Anda di halaman 1dari 10

https://www.bps.go.id/publication/download.html?

nrbvfeve=NTIwMmE0NzE5N2QyMWMxZDljMGIzYjJl&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnB
zLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTgvMTEvMTMvNTIwMmE0NzE5N2QyMWM
xZDljMGIzYjJlL3N0YXRpc3Rpay10ZWJ1LWluZG9uZXNpYS0yMDE3Lmh0bWw
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAxOS0wNC0yMyAxMzowNjoyNQ%3D%3D

DINAMIKA INDUSTRI GULA DI INDONESIA

Latar Belakang

Industri gula Indonesia mulai menghadapi berbagai masalah yang signifikan. Salah satu
indikator masalah industri gula Indonesia adalah kecenderungan volume impor yang terus
meningkat. Pada waktu krisis ekonomi, sector pertanian merupakan sector yang cukup kuat
menghadapi goncangan ekonomi dan dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian
nasional. Salahsatu sub sector yang cukup besar potensinya adalah sub sector perkebunan.
Sub sector ini merupakan penyedia bahan baku untuk sector industry, penyerap tenaga kerja
dan penghasil devisa.

Tebu sebagai bahan baku industry gula merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Industri gula berbahan baku
tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi ribuan petani tebu dan pekerja di industry
gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat dan
sumber kalori yang relative murah.

Peningkatan konsumsi gula di Indonesia dari tahun ke tahun memberikan peluang yang luas
bagi peningkatan kapasitas produksi pabrik gula. Selain itu dari jumlah produksi gula di
dalam negeri saat ini dirasakan belum mampu memenuhi kebutuhan gula di Indonesia.
Pemerintah berupaya agar Indonesia dapat mencapai swasembada gula sebagai salah satu
langkah menuju Ketahanan Pangan Nasional.
Pembahasan

1. Perkebunan Tebu

Perkebunan tebu di Indonesia menurut pengusahaannya dibedakan menjadi perkebunan Besar


(PB) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkebunan Besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara
(PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Tahun 2016 dan 2017 luas area tebu PBN
maupun PBS mengalami penurunan. Luas areal tebu untuk PBN tahun 2016 seluas 76,98 ribu
hektar terjadi penuruan sebesar 3,67 ribu hektar (4,55%) dibandingkan tahun 2015. Begitu
juga untuk tahun 2017 terhadap 2016 mengalami penurunan sebesar 8,43 ribu hektar
(10,95%) sehingga luas areal tebu tahun 2017 menjadi 68,55 ribu hektar. Begitu juga untuk
luas areal tebu PBS yang mengalami penurunan sebesar 5,49 ribu hektar (4,02%)
dibandingkan tahun 2015).

Gambar A. Luas Perkebunan Tebu di Indonesia

Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR) tebu tersebar di sepuluh provinsi di
Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Dilihat dari
luas areal, lima provinsi dengan luas areal tebu terluas pada tahun 2017 yaitu Provinsi Jawa
Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat.
Tabel

Luas Areal dan Produksi Gula Pasir dari Perkebunan Tebu Indonesia menurut Provinsi dan
Status Pengusahaan, 2017
2. Produksi Gula Pasir

Perkembangan produksi gula pasir Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR) dari
tahun 2013 sampai dengan 2017 cenderung mengalami penurunan. Produksi gula pasir dari
PB dan PR mengalami penurunan karena penurunan luas areal. Pada tahun 2016 produksi
gula sebesar 2,36 juta ton, terjadi penurunan sebesar 171,83 ribu ton (6,78 persen)
dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2017 produksi gula pasir kembali mengalami
penurunan menjadi 2,19 juta ton atau menurun sebesar 172,06 ribu ton (7,28 persen)
dibandingkan tahun 2016.

Gambar B. Produksi Gula Pasir Indonesia (Juta Ton), 2013-2017

Dilihat dari produksi terbesar tahun 2017, lima provinsi penghasil gula pasir terbesar yaitu
Provinsi Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. Pada tahun
2017 produksi gula pasir terbesar berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 1,15 juta ton
atau 52,34 persen dari total produksi gula pasir Indonesia.

3. Ekspor Impor Tebu Indonesia

Ekspor dan impor tebu Indonesia secara umum dibagi dalam dua jenis yaitu gula dan tetes tebu.
roduksi gula Indonesia sebagian besar dikonsumsi di dalam negeri dan hanya sebagian kecil
saja yang diekspor ke manca negara. Pangsa pasar untuk produk gula telah menjangkau ke
berbagai negara di benua Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa.

Ekspor Gula dan Tetes Tebu


Produksi gula Indonesia sebagian besar dikonsumsi di dalam negeri dan hanya sebagian kecil
saja yang diekspor ke manca negara. Pangsa pasar untuk produk gula telah menjangkau ke
berbagai negara di benua Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa.Pada tahun 2017 sekitar 32
negara yang menjadi pangsa pasar ekspor gula Indonesia. Negara yang menjadi pengimpor
gula terbesar dari Indonesia berturut-turut yaitu Amerika Serikat yang volume ekspornya
mencapai 691 ton atau sebesar 34,01 persen terhadap total volume ekspor gula Indonesia
dengan nilai sebesar US$ 1,50 juta, Singapura dengan volume ekspor sebesar 398 ton atau
memiliki kontribusi 19,59 persen dengan nilai ekspornya sebesar US$ 153 ribu, Malaysia dengan
kontribusi 18,36 persen atau volume ekspornya sebesar 373 ton dengan nilai ekspor US$ 78
ribu, Jerman mencapai 182 ton atau sekitar 8,96 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 412
ribu, dan Jepang sebesar 132 ton atau 6,50 persen dengan nilai ekspor mencapai US$ 55 ribu.
Volume dan nilai ekspor gula menurut negara tujuan.

Tabel

Volume dan Nilai Ekspor Gula menurut Negara Tujuan, 2016 dan 2017
Perkembangan ekspor tetes tebu memiliki pola yang berbeda sepanjang tahun 2013-2017, dimana pada tahun
2013 - 2014 mengalami peningkatan, kemudian turun pada tahun 2015, dan kembali meningkat pada tahun
2016-2017. Pada tahun 2013, total volume ekspor tetes tebu sebesar 537,57 ribu ton dengan nilai sebesar US$
66,42 juta, dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sekitar 20,59 persen menjadi 426,87 ribu ton dengan
nilai US$ 50,96 juta (lihat Tabel 2).Produksi tetes tebu Indonesia pada tahun 2017 diekspor ke 23 negara.
Diantara negara tersebut terdapat lima negara pengimpor terbanyak yaitu Filipina dengan volume sebesar 98,82
ribu ton atau 23,15 persen dari total ekspor tetes tebu Indonesia dengan nilai sebesar US$ 10,88 juta, Thailand
dengan volume 97,98 ribu ton (22,95%) dan nilai ekspornya sebesar US$ 11,10 juta, Vietnam dengan volume
58,14 ribu ton (13,62%) dengan nilai ekspor US$ 6,97 juta, Jepang dan Taiwan masing-masing volume 46,54
ribu ton (10,90%) dan 35,56 ribu ton (8,33%) dengan nilai ekspor US$ 6,29 juta dan US$ 2,81 juta.

Tabel

Volume dan Nilai Ekspor Tetes Tebu menurut Negara Tujuan, 2016 dan 2017
Gambar

Perkembangan Volume Ekspor Gula Dan Tetes Tebu Indonesia, 2013-2017

Impor Gula dan Tetes Tebu

Kekurangan pasokan gula dalam negeri mengharuskan Indonesia melakukan impor gula
dari berbagai negara, pada tahun 2017 tercatat sebanyak 13 negara yang menjadi pemasok
gula Indonesia. Lima negara terbesar yang menjadi pemasok gula Indonesia berturut-turut
Thailand dengan volume impornya mencapai 2,43 juta ton atau sebesar 54,31 persen
terhadap total volume impor gula Indonesia dengan nilai sebesar US$ 1,14 miliar, Brazil
dengan volume impor sebesar 1,08 juta ton atau memiliki kontribusi 24,13 persen dan nilai
impornya sebesar US$ 470,98 juta, Australia dengan kontribusi 14,46 persen atau volume
impornya sebesar 646,85 ribu ton dengan nilai impor US$ 293,11 juta, Cuba sebesar 116,00
ribu ton atau sekitar 2,59 persen dengan nilai impor sebesar US$ 59,48 juta, sedangkan
untuk Guatemala sebesar 94,00 ribu ton atau 2,10 persen dengan nilai impor mencapai US$
45,91 juta.Besarnya volume dan nilai impor menurut negara asal dapat dilihat pada Tabel
29.Besarnya persentase volume impor tebu Indonesia dari lima negara terbesar pengekspor
tebu Indonesia tahun 2017 disajikan pada Gambar berikut.
Gambar

Persentase Volume Impor Gula menurut Negara Asal, 2017

Seperti halnya dengan impor gula, perkembangan impor tetes tebu cukup fluktuatif. Pada
tahun 2013-2014, volume impor tetes tebu mengalami penurunan. Pada tahun 2014 volume
impor tetes tebu mencapai 73,52 ribu ton dengan nilai impor sebesar US$ 19,23 juta. Pada
tahun 2015, impor tetes tebu mengalami peningkatan sebesar 31,93 persen menjadi
sebesar 97,00 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 18,71 juta. Sementara itu, tahun 2016
impor tetes tebu kembali mengalami penurunan sekitar 19,45 persen atau menjadi 78,13
ribu ton dengan nilai sebesar US$ 13,61 juta. Impor tetes tebu kembali mengalami kenaikan
pada tahun 2017 sebesar 7,84 persen atau menjadi 84,26 ribu ton dengan nilai sebesar
US$ 13,78 juta.
Tabel

Ekspor dan Impor Gula dan Tetes Tebu, 1987 – 2017

Anda mungkin juga menyukai