terdapatnya pertumbuhan vegetasi serta bertambahnya jenis
vegetasi (tanaman budidaya/buah-buahan) pada areal yang
direvegetasi
2 Sumber Dampak Keberhasilan reklamasi dan revegetasi pasca operasi
3. Parameter Nilai indeks penting dan kondisi keanekaragaman tumbuhan dan
Lingkungan yang hasilnya akan dibandingkan dengan kondisi rona awal
Dipantau
4. Tujuan Pemantauan Mengetahui efektifitas pengelolaan lingkungan yang diterapkan
Lingkungan dalam mengatasi kerusakan vegetasi di lahan yang akan ditambang
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Membuat area pemantauan untuk mengetahui
keberhasilan revegetasi dengan cara menghitung jumlah
tumbuhan hasil revegetasi yang hidup dan yang mati,
umur tumbuhan dan penyulaman yang telah dilakukan.
Arahan penempatan plot serta jumlah dan letak plot
pengamatan vegetasi harus sama dengan plot pengamatan
tanah. Hasil pengamatan dibuat tabulasinya sehingga
dapat dilihat dengan mudah.
2. Inventarisasi jenis tumbuhan, menghitung jenis tumbuhan
yang dapat hidup selain yang sengaja ditanam dan
dihitung nilai pentingnya.
3. Daya hidup semai perlu dievaluasi 1 bulan setelah tanam,
dan diulangi pada umur 6 dan 12 bulan setelah tanam.
Survey harus dilakukan pada seluruh tanaman.
4. Hitung dan catat jumlah seedling yang gagal tumbuh
(mati, stagnasi, kekuningan dan merana), mengikuti
seluruh stip planting, tiap luasan 1 ha. Tancapkan air pada
tanaman yang gagal hidup sebagai tanda untuk
penyulaman.
5. Prosentase seedling yang hidup dihitung jumlah yang
ditanam dikali100%
6. Monitoring pertumbuhan tinggi dan diameter dilakukan
dengan interval waktu 3,6,9 dan 12 bulan setelah tanam
7. Revegetasi dilanjutkan sampai berhasil, oleh karena itu
selama pasca tambang dipantau juga pertumbuhan
tanaman
Lokasi Pemantauan:
Lokasi bekas penambangan
Jangka waktu Pemantauan:
Dilakukan 6 bulan sekali selama kegiatan pasca tambang
berlangsung

Tabel 4.34. Pemantauan Fauna Darat


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Munculnya kembali habitat satwa di lokasi bekas penambangan
Dipantau Indikator :
Peningkatan kehadiran, keragaman satwa (populasi satwa) pada
areal yang dikelola Adaro
89

Lanjutan Tabel 4.34

2 Sumber Dampak Reklamasi dan revegetasi lanjutan


3. Parameter Perubahan keanekaragaman jenis dan satwa yang dilindungi pada
Lingkungan yang saat dan sesudah kegiatan berlangsung dibandingkan dengan
Dipantau kondisi rona awal
4. Tujuan Pemantauan 1. Mengetahui tingkat pemulihan habitat satwa liar sehingga
Lingkungan satwa dapat kembali menghuni habitatnya
2. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
perlindungan terhadap satwa liar
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan 1. Pengamatan dilakukan terhadap jenis-jenis mamalia , aves
dan reptilia. Pengumpulan data satwa liar yang ada
diwilayah studi dilakukan secara primer dan sekunder.
Untuk memperoleh data primer digunakan peralatan
bantu, yaitu kamera, teropong dan buku referensi jenis
hewan dan burung. Inventarisasi jenis burung dilakukan
dengan pengamatan langsung bersamaan dengan
perhitungan populasi
2. Pemantauan jenis mamalia dan reptil adalah dengan
melihat langsung jejak, kotoran dan hasil peetemuan
dicatat
3. Data sekunder diperoleh berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat setempat seperti hasil buruan dan jerat
dan data dari instansi atau dinas yang terkait dengan
masalah satwa liar
4. Mendata keanekaragaman satwa dengan pengamatan
langsung dan wawancara dengan penduduk setempat dan
pekerja di daerah tambang
Lokasi Pemantauan:
Lokasi bekas penambangan
Jangka waktu Pemantauan:
Dilaksanakan selama tahap pasca operasi penambangan Adaro,
dengan periode pemantauan setiap 6 bulan sekali

4.2.4.4. SOSIAL DAN EKONOMI


Untuk menilai kinerja program masyarakat mandiri diperlukan
pemantauan sosial ekonomi. Jenis, parameter, metode, frekuensi dan lokasi
pemantauan dapat dilihat pada Tabel 4.35 Pelaporan dilakukan tiap tahun.

Tabel 4.35. Pemantauan Sosial dan Ekonomi


Lokasi pemantauan : 60 Desa
Lama Penanggung
Pemantauan Parameter Frekuensi
Pemantauan jawab
1. Kependudukan
- Pertambahan
Perpindahan penduduk 5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Penduduk
- Pemutusan Tenaga
Tingkat Pengangguran 5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Kerja
2. Ekonomi
Income
Pembinaan perkapita,jumlah
5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Pengusaha Lokal peredaran uang
di bank
90
Lanjutan Tabel 4.35

3. Kesehatan
- Program kesehatan Jenis penyakit dan
5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
masyarakat jumlah penderita
- Water Treatment Standar baku mutu
5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Plant (WTP) kualitas air minum
4. Pendidikan
- Pembinaan Guru Peningkatan
Sumberdaya Manusia 5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Lokal berprestasi
- Sekolah Tingkat pendidikan dan
5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Percontohan jumlah siswa berprestasi
- Perpustakaan
Peningkatan Mutu
keliling dan 5 tahun 1x Pertahun PT Adaro
Pendidikan
Beasiswa
Sumber: AMDAL Peningkatan Produksi Hingga 80 Juta Ton Pertahun Tambang
Batubara PT Adaro Indonesia, 2012

Pada Tabel 4.36 dan Tabel 4.37. menunjukkan pemantauan pendapatan


masyarakat dan pemantauan kesempatan kerja berdasarkan komponen lingkungan
yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantau, tujuan
pemantauan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan

Tabel 4.36. Pemantauan Pendapatan Masyarakat


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Pada masa berakhirnya kegiatan penambangan Adaro akan terjadi
Dipantau pelepasan tenaga kerja. Hal ini akan menyebabkan penurunan
masyarakat dan hilangnya kesempatan berusaha yang mendukung
kegiatan pertambangan Adaro
Indikator :
Adanya pengurangan tenaga kerja seiring dengan semakin
kecilnya aktivitas perusahaan
2 Sumber Dampak Pascatambang yang menimbulkan hilangnya kesempatan kerja dan
usaha sehingga menurunkan pendapatan masyarakat
3. Parameter Banyaknya penduduk yang kehilangan pendapatan akibat
Lingkungan yang pascatambang
Dipantau
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengetahui penurunan pendapatan masyarakat baik dari
Lingkungan hilangnya kesempatan kerja maupun berusaha
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan Metode pengukuran bersifat kuantitatif yaitu dengan mencatat data
penduduk yang terlibat langsung kehilangan kesempatan kerja dan
berusaha sehingga menyebabkan penurunan pendapatan.
91

Tabel 4.37. Pemantauan Kesempatan Kerja


No Kegiatan Keterangan
1. Komponen Jenis Dampak:
Lingkungan Yang Pada masa berakhirnya kegiatan penambangan Adaro akan terjadi
Dipantau pelepasan tenaga kerja. Hal itu akan menyebabkan penurunan
pendapatan masyarakat, dan hilangnya kesempatan berusaha yang
mendukung kegiatan pertambangan Adaro
Indikator :
Adanya pengurangan tenaga kerja seiring dengan semakin
kecilnya aktivitas perusahaan
2 Sumber Dampak Pascatambang yang menimbulkan hilangnya kesempatan kerja dan
berusaha
3. Parameter Banyaknya penduduk yang terkena pemutusan hubungan kerja dan
Lingkungan yang hilangnya kesempatan berusaha yang mengiringnya
Dipantau
4. Tujuan Pemantauan Untuk mengetahui penurunan pendapatan masyarakat baik dari
Lingkungan hilangnya kesempatan kerja maupun berusaha
5. Rencana Pemantauan Metode Pengumpulan dan Analisis Data:
Lingkungan Metode pengukuran bersifat kuantitatif yaitu dengan mencatat data
penduduk yang terlibat langsung kehilangan kesempatan kerja dan
berusaha sehingga menyebabkan penurunan pendapatan.

Tabel 4.38. Jadwal Pelaksanaan Pascatambang


Tahun
No Tahap Program Pascatambang
1 2 3 4 5
1 Pembongkaran fasilitas tambang
2 Reklamasi
3 Pemeliharaan dan perawatan
4 Pemantauan

Anda mungkin juga menyukai