Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KABUPATEN TASIKMALAYA
Laporan Praktikum
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mitigasi Bencana yang diampu oleh Ir.
Yakub Malik, M.Pd dan Hendro Murtianto, S.Pd., M. Sc.
Oleh : Kelompok 10
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................... 26
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 26
3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................................................ 27
3.5 Langkah-langkah Penelitian ............................................................................................ 27
BAB IV ...................................................................................................................................... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................... 28
4.1 Gambaran Umum KabupatenTasikmalaya ........................................................................ 28
4.1.1 Gunung Galunggung ........................................................................................................... 30
4.1.2 Kecamatan Cipatujah .......................................................................................................... 31
4.1.3 Kondisi Topografi Kabupaten Tasikmalaya ....................................................................... 32
4.1.4 Kondisi Iklim ...................................................................................................................... 33
4.1.5 Kondisi Hidrologi ............................................................................................................... 33
4.1.6 Jenis Tanah ......................................................................................................................... 35
4.1.7Kondisi Sosial dan Ekonomi................................................................................................ 36
4.2 Histori Bencana Gunung Galunggung dan Pantai Cipatujah ............................................... 37
4.3. Hasil Ekskursi ................................................................................................................. 38
4.3.1 Ekskursi Galunggung.......................................................................................................... 38
4.3.2 Ekskursi Cipatujah .............................................................................................................. 39
4.4 Hasil dan Pembahasan ..................................................................................................... 40
4.4.1 Analisis Indeks Bahaya Bencana Letusan Gunung Galunggung ........................................ 40
4.4.2 Analisis Indeks Risiko Bencana Letusan Gunung Galunggung ......................................... 41
4.4.3 Analisis Indeks Kerentanan Bencana Letusan Gunung Galunggung ................................. 42
4.4.4 Analisis Indeks Bahaya Bencana Tsunami Desa Cipatujah................................................ 43
4.4.5 Analisis Indeks Risiko Bencana Tsunami Desa Cipatujah ................................................. 44
4.4.6 Analisis Indeks Kerentanan Bencana Tsunami Desa Cipatujah ......................................... 45
4.4.7 Analisis Jalur dan Titik Evakuasi Bencana Tsunami Desa Cipatujah ................................ 46
4.4.8 Analisis Indeks Bahaya Bencana Tsunami Desa Cipatujah dengan Metode Skoring dan
Pembobotan ................................................................................................................................. 47
4.4.9 Analisis Indeks Kapasitas Bencana Tsunami Desa Cipatujah ............................................ 48
4.4.10 Analisis Indeks Kapasitas Letusan Gunung Galunggung ................................................. 49
4.5 Hasil Analisis Wawancara di Gunung Galunggung ............................................................. 49
4.6 Hasil Analisis Wawancara di Pantai Cipatujah ................................................................... 51
5.1 Simpulan ......................................................................................................................... 53
5.2 Saran .............................................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 54
iv
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 55
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat terkait risiko bencana Gunung Meletus
di wilayahnya
2. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat terkait risiko bencana tsunami di
wilayahnya
3. Sebagai bahan kajian untuk pemerintah agar mampu mengambil langkah
kebijakan yang tepat untuk menanggulangi bencana gunung meletus dan tsunami
4. Sebagai sumber referensi untuk peneliti selanjutnya terkait risiko bencana gunung
meletus di kecamatan sukaratu Desa Cipanas
5. Sebagai sumber referensi untuk peneliti selanjutnya terkait risiko bencana tsunami
di Kecamatan Cipatujah
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bencana
2.1.1 Pengertian Bencana
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 bencana merupakan suatu
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Sedangkan menurut Coburn, A. W. Dkk. 1994. Di dalam UNDP mengatakan
bahwa bencana adalah satu kejadian atau serangkaian kejadian yang memberi
meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur,
pelayanan-pelayanan penting atau sarana kehidupan pada satu skala yang berada di
luar kapasitas norma.
Heru Sri Haryanto (2001:35) mengemukakan pendapat bahwa karakteristik
bencana memiliki pengertian sebagai berikut:
a. Gangguan terhadap kehidupan normal, yang biasanya merupakan
gangguan cukup besar, mendadak dan terkirakan terjadinya, serta meliputi
daerah dengan jangkauan luas.
b. Bersifat merugikan manusia, seperti kehilangan jiwa, luka di badan,
kesengsaraan, gangguan kesehatan, serta kehilangan harta benda.
c. Mempengaruhi struktur sosial masyarakat, seperti kerusakan sistem
pemerintahan, gedung atau bangunan, sarana komunikasi, dan kekayaan
masyarakat.
Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bencana
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba yang
disebabkan baik oleh alam maupun manusia, sehingga dapat mengakibatkan korban
jiwa, kerusakan fasilitas sehingga dapat merusak kehidupan normal masyarakat dalam
skala wilayah tertentu.
2.1.2 Bencana Alam
Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain yaitu gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banir, kekeringan, dan tanah longsor. Berdasarkan
penyebabnya bencana alam dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
3
a. Bencana alam geologis
Bencana alam geologi disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam
bumi (gaya endogen). Berikut ini merupakan bencana alam yang termasuk
ke dalam bencana alam geologis :
1. Gempa bumi dan tsunami
Teori Tektonik Lempeng telah mengajarkan bahwa bagian dari
luar bumi kita terdiri dari berbagai lempeng kerak benua dan samudera,
yang bergerak antara satu sama lainnya dengan kecepatan mencapai 20
cm/tahun. gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, menjauh
berpapasan dan menunjam satu dengan yang lainnya. Proses
pergerakan inilah yang lebih lanjut dapat menyebabkan terbentuknya
akumulasi energy dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi,
yang kemudian suatu saat dapat lepas secara tiba-tiba berupa
gempabumi (earthquake) yang dahsyat.
Secara khusus gempa bumi dengan jenis ini dikenal dengan
gempa bumi tektonik, dimana gempa bumi ini merupakan gempa bumi
yang paling berbahaya dibandingkan dengan gempa bumi yang lainnya
(gempa bumi vulkanik dan gempa bumi indus). Selain menyebabkan
terjadinya guncangan yang dahsyat pada kulit bumi (ground-shaking
dan terjadinya pergeseran pada kulit bumi (groundfaulting), gempa
bumi dapat juga mengakibatkan adanya gelombang tsunami,
gelombang pasang laut yang cukup besar yang menerpa kawasan
pantai secara tiba-tiba.
2. Letusan Gunungapi
Gunungapi (volcano) merupakan suatu bentuk timbulan di
permukaan bumi, yang dapat berbentuk kerucut besar, kerucut
terpancung, kubah atau bukit, akibat adanya penerobosan magma ke
permukaan bui. Di Indonesia kurang lebih ada 80 buah dari 129 buah
gunung aktif yang diamati dan dipantau secara terus menerus. Bahaya
dari letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan
pijar, hembusan awan panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan
pasir serta semburan gas beracun.
3. Longsoran (Landslide)
4
Longsoran merupakan pergerakan massa batuan dan/atau tanah
secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba.
Dimensi longsoran sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa
meter saja hingga ribuan kilo meter. Longsoran dapat terjadi secara
alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana alam
akibat dari longsoran ini merupakan jenis bencana yang cukup penting
karena distribusinya yang merata hampir di seluruh wilayah tanah air,
dan atas dasar catatan kejadiannya, longsoran secara umum selalu
menjadi intensitas kejadian yang paling banyak, serta dapat terjadi
secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya, seperti gempa
bumi dan letusan gunugapi.
4. Penurunan tanah
Ada beberapa factor geologi yang menyebabkan terjadinya
penurunan tanah (land subsidence), antara lain yaitu pengambilan air
tanah secara berlebihan, kompresibiltas tanah/batuan yang sangat
tinggi, konsolidasi alamiah pada material lepas (tanah), ronggarongga
bawah permukaan akibat proses pelarutan batuan, dan pergerakan
struktur geologi sesar. Seperti halnya longsoran, bencana alam akibat
penurunan tanah secara umum lebih banyak dipicu oleh aktifitas
manusia, dapat berlangsung sangat lambat hingga cepat, dengan
dimensi yang sangat bervariasi dari hanya beberapa meter saja hingga
ribuan (kilo) meter. Bencana alam jenis ini akhir-akhir ini menjadi
sangat kritis karena banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia.
b. Bencana alam klimatologi
Bencana alam klimatologi merupakan bencana alam yang disebabkan
oleh factor angina dan hujan. Berikut ini merupakan bencana yang
termasuk kedalam bencana alam klimatologis :
1. Banjir
Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersifat
merusakAliran arus air yang tidak terlalu dalam dalam tetapi cepat dan
bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia dan binatang.
Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu
menyeret material berupa batuan yang lebih berat sehingga daya
rusaknya akan semakin tinggi.
5
2. Kebakaran
Keakaran yang terjadi dipengaruhi oleh factor alam yang
berupa cuaca yang kering serta factor manusia yang berupa
pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja. Kebakaran ini akan
menimbulkan efek panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas
dengan cepat. Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan
lingkungan, jiwa dan harta benda.
3. Kekeringan
Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman
serta hewan baik langsung maupun tidak langsung. Kekeringan
menyebabkan pepohonan akan mati dan tanah menjadi gundul yang
pada saat musim hujan menjadi mudah tererosi dan banjir.
4. Angin Siklon Tropis
Tekanan dan hisapan dan tekanan angina meniup selama
beberapa jam. Tenaga angina yang kuat dapat merobohkan bangunan.
Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan bagian yang non
structural seperti atap, antene, papan reklame dan sebagainya.
Badai yang terjadi di laut atau danau dapat menyebabkan kapal
tenggelam. Kebanyakan angina topan disertai dengan hujan deras yang
dapat menimbulkan bencana lainnya seperti tanah longsor dan banjir.
c. Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam ekstra-terestrial merupakan bencana alam yang terjadi
di luar angkasa, contohnya seperrti hantaman/impact meteor. Bila
hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduudk bumi.
2.1.3 Bencana Non Alam
Bencana non alam merupakan bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam. Bencana non alam merupakan salah satu bencana
yang harus di perhitungkan karena dapat menyebabkan kerugian bahkan menimbulkan
korban jiwa. Beriut ini merupakan beberapa contoh bencana non alam :
1. Wabah penyakit
Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat
yang sangat luas meliputi :
6
a. Jumlah kesakitan, bila wabah tidak dikendalikan maka dapat
menyerang masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, bahkan sangat
dimungkinkan wabah akan menyerang lintas negara bahkan lintas
benua.
b. Jumlah kematian, apabila jumlah penderita tidak berhasil dikendalikan,
maka jumlah kematian juga akan meningkat secara tajam, khususnya
wabah penyakit menular yang masih relative baru seperti Flu Burung
dan SARS’
c. Aspek ekonomi, dengan adanya wabah maka akan memberikan
dampak pada merosotnya roda ekonomi. Sebagai contoh apabila wabah
flu brung benar erjadi maka triliunan asset usaha perunggasan akan
lenyap. Begitu juga akibat merosotnya kunjungan wisata karena
adanya travel warning dan beberapa Negara maka akan melumpuhkan
usaha biro perjalanan, hotel maupun restoran.
d. Aspek politik, bila wabah terjadi maka akan menimbulkan keresahan
masyarakat yang sangat hebat, dan kondisi ini sangat potensial untuk
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu guna menciptakan kondisi
tidak stabil.
2. Kegagalan Teknologi
Ledakan instalasi, menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan
bangunan dan infrastruktur; kecelakaan transportasi membunuh dan
melukai penumpang dan awak kendaraan, dan juga dapat menimbulkan
pencemaran; kebakaran pada industry dapat menimbulkan suhu yang
sangat tinggi dan menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas; zat-zat
pencemar (polutan) yang terlepas di air dan udara akan dapat menyebar
pada daerah yang sangat luas dan menimbulkan pencemaran pada udara,
sumber air minum, tanaman pertanian, dan tempat persediaan pangan
sehingga menyebabkan daerahnya tidak dapat dihuni: satwa liar akan
binasa, system ekologi terganggu. Bencana kegagalan teknologi pada skala
yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.
3. Konflik
Konflik adalah suatu yang tidak dapat terhindarkan. Konflik melekat
erat dalam jalinan kehidupan. Oleh karena itu, hingga sekarang dituntut
untuk memperhatikan dan meredam kepanikan terhadap konflik.
7
Merebaknya euphoria reformasi, demokratisasi dan otonomi daerah yang
diwarnai dengan berbagai masalah yang kompleks dan multi dimensional
telah melahirkan konflik-konflik baru.
Berbagai masalah tersebut adalah:
a. Krisis moneter sejak tahun 1997 sampai saat ini masih mewariskan
sejumlah konflik vertikal dan horizontal
b. Belum terwujudnya clean government dan good goverance, juga
memperparah konflik yang sudah ada dengan munculnya berbagai
konflik terjaidlah hal-hal berikut:
1. Timbulnya disintegrasi bangsa
2. Menurunnya kepercayaan masyarakat dan dunia internasional
terhadap Pemerintah Republik Indonesia
3. Menurunnya etika sosial dan norma hukun yang menjurus kepada
kerusuhan yang menjurus anarkis.
8
2.2.2 Jenis-jenis Mitigasi
Secara umum mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi
struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural berhubungan dnegan
usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural
anatara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan
kerentanan wilayahnya, serta memberlakukan peraturan (law enforcement)
pembangunan.
Dalam kaitan itu pula, kebijakan nasional harus lebih memberikan keleluasan
secara substantial kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sistem
mitigasi bencana yang dianggap paling tepat dan paling efektif-efisien untuk
daerahnya.
a. Mitigasi Struktural
Mitigsasi struktural merupakan suatu upaya untuk meminimalisir
dampak dari suatu bencana, dengan cara melakukan pembangunan
berbagai aspek saran-prasarana fisik dengan menggunakan pendekatan
teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir,
membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat
tahan gempa, ataupun membuat Early Warning System yang digunakan
untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
Mitigasi struktural bisa disebut juga sebagai suatu rekayasa teknis
bangunan yang tahan terhadap bencana. Bangunan tahan bencana adalah
bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga
bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak
membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa
teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah
memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.
Rangkaian dari mitigasi struktural :
9
e. Material bahan bangunan yang sesuai dengan kontruksi bangunan
f. Tidak membangun pada daerah yang rawan bencana seperti
longsor, banjir, gempa bumi tsunami dan rawan terhadap letusan
gunungapi.
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak
bencana yang lebih menekankan kepada pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan dalam menanggulangi suatu
bencana. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB)
adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi
ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity
building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagaia
aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas
masyarakat, juga bagian ari mitigasi ini.
10
tidak mengganggu keseimbangan lingkungan di masa depan.
Rangkaian dari mitigasi non struktural:
Sumatera 13 12 6 31
Jawa 21 9 5 35
Bali 2 – – 2
11
Lombok 1 – – 1
Sumbawa 2 – – 2
Flores 16 3 5 24
Laut Banda 8 1 – 9
Sulawesi 6 2 5 13
Kep.Sangihe 5 – – 5
Halmahera 5 2 – 7
Jumlah 129
Gerakan ini terbentuk akibat pergerakan lempeng kulit bumi yang saling
berlawanan. Hal tersebut menyebabkan magma naik ke permukaan dan mendesak
permukaan bumi, sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan permukaan bumi
yang baru atau juga terbentuk gunung api.
2. Gerakan Konvergen
Gerakan konvergen terjadi akibat pergerakan lempeng kulit bumi yang saling
bertumbukan. Oleh karena itu, salah satu lempeng akan tertekuk dan masuk ke
bawah bagian lempeng lainnya. Gerakan ini dapat menimbulkan getaran yang kuat.
12
3. Gerakan Sesar
13
4. Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo
merupakan jenis ini.
14
2.3.4 Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunungapi
a. Aktif Normal (Level I)
Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil
visual,kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan
adanya kelainan atau normal-normal saja
b. Waspada (Level II)
Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual
atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya
c. Siaga (Level III)
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah,
kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Biasanya perubahan
diikuti oleh letusan
d. Awas (Level IV)
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap.
Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
15
4. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan lainnya
5. Gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau lainnya
6. Jangan memakai lensa kontak
7. Pakai masker atau kain menutupi mulut dan hidung
8. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan.
16
4. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas
yang keluar
5. Sangat baik didirikan pembangkit listrik didaerah sekitar kawasan letusan
gunung berapi.
17
terjadinya aktivitas vulkanik yaitu letusan gunungapi yang ada di bawah
laut. Letusan gunungapi yang ada di bawah laut dapat menyebabkan air
laut naik dan menimbulkan gelombang tsunami.
b. Longsor yang terjadi di bawah laut
18
Gambar 5 Gempabumi Berpusat di Laut
Salah satu gempa yang diakibatkan oleh adanya pergerakan lempeng
bumi adalah gempa tektonik. Akibat yang ditimbulkan dari gempa
tektonik yang terjadi di bawah laut yaitu air laut yang ada di atas lempeng
yang bergerak tersebut menjadi berpindah dari posisi ekuilibriumnya.
Gelombang dapat muncul ketika air bergerak akibat pengaruh gravitasi
yang kembali pada posisi ekuilibrium sebelumnya. Tsunami dapat terjadi
jika wilayah yang luas di dasar laut mengalami pergerakan naik ataupun
turun.
Tsunami yang terjadi akibat adanya gempa bumi memiliki beberapa
syarat yaitu:
1. Gempa bumi berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30 km)
2. Gempa bumi dengan kekuatan paling kecil 6,5 Skala Ritcher
3. Gempa bumi dengan pola sesar naik atau turun
Pada dasarnya tidak semua gempa dapat menimbulkan tsunami, hal
tersebut tergantung kepada beberapa faktor. Gempa yang memiliki
karakteristik tertentu dapat menyebabkan tsunami yang sangat mematikan
dan berbahaya yaitu:
19
Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu (mendekati 90⁰),
maka tsunami yang terbentuk akan terbentuk.
3. Kedalaman dari pusat gempa (hypocenter) yang dangkal (<70 km)
Semakin dangkal kedalaman dari pusat gempa, maka tsunami yang
ditimbulkan akan semakin efektif.
Sebagai contoh, walaupun kekuatan gempa yang ditimbulkan cenderung
kecil (6,0 – 7,0), namun jika ketiga syarat diatas terpenuhi maka
kemungkinan besar tsunami akan terbentuk. Begitu pula sebaliknya,
walaupun kekuatan gempa cukup besar (>7,0 R) dan dangkal, namun
bukan tipe sesar naik, tetapi normal (normal fault) atau sejajar (strike slip
fault), maka dapat dipastikan jika tsunami akan sulit untuk terbentuk.
Gempa yang memiliki kekuatasn 7,0 Richter, tipe sesar naik dan dangkal,
maka tsunami yang terbentuk dapat mencapai ketinggia 3 hingga 5 meter.
d. Hantaman dari meteor yang jatuh ke laut.
20
2.4.3 Karakteristik Tsunami
Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi dan
dapat merambat lintas-samudera dengan energi yang sedikit berkurang.
Tsunami dapat mencapai wilayah yang memiliki jarak ribuan kilometer dari
sumber gelombangnya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa jam
antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang akan ditimbulkannya
di pantai. Waktu perambatan yang dibutuhkan gelombang tsunami lebih lama
dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai tempat yang
sama oleh gelombang seismik.
Tsunami memiliki periode yang cukup bervariasi, mulai dari dua menit
sampai lebih dari satu jam. Gelombang tsunami memiliki panjang yang sangat
besar, yaitu berkisar antara 100 hingga 200 km. Dibandingkan dengan ombak
laut yang biasa ada di pantai selancar (surfing) yang mungkin hanya memiliki
periode panjang gelombang sekitar 10 detik dan panjang gelombangnya yang
berkisar 150 meter. Karennaya ketika masih ditengah laut, gelombang tsunami
hampir tidak terlihat dan hanya seperti ayunan air saja.
21
mengalami pergerakan pada semua bagian partikel air, mulai dari permukaan
hingga bagian dalam samudera. Ketika tsunami memasuki kawasan perairan
dangkal, ketinggian gelombangnya kan meningkat dan kecepatannya menurun
dengan drastis, namun demikian energi yang dimilikinya masih sangat kuat
untuk dapat menghanyutka segala benda yang dilaluinya. Arus tsunami yang
memiliki ketinggian 70 cm masih cukup kuat untuk menghanyutkan dan
menyeret orang.
Apabila lempeng samudera yang ada pada sesar bergerak naik (raising),
maka akan terjadi air pasang di wilayah pantai hingga wilayah tersebut akan
mengalami banjir sebelum kemudian gelombang air yang lebih tinggi datang
menerjang. Dan apabila lempeng samudera bergerak naik, maka wilayah
pantai akan mengalami banjir air pasang sebelum tsunami datang.
22
Gambar 8 Lempeng Bergerak Turun
Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi
23
menyelamatkan diir ketika tsunami datang. Kedatangan tsunami yang
begitu cepat sangat tidak memungkinkan untuk penduudk yang ada
didaerah pesisir pantai untuk dapat meloloskan diri. Perkiraan tentang
daerah penggenangan tsunami (tsunami inundation area) sangat diperlukan
unuk merancang daerah pemukiman yang aman bagi penduduk.
c. Sistem yang terpadu (Tsunami Prevention System)
Sistem pencegahan tsunami (tsunami prevention system) terdiri dari
peramalan, peringatan, evakuasi, pendiidkan masyarakat, latihan,
kebiasaaan untuk selalu waspada terhadap bencana, dan kesiapsiagaan
pasca bencana.
Kedatangan tsunami sama dengan kejadian gempa itu sendiri, masih
sulit untuk diprediksi. Pada tanggal 15 Juni 1896, wilayah SnrikuJepang
pernah diterjang oleh gelombang tsunami tanpa adanya peringatan sama
sekali. Ketinggian gelombang tsunami saai itu mencapai 21 meter dan
menewaskan lebih dari 26.000 jiwa yang tenga mengadakan festival
keagamaan. Pemasangan seismograf bawah laut (ocean-bottom
seismograph) akan memberikan data yang cukup detail mengenai data
seismik yang akan sanagat berguna untuk memprediksi apakan tsunami
akan terbentuk dari kejadian seismik tersebut atau tidak.
Peringatan dini akan adanya tsunami akan memberikan peluang bagi
masyarakat yang tinggal didaerah yang rawan untuk mempersiapkan
penyelamatan diri. Walaupun tidak semua gempa dapat mendatangkan
tsunami, namun sikap atau kebiasaaan untuk selalu waspada terhadap
bencana tsunami sebaiknya selalu ada dan melekat pada masyarakat.
Ketika berada di pantai dan merasakan adanya gempa, segeralah berlari ke
arah dataran yang lebih tinggi (minimal 20 meter). Pemasangan sirine atau
pengeras suara di pantai-pantai yang sering dipadati oleh pengunjung akan
sangat efektif untuk memberikan peringatan dini akan bahaya tsunami
begitu getaran gempa terasa.
Pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya gempa dan
tsunami menjadi sangat penting. Tidak semua orang memiliki pengalaman
dengan tsunami dalam hidupnya. Dan untuk selamat dari bencana tsunami,
seseorang tidak harus memiliki pengalaman dengan tsunami. Jika seseorang
memiliki pengetahuan sederhana mengenai kedtangan tsunami, maka
24
begitu gempa datang, dia akan segera menyelamatkan diri ke daerah yang
lebih tinggi.
25
BAB III METODE PENELITIAN
Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum ini adalah sumber
referensi atau data sekunder mengenai sejarah Gunung Galunggung sampai proses
terjadinya letusan Gunung Galunggung.
26
Survey lapangan ini dilaksanakan untuk mengamati lingkungan sekitar kawasan
Gunung Galunggung dan di hari kedua juga untuk mengamati kesiapan mitigasi
bencana di sekitar Pantai Cipatujah serta untuk mensurvei jalur evakuasi warga sekitar.
2. Wawancara
Wawanacara dilaksanakan untuk mengetahui kondisi sosial didaerah tersebut juga
untuk mengetahui kesiapan mitigas bencana warga sekitar Gunung Galunggung dan
Pantai Cipatujah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendokumentasikan catatan-catatan, foto ataupun yang
lainnya untuk dapat dijadikan bukti dilaporan praktikum.
27
BAB IV
Indonesia. Ibukotanya adalah Singaparna, sekitar 380 km sebelah tenggara Jakarta. Kabupaten
ini berbatasan dengan Kabupaten Majalengka di utara, Kabupaten Ciamis dan Kota
Alam Tasikmalaya secara geografis terletak antara 107° 56' BT - 108°8' BT dan 7°
10' LS 7° 49' LS dengan jarak membentang Utara Selatan terjauh 75 Km dan arah Barat Timur
56,25 Km. Luas keseluruhan sebesar 2.563,35 Km2.Sebagian besar wilayahnya berada pada
ketinggian antara 0 - 1.500 m diatas permukaan laut yang membentang dari arah utara dan
yang terendah kearah selatan Sebagian kecil wilayahnya yaitu 0,81% berada pada ketinggia
ndiatas 1.500 m, keadaan iklim umumnya bersifat tropis dan beriklim sedang dengan rata-
rata suhu di dataran rendah antara 20°-34°C dan di dataran tinggi berkisar 18°22°C. Curah
hujan rata-rata 2,072 mm/tahun, jumlah hari hujan rata-rata 82 hari. Wilayah administrasi
desa.
Berikut adalah Tabel Daftar Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Tasikmalaya :
2 Karangnunggal 136,10
3 Cikalong 136,96
4 Pancatengah 199,05
28
5 Cikatomas 132,63
6 Cibalong 58,35
7 Parungponteng 47,23
8 Bantarkalong 59,63
9 Bojongasih 35,09
10 Culamega 58.04
11 Bojonggambir 148,36
12 Sodonghilir 97,11
13 Taraju 55,53
14 Salawu 50,47
15 Puspahiang 33,19
16 Tanjungjaya 36,37
17 Sukaraja 43,14
18 Salopa 120,78
19 Jatiwaras 77,39
20 Cineam 77,69
21 Karangjaya 47,85
22 Manonjaya 39,49
23 Gunungtanjung 32,31
24 Singaparna 18,82
25 Mangunreja 26,65
26 Sukarame 15,58
27 Cigalontang 119,13
28 Leuwisari 44,60
29 Padakembang 30,15
30 Sariwangi 40,85
31 Sukaratu 33,41
29
32 Cisayong 48,33
33 Sukahening 23,80
34 Rajapolah 15,38
35 Jamanis 14,99
36 Ciawi 42,23
perikanan, selain juga bertumpu pada sektor pertambangan seperti pasir Galunggung yang
memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan. Tasikmalaya
dikenal sebagai basis perekonomian rakyat dan usaha kecil menengah seperti kerajinan dari
bambu, batik, dan payung kertas. Selain itu, kota ini pun dikenal sebagai kota kredit akibat
banyaknya pedagang dan perantau dari wilayah ini yang berprofesi sebagai pedagang yang
30
Gambar 9 Foto Citra Satelit Kabupaten Tasikmalaya
Sumber : https://desdm.bantenprov.go.id/read/berita/220/kondisi-fisiografidan-
geologi-regional-jawa-barat-terhadap-data-dukung-geopark-banten-bagian-
1.html
Dimulut telapak kaki kuda ini tersebar suatu endapan kipas gunung api disertai bukit-
bukit kecil sebanyak 3.600 bukit dengan tinggi bukit bervariasi antara 5 sampai 50
meter di atas dataran Tasikmalaya dengan diameter kaki bukit antara 50 – 300 meter
serta kemiringan lereng antara 15° – 45°. Perbukitan Sepuluh Ribu atau disebut juga
perbukitan “Hillock”, terletak di lereng kaki bagian timur-tenggara dan berhadapan
langsung dengan bukaan kaldera. Perbukitan ini menempati dataran Tasikmalaya
dengan luas sekitar 170 km², dengan jarak sebaran terjauh 23 km dari kawah pusat dan
terdekat 6,5 km. Lebar sebaran nya sekitar 8 km dengan sebaran terpusat pada jarak
10 – 15 km. Perbukitan ini terbentuk sebagai akibat dari letusan besar yang
menghasilkan kaldera tapal kuda dan melongsorkan kerucut bagian timur-tenggara,
yang terjadi sekitar 4200 tahun yang lalu, yang diduga berasal dari dinding kawah
yang longsor, bersamaan dengan terjadinya aliran piroklastik karena letusan besar.
4.1.2 Kecamatan Cipatujah
Desa Cipatujah, Kecamatan Cipatujah Koordinat : 7°44,859'S 108°0,634'E. Wilayah
Kecamatan Cipatujah berjarak sekitar 75 Km dari Ibukota Kabupaten Singaparna.
31
Akses menuju Kecamatan Cipatujah tersedia transportasi umum menyusuri jalan
beraspal yang cukup lebar dari Kota Tasikmalaya atau Singaparna. Kecamatan
Cipatujah terdiri dari tanah darat, tanah sawah, hutan, sungai serta pegunungan,
dengan luas ,450 Ha. Kecamatan Cipatujah merupakan kecamatan yang terluas di
Kabupaten Tasikmalaya. Topografi Kecamatan Cipatujah terdiri dari 2 bagian, yaitu
dataran sepanjang daerah timur hingga selatan dan perbukitan landai tinggi sepanjang
daerah utara hingga barat yang terdiri dari 15 desa. Keadaan tanah umumnya berupa
pasir yang mengandung pasir besi, terutama dibagian garis pantai selatan sedangkan
daerah utara, tanahnya merupakan tanah biasa yang banyak dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian. Kondisi geografis yang beragam memunculkan pemanfaatan yang
beragam pula. Pada dataran rendah, terdapat banyak pohon kelapa, albasiah dan padi
tadah hujan. Pada daerah tepi pantai, terdapat kegiatan pengerukan pasir besi seperti
dibagian Barat Desa Ciheras, Ciandum dan CikawungAding. Kondisi sarana jalan
umum pada desa yang ada di Kecamatan Cipatujah kurang dari memuaskan.kondisi
jalan terparah adalah jalur menuju Desa Ciandum, Ciheras, Pamayang, dan
Cikawungading yang mengalami kerusakan hingga Desa Kalapagenep.
Pantai Cipatujah, dengan luas 115 ha, merupakan pantai berkarang yang kaya akan
terumbu-terumbu untuk ikan-ikan bertelur dan berkembang biak. Pantai ini
merupakan pantai terlebar dan terpanjang di kawasan Pantai Selatan, serta
menawarkan pasir besi yang sangat baik untuk berjemur dan melakukan aktivitasi
rekreasi pantai lainnya. Keindahan Pantai Cipatujah terlihat dari perpaduan hamparan
pantai yang landai, gelombang laut yang besar, perkebunan kelapa yang subur, serta
hamparan rumput yang luas. Para peternak kerbau yang tinggal di sekitar daerah pantai
kerap menggembalakan kerbaunya di padang ini dan sesekali mengadakan atraksi
balap kerbau yang diiringi tabuhan pencak, rampak kendang, ditambah angklung yang
banyak mengundang orang untuk menontonnya. Suatu pertunjukan budaya setempat
yang tentunya menarik untuk disaksikan. Banyak aktivitas pantai yang biasa dilakukan
oleh wisatawan ketika berkunjung ke daerah ini, seperti berenang, voli pantai,
berjemur, serta memancing di muara sungai Cipatujah. Datang dan nikmati keindahan
Pantai Cipatujah sekarang juga.
32
Tasikmalaya memiliki ketinggian daerah berkisar antara 0-2.500 mdpl. Secara umum
wilayah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu wilayah utara
merupakan wilayah dataran tinggi dan bagian selatan merupakan wilayah dataran
rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-100 mdpl dengan didominasi kawasan
pantai. Sedangkan kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Tasikmalaya berkisar
antara 0% - 8% sampai dengan kemiringan > 40%. Dimana kondisi wilayah sangat
curam (>40 %) sebesar 2,36% dari luas Kabupaten Tasikmalaya, agak curam (15% -
25 %) sebesar 24,35 %, curam (25% - 40%) sebesar 14,18%, landai (8% - 15 %) sebesar
18,56%, dan datar (0% - 8%) sebesar 40,55% dari luas Kabupaten Tasikmalaya. Dari
data kemiringan lahan terlihat bahwa sebagian besar bentang alam Kabupaten
Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan bumi agak curam sampai dengan
curam yaitu sebesar 78,47% kondisi kemiringan lahan tersebut kurang menguntungkan
dalam pengembangan sarana prasarana. Sedangkan kemiringan lahan yang menunjang
untuk pengembangan permukiman perkotaan hanya sebesar 21%.
33
1. Daerah Aliran Sungai Cilangla, mempunyai luas 40,561.93 ha, dimana tebal
aliran rata-rata 6,6 mm/ha dan potensi debit air rata-rata 1.459 juta kubik/
tahun.
2. Daerah Aliran Sungai Cimedang, memiliki panjang sungai 85,20 km,
dengan lebar maksimum 50,00 m, kelerengan rata-rata 0,007100m.
Memiliki anak sungai 238, terdiri dari anak sungai orde 2 berjumlah 64, anak
sungai orde 3 sebanyak 87, anak sungai orde 4 sebanyak 71, dan anak sungai
orde 5 sebanyak 16. Luas sungai ini mencapai 43.278,67 ha, dimana tebal
aliran rata-rata 4,65 mm/ha dan potensi debit air rata-rata 2.184 juta kubik/
tahun. Muara sungai ini terletak diantara Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya dan Kecamatan Cimerak KabupatenCiamis.
3. Daerah Aliran Sungai Cikangean, mempunyai luas 936,9 km2, dimana tebal
aliran rata-rata 4,68 mm/ha dan potensi debit air rata-rata 1.601 juta kubik/
tahun.
Adapun daerah yang dilalui oleh sungai-sungan tersebut dapat dilihat dari
tabelberikut:
34
1 Cilangla Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Cibalong ,
Sodonghilir,
Cipatujah, Culamega, Karangnunggal, Parungponteng,
Taraju
2 Cimedang Cikalong, Salopa, Cikatomas, Cineam, Jatiwaras,
Pancatengah
3 Cipatujah Bojonggambir, Cipatujah, Culamega
4 Cikangean Bojonggambir, Cipatujah, Culamega
Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Gunungtanjung,
5 Cikandang Jamanis, Leuwisari, Jatiwaras, Kadipaten, Karangjaya,
Salopa, Manonjaya,
Pagerageung, Rajapolah, Sukahening, Sukaratu, Sukaresik
Bojongasih, Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas,
Cineam, Cisayong, Gunungtanjung, Jatiwaras, Salawu,
6 Ciwulan Karangnunggal, Leuwisari, Mangunreja, Padakembang,
Pancatengah, Parungponteng, Puspahiang, Salopa, Taraju,
Sariwangi, Singaparna, Sodohilir,
Sukahening, Sukaraja, Sukarame, Sukaratu, Tanjungjaya
Tabel 4 Daerah Aliras Sungai Kabupaten Tasikmalaya
Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Propinsi Jawabarat, Tahun 2009
35
pertanian lahan kering, kebun campuran, perkebunan dengan tingkat
produktivitas rendah sampaitinggi.
2. Bown Forrest: Jenis tanah ini memiliki tektur lempung berliat sampai liat,
struktur lapisan atas granular lapisan bawah gumpal atau pejal,
mengandungkapur.Tanahiniberadapadawilayahdengancurahhujan1.000
sampai 2.500 mm/ tahun.
5. Latosol: Jenis tanah ini memiliki tekstur yang lempung, strukturnya remah
dankonsistensinyagembur.Tanahinipadaumumnyatersebardidaerah
dengan curah hujan antara 2.000 -7.000 mm/ tahun dan pada wilayah
berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung pada ketinggian10 -
1.000 m dpl.
36
No. Aktivitas Ekonomi Populasi
1. Pedagang 213
2. Jasa ojek 60
3. Petugas parkir 13
4. Penjaga bak renang 4
5. Penjaga kolam 4
6. Penjaga toilet umum 6
7. Pengelola objek wisata dari 25
masyarakat
8. Pegawai pemda 8
9. Pegawai perhutani 7
10. Penjual jasa dan penyewaan tikar 5
11. Petugas kebersihan 4
Jumlah 349
Tabel 5 Mata Pencaharian Desa Linggajati Berkaitan dengan Potensi Gunung Galunggung
37
2. Erupsi 1894
- 7-9 Oktober, terjadi erupsi yang menghasilkan awan panas.
- 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan
lahar pada 1822.
- Desa yang hancur sebanyak 50 desa, sebagian rumah ambruk karena tertimpa
hujan abu.
3. Erupsi 1918
- 6 Juli, erupsi diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-5 mm yang
terbatas di dalam kawah dan lereng selatan.
- 19 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran
560 x 440 m yang dinamakan gunung Jadi.
4. Erupsi 1982-1983
- Erupsi pertama terjadi pada 5 April 1982, yang disertai suara dentuman, pijaran api,
dan kilatan halilintar. Kegiatan erupsi berlangsung selama 9 bulan dan berakhir
pada 8 Januari 1983.
38
bawah, kaki dan struktural. Secara genesis ini terbentuk dari terobosan magma karena
tertutupnya satuan induk dari gunung guntur, setelah mengalami pelepasan energi dari
sumbatan guntur dan terjadi ledakan dibagian tebing induknya, ledakan ini merupakan
ledakan eksklusif dan ledakan eksplosif. Ledakan tersebut lama kelamaan akan
menjadi kaldera yang berada di Gunung Galunggung. Secara geologi batuan induk
penyusun mengandung material sulfur dengan jenis batuan beku hitam, andesit, dan
basal. Sifat dari batuan andesit tersebut yaitu asam sedangkan batuan basal yaitu basah
yang terdapat olivine dan hornblende.
Sumber daya dari Gunung Galunggung yaitu pasir dan batu yang digunakan
sebagai bahan bangunan. Pasir dan batu ada karena adanya ledakan hebat yang terjadi.
Sumber daya geologi dari segi pariwisata yaitu karena kalderanya memiliki keindahan
maka digunakan sebagai tempat wisata, disebelah timurnya adalah Cipanas yang
secara genesisnya air yang mengalami kontak dengan material batuan yang
terpanaskan dari aktivitas vulkanik. Sedangkan sumber daya hutan dan pertanian
memiliki tanah yang mengandung banyak material yang sifatnya subur dari
kemampuan lahan 1-8 serta memiliki groundwater yang baik.
39
4.4 Hasil dan Pembahasan
4.4.1 Analisis Indeks Bahaya Bencana Letusan Gunung Galunggung
40
4.4.2 Analisis Indeks Risiko Bencana Letusan Gunung Galunggung
Berdasarkan pada peta risiko bencana letusan Gunungapi Galunggung yang tertera
terdapat tiga kelas yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Risiko bencana letusan gunungapi yang
tinggi meliputi Desa Sukaratu, beberapa wilayah di Cisayong, Cigalontang, Sariwangi, dan
Leuwisari. Hal ini karena wilayah tersebut dekat dengan danau kawah. Selanjutnya wilayah
yang memiliki risiko bencana yang sedang meliputi Cisayong, Padakembang, Cigalontang,
Sukabening, Leuwisari, Singaparna, Sukarame, Tanjung Jaya, dan Mangunreja. Tetapi untuk
Desa Singaparna, Sukarame, Tanjung Jaya, dan Mangunreja memiliki risiko disekitar
sungainya saja. Dan untuk wilayah yang memiliki risiko bencana letusan gunungapi yang
rendah meliputi Cisayong, Cigalontang, Sukabening, dan Sariwangi. Hal ini disebabkan
karena wilayah tersebut jauh dari danau kawah ataupun sungai.
41
4.4.3 Analisis Indeks Kerentanan Bencana Letusan Gunung Galunggung
42
4.4.4 Analisis Indeks Bahaya Bencana Tsunami Desa Cipatujah
43
4.4.5 Analisis Indeks Risiko Bencana Tsunami Desa Cipatujah
44
4.4.6 Analisis Indeks Kerentanan Bencana Tsunami Desa Cipatujah
45
4.4.7 Analisis Jalur dan Titik Evakuasi Bencana Tsunami Desa Cipatujah
Gambar 16 Peta Jalur dan Titik Evakuasi Bencana Tsunami Desa Cipatujah
Berdasarkan peta jalur dan titik evakuasi bencana tsunami Desa Cipatujah yang tertera,
ada empat titik evakuasi yang jauh dari pantai dan aman yang digunakan sebagai titik kumpul
dan tempat berlindung jika terjadi tsunami yaitu berada di puskesmas, lapangan bola, Desa
Sindangkerta, dan lahan kosong. Dan ada tiga jalur evakuasi untuk mencapai ke titik evakuasi.
46
4.4.8 Analisis Indeks Bahaya Bencana Tsunami Desa Cipatujah dengan Metode
Skoring dan Pembobotan
Gambar 17 Peta Indeks Bahaya Bencana Tsunami Desa Cipatujah dengan Metode Skoring dan
Pembobotan
Berdasarkan peta indeks bahaya bencana tsunami Desa Cipatujah memiliki tiga kelas
yaitu kelas rendah, sedang, dan tinggi. Wilayah yang berwarna merah merupakan wilayah
yang mempunyai nilai bobot dan scoring sebesar 275,1 – 350 yang berarti wilayah ini adalah
wilayah yang tinggi akan bahaya bencana tsunami. Wilayah kuning mempunyai nilai bobot
dan scoring sebesar 200,1 - 275 yang berarti wilayah tersebut merupakan wilayah yang
sedang akan bahaya tsunami. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau memiliki nilai bobot
dan scoring sebesar 125 - 200 yang berarti merupakan wilayah yang rendah akan bahaya
tsunami, hal ini juga disebabkan karena wilayah yang berwarna hijau merupakan wilayah yang
tinggi serta jauh dari pantai.
47
4.4.9 Analisis Indeks Kapasitas Bencana Tsunami Desa Cipatujah
48
4.4.10 Analisis Indeks Kapasitas Letusan Gunung Galunggung
49
10 P 6 1 7 6 1
11 P 3 1 5 5 0
12 P 2 0 2 3 1
13 L 6 1 2 7 1
14 P 5 0 2 9 1
15 P 4 0 4 5 1
16 P 2 1 6 6 0
17 L 4 3 4 4 3
18 P 2 1 2 2 1
19 L 2 2 2 2 1
20 P 3 3 3 1 1
21 P 5 0 6 6 2
22 P 4 0 2 6 1
23 P 6 1 8 8 1
24 P 6 0 6 8 2
25 L 5 2 7 8 1
26 L 2 0 3 3 0
27 L 4 2 4 8 1
28 P 2 1 2 4 0
29 P 3 0 5 4 1
30 P 4 0 2 6 1
31 P 4 1 6 6 0
32 L 4 0 1 6 2
33 L 3 1 7 7 0
34 L 5 2 6 8 2
35 P 6 1 7 9 1
36 L 5 1 2 5 0
37 P 6 1 8 9 0
38 L 4 1 4 8 0
Jumlah 155 31 160 214 35
Jumlah Pertanyaan 7 2 8 9 2
Maksimal Skor 266 76 304 342 76
Skor 58.27067669 40.78947368 52.63157895 62.57309942 46.05263158
Pembobotan 11.65413534 8.157894737 10.52631579 12.51461988 9.210526316
Kesiapsiagaan 52.06349206
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Wawancara Kesiapsiagaan Masyarakat dalam menghadapi bahaya letusan
gunungapi Galunggung
Berdasarkan rekapitulasi hasil wawancara sebanyak 38 responden masyarakat
sekitar Gunung Galunggung mengenai bencana Letusan Gunung Api Galunggung
menghasilkan data seperti berikut :
50
2. Parameter kebijakan pemerintah dalam menangani bencana letusan gunung api
sebesar 40,78%
3. Parameter Rencana Penyelamatan Keluarga (RPK) masyarakat sekitar
Gunung Galunggung sebesar 52,63%
4. Parameter peringatan dini terhadap bencana letusan gunung api di sekitar
Gunung Galunggung sebesar 62,57%
5. Parameter Mobilitas Sumber Daya (MSD) terhadap ancaman bencana letusan
gunung api sebesar 46,05%
6. Sehingga dapat diperoleh hasil bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat yang
tinggal di daerah dekat dengan gunung Galunggung dalam menghadapi
bencana letusan gunungapi Galunggung sebesar 52,06%
51
25 L 8 0 4 7 2
26 L 8 1 5 5 0
27 P 8 1 5 8 2
28 P 8 0 4 3 1
29 P 8 2 2 3 0
30 L 8 2 2 3 0
31 P 6 2 3 5 0
32 P 7 0 4 8 1
33 L 3 0 4 4 0
34 L 9 2 1 5 1
35 L 6 0 0 4 0
Jumlah 236 32 134 182 36
Jumlah Pertanyaan 11 2 8 9 2
Maksimal Skor 385 70 280 315 70
61.2987013 44.28571429 47.85714286 57.77777778 51.42857143
Skor
12.25974026 8.857142857 9.571428571 11.55555556 10.28571429
Pembobotan
52.52958153
Kesiapsiagaan
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Wawancara Kesiapsiagaan Masyarakat dalam menghadapi
bahaya tsunami pantai Cipatujah
Berdasarkan rekapitulasi hasil wawancara sebanyak 35 responden
masyarakat sekitar Pantai Cipatujah mengenai bencana tsunami Pantai Cipatujah
menghasilkan data seperti berikut :
1. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bencana tsunami sebesar 61,29%
2. Parameter kebijakan pemerintah dalam menangani bencana tsunami sebesar
44,28%
3. Parameter Rencana Penyelamatan Keluarga (RPK) masyarakat sekitar Pantai
Cipatujah sebesar 47,85%
4. Parameter peringatan dini terhadap bencana tsunami di sekitar Pantai
Cipatujah sebesar 57,77%
5. Parameter Mobilitas Sumber Daya (MSD) terhadap ancaman bencana tsunami
sebesar 51,42%
52
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang memiliki risiko bencana
tsunami dan gunung meletus, hal ini dikarenkan Kabupaten Tasikmalaya memiliki Gunung
Galunggung dan Pantai Cipatujah. Bahaya bencana letusan gunung api yang tinggi berada di
Desa Cisayong, Desa Sukaratu, Desa Sariwangi, dan Desa Leuwisari. Sedangkan bahaya
bencana tsunami di Desa Cipatujah cukup tinggi. Karena di Kabupaten Tasikmalaya memiliki
termasuk kedalam kawasan yang memiliki bencana yang tinggi, tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai bencana yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya ini masih kurang hal
ini sangat diperlukan masyarakat untuk melakukan mitigasi bencana agar tidak banyak korban
jiwa yang berjatuhan. Selain dari pihak masyarakat, pemerintah juga masih kurang dalam
melakukan upaya untuk mengurangi risiko bencana, kurangnya melakukan peringatan dini,
jalur evakuasi dan titik evakuasi untuk penyelatan masyarakat ketika terjadi bencana masih
sedikit, dan kebijakan pemerintah dalam menangani bencana gunung meletus dan tsunami ini
masih kurang.
5.2 Saran
1. Perlu ditingkatkan kebijakan pemerintah mengenai bencana.
2. Membuat zonasi wilayah supaya masyarakat dapat mengendalikan pembangunan agar
tidak terlalu dekat dengan wilayah yang memiliki ancaman bahaya bencana yang tinggi
3. Mengadakan sosialisasi dan simulasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan
masyarakat.
4. Melakukan penambahan titik evakuasi dan jalur evakuasi
5. Bagi peneliti selanjutnya supaya lebih teliti dalam melakukan penelitian agar tidak terjadi
kesalahan.
53
DAFTAR PUSTAKA
As’ari, Ruli. (2017). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Pesisir Dalam Menghadapi Bencana
Gempabumi Dan Tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Prosiding
Seminar Nasional Geografi UMS 2017.
Malik, Yakub. Tanpa Tahun. Tsunami. Diakses pada tanggal 11 Desember 2019. Tersedia
di http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/TSUNAMI-PENGAYAAN_GEOLOGI.pdf
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi
Bencana
54
LAMPIRAN
55
Kondisi Puncak Gunung Galunggung
56
Kondisi Pantai Cipatujah
57
58